I. Oikoumene yang direduksi. Secara kasar kita dapat membedakan bentuk-bentuk yang berikut: 1. Oikoumene = kebudayaan. Ini adalah tradisi Yunani. Dalam tradisi ini oikoumene identik dengan dunia kebu dayaan. Siapa yang tidak menjadi anggota dari dunia ini, ia adalah barbar. Ia dianggap tidak mempunyai kebuda yaan, dan karena itu ia termasuk orang biadab. Di sini kita lihat bahwa kebudayaan Yunani (sebagai salah satu dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di dunia) diiden tifikasikan dengan kebudayaan umat manusia. Siapa yang tidak mendapat bagian dalam kebudayaan (oikou mene) ini ia tidak berhak memakai nama “manusia”. Memberitakan Injil kepadanya sama saja dengan “melem parkan mutiara kepada babi”. Pikiran-pikiran ini antara lain, kita dapati pada Ursinus (1640): Ia menyamakan orang-orang kafir dengan orang-orang barbar dan berkata bahwa mereka sebenarnya bu kanlah manusia. Karena itu mereka tidak dapat mengerti injil. Tidak ada gunanya, katanya, melemparkan mutiara kepada babi dan barang-barang suci kepada anjing. Dalam sejarah pekabaran injil di Indonesia (terutama pada waktu Nederlands Zendeling Genootschap : abad ke-19) pikiran-pikiran ini sekalipun tidak begitu tajam, juga kita temui. Orangorang kafir dianggap tidak bera dab. Karena itu pendeta-pendeta zending diberikan tugas (“instruksi”) bukan saja untuk mengabarkan Injil, tetapi juga untuk membawa peradaban dan kebudayaan Barat ke daerah-daerah kafir. 2. Oikoumene = Kerajaan. Mula-mula kerajaan ini ialah imperium romanum, kemudian juga imperiumimperium yang lain. Dalam arti ini, istilah oikoumene beberapa kali kita temui dalam Perjanjian Baru yaitu Lukas 2:1 (perintah kaisar Agustus untuk mengadakan pencacahan jiwa diseluruh oikoumene = diseluruh kerajaan Roma), Lukas 4:5 (iblis memperlihatkan kepada Tuhan Yesus segala kerajaan dari Oikoumene = segala kerajaan yang takluk kepada imperium romanum), Kisah 17:6 (orang-orang Kristen dipersalahkan, karena membuat kekacauan diseluruh oikoumene = diseluruh daerah kekuasaan kerajaan Roma). Pikiran ini, oikoumene = orbis terrarum = imperium romanum, kemudian terus hidup, antara lain dalam liturgi abad-abad pertengahan. 3. Oikoumene = Gereja. Menurut Visser’t Hooft, oikoumene dalam arti ini mula-mula dipakai oleh Origenes, kemudian diikuti oleh pemimpin-pemimpin lain (Basilus Besar, Athanasius, Cyrillus,dll), sehingga akhirnya seperti yang telah kita dengar, ia menjadi umum dalam Gereja. II. Pikiran dan tindakan Gereja adalah Oikumenis. Selain dari pada pertimbangan-pertimbangan yang biasa –yaitu bahwa istilah oikumene telah biasa dipakai untuk kon- sili-konsili dari Gereja seluruhnya, dan karena ia telah merang kumi semua Gereja, juga Gereja Katolik, dll., maka istilah ini enggan dipakai oleh Gerakan Oikumene, yang memulai seja rahnya dengan Konperensi Pekabaran Injil Sedunia di Edin -burg 1910. Baru kemudian –sesudah percakapan yang lama dan oleh Pengaruh Uskup Agung Sõderblom dari Upsala – ia diterima oleh Gerakan itu untuk Konperensi-konperen sinya dan Badan-badan yang ia dirikan. Sejak itu istilah Oikumene secara pelan diambil-alih oleh Gereja-Gereja Lokal, tetapi masing-masing dengan interpreta sinya sendiri. Untuk mencegah terjadinya kekacauan pendapat berhubung interpretasi yang berbeda-beda, Konperensi Oxford (dari “Life” and “work”) pada tahun 1937 memberikan Definisi yang berikut tentang Oikumene: Istilah Oikumenis menunjuk kepada cara, bagaimana keesaan yang dianugerahkan Tuhan telah menyatakan dirinya di dalam sejarah. Pikiran dan tinda kan Gereja adalah oikumenis, seberapa jauh pikiran dan tindakan itu berusaha merealisasikan Una Sancta, Perseku tuan orang-orang Kristen yang mengakui Kristus sebagai satu-satunya Tuhan. Definisi ini, sekalipun mungkin tidak lengkap, mengan dung beberapa unsur penting yang harus mendapat perhatian kita: 1 Pertama: istilah oikumene menunjuk pada usaha Gereja-Gereja untuk merealisasikan keesaannya di dalam dunia. Gereja Kristus, seperti yang kita lihat di mana-mana di dunia ini, adalah satu. Satu, karena Tuhan yang telah memilih, memanggil dan mengumpulkannya adalah satu dan karena Ia adalah tubuhNya : “satu tubuh dan satu Roh, seperti yang kamu telah dipanggil didalam satu harapan....satu Tuhan, satu percaya, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, yaitu Allah yang diatas semua dan oleh semua dan didalam semua” (Efesus 4:4-6). Kesatuan (keesaan) ini, yaitu kesatuan (keesaan), yang Tuhan sendiri telah anugerahkan, harus dinyatakan didalam dunia. Tugas menyatakan kesatuan (keesaan) ini adalah tugas oikou menes, artinya tugas dari semua Gereja yang tersebar di selu- ruh dunia. Tugas-tugas lain yang tidak ada sangkut-pautnya atau yang bertentangan dengan tugas ini bukanlah tugas oikoumenis. Kedua : istilah oikoumene menunjuk kepada sifat Gereja Kristus yang universal. Gereja Kristus yang esa itu tidak terdapat disuatu tanah atau negeri saja, tetapi tersebar di selu ruh dunia. Ia terkumpul dari “segala suku dan bahasa dan kaum dan bangsa” (Wahyu 5:9). Ia supranasional. Batas-batas nya tidak identik dengan batas-batas bangsa, suku bangsa dan bahasa. Lebih daripada itu : ia tidak kenal batas-batas demiki an (Kolose 3:11). Ia umum, universal. “Kita menyalah gunakan kata oikoumene, kalau kita melupa kan artinya yang universal. Kita tidak boleh membiasakan diri untuk menyebut tiap-tiap pertemuan (konferensi), yang kebe tulan dihadiri oleh wakilwakil dari lebih daripada satu Gereja, pertemuan (konferensi) “oikoumenis”. Kata ini merangkumi Gereja seluruhnya”. Ketiga : istilah oikoumene menunjuk kepada penyaksian dan pelayanan Gereja Kristus yang mencakupi seluruh dunia. Gereja Kristus bukan saja terpanggil untuk menyata kan keesaannya di dalam dunia, tetapi juga untuk memberi takan Injil kepada segala bangsa dengan perkataan dan perbuat an. Karena itu istilah oikoumene tidak boleh kita pakai secara introvert. Oikoumene berarti : seluruh Gereja untuk seluruh dunia. “Oikoumene Kristen hanya berhak menyebutkan dirinya demi kian kalau ia ingat, bahwa ia ada didunia untuk berfungsi seba gai garam dunia, artinya untuk menyatakan (mendemons trasikan) ‘oikoumene yang akan datang’ (Ibrani 2:5) ditengah-tengah oikoumene, yaitu seluruh dunia yang didiami”. Keempat : istilah oikoumene menunjuk kepada kepenuhan karunia-karunia rohani yang Tuhan berikan kepada Gereja nya yang tersebar diseluruh dunia. Tadi telah kita dengar, bahwa gereja tidak terdapat disuatu daerah yang tertentu saja, tetapi tersebar diseluruh dunia : di Eropa, di Amerika, di Australia, di Afrika, di Asia. Gereja-gereja itu ada disana dengan suatu tugas. Untuk dapat menunaikan tugas itu Tuhan memberikan kepada mereka karunia-karunia rohani (charisma ta) yang mereka butuhkan. Karunia-karunia rohani itu bukan saja berbeda-beda, tetapi juga terbatas. Tiap-tiap Gereja mene rima sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Karena itu tidak ada Gereja yang dapat menunaikan tugasnya seorang diri. Mereka saling membutuhkan. Sekarang benar ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh saja. Mata tidak dapat berkata kepada tangan : ‘Aku tidak me mbutuhkan engkau’, demikian pula kepala kepada kaki : ‘Aku tidak membutuhkan engkau’ (I Korintus 12:14-21). Gereja-gereja adalah anggota-anggota dari satu tubuh : tubuh Kristus. Mereka merupakan suatu keluarga. Dalam keluarga itu ada anggota yang menerima karunia untuk mengajar, ada yang menerima karunia untuk memimpin, ada yang menerima karunia untuk menyembuhkan orang, ada yang menerima karunia untuk membedakan roh, dll (I Korintus 12:8-10). Perbedaan-perbedaan ini bukanlah suatu pertentangan, tetapi suatu keaneka-ragaman yang mencerminkan kepenuhan karunia-karunia Tuhan yang Ia berikan kepada GerejaNya. Karena itu karunia-karunia ini tidak boleh disalahgunakan. Tidak boleh ada Gereja yang menganggap karunia, yang ia terima dari Tuhan, sebagai miliknya sendiri, sehingga ia memakainya dengan angkuh dalam perjalanannya kepada Gereja lain. Gereja, yang berbuat demikian, berdosa terhadap Tuhan yang memberikan karunia itu kepadanya. Sebaliknya tidak boleh juga ada Gereja yang 2 menganggap pelayanan, yang ia terima dari Tuhan, sebagai pelayanannya sendiri, sehingga ia tidak mau menerima bantuan Gereja lain kepadanya. Gereja, yang berbuat demikian, juga berdosa terhadap Tuhan yang mempercayakan pelayanan itu kepadanya. Dalam tubuh Kristus pelayanan antar anggota “kerjasama oikoumenis” adalah suatu unsur yang essensiil. Dalam perjalanan (“kerjasama”) itu tidak boleh dibuat perbeda an antara anggota (gereja) yang memberi dan anggota (Gereja) yang menerima. Prinsipiil semua Gereja yang menjalankan pelayanan Kristus didalam dunia adalah Gereja-gereja yang menerima. Pelayanan yang mereka berikan satu kepada yang lain adalah tugas, kewajiban mereka. “Tuhan Allah telah menyusun tubuh sedemikian rupa, sehing ga kepada anggota yang berkekurangan diberikanNya lebih banyak kemuliaan, supaya jangan ada perpecahan didalam tubuh itu, melainkan supaya anggota-anggota itu bersama-sama saling menolong. Kalau satu anggota menderita, semua anggota turut menderita dan kalau satu anggota dimuliakan, semua anggota turut bersukacita” (I Korintus 12:24-26). Demikianlah hendaknya hidup Gereja-gereja. Dan demikian lah pula hendaknya mereka menjalankan pelayanan mereka didalam dunia. 3