siaran pers kebijakan dalam rangka penguatan pengawasan

advertisement
Siaran Pers No. SP- 42 DKNS/OJK/11/2014
SIARAN PERS
KEBIJAKAN DALAM RANGKA PENGUATAN PENGAWASAN
SEKTOR JASA KEUANGAN, PENDALAMAN PASAR KEUANGAN
DAN PERLUASAN AKSES KEUANGAN MASYARAKAT
Jakarta, 19 November 2014. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan 20 (dua
puluh) kebijakan yang terdiri dari 6 (enam) POJK dibidang Perbankan, 7 (tujuh) POJK
di bidang Pasar Modal, 7 (tujuh) POJK di bidang Industri Keuangan Non Bank (IKNB).
Kebijakan OJK ini diterbitkan sebagai bagian dari rangkaian kebijakan yang
dikeluarkan OJK dalam rangka memperkuat pengawasan sektor jasa keuangan,
pendalaman pasar keuangan dan perluasan akses keuangan masyarakat. Semua ini
diharapkan akan mendorong terwujudnya sektor jasa keuangan yang kokoh,
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, merata dan berkesinambungan.
Ketua Dewan Komisioner OJK menjelaskan bahwa hampir 2 tahun OJK telah
beroperasi. Kami patut bersyukur bahwa dengan dukungan berbagai pihak, pengalihan
fungsi pengaturan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
menimbulkan kekosongan pengawasan. Pengalihan ini juga sekaligus menjadi awal
dimulainya era baru dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan di
Indonesia secara terintegrasi. OJK menyadari bahwa fungsi yang diamanatkan dalam
UU OJK tidak boleh hanya sekedar penggabungan belaka, namun harus terus
diperkuat.
Selama kurang lebih 2 (dua) tahun kiprahnya, cukup banyak inisiatif yang telah OJK
lakukan dalam menjalankan amanatnya, khususnya dalam mempersiapkan
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan secara terintegrasi, serta dalam
memperkuat edukasi dan perlindungan konsumen. Berbagai kemajuan yang telah
dicapai selama ini tentu patut disyukuri dan tidak terlepas dari dukungan berbagai
pihak.
Dalam periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014, OJK telah mengeluarkan
sebanyak 16 (enam belas) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), di antaranya
terkait perlindungan konsumen sektor jasa keuangan, pembelian kembali saham yang
dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang
berfluktuasi secara signifikan, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS),
penilaian tingkat risiko Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi Pihak Utama pada Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun,
Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Penjaminan, serta pengawasan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu, terdapat beberapa peraturan yang
merupakan penyempurnaan dari peraturan-peraturan sebelumnya yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan.
Selanjutnya, Ketua Dewan Komisioner OJK juga memaparkan bahwa mencermati
perkembangan makroekonomi global dan domestik, saat ini sektor jasa keuangan
nasional memang dihadapkan pada sejumlah risiko. Risiko-risiko tersebut perlu
diwaspadai karena dapat berdampak pada kemampuan sektor jasa keuangan dalam
menjalankan fungsi intermediasi. Namun, dengan modal yang ada saat ini, sektor jasa
keuangan optimis akan dapat melanjutkan pertumbuhan dan menunjukkan ketahanan
dalam menghadapi gejolak yang dapat terjadi.
------------------------------------- Page 1 of 3
Pemulihan ekonomi global secara umum masih menghadapi tantangan, terutama
mengingat proses pemulihan yang berjalan tidak merata. Di Amerika Serikat,
pemulihan ekonomi semakin solid sehingga The Fed telah memutuskan untuk
menghentikan program stimulus moneter, yang menjadi penopang ekonomi negara
tersebut pasca-krisis keuangan global tahun 2008. The Fed juga telah memberikan
sinyal akan melakukan normalisasi kebijakan moneter berupa peningkatan suku
bunga pada tahun 2015, yang berpotensi memberikan efek rambatan terhadap pasar
keuangan global. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, dan Tiongkok
cenderung melambat. Kondisi perekonomian Eropa dan Jepang masih belum
menunjukkan perbaikan berarti.
Seiring dengan pelambatan perekonomian global, perekonomian domestik juga
mengalami moderasi pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, pertumbuhan ekonomi
domestik tercatat 5,01% yoy, di tengah permasalahan twin deficit pada APBN dan
transaksi berjalan yang masih terjadi.
Selain itu, terdapat potensi tambahan tekanan terhadap perekonomian domestik
berupa peningkatan inflasi sebagai dampak dari kebijakan penyesuaian harga BBM
bersubsidi 2 hari yang lalu. Terkait dengan penyesuaian harga BBM tersebut, OJK
memandang bahwa dampaknya akan bersifat temporer. Bahkan dalam jangka panjang
kebijakan tersebut akan menyehatkan postur fiskal pada khususnya, dan
perekonomian secara umum melalui alokasi sumber daya yang lebih baik. Di sektor
keuangan, kami menyakini bahwa kenaikan BBM sudah diantisipasi oleh pelaku pasar
dan tidak akan mengganggu kinerja sektor keuangan secara signifikan.
Bagaimanapun, berbagai faktor risiko ekonomi domestik tersebut harus terus dicermati
potensi dampaknya terhadap kesehatan dan profil risiko lembaga jasa keuangan. OJK,
sebagai pengawas sektor jasa keuangan, akan secara aktif memantau perkembangan
dari hari ke hari untuk memastikan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga.
Dalam kaitannya dengan industri jasa keuangan, permasalahan utama adalah tingkat
kedalaman pasar keuangan, tingkat akses dan literasi keuangan masyarakat Indonesia
yang masih rendah. Masih dangkalnya pasar keuangan domestik membuat pasar
keuangan Indonesia menjadi lebih rentan terhadap gejolak.
Namun, di samping beberapa hambatan tersebut, perekonomian Indonesia masih
menyimpan potensi yang besar, baik dari ketersediaan sumber daya alam maupun
komposisi penduduk yang relatif muda dengan kelas menengah yang terus bertumbuh.
Muliaman Hadad menyampaikan bahwa sejak beberapa tahun belakangan, kita
menyaksikan perkembangan sektor keuangan yang semakin cepat. Sektor keuangan
menjadi semakin kompleks dan dinamis, dengan keterkaitan antar sektor yang
semakin erat, baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Selain itu, kita juga
menyaksikan pertumbuhan konglomerasi keuangan, yang menambah kompleksitas
transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.
Krisis ekonomi global, yang bersumber dari perilaku risk taking yang agresif memberi
pelajaran penting bagi regulator untuk memperkuat rambu-rambu pengaturan.
Penguatan pengaturan ini, pada dasarnya ditujukan untuk memperbaiki struktur
pasar agar menjadi semakin kokoh, efisien, dan lebih transparan sehingga memberikan
kemanfaatan bagi perekonomian yang berkelanjutan.
Penguatan struktur dan peningkatan peran sektor jasa keuangan tidak dapat
dilakukan secara parsial. Dalam rangka itu, OJK tengah menyusun suatu cetak biru
pengembangan sektor jasa keuangan yang akan diarahkan untuk mencapai 3 (tiga)
sasaran utama, yakni:
1)
mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan dalam mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional;
------------------------------------- Page 2 of 3
2)
3)
menjaga stabilitas sistem keuangan sebagai landasan bagi pembangunan yang
berkelanjutan; serta
mewujudkan kemandirian finansial masyarakat serta mendukung upaya
peningkatan pemerataan dalam pembangunan.
Mengambil momentum perbaikan struktur perekonomian nasional paska penyesuaian
harga BBM bersubsidi, OJK telah menetapkan prioritas penguatan pada beberapa
aspek yang diperlukan dalam jangka pendek, yang dituangkan dalam serangkaian
kebijakan yang akan diterbitkan pada beberapa kesempatan.
Pada kesempatan kali ini, beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan adalah sebagai berikut:
Perbankan :
1) POJK tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan
2) POJK tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi bagi Konglomerasi
Keuangan
3) POJK tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif
(Laku Pandai)
4) POJK tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
5) POJK tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Perbankan Syariah
6) POJK tentang Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Pasar Modal :
1) POJK tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal
2) POJK tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
3) POJK tentang Pedoman Penerbitan dan Pelaporan Efek Beragun Aset Berbentuk
Surat Partisipasi (EBA-SP) dalam Rangka Pembiayaan Sekunder Perumahan
4) POJK tentang Pedoman Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajer Investasi
5) POJK tentang Perizinan Wakil Manajer Investasi
6) POJK tentang Laporan Bulanan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Asset
(KIK-EBA)
7) POJK tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang
Efek
Industri Keuangan Non Bank (IKNB) :
1) POJK tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, dan
2) POJK tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah
3) POJK tentang Tata Kelola yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan
4) POJK tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan
5) POJK tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
6) POJK tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
7) POJK tentang Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Dengan diterbitkannya peraturan-peraturan ini, diharapkan sektor Jasa Keuangan
dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam menghadapi berbagai dinamika
perekonomian ke depan, sekaligus meningkatkan perannya dalam pembangunan
Nasional. OJK akan selalu melakukan pemantauan dan review secara berkala atas
pelaksanaan ketentuan dimaksud.
***
Informasi lebih lanjut: Lucky FA Hadibrata, Deputi Komisioner Manajemen Strategis I B,
Otoritas Jasa Keuangan, Tlp 021-3858001, email: [email protected] / www.ojk.go.id
------------------------------------- Page 3 of 3
Download