- hisfarsi jabar

advertisement
Meningitis adalah reaksi peradangan pada meninges,
membran yang melapisi otak
• Reaksi ini menimbulkan perubahan di cairan serebrospinal (CSS) yang
mengelilingi otak dan spinal cord yang dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran, seizur, peningkatan tekanan intracranial (ICP), dan stroke.
Meninges terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
• Dura mater - membran terluar yang melekat pada tengkorak bagian
dalam
• Arachnoid - membran tengah
• Pia mater - membran terdalam, yang melekat pada otak.
Pembagian penyakit
meningitis dilakukan
dengan
mempertimbangkan
penyebab dan lokasi
terjadinya meningitis
•Meningitis Bakterial
•Meningitis
Tuberkulosa
•Meningitis Viral
•Meningitis Jamur
Bakteri tersebut menyerang susunan saraf pusat
Infeksi biasa diawali dari infeksi nasofaring.
Memiliki sifat purulenta
Agen-agen bakteri meningitis diantaranya :
• Neisseria meningitis (meningokok),
• Streptococcus haemolyticuss,
• Staphylococcus aureus,
• Haemophilus influenzae,
• Escherichia coli,
• Klebsiella pneumoniae,
Hasil dari penyebaran primer meningitis (terjadi ke
organ paru)
Terjadi dikarenakan sebab sekunder pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang
belakang atau vertebrata kemudian pecah dan masuk
ke dalam rongga arakhnoid
Peradangan yang terjadi sebagian besar pada otak
dasar, batang otak (meningoensefalitis).
Bakteri penyebab : Mycobacterium tuberculosis.
 Disebut juga meningitis aseptik
Manifestasi dari penyakit seperti campak, mumps, herpes
simpleks, dan herpes zooster.
 Jenis meningitis ini tidak terbentuk eksudat dan tidak
ditemukan adanya organisme pada CSS.
 Biasanya relatif tidak parah dan dapat sembuh tanpa
pengobatan spesifik
 Inflamasi dan kerusakan jaringan pada otak terjadi
tergantung dari jenis sel yang terinfeksi virus.
 Virus yang biasa menjadi agen :
 Enterovirus (enteroviruses, coxsackieviruses, dan echoviruses), virus
cacar, herpes virus (Epstein-Barr virus, herpes simplex viruses,
varicella-zoster virus), virus campak, virus influenza
Meningitis yang disebabkan oleh jamur ini masih
relatif jarang ditemukan.
Jamur sebagai agen tidak langsung menjadi
penyebab gejala yang muncul atau menginfeksi
secara langsung.
Jamur tersebut jarang ditemukan dalam CSS
Pasien yang terinfeksi oleh jamur hanya dapat
ditemukan dalam beberapa hari sampai akhir minggu
pertumbuhannya.
Penyebabnya adalah jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris.
Secara umum tatalaksana dari meningitis bakterial adalah :
• pemberian dexamethason dan antibiotik empirik,
• dilanjutkan pemberian antibiotik spesifik setelah hasil kultur bakteri keluar
Antibiotik empirik diberikan dengan penyesuaian usia
pasien dan status kranial pasien.
Pemberian antibiotik empiris diperlukan hingga patogen
spesifik teridentifikasi.
Antibiotik spesifik, yaitu antibiotik yang digunakan ketika
bakteri penyebab telah diketahui spesifik jenisnya
Terapi didasarkan pada profil pasien seperti alergi, usia, dan kondisi
medis saat itu, penetrasi antibiotik, & spektrum aktivitasnya
Durasi terapi setidaknya berlangsung selama 48 – 72 jam atau
hingga diagnosis bakterial meningitis sudah hilang.
Dosis antibiotik pertama harus diberikan walaupun lumbar punktur
masih ditunda atau neuroimaging masih dalam proses.
Kelanjutan terapi harus berdasarkan penilaian perkembangan klinis,
kultur, dan hasil uji sensitivitas.
Antimikroba
Ampisilin
Sefepim
Sefotaksim
Seftriakson
Seftazidim
Gentamisin
Meropenem
Metronidazol
Nafsilin
Dosis Total Per Hari dan Interval Dosis
Anak (>1 bulan)
Dewasa
300(mg/kg)/d, q6h
12 g/d, q4h
150(mg/kg)/d, q8h
6 g/d, q8h
225-300(mg/kg)/d,
q6h
12 g/d, q4h
100(mg/kg)/d, q12h 4 g/d, q12h
150(mg/kg)/d, q8h
6 g/d, q8h
7,5(mg/kg)/d, q8h** 7,5(mg/kg)/d, q8h
120(mg/kg)/d, q8h
6 g/d, q8h
30(mg/kg)/d, q6h
1500 - 2000 mg/d, q6h
100-200(mg/kg)/d,
q6h
9-12 g/d, q4h
 Antibiotik spesifik yang digunakan untuk meningitis bakterial
Selain antibiotik beberapa obat yang
direkomendasikan :
Manitol digunakan pada pasien yang :
memiliki riwayat dan potensial terjadi syok sepsis.
Karena pasien tersebut harus diterapi dengan cairan dan
mungkin memerlukan dukungan obat inotropik.
mengalami peningkatan tekanan intrakranial
Deksametason diberikan secara intravena.
Sebagai agen yang mampu menurunkan edema serebral
efektif menurunkan gangguan pendengaran dan sekuel
neurologik
 Rekomendasi penggunaan deksametason pada infant dan anak
dengan meningitis H. influenza adalah dosis IV 0,15 mg/kg
setiap 6 jam selama 2-4 hari dimulai 10 – 20 menit sebelum
atau bersamaan dengan antimikroba dosis pertama.
 Hasil tidak memadai ketika diberikan setelahnya.
 Perlu dilakukan monitoring secara ketat terhadap tanda dan
gejala pendarahan GI dan hiperglikemia.
 Perhatian dari penggunaan obat ini adalah kemungkinan
penurunan penetrasi antibiotik ke CSS dengan menghambat
inflamasi meningeal.  Pada neonatus usia 1 bulan, mikroorganisme yang paling
umum adalah kelompok B atau D streptococci,
Enterobacteriaceae (misalnya, E coli), dan L monocytogenes.
 Pengobatan utama : Kombinasi ampisilin
 umur 0-7 hari: 50 mg / kg IV setiap 8 jam,
 umur 8-30 hari: 50-100 mg / kg IV setiap 6 jam) ditambah sefotaksim 50
mg/kg IV setiap 6 jam (sampai 12 g/hari).
 Pengobatan alternatif adalah ampisilin
 umur 0-7 hari: 50 mg/kg IV setiap 8 jam,
 umur 8-30 hari: 50-100 mg/kg IV setiap 6 jam) ditambah gentamisin
(umur 0-7 d: 2,5 mg / kg IV atau IM q12h , umur 8-30 d: 2,5 mg / kg IV
atau IM q8h).
 Pengobatan utama :
 sefotaksim (50 mg / kg IV setiap 6 jam, hingga 12 g/hari) atau
 ceftriaxone (dosis awal: 75 mg/kg, 50 mg/kg q12h hingga 4 g/hari )
 ditambah ampisilin (50-100 mg / kg IV setiap 6 jam).
 Pengobatan alternatif :
 kloramfenikol (25 mg / kg PO atau IV q12h) ditambah gentamisin
(2,5 mg / kg IV atau IM q8h.
 Jika prevalensi sefalosporin tahan S. pneumoniae (DRSP) >
2%, tambahkan vankomisin (15 mg/kg IV setiap 8 jam)
 Dipertimbangkan pemberian deksametason (0,4 mg / kg IV
q12h selama 2 hari atau 0,15 mg / kg IV setiap 6 jam selama 4
hari) mulai 15-20 menit sebelum dosis pertama antibiotik.
 Mikroorganisme yang paling umum adalah S. pneumoniae,
meningitidis N, dan H influenzae.
 Pengobatan utama :
 sefotaksim (50 mg/kg IV setiap 6 jam sampai dengan 12 g / hari) atau
 ceftriaxone (dosis awal : 75 mg/kg, kemudian 50 mg/kg q12h hingga 4
g/hari).
 Jika prevalensi DRSP > 2%, tambahkan vankomisin (15 mg/kg IV q8h).
 Pengobatan alternatif (atau jika alergi penisilin)
 Kloramfenikol (25 mg/kg PO/IV q12h) ditambah vankomisin (15 mg/kg IV
q8h).
 Dipertimbangkan pemberian deksametason (0,4 mg/kg IV q12h
selama 2 hari atau 0,15 mg/kg IV setiap 6 jam selama 4 hari)
mulai 15-20 menit sebelum dosis pertama antibiotik.
 Mikroorganisme yang paling umum adalah S. pneumoniae,
meningitidis N, dan Listeria monocytogenes.
 Di daerah prevalensi DRSP > 2%, pengobatan utama :
sefotaksim dosis anak: 50 mg/kg IV setiap 6 jam sampai dengan 12
g/hari; dosis dewasa: 2 g IV setiap 4 jam) atau
seftriakson (dosis anak: dosis awal : 75 mg/kg, kemudian 50 mg/kg
q12h hingga 4 g/hari; dosis dewasa: 2 g IV q12h)
ditambah vankomisin (dosis anak: 15 mg/kg IV setiap 8 jam; dosis
dewasa: 750-1000 mg IV atau q12h 10-15 mg/kg IV q12h).
Beberapa ditambah rifampisin (dosis anak: 20 mg/kg/hari IV; dosis
dewasa: 600 mg/hari PO
Jika dicurigai spesies Listeria, tambahkan ampisilin (50 mg/kg IV
setiap 6 jam).
Pengobatan alternatif (atau jika alergi
penisilin) :
kloramfenikol 12,5 mg / kg IV setiap 6 jam: atau
 klindamisin (dosis anak: 40 mg / kg / hari IV dalam
dosis 3-4; dosis dewasa: 900 mg IV setiap 8 jam: atau
meropenem (dosis anak: 20-40 mg / kg IV setiap 8
jam; dosis dewasa: 1 g IV setiap 8 jam: hindari
imipenem, karena proconvulsant).
 Di daerah dengan prevalensi rendah DRSP, gunakan :
 sefotaksim (dosis anak: 50 mg/kg IV setiap 6 jam sampai dengan 12 g/hari;
dewasa: 2 g IV setiap 4 jam) atau
 ceftriaxone (dosis anak: 75 mg/kg dosis awal kemudian 50 mg/kg q12h
hingga 4 g/hari; dewasa: 2 g IV q12h) ditambah ampisilin (50 mg/kg IV
setiap 6 jam).
 Pengobatan alternatif (atau jika alergi penisilin) :
 kloramfenikol (12,5 mg / kg IV setiap 6 jam) ditambah trimetoprim /
sulfametoksazol (TMP / SMX; TMP 5 mg / kg IV setiap 6 jam) atau
meropenem (dosis anak: 20-40 mg / kg IV setiap 8 jam ; dosis dewasa: 1 g IV
setiap 8 jam).
 Berikan deksametason (0,4 mg/kg q12h IV untuk 2 hari atau 0,15
mg/kg setiap 6 jam selama 4 hari) 15-20 menit sebelum dosis
pertama antibiotik.
 Pengobatan utama jika prevalensi DRSP lebih besar dari 2% :
 sefotaksim (2 g IV setiap 4 jam) atau
 ceftriaxone (2 g IV q12h)
 ditambah vankomisin (750-1000 mg IV q12h atau 10-15 mg / kg IV q12h).
 Jika CSF Gram noda menunjukkan basil gram negatif, gunakan ceftazidime
(2 g IV setiap 8 jam).
 Pengobatan utama di daerah prevalensi rendah DRSP, gunakan
 sefotaksim (2 g IV setiap 4 jam) atau
 ceftriaxone (2 g IV q12h)
 ditambah ampisilin (50 mg / kg IV setiap 6 jam).
 Pilihan lain untuk pengobatan termasuk meropenem, TMP / SMX, dan
doksisiklin.
 Berikan deksametason (0,4 mg/kg q12h IV untuk 2 d atau 0,15
mg/kg setiap 6 jam selama 4 d) 15-20 menit sebelum dosis pertama
antibiotik.
Dalam klasifikasi penyakit tuberkulosis
sendiri, meningitis tuberkulosis masuk
dalam klasifikasi TB Ekstra Paru Berat.
Penatalakasanaan meningitis tuberkulosis
terdiri dari tiga komponen yaitu :
• Obat Anti Tuberkulosis (OAT),
• Modulasi respon imun,
• Manajemen tekanan kranial.
Untuk manajamen tekanan kranial diberikan
dexamethason seperti meningitis bakterial.
Dexamethason diberikan dengan dosis :
• 10 mg intravena tiap 6 jam, kemudian diberikan 4 kali
dengan dosis 5 mg intravena selama 2 minggu selanjutnya.
• Setelah 2 minggu berlalu, dosis diturunkan perlahan
selama 1 bulan, hingga akhirnya pemberian dihentikan.
Regimen utama meningitis tuberkulosis adalah RHZE atau RHZS.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu :
• Fase intensif (2-3 bulan)
• Fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
• Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Meningitis
tuberkulosis dibagi menjadi dua yaitu :
• Kategori satu yaitu paparan pertama (pasien baru),
• Kategori dua (pasien kambuhan) yaitu pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis).
Tatalaksana
meningitis
tuberkulosis dibagi
menjadi dua pilihan
terapi, yaitu :
Dosis yang
diberikan
dikalkulasi
berdasarkan berat
badan
• Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
• Kombinasi paket.
• Berat badan pasien harus ditimbang
setiap bulan dan dosis pengobatan
harus disesuaikan apabila terjadi
perubahan berat badan
Pilihan Dosis untuk KDT Kategori Satu
Pilihan Dosis untuk Kombipak Kategori Satu
Pilihan Dosis untuk KDT Kategori Dua
Pilihan Dosis untuk Kombipak Kategori Dua
Meningitis viral harus diberikan antivirus dalam
penatalaksanaannya.
• Antivirus yang dapat diberikan adalah asiklovir.
• Pasien yang sakit parah diberikan :
• asiklovir intravena (15-30 mg/kg per hari dalam tiga dosis terbagi),
• diikuti dengan obat oral seperti asiklovir (800 mg lima kali sehari),
famsiklovir (500 mg tid), atau valasiklovir (1000 mg tid) dalam 7-14
hari.
• Pasien yang tidak cukup parah diobati dengan obat oral saja.
• Antivirus yang berhubungan dengan terapi HIV juga dapat diberikan
jika ada resiko awal meningoensefalitis HIV.
• Pemberian gansiklofir untuk infeksi yang berat dan telah dipastikan
kuat terdapat infeksi kongenital dan suspek HIV.
 Pasien dengan meningitis viral yang kekurangan imunitas
humoral seperti X-linked agammaglobulinemia
 harus diberikan gamma globulin IM atau immunoglobulin IV
 Kondisi cairan dan elektrolit harus dimonitor, yaitu :
 Pemberian elektrolit seperti natrium untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuh
 Pemberian obat diuretik untuk pengaturan pengeluaran cairan tubuh
 Untuk penanganan dari seizure diberikan antikonvulsant,
seperti lorazepam, fenitoin, midazolam, atau barbiturat secara
intravena dengan segera.
 Untuk pencegahan edema serebral diberikan mannitol dan
dexametason.
 Mannitol diberikan 0,25-05 g/kg setiap 6 jam.
Meningitis yang disebabkan oleh jamur harus
diterapi secara spesifik sesuai dengan jenis
jamurnya.
Beberapa jamur yang dapat menyebabkan
meningitis diantaranya adalah :
• Cryptococcus neoformans
• Coccidioides immitris.
Jenis
Nama Obat
Dosis
Ketentuan
Jamur
Pakai
Kriptokok Amfoterisin 1 mg selama 20-30 menit
Infus intravena
us
B
dilanjutkan dengan 250 mcg/kg bb/hari, selama 2
pelan-pelan dinaikkan sampai 1 mg/kg minggu
bb/hari; maksimum 1,5 mg/kg bb/hari atau dilanjutkan
selang sehari.
dengan
fluconazol.
Fluconazol DEWASA
Peroral,
Inisiasi: 400 mg, maint: 200 mg/hari-400
diberikan
mg/hari.
selama 8
ANAK
minggu hingga
6-12 mg/kgbb/hari.
kultur negatif.
Kokidioide Amfoterisin 0.5-1.5 mg/kg per hari atau Alternatif
IV
s
B
deoksikolat
Cara pencegahan meningitis :
•Imunisasi
•Kemoprofilaksis
Pemberian Imunisasi vaksin meningitis merupakan
tindakan yang tepat terutama didaerah yang diketahui
rentan terkena wabah meningitis,
Vaksin yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap
meningitis diantaranya adalah :
• Vaksin Haemophilus influenzae type b (Hib)
• program vaksinasi rutin anak
• Vaksin Meningokokus (ACW135Y)
• Persyaratan visa untuk menunaikan ibadah haji/umroh
• Vaksin pneumokokus konjugat (PCV), yang aktif melawan tujuh
serotipe umum dari patogen ini, telah jauh menurunkan kejadian
 Meningitis merupakan penyakit dengan potensi penularan yang
tinggi,
 Jika suatu individu kontak dengan pasien tersebut, perlu dilakukan
kemoprofilaksis guna mencegah penularan infeksi.
 Antibiotik profilaksis yang dapat digunakan :
 Ciprofloxacin 500-750 mg dosis tunggal atau
 Rifampisin sehari 2 x 600 mg selama dua hari.
 Alternatif : ceftriaxone (250 mg IM) sebagai dosis tunggal pada
orang dewasa (paling aman pada wanita hamil)
 Untuk anak harus diberi profilaksis tanpa memperdulikan status
imunisasinya.
 Profilaksis tidak perlu diberikan jika kontak sudah lewat dari 2
minggu dan tidak didapati adanya gejala infeksi.
 Meningitis merupakan suatu penyakit yang mengancam
jiwa dan memberikan sekuelae yang bernakna pada
penderita
 Tujuan dan prinsip terapi meliputi :
 eradikasi infeksi,
 mencegah morbiditas dan mortalitas,
 memulai antimikroba yang tepat,
 menyediakan terapi penunjang,
 mencegah penyakit melalui vaksinasi dan kemoprofilaksis.
Download