BABll LANDASAN TEORI Ll. Auditing .1.1. Pengertian Auditing Pada mulanya u diting ., diartikan sebagai pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menentukan kebenaran dari sebuah laporan keuangan dalam hal ini, mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan perhitungan dalam laporan tersebut, namun pada perkembangannya auditing diartikan sebagai pemeriksaan atas lapman keuangan untuk memberikan pendapat atas kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Secara sederhana pengertian auditing adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan membandingkan fakta, yaitu apakah fakta yang telal1ada sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pengertian auditing menurut Mulyadi dan Puradiredja, K (1998) adalah "suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevalusi bukti secant objektif mengenai pemyataan-pemyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pemyataan-pemyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemal(ai yang berkepentingan "( h.7 ). adalah bahwa laporan tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak untuk tujuan yang berbeda-beda. 2. Operational Audit (Pemeriksaan Operasimmal) Audit operasional merupakan penelaahan atas bagaimana pelaksanaan dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Efisiensi dan efektifitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara obyelctif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cendernng subyektif. Pada prakteknya, auditor operasional cendernng memberikan saran perbaikan prestasi keija dibandingkan melaporkan keberhasilan kelja yang sekarang. Dalam hal ini, audit operasional lebih merupakan konsultasi manajemen daripada audit. 3. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan) Tujuan dari complia-ace audit adalah untuk menentukan apakah kegiatan yang dilal(sanakan sesuai dengan prosedur atau peraturan perusahaan. Hasil dari pemeriksaan ketaatan biasanya dilaporkan kepada seorang didalam organisasi dan bukan kepada pihak diluar perusahaan. Pihak manajemen merupakan pihak yang mendapatkan kepastian bah.wa seluruh individu ya_ng berada didalam perusahaan telah mematuhi semua prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan. 4. Special Audit (Pemerikc"l!al!l. Spesial) Tujuan dari Special audit adalah untu.\ menentukan apakah kegiatan yang dilalc..sanakan ada teljadi penyelewengan atau koropsi. l.2.Audit Operasional l.2.1. Pel!llgertian Andit Operasiomd Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000), Audit Operasionai "suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari merupakan suatu perusahaan, departemen, atau setiap entitas dan subtitas yang dapat dibuat "(ld0). Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak pemsahaan atau pihak lain bertujuan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta menilai apakah cara-cara pengelolaan yang diterapka..n dalam kegiatan tersebut sudah beljalan dengan baik. Pada akbir suatu pemeriksaan operasional diajukan rekomendasi kepada manajemen untuk memperbaiki prosedur dan kebijaksanaan dari sistem operasinya. Menurut Kartika Hadi yang dikutip oleh Agoes (1999), "Pengertiail dari efektifitas dan efisien adalah : Sedangkan Kata operasional digunakan untuk mengidentifikasi suatu sifat yang berbeda dari pemeriksaan keuangan yaitu yang berhubungan dengan pengidentifikasian peluang-peluang untuk mencapai efisiensi atau untuk memperbaiki efektifitas dala_rn pelaksanaan operasi perusahaan. Pemeriksaaan operasional mencakup suatu penelitian atas operasi manajemen atau admirristrasi dengan berdasarkan pada aspek-{!spek yang telah diseleksi dari ak:tivitas suatu orgamsas!. .2.2. Tujmm dan Manfaat Audit Operasiomd Muiyadi dan. Puradiredja (1998) menyata..kan bahwa tujuan dari audit operasional itu ada!ah: a. l'vfengevaluasi kinerja perusahaan Meliputi kegiatan da.'l. fungsi yang diperiksa yaitu membandingkan cara fungsi tersebut melakukan ak+Jvitasnya dengan tujua.'l yang telah ditetapkan oleh manajemen atau pihak yang menugaskan pemeriksaan, selain itu dibandingkan pula dengan hiteria pengukuran lainnya. b. Mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan Peningkatan nilai ekonomis, efek-tifitas dan efisiensi merupakan kategori dari kebanyakan perbaikan yang dapat diklasi:fikasi. Dari tujllfu1yang hendak dicapai da!am suatu pemeriksaan operasional jelas terlihat bahwa pemeriksaan operasional memberikan bantuan kepada pihak manajemen untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari perusahaan dengan mengidentifikasi, menilai serta melaporkan masalah-masalah dan kebijaksanaan yang tidak efektif dan tidak efisien, prosedur yang kurang baik dan hal--hal lain yang akan merugikan pemsahaan. Peningk-atan efisiensi dan efektifitas perusahaan akhimya tergantung pada pihak manajemen, yaitu dilaksanakannya rekomendasi-rekomendasi yang diperoleh sebagaimana mestinya. Jadi sejauh mana pemeriksaan operasional dapat berperan didalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas ditentukan oleh kualitas pemeriksaan dan tanggapan dari pihak manajemen. Peran manajemen tetap yang paling menen:tv..kan dalam upaya mencapai peni.ngkatan efisiensi da.'l efektifitas usaha atau operasi. Sebaik apa:pun pemeriksaan operasional yang dilaksanakan, tercapainya tujuan untuk meningkatkan ditentukan oleh efisiensi dan efektifitas usaha tetap keputusan manajemen. Pemeriksaan operasional hanya dapat menyampaikan secara obyektif menge11ai hal-hal atau bidang-bidang ya.'lg menvebabkan ten1·adinva inefisiensi dan inefek:tifitas serta merekomendasikan " " usaha - usalm perbaikan untuk mengatasinya. d. Dapat menetapkan efektifitas dan efisiensi sistem pengendalian manajemen. e. Dapat menetapkan tingkat kehandalan dan manfaat dari berbagai laporan f Dapat mengidentifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin Juga penyebabnya. g. Dapat mengidentifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lehih meningkatkan laba, mendorong pendapatan dan mengurangi biaya atau hambatan dalam organisasi. .2.3.Kategori Audit Operasional Tiga kategori audit operasional menurut Arens dan Loebbecke (1999), yaitu: 1. Fungsionai Fungsional merupakan suatu aiat penggolongan kegiatan usa.lm perusa. aan seperti fungsi penagihan atau fungsi produksi. Ada banyak cara untu.,'< menggolongkan dan membagi lagi fungsi - fungsi yang ada. Misalnya, terdapat fungsi akuntansi, tempi terdapat juga fungsi - fungsi pengelua:ran kas, penerimaan kas, dan pembayaran gaji. Ada fungsi penggajian, tetapi ada pula fungsi penerimaan pegawai, perhitungan waktu dan pembayaran gaji. Mereka dapat lebih efisien, seluruh wa.\ct!.1 mereka umuk memeriksa dalam bidang itu. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan. Fungsi rekayasa produksi berinteraksi dengan fimgsi pabrikasi dan fungsi iaiunya dalam suatu organisasi. 2. Organisasional Audit operasional atas suatu orga..Lisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit organisasi adalah sepert:i efisiensi da11 efektifitas fungsi - fungsi dan saling berinteraksi. Rencana orga.nisasi da.n metode metode U!J.tuk mengkoordinasikan aktifitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini 3. Penugasan khusus Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaa.n manajemen. Ada banya.k variasi dalam audit sepetti itu. Contoh - contohnya mencakup penentuat< penyebab tidak el:ektifuya sistem penyelidikan kemungkinan fraud dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang. L2.4.Hnbnng:m Antara Audit Operasional dan Pengendalian Intern Struktur pengendalian intern adalah kebijaka.n dan prosedu:r yang terhadap pimpinan maupun terhadap bawahan atau karyawan sehingga terciptalah suatu kehannonisan dalam perusahaan. Pengendalian intern meliputi rencana organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam suatu harta kekayaanya, menguji ketepatan dan dapat dipercaya, menggalakkan perusahaan untuk mengamankan sampai seberapa jauh data akuntansi efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan. Menurnt Arens dan Loebbecke (1999), manajemen membentuk suatu struktur pengendalian intern untuk membantu mencapai sasaran perusahaan, sudah tentu dua sasaran penting semua organisasi ada!ah efisiensi dan efektifitas. Empat kepentingan dalam menyusun struktur pengendalian intern yang baik adalah : 1. untuk menyediakan data yang dapat diandalkan 2. untuk mengamankan aktiva dan catatan catatan 3. untuk meningkatkan efisiensi operasional 4. untuk mendukung ketaatan pada kebijakan yang sudah ditetapkan l.2.5.Penentmm Kriteria Auditing Menurnt Arens dan Loebbecke yang dikntip oleh Tunggal, A W. (2001) menyatakaii, "sum:ber '- sumber yang dijadikan !criteria audit operasional antara Dalam hal ini prestasi kelja dari perusahaan sejenis dapat digunakan sebagai kriteria untuk dibandingkan dengan prestasi kelja yang dicapai perusahaan. 3. Engineered Standards (Standar-Standar Rekayasa). Meskipun kriteria ini sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional, tetapi memerluklln banyak waktu. dan biaya karena memerlllkan keahlian yang cukup untuk menentukan standar tersebut. Misalnya studi walttu dan geral< untuk menentukan tingkat keluaran prodnksi. 4. Discussion and Agreement (Pembahasan dan Persetujuan). Penentuan kriteria kadang -kadang sulit dilak:ukan dan memakan biaya. Oleh karena itu penetapan standar dilakukan melalui dislrnsi dan persetujuan bersama antara pihak manajer auditor operasional dan pihak yang akan menerima laporan hasil audit operasional. U.l.i'i. Tallap- Tallap Audit Operasional Arens dan Loebbecke (1999) menyatakan, tahapan audit operasiona!terdiri dari: 1. Preliminary Survey (Survei Pendahuluan) Tujuan dari survei pendahulan adalah untuk mendapatkan infonnasi umum dan latar belakang dalru.n waktu relatif singkat, mengena:i semua aspek dari Dalam hal ini prestasi kelja dari perusahaan sejenis dapat digunakan sebagai organisasi, kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan bulcti-bulcti mengenai tentative audit objective dengan me!akukan pengetesan terhadap transaksi transaksi pemsahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen. 3. Detail Examination (Pengujian Terinci) Dalam tahap ini, auditor hams mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, material dan yang dilakukan relevan untuk dapat menentukan tindakan apa manajemen dan pegawai pemsahaan yang saja mempakan penyimpangan-penyimpangan terhadap kriteria dalam firm audit abjective, dan bagaimana efek dari penyimpangan tersebut dan besar kecilnya efek tersebut yang menimbulkan kemgian pemsahaan. 4. Report Development (Pengembangan Laporan) Tahap laporan merupal<an penyusunan hasil pemeriksaan, termasuk rekomendasinya. Temuan audit hams dilengkapi dengan kesimpulan dan saran, serta hams direview oleh audit manager. 2.7. Telmik-Telmik Audit Operasional Dalam melaku.kan operasional audit ada beberapa teknik-teknik pengujian yang mesti lcita lakukan, yaitu : I. Pengamatan dilaksauakan secara tertulis, yaitu dengan memberikan semacam kuesioner kepada pihak yang diwaWlillcara. 3. Analisa Analisa berarti menguraikan. Analisa dalam pengertian auditing berarti menguraikan informasi ke dalam unsur-unsumya sehingga auditor dapat melihat adanya hubungan-hubungan penting antara satu unsur dengan unsur lainnya yang sebelurnnya tidak tampak, karena unsur-unsur tersebut saling meuutup. 4. Verifikasi Verifikasi adalah usaha pembuktian kebenaran, kecermatan, keaslian atau keabsahan dari suatu masalah. Verifikasi biasanya dipergunakan untuk mengukuhkan apa yang tertulis dikaitkan dengan fukta yang ada, atau untuk membuktikan kebenaran dari suatu pemyataan. 5. Peuyelidikan Penyelidikan atau investigasi merupakan upaya untuk mengupas secara ekstensif suatu pennasalaban yang perlu dijabarkan, diuraikan atau dite!iti. Penyelidikan merupakan proses mendalami, karerumya penyelidikan barn dapat dilaksanakan setelab ada suatu indikasi terlebih dabulu. 6. Evaluasi LJ. MIIU"IIl!ISi l.3.1.Sejarah Asuransi Sims Acaius.com menjelaskan bahwa konsep asuransi sebenamya sudah dikenal sejak jaman sebelum maseru dimana manusia pada masa itu menyelamatkan jiwanya dati berbagai ancaman, antara lain telah kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenlli kekurangan bahan makanan teljadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja Firaun berkuasa. Suatu hari sang raja bennirnpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalarni panen yang berlimpah dan kemudjan diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk beljaga-jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Firaun mengikuti saran Nabi Yusuf dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama sebagai cadangan bahan makanan pada rnasa paceklik. Dengan demikian pada masa 7 tahun paceklik ralcyat Mesir terhindar dari risiko bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh negeri. Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor di Italia membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatirn dari para anggota yang rneninggal. dibayar oleh anggota yang bemasib baik (fortunate) dengan mengguni!kan dana yang telah dikumpulkan sehelumnya. Perlrumpulan semacam ini merupakan salah satu kohsep awal timbulnya asuransi, yaitu orang-orang yang beruntung atau bemasib baik membantu orangorang yang tidak beruntung. l.3.2. Pengerti11n Asunmsi Asuransi Sinar Mas dal.am situsnya "SinarMas.co.id" menjelaskan bahwa "Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana piliak tertanggung mengikat d.iri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi asuransi untuk memberi penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang d.i harapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan d.iderita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan." BlliSaAsuransi.com menjelaskan bahwa banyak definisi yang telah diherikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa d.imaklum.i, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka kepadanya kru:ena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu". Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang beljanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. b. Pihak peuanggung (insure) yang beljanji akan membayar sejumlab uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secarn berangsurangsur apabila teljadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. c. Suatu peristiwa (accident) yang tak temtentu (tidak diketabui sebelurnnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu. 2. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack : "Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unitunit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung". 3. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: "Asuransi adalah suatu a. "Asuranai adalah Slllltu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung". b. "A=si adalah suatu persetujuan dengan mana dill! atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial". Berdasarkan defmisi-definisi tersebm di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semllll sudut pandang :"Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonornian, dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang culrup besar, agar probabilitas kerugiarmya dapat diramalkan dan bila kerugian yang dirarnalkan terjadi akan dibagi secars pmposional oleh semua pihak dalam gahlli"llgan itu". l.3.3. Prinsip-prinsip Asunmsi Ada beberapa prillSip-prinaip pokok Asuransi yang sangat penting yang hams dipenuhi baik oleh tertanggung maupun penanggung agar kontrak/perjanjian asuransi berlak:u (tidak batal). Adapun prinsip-prinaip pokok asurallSi tersebut, yaitu: 1. I unuble Interest (.Kepentingan Yang Dipertanggnngkan) Anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila 2. Utmost Good Faith (Kejujmran Sempwrna) Yang dimaksudkan adalah bahwa Anda berkewajiban memberitahukan sejelasjelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti. J. luulemnity (Indemnitas) Apabila obyek yang diasumnsikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian maka kami akan memberikan ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan Anda setelah teljadi kerugia.n menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi kerugian. Dengan demikian Anda tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang Anda derita. 4. Subrogation (Subrogasi) Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maim penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung". 5. Contribution (Kontribusi) Anda dapat saja mengasuransikan harta benda yanga sama pada bebempa perusahaan asuransi. Namun bila teljadi kerugian atas obyek yang diasuransikan maka secam otomatis berlalru prinsip kontribusi. Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila kami telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak Anda, maka kami berhak menuntut pemsahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sarna menutup asuransi harta benda milik Anda) untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besamya sebanding denganjumlah pertanggungan yang ditutupnya. 6. Pruximate Cause (Kllusa Proksimal) Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama kami akan mencari sebab-sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhimya teljadilah musibah atau kecelakaan tersebut Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kemgian yang aktif dan efisien adalah: "Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus. · Meningkatkan efisiensi, karena tida.k perlu secara ldlusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untnk memberikan perlindungan yang memakan banyak: tenaga, waktu dan biaya. · Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu menggantilmembayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tida.k tentu dan tidak pasti. · Dasar bagi pihak bank untnk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang. · Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa. MenutupLoss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tida.k dapat berfungsi (bekelja). 11.4.Penjrumllm 11.4.1. Pengerti:m Penjualan Penjualan merupakan sumber pendapatan pokok bagi perusahaan dimana hasil pendapatan yang diperoleh dalam membiayai kelangsungan hidup menyesuaikan hasil dari pelayanan dengan kebutuhan itu dengan tidak merugikan dan kelllltungan akan kita raih setelah setiap masalah terjawab dan setiap keberatan telah teratasi yang mengalcibatkan terjadinya pesanan_" (h.8)_ Jung (2002), menegaskan bahwa "tujuan utama dari divisi penjualan antara lain, yaitu : l_ Melakukan program administrasi penjualan untuk mendukung strategi penjualanjangka pendek maupun jangka panjang_ 2. Membuat rencana penjualan untuk semua jenis produk_ 3_ Menjalankan fungsi pelayanan langganan yang efektif dalam organisasi_" (h.l50)_ Menurut Mulyadi (2001) aktivitas penjualan dalam perusahaan secara umum dibagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Penjualan tunai Penjualan yang dilalrukan dengan cam pelanggan membayar harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pelanggan, setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pelanggan dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan. b. Penjualan kredit Tujuan ini hanya dapat tercapai apabila penjualan dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Umumnya ada tiga tujuan utama dalam penjualan bag:i suatu perusahaan, yaitu: a. mencapai volume penjualan tertentu b. memperoleh laba tertentu c. menunjang pertumbuhan perusahaan Untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat dilaknkan untuk penjualan saja, dalam hal ini diperlukan kerjasama dan bag:ia.n koordinasi yang efektif dengan bagian - bag:ian yang lain seperti : bagian produksi yang membuat produksinya, bag:ian keuangan yang menyediakan dananya , bag:ian personalia yang menyediakan tenaga keijanya. I.4.2. l'engendallian Intern Atas Fumgsi l'enjnallln Menurut Mulyadi Kanalm Puradiredja (1998) pengendalian intern adalah "snatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan karyawan lain yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan beriknt ini : a. keandalan atas laporan keua.ngan 2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan fonnulir, namun dijalru.1kan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personellain. 3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan da!am pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak. 4. Pengendalian intern ditnjukan untuk mencapai tnjuan yang saling berkaitan : pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi. Unsur - unsur pengendalian intern terhadap penjualan menuru.t Mulyadi (1998) adalah sebagai berikut: I. organisasi a. fungsi penjualan hams terpisah dari fungsi kas b. fungsi kas hams terpisah dari fungsi akuntansi c. transaksi penjualan tunai ha:rus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, b. penenmrum kas membubuhkan cap diotorisasi "lunas" oleh pada fungsi kas dengan faktur pelljualan tunai cam dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut c. pelljnalan dengan kartu kredit bank didahului dengan penuintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit. d. Penyerahan bar3.-'lg diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap " sudah disahkan " pada faktur penjualan tunai e. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada fulctur penjnalan tunai 3. praktik yang sehat a. faktur penjnalan tunai bernomor umt tercetak dan pernakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjna!an b. jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor selurulmya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kelja berikutnya. c. Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern. Penjnalan merupakan sumber utama perusahaan, dimana perusahaan 2. Transaksi penjwlan yang telah teljadi telah dicatat (completeness). 3. Transak:si penjualan telah disahkan dengan layak (authorization). 4. Penjualan yang dicatat adalah sejumlah barang yang dikirim dan secara benar ditagih dan dicatat. 5. Penjualan dicatat tepat pada waklunya (timing). 6. Transaksi penjualan telah diklasifikasikan secara tepat (clasiflcation). 7. Transak:si penjualan telah dibukukan secara tepat dan diringkas dengan benar (posting and summarizing).