BABll LANDASAN TEORI Ll. Auditing .1.1. Pengertian Auditing Pada

advertisement
BABll
LANDASAN TEORI
Ll. Auditing
.1.1. Pengertian Auditing
Pada mulanya u
diting
.,
diartikan sebagai pemeriksaan atas
laporan
keuangan untuk menentukan kebenaran dari sebuah laporan keuangan dalam hal
ini,
mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan perhitungan dalam
laporan tersebut, namun pada
perkembangannya auditing diartikan sebagai
pemeriksaan atas lapman keuangan untuk memberikan pendapat atas kewajaran
dari laporan keuangan tersebut. Secara sederhana pengertian auditing adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan membandingkan fakta, yaitu apakah fakta yang
telal1ada sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Pengertian auditing menurut Mulyadi dan
Puradiredja, K (1998) adalah
"suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevalusi bukti secant objektif
mengenai pemyataan-pemyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pemyataan-pemyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemal(ai yang berkepentingan "( h.7 ).
adalah bahwa laporan tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak untuk tujuan
yang berbeda-beda.
2. Operational Audit (Pemeriksaan Operasimmal)
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagaimana pelaksanaan dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya. Efisiensi dan efektifitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit
pengevaluasiannya secara obyelctif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang
digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cendernng
subyektif. Pada prakteknya, auditor operasional cendernng memberikan saran
perbaikan prestasi keija
dibandingkan melaporkan keberhasilan kelja
yang
sekarang. Dalam hal ini, audit operasional lebih merupakan konsultasi manajemen
daripada audit.
3. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Tujuan dari complia-ace audit adalah untuk menentukan apakah kegiatan
yang dilal(sanakan sesuai dengan prosedur atau peraturan perusahaan. Hasil dari
pemeriksaan ketaatan biasanya dilaporkan kepada seorang didalam organisasi dan
bukan kepada pihak diluar perusahaan. Pihak manajemen merupakan pihak yang
mendapatkan kepastian bah.wa seluruh individu ya_ng berada didalam perusahaan
telah mematuhi semua prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan.
4. Special Audit (Pemerikc"l!al!l. Spesial)
Tujuan dari Special audit adalah untu.\ menentukan apakah kegiatan yang
dilalc..sanakan ada teljadi penyelewengan atau koropsi.
l.2.Audit Operasional
l.2.1. Pel!llgertian Andit Operasiomd
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000), Audit Operasionai
"suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari
merupakan
suatu perusahaan,
departemen, atau setiap entitas dan subtitas yang dapat dibuat "(ld0).
Pemeriksaan
yang dilakukan oleh
pihak pemsahaan
atau pihak lain
bertujuan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta menilai apakah
cara-cara pengelolaan yang diterapka..n dalam kegiatan tersebut sudah beljalan
dengan baik. Pada akbir suatu pemeriksaan operasional diajukan rekomendasi
kepada manajemen untuk memperbaiki prosedur dan
kebijaksanaan dari
sistem
operasinya.
Menurut Kartika Hadi yang dikutip oleh Agoes (1999), "Pengertiail dari
efektifitas dan efisien adalah :
Sedangkan Kata operasional digunakan untuk mengidentifikasi suatu sifat
yang berbeda dari pemeriksaan keuangan yaitu yang berhubungan dengan
pengidentifikasian
peluang-peluang
untuk
mencapai
efisiensi
atau
untuk
memperbaiki efektifitas dala_rn pelaksanaan operasi perusahaan. Pemeriksaaan
operasional mencakup suatu penelitian atas operasi manajemen atau admirristrasi
dengan berdasarkan pada aspek-{!spek yang telah diseleksi dari ak:tivitas suatu
orgamsas!.
.2.2. Tujmm dan Manfaat Audit Operasiomd
Muiyadi dan. Puradiredja (1998) menyata..kan bahwa tujuan dari audit
operasional itu ada!ah:
a. l'vfengevaluasi kinerja perusahaan
Meliputi kegiatan da.'l. fungsi yang diperiksa yaitu membandingkan cara fungsi
tersebut melakukan ak+Jvitasnya dengan tujua.'l yang telah
ditetapkan oleh
manajemen atau pihak yang menugaskan pemeriksaan, selain itu
dibandingkan
pula dengan hiteria pengukuran lainnya.
b. Mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan
Peningkatan nilai ekonomis, efek-tifitas dan efisiensi merupakan kategori dari
kebanyakan perbaikan yang dapat diklasi:fikasi.
Dari tujllfu1yang hendak dicapai da!am suatu pemeriksaan operasional jelas
terlihat bahwa pemeriksaan operasional memberikan bantuan kepada pihak
manajemen untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
perusahaan dengan
mengidentifikasi, menilai serta melaporkan masalah-masalah dan
kebijaksanaan
yang tidak efektif dan tidak efisien, prosedur yang kurang baik dan hal--hal lain
yang akan merugikan pemsahaan.
Peningk-atan efisiensi dan efektifitas perusahaan akhimya tergantung pada
pihak
manajemen,
yaitu
dilaksanakannya
rekomendasi-rekomendasi
yang
diperoleh sebagaimana mestinya. Jadi sejauh mana pemeriksaan operasional dapat
berperan didalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas ditentukan oleh kualitas
pemeriksaan dan tanggapan dari pihak manajemen. Peran manajemen tetap yang
paling menen:tv..kan dalam upaya mencapai peni.ngkatan efisiensi da.'l efektifitas
usaha atau operasi. Sebaik apa:pun
pemeriksaan operasional yang dilaksanakan,
tercapainya tujuan untuk meningkatkan
ditentukan oleh
efisiensi dan efektifitas usaha tetap
keputusan manajemen. Pemeriksaan operasional hanya dapat
menyampaikan secara obyektif menge11ai
hal-hal
atau bidang-bidang ya.'lg
menvebabkan ten1·adinva inefisiensi dan inefek:tifitas serta merekomendasikan
"
"
usaha - usalm perbaikan untuk mengatasinya.
d. Dapat menetapkan efektifitas dan efisiensi sistem pengendalian manajemen.
e. Dapat menetapkan tingkat kehandalan dan manfaat dari berbagai laporan
f
Dapat
mengidentifikasi daerah-daerah
permasalahan dan
mungkin Juga
penyebabnya.
g. Dapat mengidentifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk
lehih meningkatkan laba, mendorong pendapatan dan
mengurangi biaya atau
hambatan dalam organisasi.
.2.3.Kategori Audit Operasional
Tiga kategori audit operasional menurut Arens dan Loebbecke (1999),
yaitu:
1. Fungsionai
Fungsional merupakan suatu aiat penggolongan kegiatan usa.lm perusa. aan
seperti fungsi penagihan atau fungsi
produksi. Ada banyak cara
untu.,'<
menggolongkan dan membagi lagi fungsi - fungsi yang ada. Misalnya, terdapat
fungsi akuntansi, tempi terdapat juga fungsi - fungsi pengelua:ran kas, penerimaan
kas, dan
pembayaran gaji. Ada fungsi penggajian, tetapi ada pula fungsi
penerimaan pegawai, perhitungan waktu dan pembayaran gaji.
Mereka dapat lebih efisien, seluruh wa.\ct!.1 mereka umuk memeriksa dalam bidang
itu. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling
berkaitan. Fungsi rekayasa produksi berinteraksi dengan fimgsi pabrikasi dan
fungsi iaiunya dalam suatu organisasi.
2. Organisasional
Audit operasional atas suatu orga..Lisasi
menyangkut keseluruhan unit
organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam
suatu audit organisasi adalah sepert:i efisiensi da11 efektifitas fungsi - fungsi dan
saling
berinteraksi.
Rencana
orga.nisasi da.n
metode
metode
U!J.tuk
mengkoordinasikan aktifitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini
3. Penugasan khusus
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaa.n manajemen.
Ada banya.k
variasi dalam audit sepetti itu.
Contoh - contohnya mencakup
penentuat< penyebab tidak el:ektifuya sistem penyelidikan kemungkinan fraud
dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi
suatu barang.
L2.4.Hnbnng:m Antara Audit Operasional dan Pengendalian Intern
Struktur
pengendalian
intern
adalah
kebijaka.n dan
prosedu:r yang
terhadap pimpinan maupun terhadap bawahan atau karyawan sehingga terciptalah
suatu kehannonisan dalam perusahaan.
Pengendalian intern meliputi rencana organisasi dan semua metode serta
kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam suatu
harta kekayaanya, menguji ketepatan dan
dapat
dipercaya, menggalakkan
perusahaan untuk mengamankan
sampai seberapa jauh data akuntansi
efisiensi
usaha
dan
mendorong
ditaatinya
kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.
Menurnt Arens dan Loebbecke (1999), manajemen membentuk suatu
struktur pengendalian intern untuk membantu mencapai sasaran perusahaan, sudah
tentu dua sasaran penting semua organisasi ada!ah efisiensi dan efektifitas. Empat
kepentingan dalam menyusun struktur pengendalian intern yang baik adalah :
1. untuk menyediakan data yang dapat diandalkan
2. untuk mengamankan aktiva dan catatan catatan
3. untuk meningkatkan efisiensi operasional
4.
untuk mendukung ketaatan pada kebijakan yang sudah ditetapkan
l.2.5.Penentmm Kriteria Auditing
Menurnt Arens dan Loebbecke yang dikntip oleh Tunggal, A W. (2001)
menyatakaii, "sum:ber '- sumber yang dijadikan !criteria audit operasional antara
Dalam hal ini prestasi kelja dari perusahaan sejenis dapat digunakan sebagai
kriteria untuk dibandingkan dengan prestasi kelja yang dicapai perusahaan.
3. Engineered Standards (Standar-Standar Rekayasa).
Meskipun kriteria ini sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional,
tetapi memerluklln banyak waktu. dan biaya karena memerlllkan keahlian yang
cukup untuk menentukan standar tersebut. Misalnya studi walttu dan geral<
untuk menentukan tingkat keluaran prodnksi.
4. Discussion and Agreement (Pembahasan dan Persetujuan).
Penentuan kriteria kadang -kadang sulit dilak:ukan dan memakan biaya. Oleh
karena itu
penetapan standar dilakukan melalui dislrnsi dan persetujuan
bersama antara pihak manajer auditor operasional dan pihak yang akan
menerima laporan hasil audit operasional.
U.l.i'i. Tallap- Tallap Audit Operasional
Arens dan Loebbecke (1999) menyatakan, tahapan audit operasiona!terdiri
dari:
1. Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)
Tujuan dari survei pendahulan adalah untuk mendapatkan infonnasi umum dan
latar belakang dalru.n
waktu relatif singkat,
mengena:i semua
aspek
dari
Dalam hal ini prestasi kelja dari perusahaan sejenis dapat digunakan sebagai
organisasi, kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk
Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mendapatkan bulcti-bulcti mengenai
tentative audit objective dengan me!akukan pengetesan terhadap transaksi transaksi pemsahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen.
3.
Detail Examination (Pengujian Terinci)
Dalam tahap ini, auditor hams mengumpulkan bukti-bukti yang cukup,
kompeten, material dan
yang
dilakukan
relevan untuk dapat menentukan tindakan apa
manajemen dan
pegawai
pemsahaan
yang
saja
mempakan
penyimpangan-penyimpangan terhadap kriteria dalam firm audit abjective, dan
bagaimana efek dari penyimpangan tersebut dan besar kecilnya efek tersebut
yang menimbulkan kemgian pemsahaan.
4.
Report Development (Pengembangan Laporan)
Tahap
laporan
merupal<an penyusunan
hasil
pemeriksaan,
termasuk
rekomendasinya. Temuan audit hams dilengkapi dengan kesimpulan dan saran,
serta hams direview oleh audit manager.
2.7. Telmik-Telmik Audit Operasional
Dalam melaku.kan operasional audit ada beberapa teknik-teknik pengujian
yang mesti lcita lakukan, yaitu :
I. Pengamatan
dilaksauakan secara tertulis, yaitu dengan memberikan semacam kuesioner
kepada pihak yang diwaWlillcara.
3. Analisa
Analisa
berarti
menguraikan.
Analisa
dalam
pengertian
auditing
berarti
menguraikan informasi ke dalam unsur-unsumya sehingga auditor dapat melihat
adanya hubungan-hubungan penting antara satu unsur dengan unsur lainnya
yang sebelurnnya tidak tampak, karena unsur-unsur tersebut saling meuutup.
4. Verifikasi
Verifikasi adalah usaha pembuktian kebenaran, kecermatan, keaslian atau
keabsahan dari
suatu
masalah. Verifikasi biasanya dipergunakan untuk
mengukuhkan apa yang tertulis dikaitkan dengan fukta yang ada, atau untuk
membuktikan kebenaran dari suatu pemyataan.
5. Peuyelidikan
Penyelidikan atau investigasi merupakan upaya untuk mengupas secara ekstensif
suatu pennasalaban yang perlu dijabarkan, diuraikan atau dite!iti. Penyelidikan
merupakan proses mendalami, karerumya penyelidikan barn dapat dilaksanakan
setelab ada suatu indikasi terlebih dabulu.
6. Evaluasi
LJ. MIIU"IIl!ISi
l.3.1.Sejarah Asuransi
Sims Acaius.com menjelaskan bahwa konsep asuransi sebenamya sudah
dikenal sejak
jaman sebelum maseru dimana manusia pada masa itu
menyelamatkan jiwanya dati berbagai ancaman, antara lain
telah
kekurangan bahan
makanan.
Salah satu cerita mengenlli kekurangan bahan makanan teljadi pada jaman
Mesir Kuno semasa Raja Firaun berkuasa. Suatu hari
sang raja bennirnpi yang
diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalarni
panen yang berlimpah dan kemudjan diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun
berikutnya. Untuk beljaga-jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Firaun
mengikuti saran Nabi Yusuf dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7
tahun pertama sebagai cadangan bahan makanan pada rnasa
paceklik. Dengan
demikian pada masa 7 tahun paceklik ralcyat Mesir terhindar dari risiko bencana
kelaparan hebat yang melanda seluruh negeri.
Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan
aktor di Italia
membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan
membantu para janda dan anak-anak yatirn dari para anggota yang rneninggal.
dibayar oleh anggota yang bemasib baik (fortunate) dengan mengguni!kan dana
yang telah dikumpulkan sehelumnya.
Perlrumpulan semacam ini merupakan salah satu kohsep awal
timbulnya
asuransi, yaitu orang-orang yang beruntung atau bemasib baik membantu orangorang yang tidak beruntung.
l.3.2. Pengerti11n Asunmsi
Asuransi Sinar Mas dal.am situsnya "SinarMas.co.id" menjelaskan bahwa
"Asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih
dimana piliak tertanggung mengikat d.iri kepada penanggung, dengan menerima
premi-premi asuransi untuk memberi penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang d.i harapkan atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan d.iderita tertanggung karena
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan."
BlliSaAsuransi.com menjelaskan
bahwa
banyak
definisi
yang
telah
diherikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan
antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa d.imaklum.i, karena
mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka
kepadanya kru:ena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu".
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :
a.
Pihak tertanggung (insured) yang beljanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak peuanggung (insure) yang beljanji akan membayar sejumlab uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secarn berangsurangsur apabila teljadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak temtentu (tidak diketabui sebelurnnya).
d.
Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
2.
Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack : "Asuransi merupakan
suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unitunit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian
individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu
dipikul merata oleh mereka yang tergabung".
3. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: "Asuransi adalah suatu
a.
"Asuranai adalah Slllltu pengaman terhadap kerugian finansial yang
dilakukan oleh seorang penanggung".
b. "A=si adalah suatu persetujuan dengan mana dill! atau lebih orang atau
badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial".
Berdasarkan defmisi-definisi tersebm di atas kiranya mengenai definisi
asuransi yang dapat mencakup semllll sudut pandang :"Asuransi adalah suatu alat
untuk mengurangi risiko
yang melekat pada
perekonornian, dengan cara
menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir
sama, dalam jumlah yang culrup besar, agar probabilitas kerugiarmya dapat
diramalkan dan
bila
kerugian yang dirarnalkan terjadi akan dibagi secars
pmposional oleh semua pihak dalam gahlli"llgan itu".
l.3.3. Prinsip-prinsip Asunmsi
Ada beberapa prillSip-prinaip pokok Asuransi yang sangat penting yang
hams dipenuhi baik oleh tertanggung maupun penanggung agar kontrak/perjanjian
asuransi berlak:u (tidak batal). Adapun prinsip-prinaip pokok asurallSi tersebut,
yaitu:
1. I unuble Interest (.Kepentingan Yang Dipertanggnngkan)
Anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila
2. Utmost Good Faith (Kejujmran Sempwrna)
Yang dimaksudkan adalah bahwa Anda berkewajiban memberitahukan sejelasjelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan
obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang
dijamin
maupun
yang
dikecualikan,
segala
persyaratan
dan
kondisi
pertanggungan secara jelas serta teliti.
J. luulemnity (Indemnitas)
Apabila obyek yang diasumnsikan terkena musibah sehingga menimbulkan
kerugian maka kami akan memberikan ganti rugi untuk mengembalikan posisi
keuangan Anda setelah teljadi kerugia.n menjadi sama dengan sesaat sebelum
terjadi kerugian. Dengan demikian Anda tidak berhak memperoleh ganti rugi
lebih besar daripada kerugian yang Anda derita.
4.
Subrogation (Subrogasi)
Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang penanggung telah membayar ganti
rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maim penanggung akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang
telah menimbulkan kerugian pada tertanggung".
5. Contribution (Kontribusi)
Anda dapat saja mengasuransikan harta benda yanga sama pada bebempa
perusahaan
asuransi.
Namun
bila
teljadi
kerugian
atas
obyek
yang
diasuransikan maka secam otomatis berlalru prinsip kontribusi.
Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila kami telah membayar penuh ganti rugi
yang menjadi hak Anda, maka kami berhak menuntut pemsahaan-perusahaan
lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sarna menutup asuransi
harta benda milik Anda) untuk membayar bagian kerugian masing-masing
yang besamya sebanding denganjumlah pertanggungan yang ditutupnya.
6. Pruximate Cause (Kllusa Proksimal)
Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan,
maka pertama-tama kami akan mencari sebab-sebab yang aktif dan efisien
yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada
akhimya teljadilah musibah atau kecelakaan tersebut
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kemgian yang aktif dan
efisien adalah: "Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai
peristiwa yang tidak terputus.
· Meningkatkan efisiensi, karena tida.k perlu secara ldlusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untnk memberikan perlindungan yang memakan
banyak: tenaga, waktu dan biaya.
· Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu menggantilmembayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tida.k tentu dan tidak pasti.
· Dasar bagi pihak bank untnk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
· Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
MenutupLoss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tida.k
dapat berfungsi (bekelja).
11.4.Penjrumllm
11.4.1. Pengerti:m Penjualan
Penjualan merupakan sumber pendapatan pokok bagi perusahaan dimana
hasil
pendapatan
yang diperoleh
dalam
membiayai
kelangsungan
hidup
menyesuaikan hasil dari pelayanan dengan kebutuhan itu dengan tidak merugikan
dan kelllltungan akan kita raih setelah setiap masalah terjawab dan setiap keberatan
telah teratasi yang mengalcibatkan terjadinya pesanan_" (h.8)_
Jung (2002), menegaskan bahwa "tujuan utama dari divisi penjualan antara
lain, yaitu :
l_ Melakukan
program
administrasi
penjualan
untuk
mendukung
strategi
penjualanjangka pendek maupun jangka panjang_
2. Membuat rencana penjualan untuk semua jenis produk_
3_ Menjalankan fungsi pelayanan langganan yang efektif dalam organisasi_"
(h.l50)_
Menurut Mulyadi (2001) aktivitas penjualan dalam perusahaan secara
umum dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.
Penjualan tunai
Penjualan yang dilalrukan dengan cam pelanggan membayar harga barang terlebih
dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pelanggan, setelah
uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pelanggan dan
transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.
b. Penjualan kredit
Tujuan ini hanya dapat tercapai apabila penjualan dilaksanakan sesuai dengan yang
telah direncanakan.
Umumnya ada tiga tujuan utama dalam penjualan bag:i suatu perusahaan,
yaitu:
a.
mencapai volume penjualan tertentu
b. memperoleh laba tertentu
c.
menunjang pertumbuhan perusahaan
Untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat dilaknkan untuk
penjualan saja, dalam hal ini diperlukan kerjasama dan
bag:ia.n
koordinasi yang efektif
dengan bagian - bag:ian yang lain seperti : bagian produksi
yang membuat
produksinya, bag:ian keuangan yang menyediakan dananya , bag:ian
personalia
yang menyediakan tenaga keijanya.
I.4.2. l'engendallian Intern Atas Fumgsi l'enjnallln
Menurut Mulyadi Kanalm Puradiredja (1998) pengendalian intern adalah
"snatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan karyawan
lain
yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan beriknt ini :
a.
keandalan atas laporan keua.ngan
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya
terdiri dari
pedoman kebijakan dan fonnulir, namun dijalru.1kan oleh orang
dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen
dan personellain.
3. Pengendalian intern dapat
diharapkan mampu memberikan keyakinan
memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris
entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern
dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan da!am pencapaian tujuan
pengendalian menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak.
4.
Pengendalian intern ditnjukan untuk mencapai tnjuan yang saling berkaitan :
pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Unsur - unsur pengendalian intern terhadap penjualan menuru.t Mulyadi
(1998) adalah sebagai berikut:
I. organisasi
a.
fungsi penjualan hams terpisah dari fungsi kas
b.
fungsi kas hams terpisah dari fungsi akuntansi
c.
transaksi penjualan tunai ha:rus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
b. penenmrum
kas
membubuhkan cap
diotorisasi
"lunas"
oleh
pada
fungsi
kas
dengan
faktur pelljualan
tunai
cam
dan
penempelan pita register kas pada faktur tersebut
c.
pelljnalan dengan kartu kredit bank didahului dengan penuintaan
otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
d.
Penyerahan bar3.-'lg diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara
membubuhkan cap " sudah disahkan " pada faktur penjualan tunai
e.
Pencatatan ke
dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi
dengan cara memberikan tanda pada fulctur penjnalan tunai
3.
praktik yang sehat
a. faktur penjnalan tunai bernomor umt tercetak dan pernakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjna!an
b.
jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor selurulmya ke
bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari
kelja berikutnya.
c. Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik
dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
Penjnalan merupakan sumber utama
perusahaan, dimana perusahaan
2. Transaksi penjwlan yang telah teljadi telah dicatat (completeness).
3. Transak:si penjualan telah disahkan dengan layak (authorization).
4.
Penjualan yang dicatat adalah sejumlah barang yang dikirim dan secara benar
ditagih dan dicatat.
5. Penjualan dicatat tepat pada waklunya (timing).
6.
Transaksi penjualan telah diklasifikasikan secara tepat (clasiflcation).
7.
Transak:si penjualan telah dibukukan secara tepat dan diringkas dengan benar
(posting and summarizing).
Download