Seminar Tugas Akhir Mei 2016 KURSI RODA DENGAN KONTROL SINYAL OTOT DILENGKAPI TERAPI LUTUT (Ade Nandrai1, Endang Dian Setioningsih, ST,MT2,Torib Hamzah, S.Pd, M.Pd3) ABSTRAK Kursi roda merupakan salah satu alat bantu jalan pasien untuk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang digunakan pada penderita atau pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan. Elektromiografi (EMG) adalah teknik untuk mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot. Supaya memudahkan pasien dibuatlah kursi roda dengan kontrol sinyal otot sebagai pengendali laju kursi roda yang memungkinkan bagi penyandang cacat. Sistem kerja dari kursi roda elektrik ini menggunakan Kontrol Sinyal Otot yang berbasis pada Mikrokontroler ATMega 16, prinsip kerja alat menggunakan sinyal otot pada Biceps dan Triceps dengan beban maksimal 80 kg. Kemudian hasil data dari sinyal otot akan diolah oleh mikrokontroler ATMega 16 untuk perintah maju, mundur, belok kanan dan belok kiri, dan hasilnya akan ditampilkan pada LCD 2x16. Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran pada responden, didapatkan nilai rata-rata perhitungan amplitude saat kontraksi pada lengan kanan sebesar 2,26 V, sedangkan untuk lengan kiri sebesar 2,19 V. Untuk nilai rata-rata perhitungan amplitude pada saat relaksasi pada lengan kanan dan lengan kiri didapatkan hasil yang sama yaitu sebesar 0,23 V.Setelah melakukan proses studi literatur, pembuatan modul, percobaan alat, serta pengujian dan perdataan maka secara umum disimpulkan bahwa alat “Kursi Roda dengan Kontrol Sinyal Otot dilengkapi Terapi Lutut” ini dapat digunakan dengan berat badan pasien maksimal 80 Kg. Kata Kunci : Kursi Roda, Sinyal Otot I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kursi roda merupakan salah satu alat bantu jalan pasien untuk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang digunakan pada penderita atau pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan (Supatmi, 2013). Penurunan kekuatan otot antara lain disebabkan oleh banyak faktor dalam hal ini perlu diteliti melalui electromyography, dimana electromyography dapat mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika sel-sel elektrik atau neurologis diaktifkan. Sinyal dapat dianalisis untuk mendeteksi kelainan medis, dan listrik berperan dalam kontraksi otot (Luigi Galvani, 1786) Saat ini, telah banyak dikembangkan kombinasi antara kursi roda dengan pengendali menggunakan sinyal electromyograph. Kursi roda dengan kontrol sinyal otot sebagai pengendali laju kursi roda yang memungkinkan bagi penyandang cacat dengan keterbatasan tidak memiliki telapak tangan dan kaki. Sistem kerja dari kursi roda elektrik ini menggunakan kontrol sinyal otot pada lengan tangan atas dengan beban maksimal 100 kg. Pengendalian dari alat ini yaitu saat kursi roda maju lengan kanan kontraksi relaksasi satu kali dan kontrol mengolah data sehingga motor 1 bergerak maju, untuk berhenti lengan kanan kontraksi relaksasi dua kali dan kontrol mengolah data sehingga motor 1 diam. Kursi roda belok kanan lengan kiri kontraksi relaksasi satu kali dan kontrol mengolah data sehingga motor 2 bergerak kanan, untuk berhenti lengan kiri kontraksi relaksasi tiga kali dan kontrol mengolah data sehingga motor 2 bergerak kekiri kembali pada posisi lurus. Kursi roda belok kiri kontraksi relaksasi lengan kanan dua kali sehingga Seminar Tugas Akhir motor 2 bergerak kekiri, untuk berhenti lengan kanan kontraksi relaksasi tiga kali dan kontrol mengolah data sehingga motor 2 bergerak kekanan kembali ke posisi lurus.. Alat ini pernah dibuat sebelumnya oleh Prayuda Agung Indonesiawan L pada tahun 2013 dengan judul “Kursi Roda dengan Kontrol Sinyal Otot” tetapi masih menggunakan sistem digital dengan berat badan 55kg. Berdasarkan hal tersebut, maka Tri Waluyo Jati 2015 merancang alat kursi roda dengan kontrol sinyal otot berbasis mikrokontroller ATMEGA16 dan dapat digunakan dengan berat badan pasien maksimal 100 kg, namun alat ini belum dilengkapi dengan terapi kaki pada lutut dan terapi infrared. Terapi pada lutut ini sangat dibutuhkan pasien, karena seseorang yang lama tidak melakukan aktifitas pada kaki, kaki akan kaku untuk digerakkan. Untuk melakukan terapi pada lutut biasanya pasien dipindahkan ke kasur terlebih dahulu, lalu dibantu untuk menggerakkan kaki yang sakit ditekuk ke atas sampai lurus dan diturunkan ke bawah 90 derajat oleh perawat sebanyak 5 dan 10 kali dalam satu terapi (Mimil, 2011). Terapi infrared juga menghasilkan rasa hangat dan nyaman yang dapat digunakan untuk melancarkan peredaran darah, relaksasi tubuh dan lain sebagainya. Waktu yang digunakan 10 menit dan 15 menit untuk satu kali terapi (firastiwidyaratni, 2012). Mengacu pada latar belakang masalah di atas, penulis ingin merancang pengembangan fungsi alat pada kursi roda dengan kontrol sinyal otot dilengkapi dengan terapi pada lutut. Kursi roda ini nantinya dapat digunakan sebagai simulator sendi lutut yang kaku untuk digerakan. Dengan bantuan motor yang diletakkan pada kiri dan kanan kursi roda yang dilengkapi pemilihan jumlah gerakan 5 atau 10 kali dan pemilihan mode kaki kiri dan kaki kanan, terapi infrared juga ditambahkan dengan pemilihan waktu 10 menit dan 15 menit sehingga dapat membantu pasien untuk beraktifitas. 1.2. Batasan Masalah Mei 2016 1.2.1 Menggunakan Mikrokontroler ATMEGA 16 1.2.2 Menggunakan tampilan Display LCD 2 x 16 1.2.3 Kursi roda kanan , kiri , maju, mundur, dan berhenti 1.2.4 Menggunakan sinyal otot tangan kanan dan kiri 1.2.5 Menggunakan motor DC 1.2.6 Berat pasien max 80 kg 1.2.7 Menggunakan Aki sebagai sumber tegangan 1.2.8 Ruang gerak kursi roda berada pada daerah yang datar.Kursi maju dari kecepatan lambat ke kecepatan normal 1.2.9 Alat hanya bisa untuk salah satu pemilihan (Kursi Roda / Terapi pada lutut) 1.3. Rumusan Masalah Dapatkah dibuat “Kursi Roda Dengan Kontrol Sinyal Otot Dilengkapi Terapi Lutut?” 1.4. Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum “Dibuatnya Kursi Roda Dengan Kontrol Sinyal Otot Dilengkapi Terapi Lutut” 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1. Membuat rangkaian ATMEGA16 1.4.2.2. Membuat rangkaian LCD 2 x 16 1.4.2.3. Membuat rangkaian driver Motor 1.4.2.4 Membuat mekanik motor (gear box) 1.4.2.5 Membuat kontrol motor 1.4.2.6 Membuat rangkaian Instrumentasi 1.4.2.7 Membuat rangkaian penguat 1.4.2.8 Membuat rangkaian Comparator (Pembanding) 1.5. Manfaat 1.5.1. Manfaat Teoritis 1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan di bidang peralatan terapi dan peralatan Life Support Seminar Tugas Akhir 2. Dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut tentang Sinyal Otot dan Terapi kaki. 1.5.2. Manfaat Praktis 1. Membantu proses kegiatan pembelajaran di mata kuliah terapi dan Life Support 2. Memberikan kemudahan penggunaan kursi roda , 1 alat memiliki 2 fungsi , sebagai alat trasportasi untuk penyandang cacat yang tidak memiliki telapak tangan / kaki dan memberikan terapi kaki pada lutut penyandang cacat. Mei 2016 tegangan referensi maka output komparator berlogika 1, dan sebaliknya apabila tegangan sinyal otot lebih kecil dari pada tegangan referensi maka akan berlogika 0, masuk ke rangkaian monostabil berfungsi sebagai jeda pewaktu sebelum masuk ke ATMEGA 16 yang sudah di program kapan mengaktifkan driver motor kiri atau driver motor kanan. Untuk pemilihan terapi kaki, sebelumnya lutut diberi terapi oleh sinar infrared yang sudah diberi setting waktu. Setelah diberi sinar infrared ,pemilihan ayunan yang sudah di program oleh ATMEGA 16 berapa banyak ayunan dan kecepatan driver motor 1 / motor 2 akan aktif. 2.2 Diagram Alir II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Blok Diagram Gambar 2.1 Blok Diagram Power supply masuk keseluruh rangkaian, ketika tombol start di tekan maka lcd akan menyala, disitu ada pemilihan settingan sinyal otot atau terapi kaki yang telah diprogram oleh mikrokontroller. Apabila melakukan pemilihan sinyal otot maka terapi kaki tidak akan aktif dan sebaliknya apabila terapi kaki yang dipilih maka sinyal otot tidak aktif. Sinyal otot diambil melalui elektroda lengan tangan kanan dan kiri, setelah itu di tangkap sinyal oleh rangkaian instrumentasi . Output Instrumentasi tegangan outputnya masih kecil sehingga dibutuhkan penguat, setelah diberi penguat masuk ke rangkaian komparator, komparator berfungsi sebagai pembanding tegangan sinyal otot dengan tegangan refrensi (yang sudah di tentukan), apabila tegangan otot lebih besar dari Gambar 2.2 Diagram Alir Keseluruhan Saat modul dinyalakan maka arus listrik mengalir ke semua rangkaian. Ada pemilihan terapi kaki lutut dan EMG , misal pemilihan terapi pada lutut kaki. Disini ada dua pemilihan ayunan atau infrared , pertama pemilihan infrared Seminar Tugas Akhir di setting berapa waktu lama penyinaran infrared. Setelah selesai penyinaran infrared melakuakan pemilihan ayunan, disini dilengkapi setting kecepatan dan pemilihan berapa kali ayunan, melakukan settingan pemilihan mode , mode 1 motor (satu) bekerja maju mundur , mode 2 motor (dua) bekerja maju mundur , mode 3 motor (satu dan dua) bekerja , sampai berapa ayunan yang telah di setting. Untuk pemilihan EMG dilakukan setting referensi kedua lengan untuk kursi roda maju lengan kanan kontraksi relaksasi satu kali dan kontrol mengolah data sehingga motor kanan dan kiri bergerak maju, untuk kursi roda mundur lengan kanan kontraksi relaksasi dua kali dan kontrol mengolah data sehingga motor kanan dan kiri bergerak mundur. untuk kursi roda berhenti lengan kanan kontraksi relaksasi tiga kali motor kanan dan kiri berhenti, untuk kursi roda ke kiri lengan kiri kontraksi satu kali dan kontrol mengolah data sehingga motor kanan bergerak maju dan motor kiri berhenti,. Untuk kursi roda ke kanan lengan kiri kontraksi dua kali motor kiri bergerak maju dan motor kanan berhenti. 2.3 Diagram Mekanis Mei 2016 3. Diukur 1 4. Perlakuan Diukur 2 O1 X O2 X = treatmen/perlakuan yg diberikan (variabel Independen) 01 = Observasi pertama (variabel dependen) 02 = Observasi kedua (variabel dependen) 2.5 Variabel Penelitian 2.5.1 Variabel Bebas Sebagai variabel bebas yaitu otot lengan dan tegangan AKI. 2.5.2 Variabel Tergantung Sebagai variabel terikat adalah Rangkaian Penguatan sinyal otot. 2.5.3 Variabel Terkendali Sebagai variabel terkendali yaitu Rangkaian Driver Motor dan IC Mikrokontroler ATMega 16. 2.6 Definisi Operasional Dalam kegiatan oprasionalnya, variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan modul, baik variabel terkendali, tergantung maupun bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain: Gambar 2.3 Diagram Mekanis 2.4 Desain Penelitian Metode penelitian dalam pembuatan modul ini adalah Pre-eksperimental dengan menggunakan jenis one group pre-post test design. Pada rancangan ini, peneliti hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlawanan. Penelitia eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.6 Definisi Operasional 2.7 Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan penulis susun menurut jadwal kalender Akademik yang ada di Politeknik Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya. Seminar Tugas Akhir Mei 2016 Tabel 2.7 Jadwal Kegiatan Hasil Output Osiloskop lengan kiri Ket: I. Pengajuan proposal II. Ujian dan Revisi proposal III. Pembuatan modul IV. Pengambilan data dan Analisa V. Uji kelayakan VI. Seminar awal VII. Ujian sidang KTI dan revisi VIII.Pengesahan dan pengumpulan Karya Tulis Ilmiah III. Hasil Pengukuran dan Analisa 3.1 Hasil Instrumentasi lengan kanan dan kiri saat relaksasi dan kontraksi : Tabel 3.1 Output Instrumen TP2 Saat Relaksasi Data Amplitudo (V) Data Lengan 5 RataRata 1 2 3 4 Kiri 0,028 0,016 0,016 0,016 0,016 0,0184 Kanan 0,016 0,016 0,016 0,024 0,016 0,0176 Tabel 3.2 Output Instrumen TP2 Saat Kontraksi Data Amplitudo (V) Data Lengan 1 2 3 4 5 RataRata Kiri 0,088 0,089 0,88 0,087 0,088 0,088 Kanan 0,091 0,091 0,093 0,91 0,089 0,091 Hasil Output Osiloskop lengan kanan Gambar 3.2 Output Lengan Kiri Gambar diatas merupakan gambar sinyal output dari rangkaian High Pass Filter dengan seting cut off 90 Hz. Sinyal di atas adalah hasil dari filter High Pass Filter dengan cut off 90 Hz sehingga tengangan yang dilewattkan hanya tengangan pada frekuensi diatas 90 Hz dan meredam tengangan dibawah 90 Hz. 3.2 Hasil PSA (Penguatan, Komparator, Monostabil) 3.2.1 Hasil Penguatan Tabel 3.3 Output Penguat TP3 Lengan Kiri Data Lengan RataRata Data Amplitudo (V) 1 2 3 4 5 Kontraksi 3,56 3,56 3,56 3,56 3,72 3,592 Relaksasi 0,72 0,72 0,72 0,72 0,8 0,736 Hasil Output Osiloskop Lengan Kiri Relaksasi Gambar 3.3 Output Penguatan Lengan Kiri Tabel 3.4 Output Penguat TP3 Lengan Kanan Data Lengan Gambar 3.1 Output Lengan Kanan RataRata Data Amplitudo (V) 1 2 3 4 5 Kontraksi 3,68 3,68 3,68 3,68 3,68 3,68 Relaksasi 0,72 0,8 0,8 0,72 0,72 0,752 Hasil Output Osiloskop Lengan Kanan Relaksasi Gambar 3.4 Output Penguat Lengan Kanan Seminar Tugas Akhir Mei 2016 Gambar 3.3 dan 3.4 diatas merupakan gambar sinyal output dari rangkaian inverting ampifier dengan penguatan sebesar 40X. Sinyal output penguatan 40X hanya setengah gelombang karena ic op-amp yang digunakan menggunakan supply +5 V dan ground sehingga sinyal dibawah 0V dihilangkan. 3.2.2 Hasil Komparator Tabel 3.5 Outputan Komparator TP6 Lengan Kiri Data Lengan RataRata Data Amplitudo (V) 1 2 3 4 5 Kontraksi 3,36 3,4 3,4 3,36 3,4 3,384 Relaksasi 0,12 0,08 0,08 0,08 0,08 0,088 input non inverting lebih besar dari tengangan referensi pada inverting maka output bernilai sama dengan tegangan positif supply op dan ketika tenganngan input non inverting lebih kecil dari tengangan referensi maka output bernilai sama dengan ground supply op amp itu sendiri. 3.2.3 Hasil Monostabil Tabel 3.7 Outputan Monostabil TP7 Lengan kiri Data Lengan RataRata Data Amplitudo (V) 1 2 3 4 5 Kontraksi 3,36 3,36 3,36 3,36 3,36 3,36 Relaksasi 0,08 0,16 0,16 0,16 0,16 0,144 Hasil Osiloskop Hasil Osiloskop Gambar 3.5 Output Komparator Lengan Kiri Tabel 3.6 Outputan Komparator TP6 Lengan Kanan Data Lengan RataRata Data Amplitudo (V) 1 2 3 4 5 Kontraksi 3,56 3,56 3,6 3,56 3,6 3,576 Relaksasi 0,08 0,08 0,12 0,08 0,08 0,088 Hasil Osiloskop Gambar 3.7 Output Monostabil Lengan Kiri Tabel 3.8 Data Outputan Monostabil TP7 Lengan Kanan Data Lengan RataRata Data Amplitudo (V) 1 2 3 4 5 Kontraksi 3,36 3,36 3,36 3,36 3,36 3,36 Relaksasi 0,16 0,16 0,16 0,16 0,12 0,152 Hasil Osiloskop Gambar 3.6 Output Komparator Lengan Kanan Gambar 3.8 Output Monostabil Lengan Kiri Gambar 3.5 dan 3.6 diatas adalah output dari komparator saat relaksasi dan kontraksi pada lengan. Output dari komparator sendiri tebentuk dari perbandingan antara tegangan inputan pada inputan non inverting dan teganngan referensi pada inverting op amp, pada saat tengangan Gambar 3.7 dan 3.8 di atas adalah sinyal output dari monostabil ic NE555 saat mendapat input logika 1atau 0. Output pada monostabil tersebut dibentuk karena adanya inputan logika 1 atau 0. Ketika inputan belogika 1 maka output akan berlogika 0, tetapi saat input mendapat sulutan logika 0 sesaat, Seminar Tugas Akhir Mei 2016 maka ouputan akan belogika 1 selama t (waktu). waktu yang digunakan di atas adalah 0,5 detik. VI. Pembahasan 4.1 Rangakain Keseluruhan EMG -12v J1 3 2 1 Supply +12v J6 J7 V1 TP1 J9 1 TP2 1 1 R4 1K +5v R8 10K R9 +5v +5v -12v +5v +5v 8 J7 comparator 4 LED R7 J8 in mo R8 1k R6 1k - 5 11 2 2 1 OUT THR R10 220 3 7 6 1 C2 10uF 12m R12 10k J2 1 2 3 Gnd 4 4 3 3 5 8 5 8 6 1 RELAY DPDT 2 supply K6 MOTOR 3 5 8 6 power supply 7 12v 6 1 2 7 SW1 SW KEY -SPST U1 BD139 RELAY DPDT R1 1 2 SW2 1k SW KEY -SPST R6 10k Supply J7 0 J9 +5v 100k R6 10K R1 2 1 R3 1k THR 3 7 6 0.01uF NE555 C2 10uF 1 4 R7 1k J2 1 2 3 J7 S2 SW PUSHBUTTON 1 2 C2 1uf Gnd 1 ISO3 OPTO ISOLATOR-A 0 R12 10k ISO4 OPTO ISOLATOR-A 2 1 U2 BD139 R11 220 LED 1 1 OUT R9 2 1 12motor 0 J8 1 2 J6Gnd Supply Motor Q1 IRFz44n 2 Gnd Motor 1 2 R10 220 8 DSCHG TRG 1k R10 1k mikro Gnd Motor J9 J1 v ref R5 1k 1k 1 2 J4 CV R2 J10 E2 RST D6 2 R4 R7 1K 5 C1 monostabil 1 R5 1K J8 in mo R8 1k 1 R6 1k 1k 2 11 +12v 7 4 LED R7 DIODE 2 1 pwm OC1B J7 comparator LM324 1 8 - 3 U3C + 4 9 100k 1 - 5 + 2 1 J5 45.51k U1 D5 10 +5v 21 +5v J6 penguat LM324 2 7 - VCC U3B + GND 6 11 4 5 LM324 3 +5v 1 1 - R9 20K 2 U3A + 1 2 4 3 1 2 1 1 J5 1 2 Out Peny adap 4 11 + 1 J5 14 11 12 0.1uF 2 +5v 13 C2 8 in kanan U1B TL084 6 J3 SW PUSHBUTTON R9 +5v U1D TL084 U1C TL084 - 10 + 9 V2 12m D3 +5v R8 10K -12v J8 R3 1K 3 R4 1K 2 1 10k 4 - 2 S1 1 + 2 R1 1K R10 0 12v TP2 1 1 TP1 1 V1 3 E1 2 J6 U1A TL084 J2 1 12motor +12v 2 1 2 2 2 R5 10k BD139 1 2 1k 2 1 1 1 1 U2 R2 3 2 1 12v 1 2 RELAY DPDT -12v J1 1 2 0 DIODE C1 10uf 4 5 8 EG J4 12v D1 M1 RELAY DPDT DIODE 4 3 12v 1 2 D2 10uf K5 7 1 2 C6 monostabil 6 7 J9 J1 v ref R5 1k K2 K1 mikro ISO4 OPTO ISOLATOR-A 12v R2 1k R3 1k R11 220 LED NE555 1 R1 DSCHG TRG 0.01uF 1 100k J10 1 2 J4 CV C1 U2 BD139 1 +5v R6 10K E2 RST D6 1k LM324 2 U3C + 1 9 100k 2 U1 D5 10 +5v 1 J6 penguat LM324 1 7 - 3 U3B + 2 6 4 5 LM324 2 1 - R4 R7 1K 8 U3A + 11 4 - 5 R5 1K + 2 1 45.51k 1 2 R9 20K +12v 7 VCC 3 1 2 1 in kanan U1B TL084 6 J3 GND J5 1 2 Out Peny adap 4 11 J5 14 0.1uF 4 12 + 1 13 C2 8 11 U1D TL084 U1C TL084 - 10 - 9 V2 + J8 R3 1K 2 - 1 + 2 10k 1 3 R1 1K R10 4 2 1 E1 1 U1A TL084 J2 power supply EG 12m Gnd K2 K1 4 6 1 PB.4 1 PB.5 1 PB.6 1 PB.7 1 2 2 R2 2 SW4 1 2 4K7 SW6 2 SW7 1 1 2 2 2 1 1 1 R6 10k SW KEY -SPST 2 1 1 2 1 0 0 J7 S2 12v S1 SW PUSHBUTTON 12m D3 SW PUSHBUTTON DIODE J5 2 1 3 Q2 SN 9013 1k 12motor LCD 2x16 2 Gnd 1 2 PC.4 PC.5 PC.6 PC.7 D1 1 2 SW5 1k 2 3 LCD SW3 R5 10k SW2 pwm OC1B DIODE ISO3 OPTO ISOLATOR-A 0 R7 1k 2 R9 C2 1uf Gnd J6Gnd Q1 IRFz44n 2 12motor 0 J8 1 2 Supply Motor Gnd Motor 1 2 1 1 2 1 PB.3 SW1 SW KEY -SPST RELAY DPDT 2 1 2 1 PB.2 12v 1 2 2 SW2 PB.1 6 R1 1 1 OC1A SW8 2 R10 1k 1k 3 Gnd 2 1 2 3 4 5 6 7 8 Gnd PC.0 PC.1 PC.2 PC.3 PC.4 PC.5 PC.6 PC.7 3 7 BD139 2 1 J5 OC1B PD.0 PD.1 PD.2 PD.3 PD.4 PD.5 PD.6 PD.7 K6 5 8 U1 BD139 2 OC2 J6 J10 1 2 3 4 5 6 7 8 supply 0 DIODE C1 10uf 4 2 Gnd Motor PORT D 1 2 12v D1 U2 R2 1 J4 12v 1 2 RELAY DPDT J1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 J4 OC0 ATMEGA8535-DIL40 2 Gnd Vcc VEE PC.0 PC.1 PC.2 2 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 1 1 SW1 PB.0 2 J2 LCD 1 2 Gnd 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RELAY DPDT 7 1 2 SW KEY -Y M061 1 Vcc PC.7 PC.6 PC.5 PC.4 PC.3 PC.2 PC.1 PC.0 PD.7 PB.3 J8 J11 3 1 PB.0 R4 1K 2 12 20K R3 3 Gnd Gnd 2 2 PC.4 PC.5 PC.6 PC.7 Vcc Gnd MOTOR 6 SW1 12v PC.0 PC.1 PC.2 7 2 5 8 10K VEE 2 Supply 4 22pF PC6(TOSC1) PC5 PC4 PC3 PC2 PC1(SDA) PC0(SCL) PD7(OC2) 1 2 1 21 C2 22pF Gnd XTAL1 PD0(RXD) PD1(TXD) PD2(INT0) PD3(INT1) PD4(OC1B) PD5(OC1A) PD6(ICP) Vcc Gnd J7 M1 RELAY DPDT DIODE 4 3 3 C3 1 1 1 1 C4 47uf Reset PD.0 PD.1 PD.2 PD.3 PD.4 PD.5 PD.6 PA.0 PA.1 PA.2 PA.3 PA.4 PA.5 PA.6 PA.7 1 2 D2 10uf K5 R1 2 16 MHz 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 2 2 2 Y1 S1 PB0(XCK/T0) PA0(ADC0) PB1(T1) PA1(ADC1) PB2(INT2/AIN0) PA2(ADC2) PB3(OC0/AIN1) PA3(ADC3) PB4(SS) PA4(ADC4) PB5(MOSI) PA5(ADC5) PB6[MISO) PA6(ADC6) PB7[SCK) PA7(ADC7) RESET AREF VCC AGND GND AVCC XTAL2 PC7(TOSC2) 1 2 1 2 10K C6 J12 Gnd R1 5 8 7 12v 3Gnd R10 50K Vcc Vcc IC1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Vcc1 Vcc 2 PORT A PB.0 PB.1 PB.2 PB.3 PB.4 PB.5 PB.6 PB.7 Reset Vcc Gnd 4 6 1 2 3 4 5 Downloader PORT B 5 8 J1 PB.5 PB.6 PB.7 Reset Gnd PC.4 PC.5 PC.6 PC.7 Vcc Gnd Gnd Vcc Power Supply 1 2 3 4 5 6 7 8 PC.0 PC.1 PC.2 2 1 PB.0 PB.1 PB.2 PB.3 PB.4 PB.5 PB.6 PB.7 1 2 3 4 5 6 7 8 3 Vcc J2 PA.7 PA.6 PA.5 PA.4 PA.3 PA.2 PA.1 PA.0 J9 J3 PORT C Gambar 4.1 Rangkain Keseluruhan Dari Rangkaian Instrumentasi Masuk ke rangkaian PSA, didalam rangkaian PSA terdapat rangkain penguat, komparator, monostabil. Output PSA masuk ke rangkaian ATMEGA 16. Pin PINB.0 berfungsi sebagai up , PINB.1 berfungsi sebagai down, PINB 2 sebagai tombol Enter. Ketika kita melakukan counter up tekan tombol PINB.0 maka pemilihan setting program ke atas dan sebaliknya jika kita melakukan counter down tekan tombol PINB.1 maka pemilihan setting program ke bawah. Jika setting pemilhan sudah selesai maka tekan tombol PINB.2 untuk masuk program yang di inginkan. Pin PINB.4 berfungsi untuk motor bergerak maju, mundur dan berhenti. Ketika PINB.4 berlogika dari high ke low sekali maka data 5 bertambah 1 dan OCR1A aktif maka motor akan bergerak maju. Sedangkan PINB.4 berlogika dari high ke low dua kali maka data 5 bertambah 2 dan OCR1A aktif maka motor akan bergerak mundur, Sedangkan PINB.4 berlogika dari high ke low tiga kali maka PWM pada OCR1A tidak aktif maka motor akan berhenti. Sedangkan Pin PINB.7 berfungsi untuk motor belok kanan dan kiri. Ketika PINB.7 berlogika dari high ke low sekali maka data 8 bertambah 1 dan OCR1A aktif maka motor akan bergerak ke kiri, sedangkan PINB.7 berlogika dari high ke low dua kali maka data bertambah 2 dan OCR1A aktif motor bergerak ke kanan. 4.2 Kinerja Sistem Keseluruhan Dari hasil pengukuran bahwa output penguatan sesudah filter bernilai 3,64 V. Sedangkan dari hasil perhitungan output penguatan sesudah filter didapatkan 40x penguatan. Rangkain penguatan dapat berfungsi dengan baik. Penguatan rangkaian komparator bernilai lebih rendah dari tegangan pembanding saat kondisi lengan otot relaksasi sebesar 0,68 V. Sedangkan pada saat kontraksi lengan otot bernilai lebih tinggi dari tegangan pembanding sebesar 1,84 V. Ketika tegangan input non inverting lebih besar dari inverting maka outputnya bernilai positif supply. Ketika tegangan input non inverting lebih kecil dari inverting maka outputnya bernilai ground. Dapat dikatakan hasil pengukuran dan perhitungan sesuai. Ketika transistor belum saturasi, input monostabil berlogika 1 pada pin 2 maka output berlogika 0. Ketika transistor saturasi, input monostabil berlogika 0 pada pin 2 maka output berlogika 1 dan didapatkan hasil 3,57 V ( saat kontraksi ). Rangkaian PSA dapat berfungsi dengan baik sehingga output PSA dapat diolah oleh mikro dengan baik. Mikrokontroler ATMega 16 berfungsi untuk mengontrol sistem agar modul dapat bekerja sesuai keinginan. Mekanik motor difungsikan dengan baik sesuai perintah sehingga modul dapat bergerak maju, mundur, berhenti, kiri dan kanan. Hasil nilai ratarata amplitudo yang didapatkan dari beberapa pengukuran yaitu sebesar 2,26 V saat kontraksi pada lengan kanan, sedangkan pada lengan kiri yaitu sebesar 2,19 V. Untuk total nilai rata-rata amplitudo pada saat relaksasi yaitu sebesar 0,23 V pada lengan kanan maupun lengan kiri. Dalam pembuatan modul, penulis tentu tidak luput dari kekurangan, dan penulis sangat berharap kelak kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan dikembangkan agar menjadi lebih baik. Kekurangan dari modul ini antara lain : 1. Mekanik masih menggunakan rantai, sehingga suaranya agak bising. 2. Belum ada level baterai, sehingga tidak tahu kapan daya akan dicharge. 3. Belum ada konektor charger, sehingga susah dalam proses pengisisan baterai. 4. Tidak ada safety jarak. Adapun keunggulan dari modul ini antara lain : Seminar Tugas Akhir 1. Modul bisa digunakan untuk beban hingga 80kg. 2. Baterai dapat tahan sampai 1 jam. 3. Kursi roda dapat berjalan maju, mundur, berhenti, belok kanan, dan kiri. 4. Kursi roda memiliki 3 fungsi, digerakkan menggunakan sinyal otot, dilengkapi terapi lutut, dan Infrared VI. Penutup 4.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses pembuatan dan study literatur serta perencanaan, pengujian alat dan pendataan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Rangkaian PSA (Penguat, Komparator, Monostabil) dapat berfungsi dengan baik sehingga output PSA dapat diolah oleh mikro dengan baik. 2. IC ATMega 16 dapat mengontrol sistem dengan baik sehingga alat dapat bekerja sesuai keinginan. 3. Dapat dibuatnya program kontrol sesuai diagram alir alat sehingga modul dapat bekerja sesuai perintah. 4. Mekanik motor dapat difungsikan dengan lancar sesuai perintah sehingga modul dapat bergerak maju, mundur, berhenti, belok kanan dan kiri dengan baik. 5. Total nilai rata-rata amplitudo yang didapatkan dari beberapa pengukuran yaitu sebesar 2,26 V saat kontraksi pada lengan kanan, sedangkan pada lengan kiri yaitu sebesar 2,19 V. Untuk total nilai rata-rata amplitudo pada saat relaksasi yaitu sebesar 0,23 V pada lengan kanan maupun lengan kiri. 4.2 Saran Karena berbagai faktor alat yang penulis buat ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi perencanaan bentuk fisik ataupun kinerjanya. Adapun analisa kekurangan dari alat yang penulis buat ini adalah: 1. Dikembangkan menggunakan v-belt pada penggerak roda. 2. Ditambahkan level baterai, supaya mengerti kapan modul membutuhkan pengisian baterai. Mei 2016 3. Ditambahkan konektor charger, agar mudah dalam pengisian baterai. 4. Ditambahkan safety jarak ketika terjadi gagal sistem. DAFTAR PUSTAKA Dimas Erda Widyamarta (2014). Membantu Pasien Berjalan dengan Kursi Roda, di dalam Keperawatan/ Helping Patients Walk with Wheelchairs, at the Nursing. http://ithinkeducation.blogspot.co.id/2014/01/me mbantu-pasien-berjalan-dengan-kursi.html. Tanggal akses 21 September 2015, 09.22 WIB Medicare (2015). Tentang Elektromyograph (EMG) Sinyal Otot. http://medicareku.blogspot.co.id/2015/06/tentan g-elektromyograph-emg-sinyal-otot.html. Tanggal akses 19 September 2015, 07.24 WIB Adrienne L. Perlman (2006). Firing pattern from a collection of MUAPs from the medial thyroarytenoid muscle. http://www.nature.com/gimo/contents/pt1/fig_ta b/gimo32_F3.html. Tanggal akses 19 September 2015, 07.31 WIB Brian Benchoff (2011). Detecting Muscles With Electromyography. http://hackaday.com/2011/06/29/detectingmuscles-with-electromyography/. Tanggal akses 19 September 2015, 07.35 WIB Delsys (2015). EMG Signal Analysis, http://www.delsys.com/educationalresources/knowledge-center/technical-notes/. Tanggal akses 20 September 2015, 10.22 WIB -----------------. EMG Sensor Placement, http://www.delsys.com/educationalresources/knowledge-center/technical-notes/. Tanggal akses 20 September 2015, 10.32 WIB Wikipedia (2015). Kursi Roda. https://id.wikipedia.org/wiki/Kursi_roda. Tanggal akses 29 September 2015, 09.31 WIB Indah Pratiwi (2014). Letak Elektroda Elektromiografi pada Upper Extremity Muscle. Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional TEKNOIN 2014 ISBN 978-602-14272-1-7. Tanggal Akses 6 April 2016, 18.00 WIB