BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Remaja 1. Pengertian Perilaku Remaja Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan;1 sedangkan perilaku atau tingkah laku di dalam bahasa Inggris disebut “behavior” yang meliputi dua macam perbedaan yaitu tingkah laku terbuka dan tingkah laku tertutup. Tingkah laku terbuka yaitu tingkah laku yang dapat diamati, dapat tampak dalam bentuk gerak gerik seperti membaca, menulis, melompat, dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku tertutup yaitu tingkah laku yang tidak dapat diamati, tidak tampak dalam gerak gerik seperti berfikir, mengingat, berfantasi mengalami emosi, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka merupakan gejala mental, sedangkan tertutup merupakan proses mental. Faktor-faktor kelainan perilaku anak dan remaja dikemukakan oleh Graham dalam buku Sarwono yaitu lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dengan sudut kesehatan mental anak dan remaja.2 Demikian di bawah ini dibagi ke dalam dua golongan yaitu: 1 KBBI V.1.1-Kamus Besar Bahasa Indonesia, software yang bisa diupdate dari http:ebsoft.web.id 2 Sarwono SarlitoWirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal.199-200 13 14 a. Faktor lingkungan 1) Mal Nutrisi (kekuragan gizi) 2) Kemiskinan 3) Gangguan lingkunagn (polusi, kecelakaan lalulintas, bencana alam, dan lainnya) 4) Migrasi 5) Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lainnya) 6) Keluarga yang bercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lainnya). 7) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga, seperti kematian orang tua, orang tua sakit berat/cacat, hubungan antara anggota keluarga yang tidak harmonis, dan lainnya. b. Faktor pribadi 1) Faktor bakat yang mempengaruhi tempramen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan lainnya) 2) Cacat tubuh 3) Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri, Mustaqim dan Wahid menyatakan bahwa garis besar pangkal masalah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a) Internal, sebab internal ialah sebab-sebab yang berpangkal dari kondisi murid itu sendiri hal ini biasa bermula dari adanya kelainan fisik yang akan membuat anak tersebut merasa 15 tertolak untuk hadir di tengah-tengah teman-temannya yang normal dan kelainan kemampuan berfikir pada dirinya. b) Eksternal adalah sebab-sebab yang hadir di luar murid dan berpangkal dari keluarga, salah asuh propaganda, diantaranya adalah bahwa setiap yang mempengaruhi tingkah laku yang menyimpang adalah faktor internal dan eksternal.3 Dalam menghadapi perkembangan anak usia remaja yang harus diingat adalah bahwa jiwa mereka ditandai dengan perubahan sosial yang cepat yang dapat mengakibatkan mereka akan kesimpang siuran norma atau tingkah laku. Untuk mengurangi benturan antara gejolak itu dan untuk memberi kesempatan agar anak usia remaja dapat mengembangkan dirinya secara lebih optimal perlu diciptakan kondisi lingkungan terdekat dan stabil. Lingungan keluarga, sekolah juga masyarakat berfungsi sebagai pembinaan akhlak pada anak sehingga mereka dapat berperilaku sesuai dengan aturanaturan atau norma yang berlaku dan yang terpenting sesuai dengan ajaran agama berdasarkan nilai-nilai islami yang sudah ditanamkan dalam diri mereka. Dengan demikian peran orang tua, pendidik juga tokoh masyarakat di sini sangatlah penting karena mereka itulah yang bertanggung jawab dalam membentuk pola tingkah laku anak yang lebih baik, karena selain 3 Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 139-140 16 bertanggung jawab terhadap pembentukan tingkah laku yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran Agama Islam dan yang diharapkan. Dalam perkembangan ini anak diusahakan untuk bersifat yang mana di dalam ini pendidikan moral yang serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta (watak) yang harus dimiliki, dan dijadikan kebiasaan oleh anak-anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan. Perilaku yang dapat disebut “moralitas” yang sungguhnya tidak sesuai dengan standar sosial melainkan juga dilaksanakan secara sukarela. Ia muncul bersamaan dengan peralihan kekuasaan eksternal ke internal dan terdiri atas tingkah laku yang diatur dalam yang disertai perasaan tanggung jawab pribadi untuk tindakan masing-masing. Menurut Sarlito Wirawan tingkah laku merupakan perbuatan manusia yang tidak terjadi secara Sporadis (timbul dan hilang disaat-saat tertentu), tetapi ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan lainya.4 Sedangkan pendapat Al-Ghazali yang dikutip oleh Hasan Langgulung tentang definisi tingkah laku adalah sebagai berikut: a. Tingkah laku mempunyai penggerak (motivasi), pendorong, tujuan, dan objektif. 4 24 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakatra: Bulan Bintang, 1996), hal. 17 b. Motivasi itu bersifat dari dalam yang muncul dari diri manusia sendiri, tetapi ia di rangsang dengan rangsangan-rangsangan luar, atau dengan rangsangan-rangsangan dalam yang berhubungan dengan kebutuhankebutuhan jasmani dan kecendrungan-kecendrungan alamiah, seperti rasa lapar, cinta, dan takut kepada Allah SWT. c. Menghadapi motivasi-motivasi manusia mendapati dirinya terdorong untuk mengerjakan sesuatu. d. Tingkah laku ini mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan tertentu dan kesadaran akal terhadap suasana tersebut. e. Kehidupan psikologis adalah suatu suatu perbuatan dinamis dimana berlaku interaksi terus-menerus antara tujuan atau motivasi dan tingkah laku. f. Tingkah laku itu bersifat individual yang berbeda menurut perbedaan faktor-faktor keturunan dan perolehan atau proses belajar. g. Tampaknya tingkah laku manusia menurut Al-Ghazali ada dua tingkatan. Pertama, manusia berdekatan dengan semua makhluk hidup, sedangkan yang kedua, ia mencapai cita-cita idealnya dan mendekatkan kepada mekna-makna ketuhanan dan tingkah laku malaikat.5 Dari beberapa pengertian masalah perilaku atau tingkah laku tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa perilaku merupakan suatu aktifitas 5 275 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), hal. 274- 18 yang timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga terbentuklah perilaku yang positif atau sebaliknya. Sedangkan istilah yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja adalah Puberty, Adolescencia, dan Youth. Dalam bahasa Indonesia sering dikatakan pubertas atau remaja. a. Puberty (Inggris), Puberteit (Belanda) berasal dari bahasa latin “Pubertas” yang berarti laki-lakian kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelelakian. b. Adolescencia berasal dari kata latin “Adulescense” artinya masa muda yakni antara 17 tahun dan 30 tahun.6 Kedua istilah di atas sering digunakan secara bersama untuk menyebut masa remaja. Sepintas keduanya mirip tetapi kalau kita amati dari berbagai kepuntakaan keduanya mempunyai perbedaan. Puberty atau pubertas lebih menunjukkan pada perubahan fisik dari pada perilaku yang terjadi saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan. Kematangan ini biasanya terjadi pada usia 12-16 tahun untuk anak laki-laki atau 11-15 tahun untuk perempuan. Sedangkan Adulescense memiliki pengertian yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik seseorang antara 17-21 tahun.7 Penjelasan tersebut diperkuat oleh pendapat lain yang mengatakan bahwa pubescence dan puberty sering dipakai dengan pengertian masa 6 7 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bapak Gunung Mulia, 1990), hal.4 Ibid. 19 tercapainya kematangan seksual terutama dari aspek biologisnya. Sedangkan adolescencia adalah masa sesudah pubertas, yakni antara 17-22 tahun. Melihat dari pengertian tentang perilaku dan remaja di atas, maka pengertian perilaku remaja adalah suatu aktifitas yang timbul dari dalam diri remaja karena ada respon dari luar sehingga terbentuklah perilaku yang positif atau sebaliknya. 2. Ciri-ciri Remaja Remaja adalah pemuda/pemudi yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa Adolesensi (masa remaja, masa menuju kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak disebut anak kecil lagi, tetapi juga belum belum dapat disebut dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke arah kedewasaan. Karena periode ini menjadi bagian dari setiap kehidupan sesorang, maka secara tidak langsung mempunyai karakteristik tersendiri untuk bisa lebih mengenalinya. Sedangkan Andi Mappiare mengutarakan beberapa ciri utama dan umum periode pubertas antara lain sebagai berikut: a. Pubertas merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara anak-anak dengan masa remaja. Dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri 20 biologis-psikologis anak-anak masih dimilikinya. Sementara ciri remaja dimilikinya pula. Akan tetapi periode ini berlaku sangat singkat yaitu dialami individu selama 2-4 tahun. b. Pubertas adalah periode terjadinya perubahan yang sangat cepat dari bentuk anak-anak pada umumnya ke arah bentuk tubuh dewasa. Selain itu terjadi pula perubahan sikap dan sifat yang meninjol, terutama terhadap teman sebaya, lawan jenis, terhadap permainan dan anggota keluarga.8 Pada masa remaja ini terbagi menjadi dua, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Dari masing-masing masa tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda. a. Ciri-Ciri Remaja Awal Masa ini di mulai manakala usia seseorang telah genap 12-13 tahun dan berkhir pada usia 17 tahun. Istilah yang bisaa diberikan bagi si anak remaja awal adalah “Teenagers” (anak usia belasan tahun). Andi Mappiare mengemukakan bahwa ciri remaja awal adalah sebagai berikut: 1) Ketidak stabilan keadaan perasaan dan emosi. 2) Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (15-17 tahun). 3) Hal kecerdasan atau kemampuan mental. 8 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 28 21 4) Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. 5) Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya. 6) Masa remaja awal adalah masa yang kritis.9 b. Ciri-Ciri Remaja Akhir Rentang usia yang biasanya terjadi pada masa ini (untuk remaja Indonesia) adalah antara 17-21 tahun bagi wanita dan 18-22 tahun bagi pria. Pada masa ini terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya menuju kearah kesempurnaan kematangan. Ciri-ciri penting dalam masa ini seperti yang dijabarkan oleh Andi Mappiare adalah sebagai berikut: 1) Stabilitas mulai timbul dan meningkat 2) Ciri diri dan sikap pandangan yang lebih realistis 3) Menghadapi masalahnya secara lebih matang 4) Perasaan menjadi lebih tenang.10 Dari segi psikis pada remaja sering terjadi pemberontakan dalam jiwa, emosi yang tidak stabil sehingga mendorong seorang remaja untuk berbuat seenaknya sendiri tanpa memikirkan akibatnya karena mereka merasa bahwa dirinya sudah dewasa dan mampu untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah diperbuatnya. Padahal pada 9 Ibid., hal. 32 Ibid., hal. 37 10 22 masa seperti ini merupakan masa peralihan untuk mencapai kesempurnaan kematangan atau masa dewasa. Mereka tidak bisa disebut sebagai anak-anak lagi dan belum bisa disebut sebagai orang dewasa. 3. Bentuk-Bentuk Perilaku Remaja yang Menyimpang Kehidupan para remaja dewasa ini memasuki tahapan yang semakin heterogen dan kompleks, lebih terbuka, modernis dan lebih liberal. Ditinjau dari segi historis, kehidupan remaja pada masa lalu sangat berbeda dengan kehidupan remaja pada masa kini, terutama dikota-kota besar. Semua itu tidak lepas dari peran industrialisasi dan modernisasi yang juga mulai merambah dalam segi kehidupan masyarakat Indonesia. Dinamika sosial yang semakin kompleks tersebut memberikan konsekuensi terjadinya pergeseran nilai dan norma perilaku kehidupan masyarakat, tak terkecuali remaja. Adanya kenakalan yang marak akhirakhir ini juga merupakan salah satu fenomena sosial yang terjadi ditengahtengah masyarakat. Kenakalan remaja yang terjadi dapat menimbulkan gangguan terhadap stabilitas nasional. Selain itu juga merusak masa depan remaja sendiri. Masalah kenakalan remaja menjadi suatu problem yang menjadi sorotan berbagai pihak. Hal ini disebabkan kenakalan remaja mengakibatkan terganggunya ketentraman orang lain. Keluhan mengenai perilaku remaja ini banyak dialami oleh banyak orang, baik orang tua, ahli pendidikan maupun orang-orang yang bergelut 23 dalam bidang agama dan sosial. Perilaku tersebut umumnya sukar dikendalikan yang tercermin dalam tindakan nakal, keras kepala, berbuat keonaran dan banyak lagi yang kesemuanya mengganggu ketentraman umum. Adapun bentuk kenakalan remaja, sebagaimana yang dipaparkan oleh Zakiyah Derajat meliputi: a. Kenakalan ringan, misalnya: Tidak patuh pada orang tua dan guru, membolos sekolah, sering berkelahi, tata cara berpakaian yang tidak sopan b. Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain, misalnya: Mencuri, menodong, kebut-kebutan, miras (minum-minuman keras), dan penyalahgunaan narkoba. c. Kenakalan seksual baik terhadap lawan jenis maupun terhadap sejenis.11 Untuk lebih memperjelas jenis-jenis kenakalan dikalangan remaja, maka akan penulis jelaskan masing-masing sebagai berikut: a. Kenakalan ringan Kenakalan ringan yang dimaksud disini adalah suatu kenakalan yang tidak sampai pada pelanggaran hukum. 1) Tidak patuh pada orang tua dan guru Perilaku seperti ini sering terjadi pada kelangan remaja. Mereka tidak segan-segan membantah bahkan menentang apa yang 11 Zakiyah Derajat, Membina Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, cetakan kedua, 1973), hal. 9-10 24 dikatakan oleh orang tua atau gurunya, jika tidak sesuai dengan alur pikiran dan kehendaknya. Remaja mulai mengalami pertentangan dengan orang tua atau gurunya, yang bisaanya keduanya masih berpegang pada tradisi lama yang mereka anggap tidak relevan lagi dengan zaman sekarang. Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa pada masa ini perkembangan intelektualnya semakin tinggi yang mengakibatkan mereka semakin kritis. Remaja mengerjakan apa yang diperintahkan jika mereka mengetahui latar belakang maupun sebab akibat dari perbuatan itu. Dari sini, maka sebagai orang tua dan guru harus menghargai dan memperhatikan jerih payah remaja, agar mereka merasa dihargai dan diperhatian. 2) Membolos sekolah Banyak kita jumpai dipinggir–pinggir jalan banyak remaja yang masih berseragam sekolah nongkrong sambil mengobrol dengan teman-temannya, hanya sekedar melepas kejenuhan di sekolah. Sedangkan di sekolah remaja tidak lupuit dari keluhan para guru karena prestasi belajarnya yang semakin menurun. Hal ini tidak saja mengecewakan wali murid tetapi juga guru sebagai pendidik. 25 Kadang remaja tampak alim dirumah dengan berpakaina seragam ia berpamitan pergi ke sekolah. Tetapi kenyataannya lain mereka tidak sampai di sekolah dan bila waktu sekolah usai merekapun pulang tepat pada waktunya. Bila ditanya mengapa ia membolos, maka ia pun akan menjawab bosan dengan pelajaran atau gurunya bahkan dengan dalih yang bermcam-macam. 3) Sering berkelahi Salah satu fenomena kenakalan remaja yang marak akhirakhir ini adalah perkelahian antar pelajar. Salah satu sebabnya adalah pada usia ini perkembangan emosi yang tidakstabil. Mereka mengikuti kehendaknya tanpa memperdulikan orang lain. Remaja yang sering berkelahi bisaanya disebabkan dari orang tua atau lingkungan sehingga ia mencari perhatian dengan cara lain. Semua itu barangkali dilakukan untuk menunjukkan kekekaran tubuhnya, menunjukkan kehebatan atau gerakan-gerakan yang mereka miliki sehingga mereka ingin diakui sebagai orang yang hebat, tak terkalahkan atau hanya sekedar membela harga dirinya. 4) Tata cara berpakaian yang tidak sopan Remaja pada prinsipnya mempunyai sifat suka meniru orang lain, terutama pada cara berpakaian yang lagi trend. Semua ituu dapat mereka lihat dimedia cetak maupun layer kaca, terlebih yang 26 dipakai oleh bintang idolanya. Di rumah atau di sekolah remaja dengan bergaya “superstar”, memakai celan dan baju ketat ditambah berbagai aksesoris yang bermacam-macam. Kadangkadang mereka memakai pakaian yang tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Yang terpenting bagi mereka mengikuti mode idolanya dan sesuai dengan zaman sekarang atau yang sering disebut “korban mode”. b. Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain Kenakalan yang dimaksud disini adalah suatu kenakalan yang yang dapat digolongkan pada pelanggaran hukum. Sebab kenakalan ini dapat mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat. 1) Mencuri Mencuri ialah suatu perbuatam mengambil harta milk orang lain dengan jalan diam-diam diambil dari taruhannya (tempat yang layakuntuk menyimpan harta itu)12. Sering kita temui terjadinya pencurian yang dilakukan oleh remaja. Hal ini terjadi karena tidak terpenuhinya keinginan/ kebutuhan mereka atau karena kebutuhan mereka telah terpenuhi tetapi hanya untuk mencari jati diri. Apabila perilaku ini tidak dapat diluruskan maka akan melangkah lebih jauh yaitu mengarah pada penodongan. 12 Sulaiman Rasyid, Fiqih Sunnah, (Bandung: Sinar Baru, cetakan XX, 1989), hal 406 27 2) Menodong Menodong termasuk perbuatan yang lebih berani dari mencuri, karena remaja sudah berani berhadapan langsung dengan korbannya. Perbuatan ini bisaanya dilakukan bersama-sama dengan teman sekelompoknya yang disebut dengan istilah “gank”. Remaja seperti ini bisaanya tidak peduli pada lingkungan karena baginya yang terpenting kebutuhannya terpenuhi. 3) Kebut-kebutan Sering kita mendengar bahkan melihat para remaja menagadakan kebut-kebutan dijalan raya yang mana hal tersebut selain mengganggu arus lalulintas juga dapat mengganggu ketentraman masyarakat. Bahkan sering juga hal ini diperlombakan. Hal tersebut perlu adanya kejelian dari orang tua agar kelebihan yang mereka miliki dapat berdampak positif bagi remaja. Hal yang perlu dilakukan adalah apabila anak yang bisaa kebutkebutan dapat dimasukkan pada kelompok “motor cross” yang ada pelatihnya sehingga bakat yang dimiliki mereka benar-benar tersalurkan. 4) Miras (minum-minuman keras) Menurut kesehatan, minum-minuman keras berlebihan dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, juga mempunyai dampak pada system syaraf manusia yang menimbulkan gairah, semangat dan 28 keberanian. Sebagian lagi menyebabkan ketenangan dan kenikmatan sehingga seseorang bisa melupakan kesulitan atau problema yang mereka hadapi. Karena efek-efek tersebut banyak remaja yang menyalahgunakannya. Bagi orang yang menggunakan alkohol dalam dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Hal ini karena sifat alkohol adalah menimbulkan ketergantungan (kecanduan) pada pemakainya.13 Apabila hal ini terjadi maka mereka tidak bisa melepaskan diri dan pada tahap ini remaja menjadi criminal dengan menghalalkan segala cara untuk sekedar mendapat uang untuk membeli alkohol. 5) Penyalahgunaan narkoba. Masalah penggunaan narkotika sering disebut fenomena sosial karena masalah ini hakekatnya bukan masalah yang berdiri sendiri, melainkan masalah yang mempunyai sangkut paut dengan faktor lain yang timbul dalam kehidupan manusia. Masalah ini pula yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan terutama di kota-kota besar yangapabila tidak segera ditangani maka tidak menutup kemungkinan meraba ke daerah-daerah plosok. Dengan demikian penyalahgunaan narkotika oleh para remaja merupakan suatu pernyataan yang harus mendapatkan 13 Sarwono, Kenakalan Remaja ..., hal. 208 29 perhatian khusus dari semua pihak yang merasa turut bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Adapun cara menanggulangi ketergantungan seseorang baik mental maupun fisik adalah sebagai berikut: a) Pada langkah pertama sering diberi tindakan medis supaya dapat melawan dan menekan tuntutan ketagihan dalam tubuh. b) Diadakan penelitiuan secara mendalam tentang sebab-sebab yang mendorong seorang remaja sampai ketagihan. c) Sesuai dengan psikologi perkembangan remaja maka dalam pemberian bimbingan harus penuh dengan pengertian dan kesabaran serta uluran tangan dari tokoh-tokoh identifikasi yang dijadikan hero (dalam arti yang baik). d) Bertitik tolak dari psikologi belajar maka harus dicari cara-cara untuk menghapus dorongan kearah tingkahlaku kecanduan tersebut.14 Remaja merupakan generasi penerus cita-cita bangsa. Dengan tanggung jawab tersebut, maka kita harus benar-benar mengarahkan dan membimbing mereka yang sekiranya nanti bisa menjadi barometer dalam menyongsong masa depannya, sehingga mereka menjadi pribadi yang tangguh yang mampu mengalahkan segala tantangan masa depannya. 14 Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), hal. 137-138 30 c. Kenakalan seksual. Sesuai dengan perkembangannya, remaja mengalami perubahan-perubahan yang tidak terbatas pada perubahan fisik saja, melainkan juga mengalami perkembangan psikis dimana perasaan ingin tahu anak tentang masalah seksual semakin besar. Selain itu juga mulai ada dorongan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari lawan jenis. Perkembangan seksual ini, baik secara mental maupun psikis sering kali tidak disertai dengan kesiapan yang cukup untuk menghadapinya dari pengertian baik dari diri anak itu sendiri, guru, serta orang tuanya. Dalam arti, jika mereka tertutup tentang masalah ini maka tidak menutup kemungkinan timbul kenakalan seksual baik terhadap lawan jenis maupun sejenis. 1) Terhadap lawan jenis Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa seiring dengan kematangan seksual seorang remaja maka ia akan tertarik dengan lawan jenisnya. Bila seorang remaja yang tidak memperoleh pendidikan tentang seks (sex education) dan bahayanya seks bebas “free sex”, maka ia akan mencari teman kencan yang pada akhirnya sampai pada keintiman seksual karena mereka sering bahkan selalu bertemu hingga merasa aman bersamanya. 31 Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam masa remaja masih banyak fase dari pribadi remaja yang belum berkembang secara maksimal. Karena itu, apabila remaja dalam melakukan suatu perbuatan tanpa control, maka tidak jarang terjadi kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putrid. Hal ini memaksa mereka untuk menjadi ibu atau bapak muda. 2) Terhadap sejenis Pada masa remaja, perkembangan kebutuhan seks dalam pembentukan peranan jenis berjalan sejajar dan menentukan akan menjadi wanita atau pria bagaimanakah kelak, pada suatu saat tertentu remaja mengalami suatu keraguan tentang peranan jenis masing-masing, yaitu tentang bakat kelaki-lakian atau kewanitaan.15 Pengertian tadi memberikan pengertian terhadap seorang remaja apakah tertarik pada lawan jenis atau sejenis. Apabila kecendrungan kepada sesama jenis maka akan timbul pola tingkah laku seksual yang menimpang atau bisaa disebut “homoseksual” bagi laki-laki dan “lesbian” bagi perempuan. Perilaku seperti di atas bisaanya dialami remaja melalui buku-buku porno, film-film yang mereka tonton. Apabila perbuatan tersebut berpangkal dari perasaan kurang percaya diri dan 15 Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja ..., hal. 52 32 kecemasan dalammenjalani rumah tangga yang wajar, maka baginya perlu diberikan penyuluhan untuk mengatasi rasa kurang percaya diri dan menambah keberanian untuk menghadapi problematika remaja dan menghadapi realita yang dihadapi dalam kehidupannya. Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa menyarankan bahwa: a) Hendaknya orang tua lebih bersikap terbuka dalam membicarakan seksual terhadap anaknya. Tentunya dengan mengingat taraf perkembangan anak yang disesuaikan dengan pengertian-pengertian yang diberikan. b) Perlunya dilakukan usaha untuk mengalihkan kegiatan anak dari yang non produktif kearah yang produktif. c) Pengawasan yang sewajarnya perlu dilakukan oleh pendidik. Pengawasan yang terlalu ketat menyebabkan anak mencari pelarian di luar rumah, sehingga menyebabkan anak memiliki banyak waktu untuk melakukan hal-hal diluar rumah batas perkembangan usianya. d) Konsultasi dengan para ahli secara berkala mungkin bisa lebih membantu menghadapi masalah yang timbul. 33 e) Membina hubungan baik antara anak dengan orang tua sehingga menghilangkan kecanggungan untuk membicarakan masalah-masalah yang timbul.16 Apabila semua pihak memperhatikan hal-hal di atas, maka penyimpangan seksual tidak akan terjadi pada diri remaja paling tidak mengurangi karena mereka merasa terarah dan terkontrol. Kenakalan-kenakalan di atas, merupakan sebagian kelakuan yang menggelisahkan semua orang. Yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua, pendidik dan para tokoh masyarakat adalah bagaimana cara mengartikan dan membimbing remaja ke arah yag lebih baik serta mampukah kita bertanggung jawab atas hal tersebut. B. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak adalah gabungan dari kata pendidikan dan akhlak. Kata pendidikan sebenarnya mempunyai makna yang luas. Pendidikan dapat diartikan baik secara etimologis maupun secara terminologis. Secara etimologis pendidikan berasal dari kata didik. Secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai 16 Ibid., hal. 232 34 dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.17 Sedangkan secara terminologis, pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.18 Pendidikan menurut berbagai ahli, antara lain sebagai berikut, menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah "berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang(anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif".19 Menurut Indra Kusuma, pendidikan adalah "suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidikan".20 Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan orang dewasa untuk menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang belum dewasa menuju ke tingkat kedewasaan agar terbentuk pribadi yang luhur atau dengan kata lain pendidikan adalah bantuan yang 17 M. Noor Syam, Pengertian dan Hukum Dasar Pendidikan, dalam Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), hal. 2. 18 UU No 20 Tahun 2003 RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 2. 19 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991), hal. 28. 20 Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (IKIP Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan, 1973), hal. 274. 35 diberikan kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani yang berlangsung seumur hidup. Berpijak dari definisi di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa arah yang dituju oleh pendidikan adalah terbentuknya suatu kepribadian yang utama yaitu suatu kepribadian yang memiliki nilai-nilai moral, berbuat sesuai dengan ajaran agama guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Sedangkan akhlak merupakan bentuk jama' dari khuluq, artinya perangai, tabiat, rasa malu dan adat kebiasaan.21 Menurut Quraish Shihab, “Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al-Qur'an”.22 Yang terdapat dalam al-Qur'an adalah kata khuluq, yang merupakan bentuk mufrad dari kata akhlak. Akhlak adalah kelakuan yang ada pada diri manusia dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu ayat di atas ditunjukkan kepada Nabi Muhammad yang mempunyai kelakuan yang baik dalam kehidupan yang dijalaninya sehari-hari. Sementara itu dari tinjauan terminologis, terdapat berbagai pengertian antara lain sebagaimana Al Ghazali, yang dikutip oleh Abidin Ibn Rusn, menyatakan: "Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa 21 Sahilun A.Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al Akhlas, tt), hal. 14 Quraish Shihab, Wawasan Al Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003), hal. 253 22 36 perlu pemikiran dan pertimbangan"23. Ibn Maskawaih, sebagaimana yang dikutip oleh Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, memberikan arti akhlak adalah "keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)"24. Bachtiar Afandie, sebagaimana yang dikutip oleh Isngadi, menyatakan bahwa "akhlak adalah ukuran segala perbuatan manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, benar dan tidak benar, halal dan haram."25 Sementara itu Akhyak dalam bukunya Meretas Pendidikan Islam Berbasis Etika, mengatakan, bahwa "akhlak adalah sistem perilaku seharihari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan"26. Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang diterapkan dalam perilaku dan sikap sehari-hari. Berarti akhlak adalah cerminan keadaan jiwa seseorang. Apabila akhlaknya baik, maka jiwanya juga baik dan sebaliknya, bila akhlaknya buruk maka jiwanya juga jelek. Dari pemahaman kedua makna pendidikan dan akhlak, maka dapat dipahami pengertian dari pendidikan akhlak, yaitu pendidikan yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang 23 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 99 24 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 4 25 Isngadi, Islamologi Populer, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hal. 106 26 Akhyak, Meretas Pendidikan Islam Berbasis Etika, (Surabaya: eLKAF, 2006), hal. 175 37 perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Dengan kata lain dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Menjelaskan baik dan buruk. b. Menerangkan apa yang harus dilakukan. c. Menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan. d. Menyatakan tujuan di dalam perbuatan. Dari uraian tersebut diambil kesimpulan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal. Amal terdiri dari perkataan, perbuatan atau kombinasi dari keduaya dari segi lahir dan batin.27 Sejalan dengan membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antar sesama. Iman seseorang berkaitan dengan akhlak, iman sebagai konsep dan akhlak adalah implikasi dari konsep itu dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Oleh karena itu, peran keluarga (orang tua) memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anaknya sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya, dimana anak-anak mendapat pengaruh keluarga atau orangtua atas segala tingkah lakunya sehari-hari. Karena itu keluarga harus menganggap penting tentang pendidikan ini, mengajar anak akhlak yang mulia yang di ajarkan islam seperti 27 Barmawie Umari, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), hal. 1 38 kebenaran, kejujuran, kesabaran, kasih sayang dan lain sebagainya. Keluarga juga harus mengajarkan nilai dan faedahnya, berpegang teguh kepada akhlak semenjak kecil. Dalam pendidikan atau pembinaan akhlak dalam keluarga perlu adanya berbagai penerapan. Adapun langkah-langlah yang ditempuh antara lain: a. Memberi bimbingan untuk berbuat baik kepada orangtua b. Memelihara anak dengan kasih sayang c. Memberi tuntunan akhlak kepada anggota keluarga d. Membiasakan untuk menghargai peraturan-peraturan dalam rumah tangga. e. Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antara sesama kerabat.28 Penerapan pendidikan akhlak merupakan pembentukan nilai-nilai keislaman pada dasarnya merupakan cara untuk memberi tuntunan kepada anak ke sikap yang dikehendaki oleh Islam. Akhlak merupakan bagian dari materi yang dipelajari dan dilaksanakan, hingga timbul kecenderungan sikap yang menjadi ciri kepribadian muslim pada anak tersebut. 28 Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 101 39 Sebagaimana pendapat dari M. Abdullah Al-Darraz yang di kutip oleh Jalaludin bahwa : Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya cerminan nilai-nilai dimaksud dalam sikap dan perilaku seseorang, maka tampillah kepribadian muslim.29 Peran orangtua sebagai pendidik, tidak cukup hanya sekedar menonjolkan sikap dan perilaku yang baik dalam lingkungan keluarga, tetapi masih harus berpacu dalam memberikan pembinaan kepada anak-anaknya. Orangtua berkewajiban membina anaknya agar bertutur kata, beramal dan beretika yang baik. Di samping orang tua, ada pendidik dan para tokoh masyarakat yang juga sangat berperan dalam memberikan pendidikan akhlak para remaja yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Al-Qur'an banyak menyinggung tentang pendidikan akhlak, bahkan hampir setiap kisah yang terdapat dalam al-Qur'an, di dalamnya terdapat pendidikan akhlak. Dalam alQur’an dikemukakan bahwa Isma'il yang bersedia disembelih oleh Ibrahim, juga merupakan salah satu pendidikan akhlak, yaitu kepatuhan anak kepada orang tua. Dalam rangka patuh dan berbakti kepada orang tuanya, maka Isma'il rela mempertaruhkan nyawanya untuk disembelih sang ayah demi melaksanakan perintah Allah yang ada dalam mimpi. Di samping itu, dalam cerita antara Isa dengan Maryam. Isa juga berbakti kepada Ibunya, dengan ia 29 Ibid., hal. 95 40 berbicara kepada kaumnya, bahwa Ibunya tidak berzina. Hal itu juga mengandung pendidikan akhlak yaitu taat dan berbaktinya anak kepada orang tua. 2. Sumber dan Ruang Lingkup Akhlak Sumber akhlak berasal dari al-Qur’an dan al-hadits serta hasil pemikiran hukamaa dan Filosof. Ruang lingkup akhlak meliputi akhlak terhadap Khaliq dan akhlaq terhadap makhluk.30 Dalam implementasinya terdapat dua macam akhlak, antara lain: akhlak terpuji dan akhlak tercela. Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak terpuji yang dimaksud antara lain adalah: a. Rendah hati; yaitu tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong dan selalu bersikap toleran terhadap sesamanya,menghormati dan menghargai pendapat orang lain. b. Cermat; yaitu teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Pikiran yang cermat dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang menguntungkan dengan yang merugikan, antara yang bermanfaat dengan yang mudlarat dan sebagainya. Cermat dalam perbuatan berarti hati-hati baik dalam berbicara ataupun dalam bertindak. Setiap ucapan dan tindakannya selalu dipertimbangkanlebih dahulu. Sifat ini merupakan modal utama dalam mencapai sukses. 30 Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1986), hal. 1 41 c. Kepeloporan; yaitu memperbanyak amal sholeh dengan mulai dari diri sendiri. Sifat mendorong manusia untuk berbuat yang sama. Melalui perbuatan yang baik yang berguna bagi kepentingan diri sendiri khususnya dan kepentingan masyarakat pada umumnya adalah sangat dianjurkan oleh agama Islam. Hidup dengan penuh jiwa optimis dengan berusaha untuk mengambil inisiatif dalam melakukan suatu kebaikan menghasilkan dampak positif terhadap kepribadian pelakunya dan memberikan motivasi kepada orang lain. d. Sabar; yaitu tahan menderita demi rasa tidak senang karena mendaoat musibah. Dalam mengandung usaha dengan sungguh-sungguh menghilangkan segala rintangan dengan berdoa dan bertawakal/berserah diri kepada Allah SWT tanpa putus asa. e. Jujur; yaitu benar dalam perkataan sesuai dengan kata hati yang sesungguhnya. Tidak menutup-nutupi kebenaran ataupun kesalahan. Sifat ini dalam agama Islam dikenal dengan sebutan sifat amanah artinya dapat dipercaya. Sifat jujur ini menjadi salah satu sifat rasulrasul Allah SWT. Mereka telah memberi contoh dan teladan dalam hal kejujuran terhadap umatnya. f. Pemaaf; yaitu membebaskan orang lain dari kesalahan yang pernah diperbuat. Dalam diri manusia terdapat 2 unsur yaitu akal dan nafsu. Dalam keadaan dipengaruhi oleh nafsu akan timbul emosi yang tak terkendali yaitu marah yang biasanya disebabkan oleh kesalahan pihak 42 lain. Islam memberi pelajaran agar kita menjauhkan diri dari sifat marah dan hendaklah senantiasa memaafkan orang lain.31 g. Penyantun; menghormati yaitu yang pandai lebih bergaul tua, dalam menyayangi masyarakat. Pandai yang muda, lebih memperhatikan nasib orang lemah dan tidak mampu dan bersedia berkorban untuk kepentingan mereka, baik berupa moril maupun materiil. h. Kreatif; yaitu sifat yang menggambarkan seseorang yang cukup dinamis tidak pasif pada masyarakat, mempunyai gagasan dalam menghadapi kesulitan dan pandai mencari jalan keluar. Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang dapat merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat bangsa”.32Adapun yang termasuk perilaku tercela antara lain: a. Takabur; yaitu sikap diri yang merasa dialah yang lebih tahu dalam segala hal dan menganggap rendah terhadap orang lain. Sifat takabur tidak disenangi oleh masyarakat. Puncak dari sifat takabbur adalah mendustakan kebenaran ajaran agama yang turun dari Allah SWT. b. Ceroboh; yaitu tidak berhati-hati atau tidak cermat. Orang yang ceroboh tidak memelihara pikiran, perkataan dan perbuatan dari hal-hal yang negatif. Tidak berhati-hati dalam berfikir, berbicara dan berbuat yang berakibat membahayakan diri. 31 32 Barmawie Umary, Materia Akhlak, ( Solo: Ramadhani, 1996), hal. 44 - 67 Zainuddin, Moh. Jamhari, Al-Islam 2, ( Bandung : Pustaka Setia, 1999), hal. 100 43 c. Pemarah; yaitu tidak dapat menahan emosi karena suatu sebab, misalnya karena tersinggung atau karena tidak puas akibat menghadapi suatu kenyataan. Kenyataan yang dimaksud seperti tindakan pihak lain yang tidak memuaskan dirinya atas takdir yang menimpa dirinya seperti musibah. d. Curang; yaitu bohong atau dusta. Tidak menaati peraturan, misalnya dalam pertandingan sepak bola dan lain-lain pelanggaran atas peraturan main berarti curang. Dalam hubungan suatu perjanjian bila tidak konsekwen dan jujur disebut ingkar, sedangkan dalam perdagangan curang dikenal dengan sebutan tipuan. e. Apatis; yaitu tidak peduli atas sesuatu. Sifat apatis ini tidak mendorong seseorang untuk berbuat lebih maju dan akhirnya mengarah pada sifat pemalas yang dapat merugikan orang lain terutama dirinya sendiri. f. Dendam; yaitu emosi yang terpendam atau kemarahan ditekan sewaktuwaktu dapat meledak bila kesempatan memungkinkan. Islam memeritahkan agar menjauhkan rasa dendam terhadap sesama. g. Serakah; yaitu sifat mementingkan diri sendiri yang berlebih. Bila sifat ini berkaitan dengan harta benda istilah serakah menjadi tamak atau rakus. Orang yang serakah cenderung memperkaya diri dan lebih dekat dengan sifat kikir. 44 3. Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Akhlak Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk manusia berakhlak mulia dan terhindar dari perbuatan yang buruk, hina dan tercela. Di samping itu juga untuk membina hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia agar selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. Tujuan pendidikan akhlak adalah: a. Membentuk manusia yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur dengan ajaran Islam. b. Membentuk manusia agar biasa melakukan hal-hal yang baik dan mulia serta terhindar dari perbuatan yang buruk dan tercela. c. Menumbuhkan pribadi yang berkeyakinan teguh, sehingga dapat berbuat baik terhadap Allah SWT, dan berbuat baik terhadap sesama manusia. Menurut Ali Abdu Halim Mahmud,tujuan pendidikan akhlak yaitu:33 a. Mempersiapkan manusia beriman yang beramal shalih, sebab tidak ada sesuatu yang dapat merefleksikan akhlak islam seperti kepada Allah dan komitmen kepada pola hidup Islam seperti halnya pertauladanan diri kepada praktik normatif Nabi Muhammad SAW. b. Mempersiapkan mu’min shalih yang menjalani kehidupan dunia dengan mentaati hukum halal haram Allah seperti menikmati rejeki halal dan menjauhi tindakan yang menjijikkan, keji, mungkar dan jahat. 33 Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah, (Solo: Media Insani, 2003), hal.150-152 45 c. Mempersiapkan mu’min shalih yang baik interaksi sosialnya, baik dengan sesama muslim maupun dengan kaum non-muslim, interaksi sosial yang terwujudnya keamanan bersama dan ketenangan kehidupan mulia manusia. d. Mempersiapkan mu’min shalih yang bangga berukhuah Islamiah, menjaga hak- hak persaudaraan, suka atau tidak suka karena Allah dan tidak menghiraukan cacian orang. e. Mempersiapkan mu’min shalih yang bersedia melaksanakan dakwah Illahi ber amar ma’ruf nahi mungkar dan berjihad di jalan Allah. f. Mempersiapkan mu’min shalih yang mersa dirinya bagian dari umat Islam multi wilayah dan bahasa sehingga ia selalu siap melaksanakan tugas- tugas keumatan selama ia mampu. g. Mempersiapkan mu’min shalih yang bangga dengan agama Islam, berjuang sedapat mungkin dengan mengorbankan harta, jabatan, waktu dan jiwanya demi keluhuran agamanya untuk memimpin dan demi aplikasi syari’at Islam oleh kaum muslimin. Inilah tujuan pendidikan akhlak dalam gambaran yang sangat simple tapi mengarah, berpengaruh dan relevan dengan perjalanan hidup manusia di muka bumi dan martabat kemanusiaannya yang Allah tidak berikan kepada kebanyakan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Pendidikan akhlak dalam ungkapan lain ialah pendidikan yang ingin mewujudkan masyarakat beriman yang konsisiten dengan prinsip kebenaran 46 yang di tegakkan dengan keadilan, kebaikan dan berdialog, mengorbankan semangat keilmuan serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai media bagi kemuliaan hidup manusia. Pendidikan merupakan bagian penting dalam pendidikan sehingga Abdul Aziz mengatakan bahwa “pendidikan tidak akan sempurna tanpa pendidikan akhlak, sebaliknya pendidikan baru akan sempurna kalau ia menjadikan pendidikan akhlak sebagai dasarnya”.34 Imam Al-Ghazali menerangkan bahwa pendidikan akhlak itu sangat mungkin untuk menghilangkan atau mengurangi sifat-sifat yang tercela.35 Melihat fenomena yang terjadi sekarang, semakin terlihat jelas bahwa pendidikan akhlak khususnya remaja menempati posisi yang sangat penting, mengingat beberapa hal:36 a. Pada saat ini banyak orang tua atau guru yang mengeluh tentang perilaku sebagian pelajar yang amat menghawatirkan. b. Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam. Jika di dalam Al-Qur’an terdapat ajaran tentang keimanan, ibadah, sejarah dan sebagainya, maka yang dituju adalah agar dengan ajaran akan terbentuk akhlak yang mulia. Orang yang beriman menurut Al-Qur’an adalah 34 Aziz, Prinsip- Prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai, Pustaka Mandiri, 2003), hal. 102 35 Salihun Nazir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas,1991), hal. 127 Abuddinata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,2003), hal. 218-220 36 47 orang yang harus membuktikan keimanannya dalam bentuk amal shalih, bersikap jujur, amanah, berbuat adil, kepedulian sosial dan sebagainya. c. Akhlak yang mulia bukanlah terjadi dengan sendirinya melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat pada umumnya. d. Pembinaan terhadap remaja amat penting dilakukan, mengingat secara psikologi usia remaja adalah usia yang berada dalam gangguan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang belum memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup. Melihat empat faktor di atas, disitulah letak urgensi pendidikan akhlak bagi peserta didik khususnya bagi remaja, berarti pendidikan akhlak telah memberikan sumbangan yang besar bagi penyiapan masa depan bangsa yang lebih baik. Kalau akhlak yang baik telah tertanam kokoh di dalam jiwa seseorang, maka tidak akan melakukan tingkah laku yang merusak, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga masyaraakat maupun bangsa dan negaranya. C. Upaya Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian yang 48 demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik, selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap dalam diri manusia. Oleh karena itu, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di bidang iptek. 1. Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak oleh Orang Tua Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, termasuk remaja. Maka dalam hal ini orang tua mempunyai peran yang sangat vital dalam pembinaan perilaku remaja melalui pemberian pendidikan akhlak pada mereka. Pendidikan akhlak di lingkungan keluarga khususnya orang tua dapat diberikan melalui berbagai metode. Menurut AD. Marimba, dalam pendidikan/pembinaan akhlak ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu:37 37 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Maarif, 1980), h.83 49 a. Metode langsung Metode langsung adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu yang bersangkutan, metode langsung tersebut dibagi menjadi 4 antara lain: 1) Teladan; di sini orang tua sebagai contoh teladan yang pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga. Orang tua hendaknya menjaga dengan baik perbuatan maupun perkataan atau ucapan sehingga naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan sendirinya akan turut mengerjakan apa yang disarankan. 2) Anjuran; anjuran yaitu saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna. Dengan adanya anjuran menanamkan kedisiplinan pada anak sehingga akhirnya bisa menjalankan sesuatu dengan disiplin sehingga akan membentuk suatu kepribadian yang baik. 3) Latihan; latihan keagamaan yang menyangkut akhlak, ibadah dan sosial atau hubungan manusia dengan manusia. Oleh karena itu latihan-latihan tersebut harus dilakukan melalui contoh yang diberikan orangtua. Sehingga adanya latihan ini diharapkan bisa tertanam dalam hati atau jiwa anak. 4) Pembiasaan; metode ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan akhlak yang baik karena dengan pembiasaan ini menjadi tumbuh dan berkembang dengan baik, tentunya dengan 50 pembiasaan-pembiasaan yang baik yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. b. Metode tidak langsung Metode tidak langsung adalah metode yang bersifat pencegahan, penekanan terhadap hal-hal yang akan merugikan. Metode ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Larangan; larangan yaitu suatu keharusan untuk tidak melaksanakan atau melakukan pekerjaan yang merugikan. Alat seperti inipun bertujuan membentuk kedisiplinan anak. 2) Koreksi dan pengawasan; maksudnya adalah untuk mencegah dan menjaga agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. 3) Hukuman; hukuman yang dimaksud di sini adalah yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan penyesalan. Namun hukuman itu tidak harus hukuman badan, melainkan bisa dengan menggunakan tindakan-tindakan, ucapan dan syarat yang bisa menimbulkan mereka tidak mau melakukannya dan benar-benar menyesal atas perbuatannya. Metode pembinaan akhlak juga bisa melalui beberapa cara yaitu: a. Penanaman rasa kasih sayang; dalam sebuah keluarga harus ada rasa kasih sayang. Misalnya kedua orangtua mendidiknya dengan cinta, membelai penuh kasih sayang, menghormati pendapat anak, bertutur benar dan baik dan lain-lain. 51 b. Pemberian tugas dan tanggung jawab; seorang anak harus ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan di dunia, dengan tertanamnya rasa tanggung jawab terhadap apa yag dilakukannya, seorang anak insya Allah akan berhati- hati dalam melakukan sesuatu agar tidak melakukan kesalahan.38 Allah berfirman dalam QS Az-Zalzalah ayat 7-8: Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Az-Zalzalah: 7-8) c. Saling Menghormati; dalam hidup bermasyarakat kita harus saling mengormati. Hal ini bisa dilakukan dengan menanamkan dasar-dasar kejiwaan, seperti persaudaraan, sikap suka mendahulukan orang lain, memberi maaf, berani dan sebagainya. Upaya pembinaan perilaku remaja melalui pendidikan akhlak dapat dilakukan oleh orang tua dengan menerapkan metode-metode tersebut. Dengan adanya usaha disertai do’a dari orang tua, maka pembinaan perilaku remaja bisa berhasil. Usaha yang dimaksud adalah dari pihak orang tua selain mendidik anak dengan nasehat, perintah dan larangan serta hukuman, 38 Abdullah Gymnastiar, Keluarga Kaya... ,h. 38 52 orang tua juga harus menunjukkan perilaku yang baik, perilaku yang mencerminkan nilai-nilai agama. Dengan begitu, anak bisa mengikuti dan menuruti apa yang disampaikan oleh orang tua mereka. 2. Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak oleh Guru Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah juga mempunyai peran yang sangat penting juga strategis dalam upaya pembinaan perilaku remaja. Guru dengan istilah Jawa-nya “digugu lan ditiru” sangat wajar kalau menjadi sebuah panutan bagi manusia yang lain, khususnya para remaja. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang guru dalam suatu lingkungan masyarakat untuk memberikan teladan yang baik bagi para remaja. Metodemetode yang bisa diterapkan oleh guru dalam rangka pembinaan perilaku remaja tidak jauh berbeda dengan metode yang diterapkan orang tua yang sudah duraikan sebelumnya. Menurut Imam Abdul Mu’min Sa’aduddin metode pendidikan akhlak meliputi: a. Memberi pelajaran atau nasihat. Ini merupakan metode yang cukup dikenal dalam pembinaan islam yang menyentuh diri bagian dalam dan mendorong semangat penasihat untuk mengadakan perbaikan sehingga pesan-pesannya dapat diterima. Metode ini akan sangat berguna jika yang diberi nasihat percaya kepada yang memberi nasihat, sementara nasihatnya datang dari hati. Sebab apa-apa yang datang dari hati itu akan sampai ke hati pula. 53 Pelajaran atau nasihat dari segi kejiwaan dan pembinaan bersandar kepada beberapa hal, di antaranya: 1) Bangkitnya jiwa Rabbani (jiwa pendidik) yang ada. Ini di gunakan untuk membina diri dengan cara dialog, amal, ibadah, latihan dan lain-lain. 2) Berpijak pada pemikiran Rabbani yang sehat, yaitu pandangan yang benar pada kehidupan dunia dan akhirat. 3) Berpijak pada masyarakat yang shalih, sebab mereka dapat menciptakan udara yang mendukung pelajaran lebih berpengaruh dan lebih berkesan. 4) Pengaruh paling besar dari metode pelajaran adalah membersihkan hati. Ini pula yang menjadi salah satu cara target pembinaan akhlak Islami, dan dengan di perolehnya hal ini masyarakat akan terhindar dari berbagai perbuatan keji dan munkar.39 b. Membiasakan akhlak yang baik. Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik, maka semua yang baik itu di ubah menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan yaitu mengulangi kegiatan tertentu 39 Sa’aduddin , Meneladani Akhlak Nabi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 59-60 54 berkali- kali agar menjadi bagian hidup manusia seperti puasa dan zakat.40 c. Memilih teman yang baik Syarat berteman itu hendaklah karena Allah dan dijalan Allah, yakni bersih dari unsur kepentingan duniawi dan materi. Yang mendorong ke arah ini tiada lain hanyalah iman kepada Allah SWT. Adapun etika-etika berteman hendaklah teman itu: 1) Orang yang pandai, sebab tak ada baiknya berteman dengan orang yang bodoh. 2) Berakhlak baik, sebab yang berakhlak buruk itu meskipun pandai ia suka kalah oleh hawa nafsunya. 3) Orang yang wara’, sebab orang yang fasik itu tak dapat dipercaya oleh temannya dan tak memperdulikan temannya. 4) Orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.41 d. Memberi pahala dan sanksi Jika pembinaan akhlak tak berhasil dengan metode keteladanan dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan sanksi atau metode janji harapan dan ancaman. Hal yang berkaitan dengan pahala, seharusnya memperhatikan : 40 41 Ibid., h. 62 Ibid., h. 65 55 1) Tidak terlalu membesar-besarkan pahala karena bisa merendahkan nilainya dan menurunkan semangat anak-anak didik untuk memperolehnya. 2) Pahala itu untuk memotivasi anak didik agar lebih bersungguhsungguh. 3) Teliti dalam pelaksanaannya, yaitu memberi reward kepada yang berhak menerimanya saja. Hal yang bekaitan dengan sanksi , juga harus memperhatikan: 1) Tidak terlalu membesar-besarkan sanksi karena khawatir disepelekan, maka hilanglah pengaruhnya. 2) Mesti dikaitkan dengan pelanggaran suatu larangan serta sesuai dengan ukuran pelanggaran tersebut. Dengan demikian sanksi berupaya untuk meluruskan bukan untuk kemarahan. 3) Pemberlakuannya dengan tenang dan menyenangkan agar tak menjatuhkan wibawa, tak menyakiti hati dan tak menimbulkan dendam atau kebencian. 4) Menjaga perasaan yang dijatuhi sanksi.42 e. Memberi teladan yang baik Keteladanan mempunyai peranan penting dalam pembinaan akhlak islami terutama pada anak-anak. Sebab anak-anak suka meniru orang yang mereka lihat baik tindakan maupun budi pekertinya. Karena 42 Ibid., h. 68 56 itu pembinaan akhlak islami melihat keteladanan yang baik sebagai suatu metode.43 3. Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak oleh Tokoh Masyarakat Selain orang tua dan guru, masih ada tokoh masyarakat yang juga mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pembinaan perilaku remaja melalui pendidikan akhlak. Dalam lingkungan masyarakat, seorang tokoh masyarakat seperti halnya guru, sudah sepantasnya menjadi sorotan bagi seluruh warga – termasuk di dalamnya adalah para remaja – yang berada dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, perilaku dan perbuatan yang dilakukan seorang tokoh masyarakat harus bisa menjadi panutan bagi seluruh warga masyarakat setempat maupun warga yang lain. Adapun tokoh masyarakat itu sendiri juga berperan sebagai orang tua bagi anak-anak mereka, bisa juga mereka adalah seorang guru atau juga tokoh lain seperti kyai, sesepuh desa, aparat desa, maupun pejabat di lingkungan pemerintahan. Oleh karena itu, peran tokoh masyarakat di sini juga tidak kalah penting dengan orang tua maupun guru dalam rangka pembinaan perilaku remaja melalui pendidikan akhlak. Mengingat tokoh masyarakat sebagaimana disebutkan di atas, maka upaya-upaya pembinaan 43 Ibid., h. 80 57 perilaku remaja melalui pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan metodemetode yang sudah dijelaskan sebelumnya. Metode-metode tersebut antara lain: a. Memberi pelajaran atau nasihat; metode ini adalah metode yang paling sering dan mudah dilakukan terhadap siapapun, dalam hal ini para remaja. Dengan memberikan pelajaran dan nasehat diharapkan dapat menjadikan perilaku remaja menjadi lebih baik. b. Memberi teladan yang baik; keteladanan mempunyai peranan penting dalam pembinaan akhlak islami terutama pada para remaja. Dengan keteladanan yang baik akan bisa merubah perilaku remaja secara berangsur-angur menjadi lebih baik. c. Pemberian tugas dan tanggung jawab; seorang tokoh masyarakat bisa menggunakan metode ini sebagai pengembangan potensi para remaja sekitar, seperti mendirikan karang taruna atau menarik remaja menjadi remas. Dengan begitu, mereka akan banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. d. Saling Menghormati; dalam hidup bermasyarakat kita harus saling mengormati. Hal ini bisa dilakukan dengan menanamkan dasar-dasar kejiwaan, seperti persaudaraan, sikap suka mendahulukan orang lain, memberi maaf, berani dan sebagainya.