BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Remaja
1.
Pengertian Perilaku Remaja
Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan;1
sedangkan perilaku atau tingkah laku di dalam bahasa Inggris disebut
“behavior” yang meliputi dua macam perbedaan yaitu tingkah laku terbuka
dan tingkah laku tertutup. Tingkah laku terbuka yaitu tingkah laku yang
dapat diamati, dapat tampak dalam bentuk gerak gerik seperti membaca,
menulis, melompat, dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku tertutup yaitu
tingkah laku yang tidak dapat diamati, tidak tampak dalam gerak gerik
seperti berfikir, mengingat, berfantasi mengalami emosi, dan sebagainya.
Tingkah laku terbuka merupakan gejala mental, sedangkan tertutup
merupakan proses mental.
Faktor-faktor kelainan perilaku anak dan remaja dikemukakan oleh
Graham dalam buku Sarwono yaitu lebih mendasarkan teorinya pada
pengamatan empiris dengan sudut kesehatan mental anak dan remaja.2
Demikian di bawah ini dibagi ke dalam dua golongan yaitu:
1
KBBI V.1.1-Kamus Besar Bahasa Indonesia, software yang bisa diupdate dari
http:ebsoft.web.id
2
Sarwono SarlitoWirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal.199-200
13
14
a.
Faktor lingkungan
1) Mal Nutrisi (kekuragan gizi)
2) Kemiskinan
3) Gangguan lingkunagn (polusi, kecelakaan lalulintas, bencana alam,
dan lainnya)
4) Migrasi
5) Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lainnya)
6) Keluarga yang bercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu
lama, dan lainnya).
7) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga, seperti kematian orang
tua, orang tua sakit berat/cacat, hubungan antara anggota keluarga
yang tidak harmonis, dan lainnya.
b.
Faktor pribadi
1) Faktor bakat yang mempengaruhi tempramen (menjadi pemarah,
hiperaktif, dan lainnya)
2) Cacat tubuh
3) Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri, Mustaqim dan Wahid
menyatakan bahwa garis besar
pangkal masalah siswa dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Internal, sebab internal ialah sebab-sebab yang berpangkal dari
kondisi murid itu sendiri hal ini biasa bermula dari adanya
kelainan fisik yang akan membuat anak tersebut merasa
15
tertolak untuk hadir di tengah-tengah teman-temannya yang
normal dan kelainan kemampuan berfikir pada dirinya.
b) Eksternal adalah sebab-sebab yang hadir di luar murid dan
berpangkal dari keluarga, salah asuh propaganda, diantaranya
adalah bahwa setiap yang mempengaruhi tingkah laku yang
menyimpang adalah faktor internal dan eksternal.3
Dalam menghadapi perkembangan anak usia remaja yang harus
diingat adalah bahwa jiwa mereka ditandai dengan perubahan sosial yang
cepat yang dapat mengakibatkan mereka akan kesimpang siuran norma atau
tingkah laku. Untuk mengurangi benturan antara gejolak itu dan untuk
memberi kesempatan agar anak usia remaja dapat mengembangkan dirinya
secara lebih optimal perlu diciptakan kondisi lingkungan terdekat dan stabil.
Lingungan keluarga, sekolah juga masyarakat berfungsi sebagai pembinaan
akhlak pada anak sehingga mereka dapat berperilaku sesuai dengan aturanaturan atau norma yang berlaku dan yang terpenting sesuai dengan ajaran
agama berdasarkan nilai-nilai islami yang sudah ditanamkan dalam diri
mereka.
Dengan demikian peran orang tua, pendidik juga tokoh masyarakat di
sini sangatlah penting karena mereka itulah yang bertanggung jawab dalam
membentuk pola tingkah laku anak yang lebih baik, karena selain
3
Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 139-140
16
bertanggung jawab terhadap pembentukan tingkah laku yang lebih baik yang
sesuai dengan ajaran Agama Islam dan yang diharapkan.
Dalam perkembangan ini anak diusahakan untuk bersifat yang mana
di dalam ini pendidikan moral yang serangkaian prinsip dasar moral dan
keutamaan sikap serta (watak) yang harus dimiliki, dan dijadikan kebiasaan
oleh anak-anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf,
yakni siap mengarungi lautan kehidupan.
Perilaku yang dapat disebut “moralitas” yang sungguhnya tidak
sesuai dengan standar sosial melainkan juga dilaksanakan secara sukarela. Ia
muncul bersamaan dengan peralihan kekuasaan eksternal ke internal dan
terdiri atas tingkah laku yang diatur dalam yang disertai perasaan tanggung
jawab pribadi untuk tindakan masing-masing.
Menurut Sarlito Wirawan tingkah laku merupakan perbuatan manusia
yang tidak terjadi secara Sporadis (timbul dan hilang disaat-saat tertentu),
tetapi ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan
perbuatan lainya.4
Sedangkan
pendapat
Al-Ghazali
yang
dikutip
oleh
Hasan
Langgulung tentang definisi tingkah laku adalah sebagai berikut:
a.
Tingkah laku mempunyai penggerak (motivasi), pendorong, tujuan, dan
objektif.
4
24
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakatra: Bulan Bintang, 1996), hal.
17
b.
Motivasi itu bersifat dari dalam yang muncul dari diri manusia sendiri,
tetapi ia di rangsang dengan rangsangan-rangsangan luar, atau dengan
rangsangan-rangsangan dalam yang berhubungan dengan kebutuhankebutuhan jasmani dan kecendrungan-kecendrungan alamiah, seperti
rasa lapar, cinta, dan takut kepada Allah SWT.
c.
Menghadapi motivasi-motivasi manusia mendapati dirinya terdorong
untuk mengerjakan sesuatu.
d.
Tingkah laku ini mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan tertentu
dan kesadaran akal terhadap suasana tersebut.
e.
Kehidupan psikologis adalah suatu suatu perbuatan dinamis dimana
berlaku interaksi terus-menerus antara tujuan atau motivasi dan tingkah
laku.
f.
Tingkah laku itu bersifat individual yang berbeda menurut perbedaan
faktor-faktor keturunan dan perolehan atau proses belajar.
g.
Tampaknya tingkah laku manusia menurut Al-Ghazali ada dua
tingkatan. Pertama, manusia berdekatan dengan semua makhluk hidup,
sedangkan yang kedua, ia mencapai cita-cita idealnya dan mendekatkan
kepada mekna-makna ketuhanan dan tingkah laku malaikat.5
Dari beberapa pengertian masalah perilaku atau tingkah laku tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa perilaku merupakan suatu aktifitas
5
275
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), hal. 274-
18
yang timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga
terbentuklah perilaku yang positif atau sebaliknya.
Sedangkan istilah yang sering dipakai untuk menunjukkan masa
remaja adalah Puberty, Adolescencia, dan Youth. Dalam bahasa Indonesia
sering dikatakan pubertas atau remaja.
a.
Puberty (Inggris), Puberteit (Belanda) berasal dari bahasa latin
“Pubertas” yang berarti laki-lakian kedewasaan yang dilandasi oleh
sifat dan tanda-tanda kelelakian.
b.
Adolescencia berasal dari kata latin “Adulescense” artinya masa muda
yakni antara 17 tahun dan 30 tahun.6
Kedua istilah di atas sering digunakan secara bersama untuk
menyebut masa remaja. Sepintas keduanya mirip tetapi kalau kita amati dari
berbagai kepuntakaan keduanya mempunyai perbedaan. Puberty atau
pubertas lebih menunjukkan pada perubahan fisik dari pada perilaku yang
terjadi saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan
keturunan. Kematangan ini biasanya terjadi pada usia 12-16 tahun untuk
anak laki-laki atau 11-15 tahun untuk perempuan. Sedangkan Adulescense
memiliki pengertian yang luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik seseorang antara 17-21 tahun.7
Penjelasan tersebut diperkuat oleh pendapat lain yang mengatakan
bahwa pubescence dan puberty sering dipakai dengan pengertian masa
6
7
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bapak Gunung Mulia, 1990), hal.4
Ibid.
19
tercapainya kematangan seksual terutama dari aspek biologisnya. Sedangkan
adolescencia adalah masa sesudah pubertas, yakni antara 17-22 tahun.
Melihat dari pengertian tentang perilaku dan remaja di atas, maka
pengertian perilaku remaja adalah suatu aktifitas yang timbul dari dalam diri
remaja karena ada respon dari luar sehingga terbentuklah perilaku yang
positif atau sebaliknya.
2.
Ciri-ciri Remaja
Remaja
adalah
pemuda/pemudi
yang
berada
pada
masa
perkembangan yang disebut masa Adolesensi (masa remaja, masa menuju
kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan
manusia, dimana seseorang sudah tidak disebut anak kecil lagi, tetapi juga
belum belum dapat disebut dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya
disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
ke arah kedewasaan. Karena periode ini menjadi bagian dari setiap
kehidupan sesorang, maka secara tidak langsung mempunyai karakteristik
tersendiri untuk bisa lebih mengenalinya.
Sedangkan Andi Mappiare mengutarakan beberapa ciri utama dan
umum periode pubertas antara lain sebagai berikut:
a.
Pubertas merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan
transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara anak-anak
dengan masa remaja. Dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri
20
biologis-psikologis anak-anak masih dimilikinya. Sementara ciri remaja
dimilikinya pula. Akan tetapi periode ini berlaku sangat singkat yaitu
dialami individu selama 2-4 tahun.
b.
Pubertas adalah periode terjadinya perubahan yang sangat cepat dari
bentuk anak-anak pada umumnya ke arah bentuk tubuh dewasa. Selain
itu terjadi pula perubahan sikap dan sifat yang meninjol, terutama
terhadap teman sebaya, lawan jenis, terhadap permainan dan anggota
keluarga.8
Pada masa remaja ini terbagi menjadi dua, yaitu remaja awal dan
remaja akhir. Dari masing-masing masa tersebut mempunyai ciri-ciri yang
berbeda.
a.
Ciri-Ciri Remaja Awal
Masa ini di mulai manakala usia seseorang telah genap 12-13 tahun dan
berkhir pada usia 17 tahun. Istilah yang bisaa diberikan bagi si anak
remaja awal adalah “Teenagers” (anak usia belasan tahun).
Andi Mappiare mengemukakan bahwa ciri remaja awal adalah
sebagai berikut:
1) Ketidak stabilan keadaan perasaan dan emosi.
2) Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja
awal (15-17 tahun).
3) Hal kecerdasan atau kemampuan mental.
8
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 28
21
4) Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan.
5) Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
6) Masa remaja awal adalah masa yang kritis.9
b.
Ciri-Ciri Remaja Akhir
Rentang usia yang biasanya terjadi pada masa ini (untuk remaja
Indonesia) adalah antara 17-21 tahun bagi wanita dan 18-22 tahun bagi
pria. Pada masa ini terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan
perkembangan aspek-aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa
sebelumnya menuju kearah kesempurnaan kematangan.
Ciri-ciri penting dalam masa ini seperti yang dijabarkan oleh Andi
Mappiare adalah sebagai berikut:
1) Stabilitas mulai timbul dan meningkat
2) Ciri diri dan sikap pandangan yang lebih realistis
3) Menghadapi masalahnya secara lebih matang
4) Perasaan menjadi lebih tenang.10
Dari segi psikis pada remaja sering terjadi pemberontakan dalam
jiwa, emosi yang tidak stabil sehingga mendorong seorang remaja untuk
berbuat seenaknya sendiri tanpa memikirkan akibatnya karena mereka
merasa
bahwa
dirinya
sudah
dewasa
dan
mampu
untuk
mempertanggungjawabkan semua yang telah diperbuatnya. Padahal pada
9
Ibid., hal. 32
Ibid., hal. 37
10
22
masa seperti ini merupakan masa peralihan untuk mencapai kesempurnaan
kematangan atau masa dewasa. Mereka tidak bisa disebut sebagai anak-anak
lagi dan belum bisa disebut sebagai orang dewasa.
3.
Bentuk-Bentuk Perilaku Remaja yang Menyimpang
Kehidupan para remaja dewasa ini memasuki tahapan yang semakin
heterogen dan kompleks, lebih terbuka, modernis dan lebih liberal. Ditinjau
dari segi historis, kehidupan remaja pada masa lalu sangat berbeda dengan
kehidupan remaja pada masa kini, terutama dikota-kota besar. Semua itu
tidak lepas dari peran industrialisasi dan modernisasi yang juga mulai
merambah dalam segi kehidupan masyarakat Indonesia.
Dinamika sosial yang semakin kompleks tersebut memberikan
konsekuensi terjadinya pergeseran nilai dan norma perilaku kehidupan
masyarakat, tak terkecuali remaja. Adanya kenakalan yang marak akhirakhir ini juga merupakan salah satu fenomena sosial yang terjadi ditengahtengah masyarakat. Kenakalan remaja yang terjadi dapat menimbulkan
gangguan terhadap stabilitas nasional. Selain itu juga merusak masa depan
remaja sendiri.
Masalah kenakalan remaja menjadi suatu problem yang menjadi
sorotan berbagai pihak. Hal ini disebabkan kenakalan remaja mengakibatkan
terganggunya ketentraman orang lain.
Keluhan mengenai perilaku remaja ini banyak dialami oleh banyak
orang, baik orang tua, ahli pendidikan maupun orang-orang yang bergelut
23
dalam bidang agama dan sosial. Perilaku tersebut umumnya sukar
dikendalikan yang tercermin dalam tindakan nakal, keras kepala, berbuat
keonaran dan banyak lagi yang kesemuanya mengganggu ketentraman
umum.
Adapun bentuk kenakalan remaja, sebagaimana yang dipaparkan oleh
Zakiyah Derajat meliputi:
a.
Kenakalan ringan, misalnya: Tidak patuh pada orang tua dan guru,
membolos sekolah, sering berkelahi, tata cara berpakaian yang tidak
sopan
b.
Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain,
misalnya: Mencuri, menodong, kebut-kebutan, miras (minum-minuman
keras), dan penyalahgunaan narkoba.
c.
Kenakalan seksual baik terhadap lawan jenis maupun terhadap sejenis.11
Untuk lebih memperjelas jenis-jenis kenakalan dikalangan remaja,
maka akan penulis jelaskan masing-masing sebagai berikut:
a.
Kenakalan ringan
Kenakalan ringan yang dimaksud disini adalah suatu kenakalan
yang tidak sampai pada pelanggaran hukum.
1) Tidak patuh pada orang tua dan guru
Perilaku seperti ini sering terjadi pada kelangan remaja.
Mereka tidak segan-segan membantah bahkan menentang apa yang
11
Zakiyah Derajat, Membina Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, cetakan kedua,
1973), hal. 9-10
24
dikatakan oleh orang tua atau gurunya, jika tidak sesuai dengan alur
pikiran dan kehendaknya. Remaja mulai mengalami pertentangan
dengan orang tua atau gurunya, yang bisaanya keduanya masih
berpegang pada tradisi lama yang mereka anggap tidak relevan lagi
dengan zaman sekarang.
Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa pada masa ini
perkembangan intelektualnya semakin tinggi yang mengakibatkan
mereka
semakin
kritis.
Remaja
mengerjakan
apa
yang
diperintahkan jika mereka mengetahui latar belakang maupun sebab
akibat dari perbuatan itu.
Dari sini, maka sebagai orang tua dan guru harus
menghargai dan memperhatikan jerih payah remaja, agar mereka
merasa dihargai dan diperhatian.
2) Membolos sekolah
Banyak kita jumpai dipinggir–pinggir jalan banyak remaja
yang masih berseragam sekolah nongkrong sambil mengobrol
dengan teman-temannya, hanya sekedar melepas kejenuhan di
sekolah. Sedangkan di sekolah remaja tidak lupuit dari keluhan para
guru karena prestasi belajarnya yang semakin menurun. Hal ini
tidak saja mengecewakan wali murid tetapi juga guru sebagai
pendidik.
25
Kadang remaja tampak alim dirumah dengan berpakaina
seragam ia berpamitan pergi ke sekolah. Tetapi kenyataannya lain
mereka tidak sampai di sekolah dan bila waktu sekolah usai
merekapun pulang tepat pada waktunya. Bila ditanya mengapa ia
membolos, maka ia pun akan menjawab bosan dengan pelajaran
atau gurunya bahkan dengan dalih yang bermcam-macam.
3) Sering berkelahi
Salah satu fenomena kenakalan remaja yang marak akhirakhir ini adalah perkelahian antar pelajar. Salah satu sebabnya
adalah pada usia ini perkembangan emosi yang tidakstabil. Mereka
mengikuti kehendaknya tanpa memperdulikan orang lain.
Remaja yang sering berkelahi bisaanya disebabkan dari
orang tua atau lingkungan sehingga ia mencari perhatian dengan
cara lain. Semua itu barangkali dilakukan untuk menunjukkan
kekekaran tubuhnya, menunjukkan kehebatan atau gerakan-gerakan
yang mereka miliki sehingga mereka ingin diakui sebagai orang
yang hebat, tak terkalahkan atau hanya sekedar membela harga
dirinya.
4) Tata cara berpakaian yang tidak sopan
Remaja pada prinsipnya mempunyai sifat suka meniru orang
lain, terutama pada cara berpakaian yang lagi trend. Semua ituu
dapat mereka lihat dimedia cetak maupun layer kaca, terlebih yang
26
dipakai oleh bintang idolanya. Di rumah atau di sekolah remaja
dengan bergaya “superstar”, memakai celan dan baju ketat
ditambah berbagai aksesoris yang bermacam-macam. Kadangkadang mereka memakai pakaian yang tidak sesuai dengan keadaan
dirinya. Yang terpenting bagi mereka mengikuti mode idolanya dan
sesuai dengan zaman sekarang atau yang sering disebut “korban
mode”.
b.
Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain
Kenakalan yang dimaksud disini adalah suatu kenakalan yang
yang dapat digolongkan pada pelanggaran hukum. Sebab kenakalan ini
dapat mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
1) Mencuri
Mencuri ialah suatu perbuatam mengambil harta milk orang
lain dengan jalan diam-diam diambil dari taruhannya (tempat yang
layakuntuk menyimpan harta itu)12. Sering kita temui terjadinya
pencurian yang dilakukan oleh remaja. Hal ini terjadi karena tidak
terpenuhinya keinginan/ kebutuhan mereka atau karena kebutuhan
mereka telah terpenuhi tetapi hanya untuk mencari jati diri.
Apabila perilaku ini tidak dapat diluruskan maka akan
melangkah lebih jauh yaitu mengarah pada penodongan.
12
Sulaiman Rasyid, Fiqih Sunnah, (Bandung: Sinar Baru, cetakan XX, 1989), hal 406
27
2) Menodong
Menodong termasuk perbuatan yang lebih berani dari
mencuri, karena remaja sudah berani berhadapan langsung dengan
korbannya. Perbuatan ini bisaanya dilakukan bersama-sama dengan
teman sekelompoknya yang disebut dengan istilah “gank”. Remaja
seperti ini bisaanya tidak peduli pada lingkungan karena baginya
yang terpenting kebutuhannya terpenuhi.
3) Kebut-kebutan
Sering kita mendengar bahkan melihat para remaja
menagadakan kebut-kebutan dijalan raya yang mana hal tersebut
selain mengganggu arus lalulintas juga dapat mengganggu
ketentraman masyarakat. Bahkan sering juga hal ini diperlombakan.
Hal tersebut perlu adanya kejelian dari orang tua agar
kelebihan yang mereka miliki dapat berdampak positif bagi remaja.
Hal yang perlu dilakukan adalah apabila anak yang bisaa kebutkebutan dapat dimasukkan pada kelompok “motor cross” yang ada
pelatihnya sehingga bakat yang dimiliki mereka benar-benar
tersalurkan.
4) Miras (minum-minuman keras)
Menurut kesehatan, minum-minuman keras berlebihan dapat
mengganggu kesehatan. Selain itu, juga mempunyai dampak pada
system syaraf manusia yang menimbulkan gairah, semangat dan
28
keberanian.
Sebagian
lagi
menyebabkan
ketenangan
dan
kenikmatan sehingga seseorang bisa melupakan kesulitan atau
problema yang mereka hadapi. Karena efek-efek tersebut banyak
remaja yang menyalahgunakannya. Bagi orang yang menggunakan
alkohol dalam dosis yang berlebihan bisa
membahayakan jiwa
orang yang bersangkutan. Hal ini karena sifat alkohol adalah
menimbulkan ketergantungan (kecanduan) pada pemakainya.13
Apabila hal ini terjadi maka mereka tidak bisa melepaskan
diri dan pada tahap ini remaja menjadi criminal dengan
menghalalkan segala cara untuk sekedar mendapat uang untuk
membeli alkohol.
5) Penyalahgunaan narkoba.
Masalah penggunaan narkotika sering disebut fenomena
sosial karena masalah ini hakekatnya bukan masalah yang berdiri
sendiri, melainkan masalah yang mempunyai sangkut paut dengan
faktor lain yang timbul dalam kehidupan manusia. Masalah ini pula
yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan terutama di kota-kota
besar yangapabila tidak segera ditangani maka tidak menutup
kemungkinan meraba ke daerah-daerah plosok.
Dengan demikian penyalahgunaan narkotika oleh para
remaja merupakan suatu pernyataan yang harus mendapatkan
13
Sarwono, Kenakalan Remaja ..., hal. 208
29
perhatian khusus dari semua pihak yang merasa turut bertanggung
jawab terhadap masa depan bangsa.
Adapun cara menanggulangi ketergantungan seseorang baik
mental maupun fisik adalah sebagai berikut:
a) Pada langkah pertama sering diberi tindakan medis supaya
dapat melawan dan menekan tuntutan ketagihan dalam tubuh.
b) Diadakan penelitiuan secara mendalam tentang sebab-sebab
yang mendorong seorang remaja sampai ketagihan.
c) Sesuai dengan psikologi perkembangan remaja maka dalam
pemberian bimbingan harus
penuh dengan pengertian dan
kesabaran serta uluran tangan dari tokoh-tokoh identifikasi
yang dijadikan hero (dalam arti yang baik).
d) Bertitik tolak dari psikologi belajar maka harus dicari cara-cara
untuk menghapus dorongan kearah tingkahlaku kecanduan
tersebut.14
Remaja merupakan generasi penerus cita-cita bangsa.
Dengan tanggung jawab tersebut, maka kita harus benar-benar
mengarahkan dan membimbing mereka yang sekiranya nanti bisa
menjadi barometer dalam menyongsong masa depannya, sehingga
mereka menjadi pribadi yang tangguh yang mampu mengalahkan
segala tantangan masa depannya.
14
Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1978), hal. 137-138
30
c.
Kenakalan seksual.
Sesuai
dengan
perkembangannya,
remaja
mengalami
perubahan-perubahan yang tidak terbatas pada perubahan fisik saja,
melainkan juga mengalami perkembangan psikis dimana perasaan ingin
tahu anak tentang masalah seksual semakin besar. Selain itu juga mulai
ada dorongan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari lawan
jenis.
Perkembangan seksual ini, baik secara mental maupun psikis
sering kali tidak disertai dengan kesiapan yang cukup untuk
menghadapinya dari pengertian baik dari diri anak itu sendiri, guru,
serta orang tuanya. Dalam arti, jika mereka tertutup tentang masalah ini
maka tidak menutup kemungkinan timbul kenakalan seksual baik
terhadap lawan jenis maupun sejenis.
1) Terhadap lawan jenis
Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa seiring dengan
kematangan seksual seorang remaja maka ia akan tertarik dengan
lawan jenisnya. Bila seorang remaja yang tidak memperoleh
pendidikan tentang seks (sex education) dan bahayanya seks bebas
“free sex”, maka ia akan mencari teman kencan yang pada akhirnya
sampai pada keintiman seksual karena mereka sering bahkan selalu
bertemu hingga merasa aman bersamanya.
31
Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam masa remaja
masih banyak fase dari pribadi remaja yang belum berkembang
secara maksimal. Karena itu, apabila
remaja dalam melakukan
suatu perbuatan tanpa control, maka tidak jarang terjadi kehamilan
di luar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja
putrid. Hal ini memaksa mereka untuk menjadi ibu atau bapak
muda.
2) Terhadap sejenis
Pada masa remaja, perkembangan kebutuhan seks dalam
pembentukan peranan jenis berjalan sejajar dan menentukan akan
menjadi wanita atau pria bagaimanakah kelak, pada suatu saat
tertentu remaja mengalami suatu keraguan tentang peranan jenis
masing-masing, yaitu tentang bakat kelaki-lakian atau kewanitaan.15
Pengertian tadi memberikan pengertian terhadap seorang
remaja apakah tertarik pada lawan jenis atau sejenis.
Apabila
kecendrungan kepada sesama jenis maka akan timbul pola tingkah
laku seksual yang menimpang atau bisaa disebut “homoseksual”
bagi laki-laki dan “lesbian” bagi perempuan.
Perilaku seperti di atas bisaanya dialami remaja melalui
buku-buku porno, film-film yang mereka tonton. Apabila perbuatan
tersebut berpangkal dari perasaan kurang percaya diri dan
15
Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja ..., hal. 52
32
kecemasan dalammenjalani rumah tangga yang wajar, maka
baginya perlu diberikan penyuluhan untuk mengatasi rasa kurang
percaya diri dan menambah keberanian untuk menghadapi
problematika remaja dan menghadapi realita yang dihadapi dalam
kehidupannya.
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa
menyarankan bahwa:
a) Hendaknya
orang
tua
lebih
bersikap
terbuka
dalam
membicarakan seksual terhadap anaknya. Tentunya dengan
mengingat taraf perkembangan anak yang disesuaikan dengan
pengertian-pengertian yang diberikan.
b) Perlunya dilakukan usaha untuk mengalihkan kegiatan anak
dari yang non produktif kearah yang produktif.
c) Pengawasan yang sewajarnya perlu dilakukan oleh pendidik.
Pengawasan yang terlalu ketat menyebabkan anak mencari
pelarian di luar rumah, sehingga menyebabkan anak memiliki
banyak waktu untuk melakukan hal-hal diluar rumah batas
perkembangan usianya.
d) Konsultasi dengan para ahli secara berkala mungkin bisa lebih
membantu menghadapi masalah yang timbul.
33
e) Membina hubungan baik antara anak dengan orang tua
sehingga menghilangkan kecanggungan untuk membicarakan
masalah-masalah yang timbul.16
Apabila semua pihak memperhatikan hal-hal di atas, maka
penyimpangan seksual tidak akan terjadi pada diri remaja paling tidak
mengurangi karena mereka merasa terarah dan terkontrol.
Kenakalan-kenakalan di atas, merupakan sebagian kelakuan
yang menggelisahkan semua orang. Yang menjadi tugas dan tanggung
jawab orang tua, pendidik dan para tokoh masyarakat adalah bagaimana
cara mengartikan dan membimbing remaja ke arah yag lebih baik serta
mampukah kita bertanggung jawab atas hal tersebut.
B. Pendidikan Akhlak
1.
Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak adalah gabungan dari kata pendidikan dan akhlak.
Kata pendidikan sebenarnya mempunyai makna yang luas. Pendidikan dapat
diartikan baik secara etimologis maupun secara terminologis. Secara
etimologis pendidikan berasal dari kata didik. Secara sederhana dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
16
Ibid., hal. 232
34
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.17 Sedangkan secara
terminologis, pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.18
Pendidikan menurut berbagai ahli, antara lain sebagai berikut,
menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah "berbagai usaha yang dilakukan
oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang(anak didik) agar tercapai
perkembangan
maksimal
yang
positif".19
Menurut
Indra
Kusuma,
pendidikan adalah "suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis yang
dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita
pendidikan".20 Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu
pengertian bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan orang
dewasa untuk menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani yang belum dewasa menuju ke tingkat kedewasaan agar terbentuk
pribadi yang luhur atau dengan kata lain pendidikan adalah bantuan yang
17
M. Noor Syam, Pengertian dan Hukum Dasar Pendidikan, dalam Pengantar Dasar-Dasar
Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), hal. 2.
18
UU No 20 Tahun 2003 RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 2.
19
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1991), hal. 28.
20
Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (IKIP Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan, 1973),
hal. 274.
35
diberikan kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani yang
berlangsung seumur hidup.
Berpijak dari definisi di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa arah
yang dituju oleh pendidikan adalah terbentuknya suatu kepribadian yang
utama yaitu suatu kepribadian yang memiliki nilai-nilai moral, berbuat
sesuai dengan ajaran agama guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Sedangkan akhlak merupakan bentuk jama' dari khuluq, artinya
perangai, tabiat, rasa malu dan adat kebiasaan.21 Menurut Quraish Shihab,
“Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan
tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama), namun kata seperti itu tidak
ditemukan dalam al-Qur'an”.22 Yang terdapat dalam al-Qur'an adalah kata
khuluq, yang merupakan bentuk mufrad dari kata akhlak.
Akhlak adalah kelakuan yang ada pada diri manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu ayat di atas ditunjukkan kepada Nabi
Muhammad yang mempunyai kelakuan yang baik dalam kehidupan yang
dijalaninya sehari-hari.
Sementara itu dari tinjauan terminologis, terdapat berbagai
pengertian antara lain sebagaimana Al Ghazali, yang dikutip oleh Abidin Ibn
Rusn, menyatakan: "Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa
yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa
21
Sahilun A.Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al Akhlas, tt), hal. 14
Quraish Shihab, Wawasan Al Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003), hal. 253
22
36
perlu pemikiran dan pertimbangan"23. Ibn Maskawaih, sebagaimana yang
dikutip oleh Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, memberikan arti akhlak
adalah "keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)"24.
Bachtiar Afandie, sebagaimana yang dikutip oleh Isngadi, menyatakan
bahwa "akhlak adalah ukuran segala perbuatan manusia untuk membedakan
antara yang baik dan yang tidak baik, benar dan tidak benar, halal dan
haram."25 Sementara itu Akhyak dalam bukunya Meretas Pendidikan Islam
Berbasis Etika, mengatakan, bahwa "akhlak adalah sistem perilaku seharihari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan"26.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah keadaan jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan yang diterapkan dalam perilaku dan sikap
sehari-hari. Berarti akhlak adalah cerminan keadaan jiwa seseorang. Apabila
akhlaknya baik, maka jiwanya juga baik dan sebaliknya, bila akhlaknya
buruk maka jiwanya juga jelek.
Dari pemahaman kedua makna pendidikan dan akhlak, maka dapat
dipahami pengertian dari pendidikan akhlak, yaitu pendidikan yang
menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang
23
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hal. 99
24
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 4
25
Isngadi, Islamologi Populer, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hal. 106
26
Akhyak, Meretas Pendidikan Islam Berbasis Etika, (Surabaya: eLKAF, 2006), hal. 175
37
perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Dengan kata lain dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Menjelaskan baik dan buruk.
b.
Menerangkan apa yang harus dilakukan.
c.
Menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan.
d.
Menyatakan tujuan di dalam perbuatan.
Dari uraian tersebut diambil kesimpulan bahwa ilmu akhlak adalah
ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal. Amal terdiri dari perkataan,
perbuatan atau kombinasi dari keduaya dari segi lahir dan batin.27 Sejalan
dengan membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan juga
usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah
merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antar
sesama. Iman seseorang berkaitan dengan akhlak, iman sebagai konsep dan
akhlak adalah implikasi dari konsep itu dalam hubungannya dengan sikap
dan perilaku sehari-hari.
Oleh karena itu, peran keluarga (orang tua) memegang peranan
penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anaknya sebagai institusi
yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya, dimana anak-anak mendapat
pengaruh keluarga atau orangtua atas segala tingkah lakunya sehari-hari.
Karena itu keluarga harus menganggap penting tentang pendidikan
ini, mengajar anak akhlak yang mulia yang di ajarkan islam seperti
27
Barmawie Umari, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), hal. 1
38
kebenaran, kejujuran, kesabaran, kasih sayang dan lain sebagainya. Keluarga
juga harus mengajarkan nilai dan faedahnya, berpegang teguh kepada akhlak
semenjak kecil.
Dalam pendidikan atau pembinaan akhlak dalam keluarga perlu
adanya berbagai penerapan. Adapun langkah-langlah yang ditempuh antara
lain:
a.
Memberi bimbingan untuk berbuat baik kepada orangtua
b.
Memelihara anak dengan kasih sayang
c.
Memberi tuntunan akhlak kepada anggota keluarga
d.
Membiasakan untuk menghargai peraturan-peraturan dalam rumah
tangga.
e.
Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antara sesama
kerabat.28
Penerapan pendidikan akhlak merupakan pembentukan nilai-nilai
keislaman pada dasarnya merupakan cara untuk memberi tuntunan kepada
anak ke sikap yang dikehendaki oleh Islam.
Akhlak merupakan bagian dari materi yang dipelajari dan
dilaksanakan, hingga timbul kecenderungan sikap yang menjadi ciri
kepribadian muslim pada anak tersebut.
28
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 101
39
Sebagaimana pendapat dari M. Abdullah Al-Darraz yang di kutip
oleh Jalaludin bahwa :
Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim
berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya
cerminan nilai-nilai dimaksud dalam sikap dan perilaku seseorang,
maka tampillah kepribadian muslim.29
Peran orangtua sebagai pendidik, tidak cukup hanya sekedar
menonjolkan sikap dan perilaku yang baik dalam lingkungan keluarga, tetapi
masih harus berpacu dalam memberikan pembinaan kepada anak-anaknya.
Orangtua berkewajiban membina anaknya agar bertutur kata, beramal dan
beretika yang baik.
Di samping orang tua, ada pendidik dan para tokoh masyarakat yang
juga sangat berperan dalam memberikan pendidikan akhlak para remaja
yang
ada
di
lingkungan
masyarakat
tersebut.
Al-Qur'an
banyak
menyinggung tentang pendidikan akhlak, bahkan hampir setiap kisah yang
terdapat dalam al-Qur'an, di dalamnya terdapat pendidikan akhlak. Dalam alQur’an dikemukakan bahwa Isma'il yang bersedia disembelih oleh Ibrahim,
juga merupakan salah satu pendidikan akhlak, yaitu kepatuhan anak kepada
orang tua. Dalam rangka patuh dan berbakti kepada orang tuanya, maka
Isma'il rela mempertaruhkan nyawanya untuk disembelih sang ayah demi
melaksanakan perintah Allah yang ada dalam mimpi. Di samping itu, dalam
cerita antara Isa dengan Maryam. Isa juga berbakti kepada Ibunya, dengan ia
29
Ibid., hal. 95
40
berbicara kepada kaumnya, bahwa Ibunya tidak berzina. Hal itu juga
mengandung pendidikan akhlak yaitu taat dan berbaktinya anak kepada
orang tua.
2.
Sumber dan Ruang Lingkup Akhlak
Sumber akhlak berasal dari al-Qur’an dan al-hadits serta hasil
pemikiran hukamaa dan Filosof. Ruang lingkup akhlak meliputi akhlak
terhadap Khaliq dan akhlaq terhadap makhluk.30
Dalam implementasinya terdapat dua macam akhlak, antara lain:
akhlak terpuji dan akhlak tercela. Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah
adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak terpuji yang dimaksud antara lain adalah:
a.
Rendah hati; yaitu tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong dan
selalu
bersikap
toleran
terhadap
sesamanya,menghormati
dan
menghargai pendapat orang lain.
b.
Cermat; yaitu teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Pikiran yang
cermat dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara
yang menguntungkan dengan yang merugikan, antara yang bermanfaat
dengan yang mudlarat dan sebagainya. Cermat dalam perbuatan berarti
hati-hati baik dalam berbicara ataupun dalam bertindak. Setiap ucapan
dan tindakannya selalu dipertimbangkanlebih dahulu. Sifat ini
merupakan modal utama dalam mencapai sukses.
30
Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1986), hal. 1
41
c.
Kepeloporan; yaitu memperbanyak amal sholeh dengan mulai dari diri
sendiri. Sifat mendorong manusia untuk berbuat yang sama. Melalui
perbuatan yang baik yang berguna bagi kepentingan diri sendiri
khususnya dan kepentingan masyarakat pada umumnya adalah sangat
dianjurkan oleh agama Islam. Hidup dengan penuh jiwa optimis dengan
berusaha untuk mengambil inisiatif dalam melakukan suatu kebaikan
menghasilkan dampak positif terhadap kepribadian pelakunya dan
memberikan motivasi kepada orang lain.
d.
Sabar; yaitu tahan menderita demi rasa tidak senang karena mendaoat
musibah.
Dalam
mengandung
usaha
dengan
sungguh-sungguh
menghilangkan segala rintangan dengan berdoa dan bertawakal/berserah
diri kepada Allah SWT tanpa putus asa.
e.
Jujur; yaitu benar dalam perkataan sesuai dengan kata hati yang
sesungguhnya. Tidak menutup-nutupi kebenaran ataupun kesalahan.
Sifat ini dalam agama Islam dikenal dengan sebutan sifat amanah
artinya dapat dipercaya. Sifat jujur ini menjadi salah satu sifat rasulrasul Allah SWT. Mereka telah memberi contoh dan teladan dalam hal
kejujuran terhadap umatnya.
f.
Pemaaf; yaitu membebaskan orang lain dari kesalahan yang pernah
diperbuat. Dalam diri manusia terdapat 2 unsur yaitu akal dan nafsu.
Dalam keadaan dipengaruhi oleh nafsu akan timbul emosi yang tak
terkendali yaitu marah yang biasanya disebabkan oleh kesalahan pihak
42
lain. Islam memberi pelajaran agar kita menjauhkan diri dari sifat marah
dan hendaklah senantiasa memaafkan orang lain.31
g.
Penyantun;
menghormati
yaitu
yang
pandai
lebih
bergaul
tua,
dalam
menyayangi
masyarakat.
Pandai
yang
muda,
lebih
memperhatikan nasib orang lemah dan tidak mampu dan bersedia
berkorban untuk kepentingan mereka, baik berupa moril maupun
materiil.
h.
Kreatif; yaitu sifat yang menggambarkan seseorang yang cukup dinamis
tidak pasif pada masyarakat, mempunyai gagasan dalam menghadapi
kesulitan dan pandai mencari jalan keluar.
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan
jahat yang dapat merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat
bangsa”.32Adapun yang termasuk perilaku tercela antara lain:
a.
Takabur; yaitu sikap diri yang merasa dialah yang lebih tahu dalam
segala hal dan menganggap rendah terhadap orang lain. Sifat takabur
tidak disenangi oleh masyarakat. Puncak dari sifat takabbur adalah
mendustakan kebenaran ajaran agama yang turun dari Allah SWT.
b.
Ceroboh; yaitu tidak berhati-hati atau tidak cermat. Orang yang ceroboh
tidak memelihara pikiran, perkataan dan perbuatan dari hal-hal yang
negatif. Tidak berhati-hati dalam berfikir, berbicara dan berbuat yang
berakibat membahayakan diri.
31
32
Barmawie Umary, Materia Akhlak, ( Solo: Ramadhani, 1996), hal. 44 - 67
Zainuddin, Moh. Jamhari, Al-Islam 2, ( Bandung : Pustaka Setia, 1999), hal. 100
43
c.
Pemarah; yaitu tidak dapat menahan emosi karena suatu sebab, misalnya
karena tersinggung atau karena tidak puas akibat menghadapi suatu
kenyataan. Kenyataan yang dimaksud seperti tindakan pihak lain yang
tidak memuaskan dirinya atas takdir yang menimpa dirinya seperti
musibah.
d.
Curang; yaitu bohong atau dusta. Tidak menaati peraturan, misalnya
dalam pertandingan sepak bola dan lain-lain pelanggaran atas peraturan
main berarti curang. Dalam hubungan suatu perjanjian bila tidak
konsekwen dan jujur disebut ingkar, sedangkan dalam perdagangan
curang dikenal dengan sebutan tipuan.
e.
Apatis; yaitu tidak peduli atas sesuatu. Sifat apatis ini tidak mendorong
seseorang untuk berbuat lebih maju dan akhirnya mengarah pada sifat
pemalas yang dapat merugikan orang lain terutama dirinya sendiri.
f.
Dendam; yaitu emosi yang terpendam atau kemarahan ditekan sewaktuwaktu
dapat
meledak
bila
kesempatan
memungkinkan.
Islam
memeritahkan agar menjauhkan rasa dendam terhadap sesama.
g.
Serakah; yaitu sifat mementingkan diri sendiri yang berlebih. Bila sifat
ini berkaitan dengan harta benda istilah serakah menjadi tamak atau
rakus. Orang yang serakah cenderung memperkaya diri dan lebih dekat
dengan sifat kikir.
44
3.
Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Akhlak
Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk manusia
berakhlak mulia dan terhindar dari perbuatan yang buruk, hina dan tercela.
Di samping itu juga untuk membina hubungan manusia dengan Allah dan
hubungan manusia dengan manusia agar selalu terpelihara dengan baik dan
harmonis.
Tujuan pendidikan akhlak adalah:
a.
Membentuk manusia yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
dengan ajaran Islam.
b.
Membentuk manusia agar biasa melakukan hal-hal yang baik dan mulia
serta terhindar dari perbuatan yang buruk dan tercela.
c.
Menumbuhkan pribadi yang berkeyakinan teguh, sehingga dapat
berbuat baik terhadap Allah SWT, dan berbuat baik terhadap sesama
manusia.
Menurut Ali Abdu Halim Mahmud,tujuan pendidikan akhlak yaitu:33
a.
Mempersiapkan manusia beriman yang beramal shalih, sebab tidak ada
sesuatu yang dapat merefleksikan akhlak islam seperti kepada Allah dan
komitmen kepada pola hidup Islam seperti halnya pertauladanan diri
kepada praktik normatif Nabi Muhammad SAW.
b.
Mempersiapkan mu’min shalih yang menjalani kehidupan dunia dengan
mentaati hukum halal haram Allah seperti menikmati rejeki halal dan
menjauhi tindakan yang menjijikkan, keji, mungkar dan jahat.
33
Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah, (Solo: Media Insani, 2003), hal.150-152
45
c.
Mempersiapkan mu’min shalih yang baik interaksi sosialnya, baik
dengan sesama muslim maupun dengan kaum non-muslim, interaksi
sosial yang terwujudnya keamanan bersama dan ketenangan kehidupan
mulia manusia.
d.
Mempersiapkan mu’min shalih yang bangga berukhuah Islamiah,
menjaga hak- hak persaudaraan, suka atau tidak suka karena Allah dan
tidak menghiraukan cacian orang.
e.
Mempersiapkan mu’min shalih yang bersedia melaksanakan dakwah
Illahi ber amar ma’ruf nahi mungkar dan berjihad di jalan Allah.
f.
Mempersiapkan mu’min shalih yang mersa dirinya bagian dari umat
Islam multi wilayah dan bahasa sehingga ia selalu siap melaksanakan
tugas- tugas keumatan selama ia mampu.
g.
Mempersiapkan mu’min shalih yang bangga dengan agama Islam,
berjuang sedapat mungkin dengan mengorbankan harta, jabatan, waktu
dan jiwanya demi keluhuran agamanya untuk memimpin dan demi
aplikasi syari’at Islam oleh kaum muslimin.
Inilah tujuan pendidikan akhlak dalam gambaran yang sangat simple
tapi mengarah, berpengaruh dan relevan dengan perjalanan hidup manusia di
muka bumi dan martabat kemanusiaannya yang Allah tidak berikan kepada
kebanyakan makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Pendidikan akhlak dalam ungkapan lain ialah pendidikan yang ingin
mewujudkan masyarakat beriman yang konsisiten dengan prinsip kebenaran
46
yang di tegakkan dengan keadilan, kebaikan dan berdialog, mengorbankan
semangat keilmuan serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai media bagi
kemuliaan hidup manusia.
Pendidikan merupakan bagian penting dalam pendidikan sehingga
Abdul Aziz mengatakan bahwa “pendidikan tidak akan sempurna tanpa
pendidikan akhlak, sebaliknya pendidikan baru akan sempurna kalau ia
menjadikan pendidikan akhlak sebagai dasarnya”.34
Imam Al-Ghazali menerangkan bahwa pendidikan akhlak itu sangat
mungkin untuk menghilangkan atau mengurangi sifat-sifat yang tercela.35
Melihat fenomena yang terjadi sekarang, semakin terlihat jelas bahwa
pendidikan akhlak khususnya remaja menempati posisi yang sangat penting,
mengingat beberapa hal:36
a.
Pada saat ini banyak orang tua atau guru yang mengeluh tentang
perilaku sebagian pelajar yang amat menghawatirkan.
b.
Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam. Jika di
dalam Al-Qur’an terdapat ajaran tentang keimanan, ibadah, sejarah dan
sebagainya, maka yang dituju adalah agar dengan ajaran akan terbentuk
akhlak yang mulia. Orang yang beriman menurut Al-Qur’an adalah
34
Aziz, Prinsip- Prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai, Pustaka Mandiri, 2003), hal.
102
35
Salihun Nazir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas,1991), hal. 127
Abuddinata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media,2003), hal. 218-220
36
47
orang yang harus membuktikan keimanannya dalam bentuk amal shalih,
bersikap jujur, amanah, berbuat adil, kepedulian sosial dan sebagainya.
c.
Akhlak yang mulia bukanlah terjadi dengan sendirinya melainkan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama lingkungan keluarga,
pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
d.
Pembinaan terhadap remaja amat penting dilakukan, mengingat secara
psikologi usia remaja adalah usia yang berada dalam gangguan dan
mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang belum
memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup.
Melihat empat faktor di atas, disitulah letak urgensi pendidikan
akhlak bagi peserta didik khususnya bagi remaja, berarti pendidikan akhlak
telah memberikan sumbangan yang besar bagi penyiapan masa depan bangsa
yang lebih baik.
Kalau akhlak yang baik telah tertanam kokoh di dalam jiwa
seseorang, maka tidak akan melakukan tingkah laku yang merusak, baik
terhadap dirinya sendiri, keluarga masyaraakat maupun bangsa dan
negaranya.
C. Upaya Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.
Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang
utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian yang
48
demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam
terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik,
selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada
seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan
sungguh-sungguh terhadap dalam diri manusia. Oleh karena itu, usaha-usaha
pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai
macam metode terus dikembangkan. Keadaan pembinaan ini semakin terasa
diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan
sebagai dampak dari kemajuan di bidang iptek.
1.
Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak oleh Orang
Tua
Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak, termasuk remaja. Maka dalam hal ini orang tua mempunyai peran
yang sangat vital dalam pembinaan perilaku remaja melalui pemberian
pendidikan akhlak pada mereka. Pendidikan akhlak di lingkungan keluarga
khususnya orang tua dapat diberikan melalui berbagai metode. Menurut AD.
Marimba, dalam pendidikan/pembinaan akhlak ada dua metode yang dapat
digunakan, yaitu:37
37
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Maarif, 1980), h.83
49
a.
Metode langsung
Metode langsung adalah mengadakan hubungan langsung secara
pribadi dan kekeluargaan dengan individu yang bersangkutan, metode
langsung tersebut dibagi menjadi 4 antara lain:
1) Teladan; di sini orang tua sebagai contoh teladan yang pertama bagi
anak dalam lingkungan keluarga. Orang tua hendaknya menjaga
dengan baik perbuatan maupun perkataan atau ucapan sehingga
naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan sendirinya
akan turut mengerjakan apa yang disarankan.
2) Anjuran; anjuran yaitu saran atau ajakan untuk berbuat atau
melakukan sesuatu yang berguna. Dengan adanya anjuran
menanamkan kedisiplinan pada anak sehingga akhirnya bisa
menjalankan sesuatu dengan disiplin sehingga akan membentuk
suatu kepribadian yang baik.
3) Latihan; latihan keagamaan yang menyangkut akhlak, ibadah dan
sosial atau hubungan manusia dengan manusia. Oleh karena itu
latihan-latihan tersebut harus dilakukan melalui contoh yang
diberikan orangtua. Sehingga adanya latihan ini diharapkan bisa
tertanam dalam hati atau jiwa anak.
4) Pembiasaan; metode ini mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembentukan akhlak yang baik karena dengan pembiasaan
ini menjadi tumbuh dan berkembang dengan baik, tentunya dengan
50
pembiasaan-pembiasaan yang baik yang harus dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
b.
Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah metode yang bersifat pencegahan,
penekanan terhadap hal-hal yang akan merugikan. Metode ini dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Larangan; larangan yaitu suatu keharusan untuk tidak melaksanakan
atau melakukan pekerjaan yang merugikan. Alat seperti inipun
bertujuan membentuk kedisiplinan anak.
2) Koreksi dan pengawasan; maksudnya adalah untuk mencegah dan
menjaga agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
3) Hukuman; hukuman yang dimaksud di sini adalah yang dijatuhkan
kepada anak secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan
penyesalan. Namun hukuman itu tidak harus hukuman badan,
melainkan bisa dengan menggunakan tindakan-tindakan, ucapan
dan syarat yang bisa menimbulkan mereka tidak mau melakukannya
dan benar-benar menyesal atas perbuatannya.
Metode pembinaan akhlak juga bisa melalui beberapa cara yaitu:
a.
Penanaman rasa kasih sayang; dalam sebuah keluarga harus ada rasa
kasih sayang. Misalnya kedua orangtua mendidiknya dengan cinta,
membelai penuh kasih sayang, menghormati pendapat anak, bertutur
benar dan baik dan lain-lain.
51
b.
Pemberian tugas dan tanggung jawab; seorang anak harus ditanamkan
rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan di dunia, dengan
tertanamnya rasa tanggung jawab terhadap apa yag dilakukannya,
seorang anak insya Allah akan berhati- hati dalam melakukan sesuatu
agar tidak melakukan kesalahan.38
Allah berfirman dalam QS Az-Zalzalah ayat 7-8:





     
  
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah
pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang
siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
c.
Saling Menghormati; dalam hidup bermasyarakat kita harus saling
mengormati. Hal ini bisa dilakukan dengan menanamkan dasar-dasar
kejiwaan, seperti persaudaraan, sikap suka mendahulukan orang lain,
memberi maaf, berani dan sebagainya.
Upaya pembinaan perilaku remaja melalui pendidikan akhlak dapat
dilakukan oleh orang tua dengan menerapkan metode-metode tersebut.
Dengan adanya usaha disertai do’a dari orang tua, maka pembinaan perilaku
remaja bisa berhasil. Usaha yang dimaksud adalah dari pihak orang tua
selain mendidik anak dengan nasehat, perintah dan larangan serta hukuman,
38
Abdullah Gymnastiar, Keluarga Kaya... ,h. 38
52
orang tua juga harus menunjukkan perilaku yang baik, perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai agama. Dengan begitu, anak bisa mengikuti dan
menuruti apa yang disampaikan oleh orang tua mereka.
2.
Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak oleh Guru
Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah juga mempunyai peran
yang sangat penting juga strategis dalam upaya pembinaan perilaku remaja.
Guru dengan istilah Jawa-nya “digugu lan ditiru” sangat wajar kalau
menjadi sebuah panutan bagi manusia yang lain, khususnya para remaja.
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang guru dalam suatu lingkungan
masyarakat untuk memberikan teladan yang baik bagi para remaja. Metodemetode yang bisa diterapkan oleh guru dalam rangka pembinaan perilaku
remaja tidak jauh berbeda dengan metode yang diterapkan orang tua yang
sudah duraikan sebelumnya. Menurut Imam Abdul Mu’min Sa’aduddin
metode pendidikan akhlak meliputi:
a.
Memberi pelajaran atau nasihat.
Ini merupakan metode yang cukup dikenal dalam pembinaan
islam yang menyentuh diri bagian dalam dan mendorong semangat
penasihat untuk mengadakan perbaikan sehingga pesan-pesannya dapat
diterima. Metode ini akan sangat berguna jika yang diberi nasihat
percaya kepada yang memberi nasihat, sementara nasihatnya datang dari
hati. Sebab apa-apa yang datang dari hati itu akan sampai ke hati pula.
53
Pelajaran atau nasihat dari segi kejiwaan dan pembinaan bersandar
kepada beberapa hal, di antaranya:
1) Bangkitnya jiwa Rabbani (jiwa pendidik) yang ada. Ini di gunakan
untuk membina diri dengan cara dialog, amal, ibadah, latihan dan
lain-lain.
2) Berpijak pada pemikiran Rabbani yang sehat, yaitu pandangan yang
benar pada kehidupan dunia dan akhirat.
3) Berpijak pada masyarakat yang shalih, sebab mereka dapat
menciptakan udara yang mendukung pelajaran lebih berpengaruh
dan lebih berkesan.
4) Pengaruh paling besar dari metode pelajaran adalah membersihkan
hati. Ini pula yang menjadi salah satu cara target pembinaan akhlak
Islami, dan dengan di perolehnya hal ini masyarakat akan terhindar
dari berbagai perbuatan keji dan munkar.39
b.
Membiasakan akhlak yang baik.
Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia. Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode
pembinaan akhlak yang baik, maka semua yang baik itu di ubah menjadi
kebiasaan. Metode pembiasaan yaitu mengulangi kegiatan tertentu
39
Sa’aduddin , Meneladani Akhlak Nabi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 59-60
54
berkali- kali agar menjadi bagian hidup manusia seperti puasa dan
zakat.40
c.
Memilih teman yang baik
Syarat berteman itu hendaklah karena Allah dan dijalan Allah,
yakni bersih dari unsur kepentingan duniawi dan materi. Yang
mendorong ke arah ini tiada lain hanyalah iman kepada Allah SWT.
Adapun etika-etika berteman hendaklah teman itu:
1) Orang yang pandai, sebab tak ada baiknya berteman dengan orang
yang bodoh.
2) Berakhlak baik, sebab yang berakhlak buruk itu meskipun pandai ia
suka kalah oleh hawa nafsunya.
3) Orang yang wara’, sebab orang yang fasik itu tak dapat dipercaya
oleh temannya dan tak memperdulikan temannya.
4) Orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.41
d.
Memberi pahala dan sanksi
Jika pembinaan akhlak tak berhasil dengan metode keteladanan
dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan sanksi
atau metode janji harapan dan ancaman.
Hal yang berkaitan dengan pahala, seharusnya memperhatikan :
40
41
Ibid., h. 62
Ibid., h. 65
55
1) Tidak terlalu membesar-besarkan pahala karena bisa merendahkan
nilainya dan menurunkan semangat anak-anak didik untuk
memperolehnya.
2) Pahala itu untuk memotivasi anak didik agar lebih bersungguhsungguh.
3) Teliti dalam pelaksanaannya, yaitu memberi reward kepada yang
berhak menerimanya saja.
Hal yang bekaitan dengan sanksi , juga harus memperhatikan:
1) Tidak
terlalu
membesar-besarkan
sanksi
karena
khawatir
disepelekan, maka hilanglah pengaruhnya.
2) Mesti dikaitkan dengan pelanggaran suatu larangan serta sesuai
dengan ukuran pelanggaran tersebut. Dengan demikian sanksi
berupaya untuk meluruskan bukan untuk kemarahan.
3) Pemberlakuannya dengan tenang dan menyenangkan agar tak
menjatuhkan wibawa, tak menyakiti hati dan tak menimbulkan
dendam atau kebencian.
4) Menjaga perasaan yang dijatuhi sanksi.42
e.
Memberi teladan yang baik
Keteladanan mempunyai peranan penting dalam pembinaan
akhlak islami terutama pada anak-anak. Sebab anak-anak suka meniru
orang yang mereka lihat baik tindakan maupun budi pekertinya. Karena
42
Ibid., h. 68
56
itu pembinaan akhlak islami melihat keteladanan yang baik sebagai
suatu metode.43
3.
Pembinaan Perilaku Remaja Melalui Pendidikan Akhlak oleh Tokoh
Masyarakat
Selain orang tua dan guru, masih ada tokoh masyarakat yang juga
mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pembinaan perilaku
remaja melalui pendidikan akhlak. Dalam lingkungan masyarakat, seorang
tokoh masyarakat seperti halnya guru, sudah sepantasnya menjadi sorotan
bagi seluruh warga – termasuk di dalamnya adalah para remaja – yang
berada dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain,
perilaku dan perbuatan yang dilakukan seorang tokoh masyarakat harus bisa
menjadi panutan bagi seluruh warga masyarakat setempat maupun warga
yang lain.
Adapun tokoh masyarakat itu sendiri juga berperan sebagai orang tua
bagi anak-anak mereka, bisa juga mereka adalah seorang guru atau juga
tokoh lain seperti kyai, sesepuh desa, aparat desa, maupun pejabat di
lingkungan pemerintahan. Oleh karena itu, peran tokoh masyarakat di sini
juga tidak kalah penting dengan orang tua maupun guru dalam rangka
pembinaan perilaku remaja melalui pendidikan akhlak. Mengingat tokoh
masyarakat sebagaimana disebutkan di atas, maka upaya-upaya pembinaan
43
Ibid., h. 80
57
perilaku remaja melalui pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan metodemetode yang sudah dijelaskan sebelumnya. Metode-metode tersebut antara
lain:
a.
Memberi pelajaran atau nasihat; metode ini adalah metode yang paling
sering dan mudah dilakukan terhadap siapapun, dalam hal ini para
remaja. Dengan memberikan pelajaran dan nasehat diharapkan dapat
menjadikan perilaku remaja menjadi lebih baik.
b.
Memberi teladan yang baik; keteladanan mempunyai peranan penting
dalam pembinaan akhlak islami terutama pada para remaja. Dengan
keteladanan yang baik akan bisa merubah perilaku remaja secara
berangsur-angur menjadi lebih baik.
c.
Pemberian tugas dan tanggung jawab; seorang tokoh masyarakat bisa
menggunakan metode ini sebagai pengembangan potensi para remaja
sekitar, seperti mendirikan karang taruna atau menarik remaja menjadi
remas. Dengan begitu, mereka akan banyak menghabiskan waktunya
untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
d.
Saling Menghormati; dalam hidup bermasyarakat kita harus saling
mengormati. Hal ini bisa dilakukan dengan menanamkan dasar-dasar
kejiwaan, seperti persaudaraan, sikap suka mendahulukan orang lain,
memberi maaf, berani dan sebagainya.
Download