Bagaimana mengatasi kemarahan Kemarahan adalah gejolak emosi yang kuat, yang timbul pada saat kita merasa terancam, frustasi, atau diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Pengaruh emosi yang mengalir ke seluruh tubuh ini dapat menimbulkan kekuatan yang tidak terduga yang seringkali diekspresikan dalam bentuk perlawanan fisik, sumpah serapah, dan macammacam bentuk negatif yang lain. Setiap orang pernah mengalami kemarahan, dan kemarahan yang tidak diatasi dengan baik dapat menjadi penyebab dari macam-macam gangguan kejiwaan yang dapat mempengaruhi tubuh dan kerohanian kita juga. Arti dari kemarahan Elia marah (I Raja-raja 19:10,4) karena sangat kecewa dengan akibat yang diterima setelah sungguh-sungguh ia melayani Tuhan. Apakah ia marah kepada dirinya sendiri, kepada orang-orang Israel yang tidak mau bertobat, atau kepada Tuhan, Kitab Suci tidak mengatakan dengan jelas. Memang Kitab Suci mencatat, bahwa kemarahan tidak selalu buruk atau berdosa. Kita tahu, bahwa Allah juga pernah marah (Zabur 7:11) dan Isa Almasih pun pernah marah (Markus 3:5). Tetapi kita harus waspada, bahwa kemarahan dapat membuahkan dosa. Kitab Suci memakai beberapa kata Yunani yang dapat berarti “marah”. Pertama, adalah kata “orge”. Kata ini dipakai pada waktu Isa Almasih marah dan membalikan meja penukar uang di bait Allah (Mat. 21:12) dan kata ini dipakai juga dalam Ep. 4:26 dimana tertulis “boleh marah tapi jangan berdosa”. Orge, adalah kemarahan yang menyala atas dosa ataupun perbuatan yang tidak benar. Kemarahan ini adalah kemarahan tanpa kebencian, yang ditunjukan pada ketidakadilan, gejolak emosinya dapat dikontrol karena tujuannya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan. Tetapi dalam kenyataannya, kemarahan orang yang benar atau orge dapat pula berubah dengan cepat menjadi keinginan untuk membalas dendam kepada orang lain. Kata kedua dalam bahasa Yunani yang berarti marah, yaitu parogismis yang sebenarnya dapat diartikan sakit hati atau perasaan tersinggung. Kata ini dipakai dalam bagian akhir dari Ep. 4:26. Bila kita membiarkan perasaan itu bertahan semalam saja, iblis sudah menggunakannya sebagai kesempatan untuk membuat kita berbuat dosa (Ep. 44:27). Kata yang ketiga untuk kemarahan, ialah thumos yang dipakai dalam ayat 31 dari Ep. 4. Kata ini dipakai untuk menunjukan kegeraman, kemarahan yang meluap-luap atau perasaan bermusuhan. Ini juga gejala emosi yang harus dijauhkan dari hidup kita. Akibat dari kemarahan Ternyata tidak mudah untuk mengatasi kemarahan dalam hidup kita. Heran, bahwa kadang-kadang kemarahan dapat juga menjadi kenikmatan tersendiri. Banyak orang mempunyai kebiasaan marah karena kemarahan membuat mereka mempunyai perasaan superior atas orang-orang lain. Kemarahan yang disimpan dalam hati, sangat berbahaya; karena pada waktu marah tekanan darah dalam tubuh kita menjadi naik, jantung berdebar lebih cepat, hormon adrenalin lebih banyak beredar dalam pembuluh darah, otot-otot menjadi tegang, dan pencernaan tidak bekerja dengan baik. Dengan menahan kemarahan, tubuh dengan sendirinya siap untuk melayani nafsu yang sewaktu-waktu dapat menjadi gelombang emosi yang tidak tahan lagi. Karenanya, tidaklah heran bila tekanan darah tinggi, serangan jantung, kelumpuhan, gangguan pencernaan dan sakit-sakit otot biasanya di derita oleh orang-orang yang terus-menerus tegang dan menyimpan kemarahannya. Tidak saja kemarahan menimbulkan efek yang buruk secara fisik, tetapi juga mengganggu psikis kita. Contohnya, pada saat kita marah sulit bagi kita untuk membuat keputusan yang rasional. Kita tidak dapat berfikir secara logis dan seringkali kita melompat pada kesimpulan-kesimpulan yang justru arahnya merupakan pelampiasan kemarahan tersebut. Seringkali juga kemarahan yang bertumpuk-tumpuk menyebabkan kita mengalami depresi – karena itu pula Kitab Suci mengingatkan kita untuk tidak membangkitkan kemarahan dalam hati anak-anak kita supaya jangan sampai mereka putus asa, kecewa, dan tawar hati. Biasanya kemarahan juga menyebabkan hubungan dengan sesama menjadi terhalang. Kritik dan debat yang disertai kemarahan berakibat putusnya hubungan dengan sesama manusia, tidak heran kalau orang–orang dengan kebiasaan–kebiasaan seperti ini menjadi orang-orang yang kesepian, tanpa sahabat. Jadi orang yang paling kesepian di dunia ini adalah orang-orang yang pemarah. Kemarahan yang tidak diatasi biasanya mengakibatkan dendam, dan akan menimbulkan macam-macam persoalan yang mencemarkan banyak orang (Ibr. 12:15). Nasehat bagi orang–orang yang marah Oleh karena kemarahan adalah gejala yang begitu umum dan seringkali akibatnya sangat buruk, sangatlah penting untuk mengerti bagaimana mengatasi kemarahan. Pertama, seseorang perlu disadarkan, bahwa ia sedang marah dan ditolong untuk dapat mengutarakan kemarahannya. Kadang-kadang orang yang bersangkutan tidak menyadari, bahwa ia sedang marah, walaupun orang lain dapat melihatnya. Jika kemarahan tidak disadari, bahkan disangkali, persoalan yang penting akan terkubur. Seringkali justru kemarahan yang dipendam inilah yang menyebabkan ia dendam, dan mengalami problem-problem psikis dan gangguan kesehatan tubuh. Lebih baik jika kemarahan itu dihadapi secara jujur dan dicoba diatasi sebelum matahari terbenam (Ep. 4:26). Kemarahan dapat diekspresikan dalam bentuk yang destruktif ataupun dalam bentuk yang konstruktif. Orang yang cepat marah dapat berbuat apa saja dengan katakatanya ataupun dengan tindakannya yang dapat melukai orang lain (Ams. 14:29; 15:18). Ekspresi seperti ini seringkali menjauhkan kita dari sesama kita, menyebabkan pertengkaran, menimbulkan perasaan bersalah dan kegelisahan yang mendalam. Kemarahan yang meluap-luap dari watak yang eksplosif seringkali sangat berbahaya. Lebih baik kita dapat mengatasi emosi sebelum kemarahan itu diekspresikan. Itulah sebabnya Kitab Suci mengingatkan kita untuk tidak cepat marah dan dapat mengendalikan diri (Amsal 16:32; 19:11; Yakobus 1:19). Hanya dalam keadaan tenang dan pikiran yang jernih seseorang dapat mengutarakan perasaannya dengan baik kepada Tuhan maupun kepada sesama, sehingga dengan jujur kita dapat mengatakan, “saya jengkel dengan kata-katamu” atau “hal ini memang membuat saya marah” tanpa menyakiti hati orang lain. Cara kedua untuk mengatasi kemarahan, adalah menolong orang yang bersangkutan untuk mengarahkan energi kemarahan tersebut pada hal-hal yang membangun. Bekerja di kebun, jalan-jalan, berolahraga, atau melakukan kesibukankesibukan lain dapat menjadi saluran untuk melepaskan emosi yang tertahan. Hal ini sangat menolong, terutama bila kita tidak dapat mengubah hal-hal yang membuat kita marah. Di samping itu seorang teman dapat juga menolong orang tersebut untuk dapat memikirkan kemarahannya secara rasional. Menanyakan pada diri sendiri apakah kemarahannya beralasan? Seringkali hal yang kecil dapat membuat kemarahan yang besar dan berlebihan. Jika kita melihat fakta-fakta secara rasional, apakah ada alasan yang kuat yang dapat membuat kita marah seperti ini. Apakah ada jalan keluar yang dapat menyelesaikan hal-hal yang menyebabkan kita marah? Apakah benar sebagai orang beriman kita boleh terus menerus marah dan seolah-olah menikmatinya dan tidak benarbenar menyerahkan kepada Tuhan yang mampu menghilangkan sumber kemarahan kita? Kadang-kadang dianjurkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini secara tertulis. Dengan demikian ketegangan dapat dengan lebih mudah diatasi. Pa’ul tepat sekali dalam mengakhiri Ep. 4 dengan nasihat untuk ramah seorang terhadap yang lain, saling mengampuni, penuh kasih seperti Allah dalam Isa Almasih, yang telah mengampuni kamu (Ep. 4:32). Setelah dapat menyadari, mengekspresikan, dan mengevaluasi kembali kemarahan kita, kita masih perlu menyatakan kasih dalam tindakan, yaitu perbuatan baik dan pengampunan yang tulus. Penulis Gary Collins Bacalah artikel ini dan bahaslah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan teman dan/atau keluarga anda: 1. Apakah hal-hal yang paling penting menurut anda? 2. Bagaimana artikel ini membantu anda? 3. Bagaimana anda akan menerapkan prinsip-prinsip dari artikel ini? Kalau bahan kami membantu anda, dan jika anda mempunyai pertanyaan serta beban yang mau didoakan, atau anda ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami (klik di sini): Email: [email protected] Situs: http://siratulmustaqim.org/ Hp 082147091350 Facebook: www.facebook.com/Siratulmustaqim.org Twitter: siratulmustaqi1