Artikel : KONDOM, AWALNYA DARI USUS DOMBA Oleh : Drs. Mardiya Sebagai alat kontrasepsi, kondom tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Mengapa? karena disamping mudah untuk mendapatkannya, kondom dikenal sebagai kontrasepsi yang murah dan praktis. Saat ini, kondom akan mudah sekali didapatkan di apotik/toko obat, dokter praktik, bahkan di PPKBD (Pembantu Pembina KB Desa) atau Sub PPKBD sekalipun. Ini berarti, hampir di semua Dusun dan RT seluruh Indonesia tidak akan kesulitan untuk memperoleh kondom. Apalagi pada wilayah/daerah yang akseptor kondomnya cukup banyak. Secara medis, kondom yang belakangan dikenal sebagai dual protection (pelindung ganda) ini dapat dikategorikan sebagai alat kontrasepsi sederhana yang baik untuk menunda kehamilan pertama, karena memiliki dua ciri utama. Pertama, reverbilitas yang tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100 persen karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak. Kedua, efentivitas tinggi. Artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian alat kontrasepsi ini kecil jika digunakan secara baik dan benar. Ada dua jenis kondom yang termasuk alat KB lengkap Lingkaran Emas (Limas), yakni Artika yang diproduksi oleh PT Bimacom dan Dua Lima yang diproduksi oleh PT Mecosia Kasita Bahagia. Kondom Artika dibuat dari bahan latex yang bersifat elastis dan sangat kuat. Sedangkan kondom Dua Lima mempunyai permukaan transparan dan rata, tidak bergaris, tidak berwarna dan berpelumas. Kondom yang belakangan tersedia dalam berbagai aroma dan rasa ini dikenal sangat handal bila dipakai secara baik dan benar setiap kali bersebadan. Di dalam teori, evektivitas kondom yang bekerja mencegah bertemunya sel mani (spermatozoa) dengan sel telur (ovum) tersebut adalah sebesar 98 persen, Sedangkan didalam evektivitasnya adalah 85 persen. Sebaliknya, kondom menjadi tidak efektif atau kurang menguntungkan bagi PUS yang masih sering bersebadan karena aka memiliki angka kegagalan yang tinggi. Angka kegagalan teoritis adalah sebesar 3 persen dan secara praktis berkisar 5 sampai 20 persen. Sehingga wajar 1 jika kondom hendaknya tidak dianjurkan pada pasangan yang isterinya beruia 30 atau 35 tahun tetapi masih sangat subur dan frekuensi hubungan seksualnya tinggi, meskipun alat ini dikenal murah,mudah didapat dan tidak perlu resep dokter. Alasannya adalah mempunyai resiko kehamilan tinggi. Sejarah Kondom Kondom diakui sebagai alat kontrasepsi terlama dan tertua dalam sejarah KB di Indonesia bahkan dunia. Betapa tidak, konon kabarnya umur kondom telah sama tuanya dengan cita dan rasa takut. Meskipun dalam buku besar yang mencatat penemuan kondom tidak pernah terdaftar, namun diyakini bahwa usia kondom sebagai alat kontrsepsi telah mencapai ribuan tahun. Ada sebuah cerita menarik yang mengandung nilai sejarah yang sangat mungkin berkaitan dengan sejarah penemuan kondom. Pada tahun 2.600 sebelum masehi, tersebutlah Raja Minos dari Knossoe di Pulau Kreta yang menikah dengan Ratu Pashiphae itu tidak membuahkan seorang anakpun. Menurut cerita tersebut, kesulitannya ialah karena Raja Minos tidak menghasilkan mani biasa tetapi menyemburkan ular dan kalajengking. Sehingga semua wanita yang dihubunginya meninggal. Kemudian muncul seorang wanita yang pandai dan bijaksana, bernama Prokis, yang mempunyai gagasan cemerlang. Kisahnya, Prokis itu memasukkan kandung kencing seekor kambing ke kemaluan salah seorang wanita. Setelah Minos menyemburkan maninya yang berupa ular dan kalajengking ke dalam kandung kencing itu, baru ia menggauli istrinya. Akhirnya Raja Minos dan Ratu Pasiphae dianugerahi seorang putra. Maka pengguna kondom yang pertama adalah Raja Minos dari Knossoe itu. Namun sayangnya, dari hasil penelitian para ahli ternyata tak seorang pengarang atau penyair pun yang menggunakan kata kondom. Bahkan selama 2.000 tahun, kata kondom itu masih belum dikenal orang biasa. Kata kondom baru muncul untuk pertama kalinya pada tahun 1930-1985 di Eropa. Namun siapa sebenarnya yang menemukan pertama kali atau menganjurkan pengguna kondom itu tak ada orang atau bangsa yang bersedia mengakuinya. Mereka saling melemparkan tuduhan. Ada yang mengatakan bahwa Dr. condom, dokter pribadi Raja Inggris Karl II yang menemukan untuk sang raja. Namun orang-orang Inggris tidak 2 bersedia mengakui bahwa bangsanyalah yang menemukan kondom itu. Kondom dinilai sebagai benda yang menjijikkan dan penuh dosa. Maka orang-orang Inggris itu melemparnya kepada orang-orang Prancis. Dengan alasan bahwa kondom itu berasal dari sebuah kota di Perancis yang bernama Condom. Kalau orang-orang Inggris mempertahankan pendapatnya bahwa kondom benarbenar berasal dari penemuan orang Perancis, sebaliknya orang-orang Perancis membalas bahwa kondom itu berasal dari kota Inggris Capota Anglaise yang berarti pakaian seragam tentara Inggris bagian bawah yang menyerupai rok. Mula-mula Dibuat dari Usus Domba. Terlepas dari siapa penemunya, banyak orang merasa yakin bahwa kondom yang pertama dibuat dari usus domba. Menurut catatan, kondom dibuat dari usus buntu dombadomba yang masih muda. Caranya hewan tersebut disembelih dan diambil yang diperlukan saja. Misalnya diambil usus buntunya, sementara bagian yang lain dibuang. Usus buntu tersebut kemudian dicuci beberapa kali hingga benar-benar bersih, kemudian dikeringkan selama 24 jam dengan cara menggulung usus buntu tersebut dengan kain dari wol. Sesudah kering lalu usus buntu tersebut diolesi minyak dengan hati-hati. Setelah diolesi minyak, maka usus buntu itu digosok secara hati-hati pula dengan sekam. Dengan demikian setelah dibersihkan lagi, siap untuk dipakai, dan kondom dari usus buntu itu menjadi lunak. Karena dibuat dari usus buntu domba berarti untuk setiap kondom memerlukan seekor domba, maka wajar jika harga kondom waktu itu menjadi demikian mahal. Sehingga orang-orang berduit saja yang mampu membelinya. Untuk membelinyapun harus dilakukan secara diam-diam dan hati-hati, karena waktu itu dinilai masih melanggar adat. Mahalnya harga kondom telah menumbuhkan kreativitas orang-orang yang tidak cukup kaya untuk membeli kondom dari usus domba. Para nelayan misalnya, mengikuti jejak orang-orang darat dengan membuat kondom dari kandung kencing ikan, tentunya ikan yang cukup besar. Orangpun lalu memikirkan untuk membuat kondom dari kain. Tentunya dipilih kain yang paling halus, yaitu kebanyakan dengan kain sutera. Kondom dari kain itu dibuat di dalamnya dari kain sutera dan luarnya dari kain katun. Agar kalau 3 dipakai tidak lepas baik diluar senggama maupun selama senggama maka ujungnya diberi tali. Namun demikian kebanyakan orang memandang kondom dari kain itu mengganggu gairah dan nafsu bersenggama. Pandangan demikian itu tak terbatas pada golongan rendah saja, di kalangan ningrat pun kondom dirasakan mengganggu hubungan seksual mereka. Pada waktu itu pohon karet belum dikenal orang, dalam arti kegunaannya bagi kepentingan manusia. Apalagi menjadi barang dagangan. Karena itu kondom dari karet pun belum terbayangkan. Baru ketika latex yang merupakan getah dari pohon karet diketemukan dan diketahui kegunaannya , maka kondompun dibuat dari karet. Sejak saat itu kondom tidak hanya lebih baik kualitasnya, tetapi juga harganya juga terjangkau rakyat kecil. Pernah Jadi Perlengkapan Perang Dalam Perang Dunia Pertama, kondom menduduki tempat yang terhormat. Waktu itu ketika seorang prajurit menerima perlengkapan perangnya, di samping senjata dan pelurunya, dia juga menerima rangsel. Perlengkapan dalam rangsel tersebut diantaranya minuman beralkohol dan kondom. Kondom ini sudah barang tentu buka untuk menolak peluru lawan atau penghalau gas beracun yang digunakan lawan. Namun demikian, kondom dianggap barang yang penting, sehingga waktu seorang prajurit keluar dari asrama atau tempat tugasnya, ia diwajibkan untuk menunjukkan apakah kondom itu dibawa atau tidak. Yang menarik adalah apakah dalam perang itu kondom menjadi teman yang setia? Para prajurit bertanya-tanya apakah besok ia masih hidup? Dan kalau besok kemungkinan besar tak bisa hidup maka apa gunanya kondom itu? Karena itulah maka banyak di antara mereka yang berpendapat tidak akan menggunakan kondom. Kalau toh akan terkena penyakit kelamin besok ia sudah tak akan merasakannya lagi karena sudah almarhum! Namun demikian, ada sesuatu dibalik pendapat tak mau menggunakan kondom tersebut. Mereka dengan sengaja tidak menggunakan kondom agar terjangkit penyakit kelamin dan dicutikan pulang. Atau paling tidak dapat dirawat di salah satu rumah sakit yang letaknya jauh dari medan perang. 4 Akibatnya ketika perang usai dan tentara pulang ke kampung halamannya, banyak istri-istri di rumah yang terkena penyakit kelamin itu. Menurut Bernold Springer, jumlah yang terkena penyakit itu lebih besar dari apa yang tercatat selama itu. Dan jumlah itu setiap harinya bertambah. Dalam keadaan yang meresahkan itu timbul gagasan bagaimana bisa memproduksi kondom lebih banyak lagi. Julius Fromm dari Leipzig (Jerman Timur) seorang ahli dibidang bahan karet berhasil mengatasi keterbatasan tersebut. Setiap hari ia dapat menghasilkan 150.000 buah kondom. Dan karena itu ia membantu menekan harga 1 bungkus yang berisikan 3 buah kondom harganya pada waktu itu hanya 72 sen mata uang Jerman. Sebuah harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat luas. Drs. Mardiya Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulonprogo HP. 081328819945 5