Kepada Yth, Pimpinan Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dan Lembaga

advertisement
Kepada Yth,
Pimpinan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Dan Lembaga Perduli Perjuangan Buruh
Di Tempat
Perihal : Mohon Solidaritas Perjuangan Buruh Merebut Hak dan Lawan Union Busting
Dengan hormat,
Sebelum kepada tujuan dari maksud surat ini disampaikan, kami sampaikan selamat menjalankan
aktifitas keseharian dan semoga sukses selalu.
Kami Pengurus Pusat Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), kesekian kalinya
hendak memohon bantuan solidaritas rekan-rekan serikat buruh maupun kepada pemerhati buruh
dimanapun berada. Bantuan menekan sebagaimana dimaksud, terkait dengan beberapa tindakan
pelanggaran hak-hak buruh oleh pengusaha, pemerintah daerah, kepala desa serta aparat kepolisian
setempat.
Untuk membantu rekan-rekan mengetahui secara utuh tindakan pelanggaran dimaksud, kami
sampaikan hal-hal sebagai berikut:
TENTANG PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan
PT. SC Enterprises
Alamat Perusahaan
Jl. Bugisan Raya Rt 01 Rw 006, Bugisan, Prambanan, Klaten-Jawa
Tengah 50115. Telp. 0274-7885338
Penanaman Modal Asing (Italia)
Stevano Cavazza
Garment (Pakaian Jadi)
Original Marines, IMAP, GAP, Walmart, HNS
(Terutama Brand atau Merk dari Italia)
Mondrian (Klaten), COIN (Semarang)
[email protected], [email protected],
[email protected]
± 1.400 orang/ ± 60 persen PKWT, 30 persen Harian Lepas 10
persen PKWTT
Status Permodalan
Nama Pemilik
Jenis Usaha
Merk/Lable Yang Di Produksi
Pabrik Terkait
Alamat Email
Jumlah Buruh
TENTANG PROFIL SERIKAT BURUH
Nama Serikat Buruh
Alamat Sekretariat
Serikat Pekerja SC Enterprises
Rt 17, Rw 05, Tlogo Kidul, Prambanan, Klaten-Jawa Tengah
Nama Ketua & Sekretaris
SK Pencatatn Serikat Pekerja
Afiliasi
Ebo Budianto, Topan Cahya Pristyantopo
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten dengan Nomer Pencatatan
SP SCE: 060/OP/DINSOSNAKERTRANS/III/2012
Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI)
KPDE kabupaten Klaten: Jl. Pemuda No. 294 Kl kabupaten Klaten: Jl. Pemuda No. 294 Klaten Telp. (0272) 321046 Pes
TENTANG KEJADIAN
1. Pada tanggal 11 Maret 2012 dalam rapat akbar yang dihadiri kurang lebih sekitar 200 orang pekerja
PT SC Enterprises, sepakat mendirikan Serikat Pekerja bernama Serikat Pekerja SC Enterprises dan
berafiliasi ke Konfederasi KASBI. Dengan keanggotaan yang terdata pada saat itu sebanyak 366
orang anggota.
2. Pada tanggal 12 Maret 2012 didafatarkanlah SP SC Enterprises ke Dinas Tenaga Kerja Klaten, untuk
mendapatkan nomor bukti pencatatan. Dalam proses pencatatat SP SC Enterprises, didapatkan
sebuah kejanggalan. Yakni munculnya sebuah pertanyaan kepada pengurus SP SC Enterpises dari
pihak Dinas Tenaga Kerja Klaten adalah mengenai siapa yang mengolah limbah PT SC Enterprises.
Pertnyaan tersebut jelas sekali tidak ada hubungannya sama sekali, terkait dengan proses
pencatatan SP/SB. Kemudian Bapak Asnan dari dari bagian pencatatan Disnaker mempertanyakan
tentang status kerja kontrak dari para pengurus SP SCE. Yang menurutnya semua pengurus nanti
akan mudah dihentikan statusnya sebagai pekerja SC Enterprises.
3. Kemudian, mendekati masa 21 hari sesuai dengan UU SP/SB, pengurus SP SC Enterprises meminta
konfirmasi terkait proses pencatatan. Pak Asnan, justru mempersulit dengan meminta semua
anggota yang berjumlah 366 memberikan tanda tangan di Daftar Nama Anggota Pembentuk SP SCE.
Karena menurutnya, Dinas harus memverifikasi kebenaran keanggotaan SP SCE. Dan hal tersebut
tidak ada didalam UU SP/SB. Setelah muncul solidaritas dari berbagai organisasi dan serikat lainnya,
maka Nomer Pencatatan diberikan pada tanggal 27 Maret 2012. Dengan nomer
060/OP/DINSOSNAKERTRANS/III/2012.
4. Paska mendapatkan nomor bukti pencatatan serikat pekerja/serikat buruh, kemudian Pengurus SP
SCE melakukan pemberitahuan kepada Manajemen PT SC Enterprises. Demikian juga SP SCE mulai
melakukan aktivitasnya sebagai Serikat Pekerja. Terutama dalam hal, memberikan pemahaman
mengenai hak-hak normatif buruh. Demikian juga mensosialisasikan keberadaan serikat dan hak-hak
normatif buruh kepada pekerja yang belum berserikat, melalui selebaran. Dari proses pendidikan
tersebut terdapat beberapa point yang menjadi keluhan dari pekerja PT SC Enterprises. Keluhan
tersebut adalah:
a. Penerapan Sistem kerja Kontrak yang tidak sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang terus
menerus. Serta banyaknya cacat hukum dalam penerapan Sistem Kerja Kontrak (Pasal 59
Undang-undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003)
b. Sistem Kerja Harian Sementara yang diterapkan selama lebih dari 21 hari (Pasal 10 KepMen No
100/MEN/VI/2004)
c. Upah lembur yang tidak sesuai dengan ketentuan (Pasal 78 ayat 1 Undang-undang
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 dan PENGHITUNGAN UPAH LEMBUR KepMen No
102/Men/VI/2004)
d. Tidak adanya perlindungan atas upah buruh (Pasal 93 Undang-undang Ketenagakerjaan No 13
Tahun 2003)
e. Pemotongan ataupun denda terhadap upah buruh
f.
g.
h.
i.
j.
Jam kerja loyalitas (Pasal 77 Undang-undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003)
Tidak adanya kepastian Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kesehatan
Peraturan dan Tata Tertib yang diskriminatif terhadap perempuan
Ancaman PHK terhadap pekerja yang berserikat, mengeluarkan pendapat dan mogok. (Undangundang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh No 21 Tahun 2000 dan Undang-undang Perselisihan
Hubungan Industrial No 2 Tahun 2004)
Tidak adanya cuti tahunan, cuti haid dan cuti melahirkan (Undang-undang Ketenagakerjaan No
13 Tahun 2003)
(Seiring berjalannya proses sosialisasi hak-hak normatif buruh tersebut manajemen semakin
sering melakukan intimidasi terhadap pekerja SC Enterprises. Bahkan sejak awal para pekerja
masuk pada masa training, dimana dikatakan bahwa kalau ikut menjadi anggota SP SCE maka
akan di PHK).
5. Terkait dengan 10 point pelanggaran hak normatif buruh di PT SC Enterprises, maka Serikat Pekerja
SC Enterprises mencoba untuk menyelesaikan persoalan tersebut melalui jalur perundingan.
Demikian juga, SP SCE mengupayakan pengumpulan kronologi dari setiap masing-masing anggota
terutama terkait dengan cacat hukum dalam Sistem Kerja Kontrak yang diterapkan oleh PT SC
Enterprises.
6. Kemudian SP SCE melakukan perundingan pertama dengan pihak perusahaan pada tanggal 14 April
2012. (Dengan banyaknya intimidasi dari pihak manajemen maka perundingan tersebut dikawal
oleh seluruh anggota SP SCE dengan mengajak pekerja lainnya untuk menunggu hasil
perundingan). Dari perundingan pertama tersebut dihasilkan lima point kesepakatan yaitu:
1) Status Hubungan Kerja Harian Sementara
Status hubungan Harian Sementara dihapuskan mulai hari Senin, 16 April 2012. Semua pekerja
dengan status Harian Sementara diangkat menjadi Pekerja Kontrak (PKWT) mulai hari Senin, 16
April 2012
2) Pemotongan ataupun Denda terhadap Upah
Pemotongan dan atau Denda dihapuskan
3) Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kesehatan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 Jaminan Kesehatan ditanggung oleh Perusahaan dengan klinik didalam pabrik.
 Jaminan Kecelakaan Kerja akan ditanggung oleh Perusahaan.
4) Peraturan dan Tata Tertib Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang diskriminatif terhadap
perempuan
Dalam pasal 6 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (berkas dilampirkan) mengenai “Pemutusan
Hubungan Kerja” yang dapat dilakukan karena Point 11 yang berbunyi: “Pihak Kedua (DALAM
HAL INI WANITA) di kemudian hari dalam masa perjanjian ini terbukti sedang hamil dan atau
mengidap penyakit menular / penyakit yang sulit disembuhkan sehingga mengganggu aktivitas
kerja” dihapuskan.
5) Hak Cuti Tahunan dan Cuti Haid
Perusahaan bersedia mematuhi ketentuan undang-undang dalam Pasal 79 UU Ketenagakerjaan
mengenai Cuti Tahunan. Perusahaan bersedia mematuhi ketentuan undang-undang mengenai
Cuti Haid dengan mekanisme pekerja perempuan yang mengalami sakit disaat haid dapat
memeriksakan diri ke Klinik Perusahaan.
(Namun hingga ini, kesepakatan yang sudah tertuang dalam Perjanjian Bersama tidak dijalankan
oleh pihak perusahaan. Hal tersebut diketahui pada saat pengambilan upah tanggal 5 mei 2012,
masih terjadi banyak pemotongan terhadap upah buruh. Demikian juga terdapat pekerja
perempuan yang jempol kirinya tertusuk jarum jahit hingga tembus dan membusuk, namun
perusahaan tidak memberikan pengobatan atau kompensasi apapun)
7. Pasca perundingan tanggal 14 April 2012, kemudian seluruh jajaran pemerintahan daerah klaten
termasuk Bupati Klaten melakukan “SIDAK” ke PT. SC Enterprises. Namun sangat disayangkan, sidak
yang dilakukan tersebut bukan memastikan terlaksananya hak-hak normative buruh, jaminan dalam
menjalankan kebebasan berserikat serta memastikan bahwa hubungan kerja tidak dibenarkan
menggunkan sitem kerja kontrak.
8. Oleh karena hak-hak normatif lainnya pihak perusahaan masih tetap ngeyel dan melanggarnya pada
perundingan pertama (14 April 2012), maka SP SCE kemudian mengeluarkan arahan melalui
selebaran kepada seluruh anggota SP SCE dan pekerja PT SC Enterprises. Arahan tersebut antara lain
adalah:
1) Menginstruksikan kepada seluruh anggota SP SCE untuk menggunakan pita merah di lengan kiri
mulai hari Jumat, 20 April 2012 sebagai tanda dukungan terhadap perjuangan SP SCE menuntut
hak-hak dan kesejahteraan seluruh pekerja SC Enterprises.
2) Terkait dengan Perundingan Kedua yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 21 April 2012
pukul 13:00 maka semua anggota diharapkan untuk tidak langsung pulang namun menunggu
dipabrik maupun diluar pabrik hingga perundingan selesai agar bisa segera mengetahui hasil
perundingan.
3) Berkaitan dengan tetap bersikerasnya perusahaan untuk melanggar ketentuan hukum yang
berlaku. Terutama mengenai Waktu Lembur, Upah Lembur dan Waktu Kerja. Maka Serikat
Pekerja SC Enterprises menegaskan bahwa SP SCE tidak dapat membiarkan, mendiamkan
ataupun mendukung terjadinya pelanggaran hukum.
4) Oleh karena itu Serikat Pekerja SC Enterprises menyarankan kepada seluruh pekerja SC
Enterprises untuk pertama untuk tidak mengambil Lembur. Dikarenakan pembayaran upah
lembur yang dilakukan oleh Perusahaan melanggar ketentuan hukum yang berlaku. kedua untuk
bekerja sesuai ketentuan hukum mengenai jam kerja, yaitu bahwa waktu kerja kita adalah 8 jam
kerja. Dengan demikian maka disarankan agar pekerja SC Enterprises tidak ikut serta melanggar
hukum dengan bekerja melebihi ketentuan atau mengikuti jam kerja loyalitas atau
perpanjangan.
5) Segera menyelesaikan kronologi hubungan kerja masing-masing sebelum hari Sabtu, 21 April
2012 dan menyerahkan kronologi tersebut ke Pengurus SP SCE.
6) Agar bertepatan dengan Hari Buruh Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Mei maka bersama
Konfederasi KASBI dan serikat buruh serta organisasi rakyat lainnya SP SCE akan ikut merayakan
Hari Buruh Sedunia tersebut serta mengkampanyekan tuntutan: Hapuskan Sistem Kerja Kontrak
dan Outsourcing. Oleh karena itu diinstruksikan agar seluruh anggota Serikat Pekerja SC
Enterprises dapat terlibat dalam Aksi Massa Merayakan Hari Buruh Sedunia.
9. Selain upaya SP SCE sebagaimana disampaika pada point 8, SP SCE juga mengajukan surat
permohonan audiensi kepada pihak DPRD Klaten untuk diselenggarakan pada tanggal 25 April 2012.
Terkait dengan pengajuan audiensi tersebut, kemudian pihak Manajemen khususnya Husein
Alamsyah (HRD PT SC Enterprises), mengajak pertemuan disebuah restoran bernama Jatayu. Dalam
pertemuan tersebut, dia (Husein Alamsyah) menyepakati beberapa tuntutan SP SC Enterprises yaitu:
1) Upah lembur akan dibayar sesuai ketentuan perundang-undangan.
2) Upah buruh tetap akan dibayarkan ketika buruh sakit ataupun buruh sudah siap bekerja namun
perusahaan melakukan kesalahan sehingga meliburkan buruhnya
3) Penghapusan Jam kerja loyalitas
4) Penghapusan Peraturan dan Tata Tertib yang mengancam PHK bagi pekerja berserikat,
berpendapat dan mogok
Mengenai tuntutan status kerja kontrak menjadi kerja tetap, Husein Alamsyah mengatakan akan
dirundingkan kedepannya dengan SP SCE. Hal lain dalam pertemuan tersebut adalah bahwa Husein
Alamsyah juga bersedia memberikan Ganti Hari bagi pekerja PT SC Enterprises, agar pekerja PT SC
Enterprises bisa merayakan Hari Buruh Internasional pada tanggal 1 Mei 2012. Husein Alamsyah
juga menyatakan bahwa dia akan berhenti sebagai HRD PT SC Enterprises per tanggal 1 Juni 2012
terkait dengan dia yang akan mencalonkan diri sebagai Walikota Sukabumi yang didukung oleh
Partai Amanat Nasional. Dia juga meminta agar audiensi dengan DPRD Kabupaten Klaten dibatalkan.
Kemudian SP SCE menegaskan bahwa dibutuhkan Perjanjian Bersama yang resmi terkait
kesepakatan tersebut, Husein Alamsyah menyatakan bahwa besok tanggal 24 April 2012 akan
bertemu dengan Erro (GM PT SC Enterprises) untuk mengkonfirmasi tuntutan SP SCE. Agar
kemudian dapat dilakukan perundingan kedua yang akan menuangkan semua kesepakatn tersebut.
10. Selanjutnya SP SCE mengajukan surat perundingan kedua kepada pihak perusahaan agar
dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012. Pada tanggal 24 April 2012, Husein Alamsyah
mengkonfirmasi hasil pertemuannya dengan Erro kepada Pengurus SP SCE bahwa dipenuhinya
beberapa tuntutan SP SCE yaitu:
a. Upah buruh tetap akan dibayarkan ketika buruh sakit ataupun buruh sudah siap bekerja namun
perusahaan melakukan kesalahan sehingga meliburkan buruhnya
b. Penghapusan Jam kerja loyalitas
c. Penghapusan Peraturan dan Tata Tertib yang mengancam PHK bagi pekerja berserikat,
berpendapat dan mogok
Terkait dengan tuntutan mengenai upah lembur sebelumnya, Husein Alamsyah mengkonfirmasi
bahwa hal tersebut masih pending, namun dia mengatakan sebelum 1 Mei bisa didapatkan hasil
terkait tuntutan upah lembur. Sementara itu, mengenai Ganti Hari untuk dapat memperingati Hari
Buruh juga disetujui dan akan diganti tanggal 6 atau 17 Mei. Husein Alamsyah, lagi-lagi kembali
meminta agar audiensi dengan DPRD Kabupaten Klaten dibatalkan.
11. Pada tanggal 26 April 2012, secara tiba-tiba Husein Alamsyah mengatakan sedang sakit, namun
demikian diketahui bahwa ternyata pihak manajemen sedang mengadakan acara syukuran
diluar pabrik. Sehingga Perundingan Kedua yang direncanakan untuk menghasilkan kesepakatan
secara resmi dalam bentuk Perjanjian Bersama gagal, karena tidak ada perwakilan dari pihak
Manajemen.
12. Akibat gagalnya rencana perundingan pada tanggal 26 April 2012, kemudian Pengurus SP SCE
melanjutkan proses audiensi dengan DPRD Kabupaten Klaten. SP SCE mendapatkan konfirmasi
bahwa audiensi akan diselenggarakan pada tanggal 1 Mei 2012.
13. Pada tanggal 1 Mei 2012, SP SCE melakukan mobilisasi sekitar 1.200 pekerja PT SC Enterprises
untuk audiensi ke DPRD Kabupaten Klaten. Husein Alamsyah didepan pabrik, memberikan
14.
15.
16.
17.
pernyataan bahwa tidak ada proses produksi dan silahkan pekerja PT SC Enterprises merayakan
Hari Buruh Internasional.
Selanjutnya dalam proses audiensi dengan DPRD Kabupaten Klaten yang dihadiri oleh
Konfederasi KASBI, SP SCE, Komisi IV DPRD Kabupaten Klaten dihadiri juga oleh Kepala Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Klaten serta Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten.
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten menyatakan, bahwa mereka telah melakukan sidak
bersamaan dengan kedatangan Bupati Klaten ke PT SC Enterprises. Terkait kunjungan atau sidak
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten tersebut, Bidang Pengawasan menyatakan benar bahwa
telah terjadi pelanggaran terhadap hak-hak normatif termasuk upah lembur. Namun demikian
masih tetap membela PT SC Enterprises, dengan mengatakan bahwa PT SC Enterprises adalah
perusahaan yang baru berdiri di Klaten. Dikatakan pula, bahwa PT SC Enterprises merupakan
investasi yang harus dilindungi. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten juga menyatakan tidak
mengetahui ada pelanggaran yang lainnya dan menyatakan bahwa PT SC Enterprises belum
menyerahkan Perjanjian Kerja. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten menyatakan ,
bahwa upah pekerja di PT SC Enterprises sudah diatas UMK yaitu 814 ribu yang artinya 2 ribu
rupiah diatas UMK Klaten sebesar 812 ribu. Terkait dengan tuntutan perubahan sistem kerja
kontrak menjadi pekerja tetap, Dinas Tenaga Kerja Klaten berulang kali mengatakan bahwa kerja
kontrak dibolehkan didalam UU Ketenagakerjaan.
Terkait argumentasi tersebut yang disampaikan oleh pihak Dinas Tenaga Kerja Klaten, pihak SP
SCE membawa bukti-bukti bahwa Stevano Cavassa pemilik PT SC Enterprises telah berbisnis
lebih dari 5 tahun. Demikian pada tahun 2007 terjadi demonstrasi buruh PT SC Enterprises di
Semarang dengan isu yang serupa dengan tuntutan pekerja PT SC Enterprises di Klaten yaitu
terkait upah lembur sesuai ketentuan perundang-undangan dan sistem kerja kontrak yang cacat
hukum. Demikian SP SCE menegaskan bahwa Sistem Kerja Kontrak didalam UU Ketenagakerjaan
terdapat batasan dan aturan penerapannya, terutama terkait jenis dan sifat pekerjaan yang
terus menerus. DPRD Kabupaten Klaten kemudian menjanjikan akan memanggil pihak
perusahaan PT SC Enterprises pada tanggal 7 Mei 2012.
Pada tanggal 3 Mei 2012, pihak perusahaan memanggil buruh yang tidak bersedia untuk lembur.
Namun demikian, Paska pemanggilan tersebut saat menjelang pulang kerja, pekerja di
Departemen Sewing Line 6 yang sudah bekerja sesuai dengan jam kerja (8 jam) dan sudah
mencapai target produksi dilarang pulang. Chief Supervisor, bernama Roshita, melarang para
pekerja untuk pulang dan memaksa pekerja untuk perpanjangan jam kerja atau sering disebut
sebagai jam loyalitas tanpa ada perhitungan lembur. Bagi mereka (pekerja) yang tidak mau
melakukan hal tersebut, maka akan di PHK. Ketua SP SCE, Ebo Budiyanto, yang mendengar
intimidasi tersebut, kemudian mendatangi Chief Supervisor dan terjadi adu argumentasi. Chief
Supervisor melaporkan hal tersebut ke pihak manajemen yang kemudian memanggil Ketua SP
SCE. Namun karena sudah waktu pulang kerja maka pemanggilan tersebut tidak direspon.
Pada tanggal 4 Mei 2012, Ketua SP SCE (Ebo Budiyanto) berangkat bekerja seperti biasa dan
melakukan absensi dengan bar code. Namun di monitor absensi tertulis Harap Hubungi HRD
Rifky, kemudian Ketua SP SCE menemui Rifky namun ternyata dia tidak berada ditempat.
Kemudian Ketua SP SCE bekerja seperti biasa, pada jam 09.30 WIB Ketua SP SCE dipanggil ke
ruangan HRD. Di ruangan HRD, pihak HRD menyatakan bahwa Ketua SP SCE telah di PHK tanpa
18.
19.
20.
21.
diberikan alasan yang jelas. Demikian dalam dalam pertemuan tersebut Ketua SP SCE tidak
menandatangani berkas apapun. Terkait dengan hal tersebut maka Pengurus SP SCE
memutuskan melakukan rapat akbar dengan melibatkan keseluruhan anggota SP SCE dan
pekerja PT SC Enterprises yang memutuskan untuk melakukan mogok kerja terhitung mulai
pukul 12:00. Dalam proses pemogokan tersebut, SP SCE berupaya untuk melakukan
perundingan dengan pihak Manajemen PT SC Enterprises. Namun secara tiba-tiba seluruh
manajemen PT SC Enterprises dinyatakan tidak berada ditempat.
Pada tanggal 5 Mei 2012, SP SCE beserta seluruh pekerja PT SC Enterprises kembali melakukan
mogok kerja dan berupaya melakukan perundingan dengan pihak Manajemen PT SC Enterprises.
Namun hingga aksi mogok kerja berhenti, tidak ada satupun dari pihak perusahaan yang
bersedia menemui pekerja PT SC Enterprises untuk melakukan perundingan. Waktu mogok ini
bertepatan dengan waktu pengambilan upah, oleh karena itu para buruh secara bergantian
mengambil upahnya dan kembali mengikuti mogok kerja. Pada saat para buruh PT SC
Enterprises mengambil upah tersebut, pihak kepolisian memanggil Akbar, Sekretaris KASBI
Wilayah Yogyakarta. Akbar kemudian mendapatkan ancaman akan ditangkap dan aksi akan
dibubarkan karena tidak meminta ijin. Akbar menolak hal tersebut dan berkoordinasi dengan
Pengurus SP SCE. Pada saat koordinasi tersebut pihak kepolisian mendatangi Pengurus SP SCE
dan Konfederasi KASBI Wilayah Yogyakarta, mengancam bahwa orang berikut yang berani
berorasi akan langsung ditangkap. Terkait dengan ancaman tersebut SP SCE melakukan
negosiasi dengan pihak kepolisian dan menegaskan bahwa kita akan tetap berorasi menjelaskan
kepada seluruh pekerja PT SC Enterprises untuk mengumpulkan semua slip gaji sebagai bukti
bahwa masih banyak hak-hak normatif yang dilanggar oleh PT SC Enterprises.
Paska aksi kami mendapatkan kabar bahwa kami diundang dalam pertemuan seluruh Kepala
Desa disekitar pabrik. Memang beberapa kali muncul isu bahwa warga sekitar pabrik juga akan
melakukan aksi demonstrasi ke pabrik terkait dengan ketidakpuasan warga terhadap tidak
adanya tanggung jawab sosial (CSR) PT SC Enterprises terhadap warga sekitar, seperti lapangan
pekerjaan ataupun kesejahteraan. Sebuah perjuangan yang juga didukung oleh SP SCE, dimana
telah sejak awal SP SCE berupaya untuk melakukan dialog dengan warga sekitar pabrik terkait
tuntutan warga.
Dalam pertemuan tersebut ternyata hanya dihadiri oleh Kepala Desa Bugisan, Heru, Sekretaris
Desa, Ketua BPD dan Wakil dari Kepolisian Sektor Prambanan. Dan sama sekali tidak dihadiri
oleh Kepala Desa lainnya ataupun warga sekitar pabrik. Dalam pertemuan tersebut mereka
semua kompak menghakimi perjuangan SP SCE, mereka menyatakan bahwa SP SCE telah
melanggar hak asasi pekerja untuk bekerja dengan melakukan aksi mogok kerja demikian juga
melakukan aksi tanpa pemberitahuan. (Sikap aparat desa yang semacam itu diduga
dikarenakan Pak Heru selaku Kepala Desa mendapatkan jatah keamanan dari PT SC
Enterprises)
Terkait dengan rencana aksi SP SCE di hari Senin, 7 Mei 2012 ke DPRD Kabupaten Klaten,
perangkat desa Bugisan beserta pihak kepolisian Sektor Prambanan mengancam bahwa jika ada
aksi maka akan ada tindakan tegas dari Aparat Desa. Karena menurut mereka PT SC Enterprises
adalah aset Desa Bugisan.
KESIMPULAN
Pertama; Bahwa seluruh upaya yang dilakukan oleh pekerja PT. SC Enterprises melalui Serikat Pekerja
SC Enterprises yang dijalankan oleh pengurus, merupakan sebuah tidakan yang pada dasarnya sangatlah
normative dan lazim dilakukan oleh serikat pekerja di seluruh Indonesia dalam rangka meningkatkan
taraf hidup pekerja menjadi lebih baik. Ketidakpatuhan Pengusaha serta seluruh jajaran Manajemen PT.
SC Enterprises atas perintah undang-undang yang berlaku di Indonesia, sesungguhnya paling utama
yang harusnya di tindak tegas oleh seluruh perangkat hukum serta pemerintah daerah setempat. Kita
bisa lihat, upah pekerja yang di potong tanpa jelas peruntukannya. Tindakan itu seharusnya sudah bisa
di jadikan dugaan oleh pihak kepolisian, tindakan yang dapat di indikasikan sebagai tindakan Pencurian,
Penggelapan atau Korupsi.
Kedua; Tindakan yang memaksa seseorang untuk bekerja lembur dengan ancaman pemutusan
hubungan kerja. Jelas hal itu pun tidak dapat dibenarkan dan di biarkan, karena kerja lembur merupakan
sebuah kerelaan dari seorang pekerja. Kemudian, penambahan jam kerja diluar jam kerja yang
ditetapkan tanpa mendapatkan upah tambahan dengan dalih pekerja belum mencapai target produksi
yang ditentukan atau dengan bahasa lain sebagai bentuk loyalitas pekerja kepada perusahaan. Lagi-lagi,
tindakan demikian merupakan sebuah tindakan yang dapat di kategorikan sebagai pemerasan terhadap
tenaga pekerja (Kerja Paksa).
Ketiga; Sikap dan tindakan aparat desa yang kemudian turut serta membela kepentingan perusahaan
dengan dalih asset investasi daerah, tanpa memperhatikan kondisi kerja yang dialami oleh pekerja serta
tidak memperdulikan kaidah-kaidah atau norma-norma yang telah di tetapkan dalam undang undang
sebagai hak normative pekerja. Merupakan sebuah tindakan yang mengkesampingkan nilai-nilai Sosial
Kemanusiaan, seharusnya aparat desa lebih arif dan bijaksana dalam melihat persoalan antara SP SC
Enterprises dengan PT. SC Enterprises.
Keempat; Tindakan pemutuan hubungan kerja kepada Ebo Budiyanto selaku Ketua SP SC Enterprises
oleh pihak PT. SC Enterprises tanpa alas an yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum,
tidak dapat dibenarkan. Sikap Ebo Budiyanto selaku Ketua Serikat Pekerja SC Enterprises yang
melakukan pembelaan kepada anggotanya pada saat itu juga, karena anggotanya dilarang pulang
setelah melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan waktu kerja dan jika pulang di ancam akan di PHK
oleh Chief Supervisor. Tindakan Ketua SP SCE tersebut sangatlah manusiawi dan dapat dimaklumi
bahkan dapat dibenarkan, karena melarang pekerja pulang setelah waktu kerja selesai dan mengamcam
mem-PHK tidak bisa dibenarkan oleh hukum. Maka, Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Ebo
Budiyanto selaku ketua SP SC Enterprises, demi hokum batal dan perusahaan wajib untuk
mempekerjakan kembali sebagaimana biasanya.
Kelima: Tindakan-tindakan perusahaan yang melanggar hak-hak normative pekerja, intimidasi,
pemutusan hubungan kerja terhadap ketua serikat pekerja dan memperhatikan sejarah dari perlikamu
perusahaan ketika masih beroperasi di Semarang. Maka jelas, bahwa pengusaha dan atau oknum dari
manajemen PT. SC Enterprises anti Serikat Pekerja/Serikat Buruh. (catatan; tidak akan yang berani
secara terbuka mengatakan anti serikat pekerja, tetapi bisa dilihat dari sikap, perilaku dan pola-polanya).
HARAPAN SOLIDARITAS
Dari hal-hal yang telah kami utarakan diatas, sudilah kiranya rekan-rekan memberikan tekanan secara
tertulis kepada PT. SC Enterprises, Pemkab Klaten dan Pemegang/Pemilik Merk/Lable/Brand. Dengan
tuntutan sebagai berikut:
A. Mempekerjakan kembali Sdr. Ebo Budiyanto sebagaimana mestinya
B.
C.
D.
E.
Mengangkat seluruh pekerja kontrak menjadi pekerja tetap
Menghapus pemotongan upah dan menghapus jam kerja loyalitas (kerja paksa)
Melaksanakan seluruh hak normative pekerja
Menghentikan seluruh bentuk Intimidasi kepada seluruh pekerja, baik secara langsung
maupun tidak langsung
F. Menghormati dan memberikan kebebasan kepada pengurus dan anggota Serikat Pekerja SC
Enterprises dalam menjalankan aktifitas organisasi
Demikian surat ini kami sampaikan, atas seluruh perhatian dan solidaritasnya kami sampaikan ucapan
terima kasih.
Jakarta, 7 Mei 2012
Hormat kami,
Pengurus Pusat Konfederasi
Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia
Nining Elitos
Ketua Umum
Abdulrachman
Nining Elitos
Sekretariat : Jl. Cipinang Kebembem Blok E Rt 013 Rw 013 No. 3, Pisangan Timur
Email : [email protected]. Telp/HP; 081317331801, 081310418482
Download