21 BAB II LANDASAN TEORI A. Orang Tua Dalam Keluarga 1. Pengertian Orang Tua Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya ayah dan ibu.1 Sedangkan menurut Miami M. Ed, dikemukakan bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. 2 Menurut Ny Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari.3 Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit. hlm. 269 Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, (Jakarta:Rajawali Press. 1982), hlm. 48 3 Ny Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga, (Jakarta : Gunung Mulia, 1976), hlm. 27 2 22 Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya. 4 4 Eni Susmiyati S.Psi , http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalahpsikologi-tentang-bimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anak-usia-pra-sekolah-dilingkungan-keluarga/html. didownload dan diakses pada 09 April 2011, jam 08.45 WIB. 23 2. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anakanaknya maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, baik di dalam keluarga itu sendiri maupun di lingkungan masyarakat berikut ini penulis akan menguraikan peranan-peranan tersebut: a. Peranan Ibu Peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya, karena anak-anak lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada kepada ayahnya dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang ibu harus benar-benar berfungsi dalam menunaikan tugasnya, antara lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-anaknya agar mereka menjadi anak yang berguna dan menjadi anak yang shaleh. Pembinaan pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaknya bijaksana dan pandai mendidik anakanaknya. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari, karena ibu adalah seseorang yang pertama berkomunikasi langsung dengan anaknya. Pernyataan rasa kasih sayang dan perlindunngan merupakan hal sangat penting bagi 24 anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan terhindar dari rasa takut. Gelisah yang akan mengganggu perkembangan jiwa anak. Peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional. b. Peran Ayah Di samping ibu, peran ayah memegang peranan penting yang sangat penting pula ayah sebagai kepala keluarga merupakan penanggung jawab dalam perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Dengan demikian di samping memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan, minum, sandang dan sebagainya, juga ayah aktif membina perkembangan pendidikan anak. 5 Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya, berarti ayah merupakan Pimpinan yang sangat patut dijadikan cermin bagi anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figure yang terpandai dan berwibawa. Dengan demikian, setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak untuk mengikutinya 5 Hary Hoer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Lobos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 2 25 Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua harus mengerti betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain: 1) Pembinaan Pribadi Anak Setiap orang tua ingin membina anak agar menjadi anak yang baik mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Acapkali orang tua yang tidak sengaja, tanpa di sadari mengambil suatu sikap tertentu, anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsurunsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Di sini tugas orang tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak yang dialami pada permulaan hidup dapat berlangsung sebaik-baiknya, tanpa gangguan yang berarti. Hubungan orang tua sesama anak sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan 26 kasih sayang akan membawa anak kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik, karena anak mempunyai kesempatan yang baik untuk tumbuh berkembang. Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan seharihari antara orang tua dan anak merupakan hubungan berarti yang diikat pula oleh adanya tanggung jawab yang benar sehingga sangat memungkinkan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar rasa cinta kasih sayang yang murni, rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya Tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi dan tidak dibentuk, karena anak tidak mendapat suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. Dan banyak lagi faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di samping itu, banyak pula pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang terhadap anak, baik melalui latihan-latihan atau pembiasaan, semua itu merupakan unsur pembinaan pribadi anak. 2) Perkembangan Agama Pada Anak Perkembangan keagamaan seseorang di tentukan oleh pendidikan dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya, karena melalui 27 pendidikan secara terpadu akan membantu pertumbuhan dan perkembangan keagamaan secara terpadu pula. Anak yang di waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama seperti ibu bapaknya orang yang tau dan mengerti agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan agama pada anak tergantung kepada orang tuanya, karena anak-anak sikap, tindakan, dan perbuatan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan agama pada anak. 3) Pembentukan Pembinaan Pada Anak Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihanlatihan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena dengan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laut sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik buat anak cenderung melakukan perbuatan yang baik seperti latihan-latihan keagamaan 28 yang menyangkut ibadah, dibiasakan sejak kecil sehingga lambat laun akan merasa senang dan terdorong oleh sikap tersebut untuk melakukannya atas dasar keinginan dari hati nurani yang ikhlas. 4) Dibawa Orang Tua Anak akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh orangtuanya dan mau melaksanakan perintah orang tuanya bila semua itu akan merasa enggan kepada orang tua. Maksud enggan ialah si anak menganggap orang tuanya dianggap dan diakui sebagai pembimbing dan panutan. Maka orang tua wajib ditaatinya, ditiru perbuatannya, dan dihormati. Akibat dari rasa enggan kepada orang tua timbul rasa patuh dan penuh kesadaran dan rela hati. 5) Contoh Tauladan Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang dilaksanakan oleh orang tua sangat diperlukan. Hal ini merupakan proses pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak kelas terbiasa berbuat baik sesuai dengan aturan dan norma yang ditetapkan di masyarakat berdasarkan kaidah yang berlaku orang tua yang dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anak-anaknya adalah orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke jalan yang baik sesuai dengan yang diharapkan. 29 Seorang anak pada dasarnya dilahirkan dalam kondisi putih bersih laksana kertas. Melalui interaksi dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup. Baik interaksi melalui mata terhadap setiap peristiwa yang dilihatnya, melalui telinga berdasarkan suara yang didengar juga melalui panca indra lainnya seorang akan beraksi dan merespon. Orang tualah yang menentukan coretan atau lukisan hidup seorang anak. Begitu pentingnya peranan orang tua dalam mendidik anak, maka pemahaman orang tua terhadap masalah pendidikan dan psikologi anak harus lebih ditingkatkan. Namun sayangnya, tidak sedikit orang tua yang kurang memahami ilmu mendidik anak. Selama ini kebanyakan orang tua mendidik anak-anak dengan cara instingtif dan sekedar menuruti naluri saja. Cara ini sebenarnya sangat merugikan, baik bagi anak maupun orang tua itu sendiri. Perkembangan dinamika psikologis anak kurang dipahami dengan baik sehingga sering terjadi kasus pertengkaran orang tua dan anak. Akibatnya, anak tidak betah di rumah, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan berbagai tindak kriminalitas yang dilakukan anak baru gede (ABG) dan remaja-remaja tanggung. 3. Pola Asuh Orang Tua Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah 30 satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown sebagaimana yang di kutip Ahmad D Marimba dalam bukunya Psikologi Sosial yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbedabeda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Pola asuhan itu menurut Stewart dan Koch terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: a) Pola asuh otoriter, b) Pola asuh demokratis, dan c) Pola asuh permisif. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal 31 demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. 6 Faktor lingkungan sosial memiliki sumbangannya terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak) ialah keluarga khususnya orang tua terutama pada masa awal (kanak-kanak) sampai masa remaja. Dalam mengasuh anaknya orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentukbentuk perilaku sosial tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Kohn juga masih mengatakan bahwa pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak dipengaruhi oleh peranan orang tua tersebut. Peranan orang tua itu memberikan lingkungan yang memungkinkan anak dapat menyelesaikan 6 Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I, hlm 76. 32 tugas-tugas perkembangannya. Melly Budiman (1986: 6) mengatakan bahwa keluarga yang dilandasi kasih sayang sangat penting bagi anak supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut tidak ada, maka seringkali anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari anak. Sebenarnya, setiap orang tua itu menyayangi anaknya, akan tetapi manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda dalam penerapannya; perbedaan itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan. 4. Peran Orang tua dalam Sekolah Orang tua merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional. Sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang mendalam dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang penting, tempat anak mulai berhubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya. Pengaruh Orang tua dalam pendidikan anak sangat penting, karena anak lahir dalam keadaan lemah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau member keamanan dan perlindungan bagi dirinya sendiri.keluarga tidak hanya berpengaruh pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, 33 tetapi terus berlangsung dalam berbagai fase umur anak. Sehingga pendidikan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap anak dan akan terbawa ke dalam pusat pendidikan atau lembaga sosial lainnya. Oleh sebab itu anak pada hakekatnya merupakan ekspresi kebudayaan keluarga. Karenanya perbaikan terhadap kebudayaan keluarga serta upaya memperkaya dengan berbagai pengalaman edukatif dan polapola tingkah laku yang lurus pada gilirannya akan membias pada perbuatan sekolah dan pusat-pusat pendidikan l;ainnya. Karena Orang tua memiliki peran yang penting dalam mempersiapkan anak bagi kehidupan sosial, pengaruh orang tua, saudara, dan anggota keluarga lainnya terhadap tingkah laku anak di sekolah menjadi sangat kuat. Dari orang tua dan teman pergaulan, anak banyak memperoleh arahan yang mendasar untuk bersekolah dan mengikuti proses pendidikan. Karenanya, apabilaterjadi komplik antara nilai-nilai yang diterima dari teman pergaulan dan nilai-nilai yang diterima dari sekolah, bantuan keluarga terhadap anak sangat penting dalam menetapkan hubungan yang menguntungkan antara siswa dan sekolah. 5. Peranan Orang tua dalam Pergaulan Jika cinta orang tua terhadap anak merupakan perasaan alami yang dimiliki semenjak lahir, maka seharusnya mereka tidak perlu diperingatkan. Namun Islam untuk lebih menekankan perlu dan pentingnya melindungi keselamatan anak, secara keras memperingati orang tua agar mereka tidak lengah, sehingga anggota keluarganya dan seluruh anggota masyarakat hidup bahagia secara sempurna. Selanjutnya, dengan demikian akan tumbuh dan tercipta suatu 34 generasi baru yang cukup kuat untuk menanggung beban kehidupan selanjutnya dengan penuh optimis dan mandiri. Dalam upaya menjaga dan melindungi keselamatan anak, para orang tua harus melakukan beberapa pembinaan terhadap anak dalam masalah pergaulan, hal tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Kegiatan Sosial Dalam kegiatan sosial orang tua harus melatih anak-anaknya agar mereka mengerti akan kewajiban hidup bermasyarakat. Ia haraus membiasakan anak-anaknya untuk saling menolong, menjenguk saudara dan familinya yang sakit, mengunjunginya untuk menyambung hubungan silaturahim, mencarikan teman sebaya yang akan membantunya dalam proses pergaulan, menghindarkan dari kawan yang jahat dan mengarahkan mereka untuk dapat hidup mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya. 2) Adab dan Sopan santun Terkait dengan adab dan sopan santun dalam berpakaian maka orang tua harus membiasakan anaknya untuk selalu menutup aurat, berpakaian yang sesuai dengan syariat dan menghindari pakaianpakaian yang dilarang, dan juga tidak memperbolehkan anak-anaknya (yang laki-laki) untuk memakai perhiasan yang dilarang, seperti cincin emas, kalung, apalagi anting-anting yang jelas–jelas dilarang karena menyerupai wanita. Jika anaknya adalah perempuan, maka harus dibiasakan untuk berhijab, menggunakan pakaian yang tidak 35 menampakkan unsur tabaruj, jauh dari perangai jahiliah dan tidak menyerupai pakaian laki-laki. 6. Peranan orang tua dalam proses Ibadah Dalam pembentukkan rohani tersebut, pendidikan agama memerlukan usaha dari guru (pengajar) untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, dan usaha itu sendiri dilakukan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan. Dalam pembinaan itu dilaksanakan secara terus menerus tidak langsung sekaligus melainkan melalui proses. Maka, dengan adanya ketekunan, keikhlasan, dan peran serta orang tua dengan guru disertai penuh perhatian dengan penuh tanggung jawab maka Insya Allah kesempurnaan rohani tersebut akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang di harapkan adalah sebagai berikut: a. Menanamkan Kepercayaan Diri 1) Menanamkan kepercayaan kepada Allah SWT agar merasakan bahwa Allah SWT selalu dekat dan selanjutnya takut untuk melaksanakan hal-hal yang buruk. 2) Menanamkan kepercayaan tentang adanya malaikat, dengan menanamkan kepercayaan tersebut, dapat merasakan bahwa setiap gerak-gerik selalu diawasi oleh malaikat. 3) Menanamkan kepercayaan akan kitab Allah SWT. 4) Menanamkan kepercayaan akan rasul-rasul-Nya, mengambil contoh tauladan mereka. 5) Menanamkan kepercayaan kepada Qodho dan Qodhar. untuk 36 6) Menanamkan kepercayaan akan adanya hari kiamat, dengan menanamkan rasa ini akan merasa takut melakukan perbuatan tercela, karena saat di akhirat nanti ada balasannya. b. Mengadakan bimbingan agama dengan cara mengikat terus menerus antara manusia dengan Allah SWT, dengan cara: 1) Menciptakan suasana pada hati mereka untuk merasakan adanya Allah SWT dengan melihat segala keagungan yang telah di ciptakan-Nya, sehingga akan membuat mereka terpana dan terkesan ke dalam hati mereka. 2) Menanamkan pada hati mereka bahwa Allah SWT akan selalu hadir dalam sanubari mereka di mana pun mereka berada. 3) Menanamkan pada hati mereka perasaan cinta kepada Allah SWT, secara terus menerus mencari keridhaan-Nya. 4) Menanamkan perasaan takwa dan tunduk kepada Allah SWT, dan mengorbankan perasaan damai bersama Allah SWT dalam keadaan apapun. c. Membimbing mereka dengan cara memberikan dorongan kepada hal-hal yang mengarah ketaatan kepada Allah SWT dan mendidik mereka dengan berbagai macam ibadah agar dengan hal itu akan terbukalah hatinya. Usaha yang dilakukan dengan cara yang telah dilakukan dalam membentuk kerohanian tersebut, dengan di jalankan secara terus menerus, tanpa mengenal batas, maka Insya Allah hal itu akan menemani perasaan jiwanya serta 37 mendapatkan cahaya dan petunjuk dari Allah SWT, yang selanjutnya akan terbentuklah kepribadian muslimin yang hakiki. Menurut Ahmad D. Marimba kepribadian muslim adalah kepribadian yang selurus aspek-aspeknya, baik tingkah-laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan diri kepadanya. Hal yang dapat menguatkan kepribadian muslim di antaranya adalah kesederhanaan di dalam hidup dengan melalui jalan yang lurus dalam pengaturan harta benda, tidak bersifat kikir, dan tidak juga berlaku boros. Kepribadian muslim juga dapat diperkuat dengan cara memperkuat pisik atau menjaga kesetabilan tubuh, dijaga supaya badan selalu sehat. Selain itu Islam juga menawarkan agar umatnya dapat saling nasehat menasehati dalam hal kebaikan Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 3 sebagai berikut: Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan menngerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran.” (QS. Al-Ashr: 3) Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai orang tua, dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian seorang anak, tanpa bimbingan dan arahan orang tua tidak mungkin kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik. Sehingga Islam 38 sangat menekankan kepada umat manusia untuk membina anak-anaknya kearah yang baik sesuai dengan ajaran-ajarannya. Peran keluarga dewasa ini tampak semakin bertambah dengan membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah di rumah serta memberi pengalaman dan pengetahuan yang melengkapi fungsi pengajaran sekolah. Hal ini disebabkan kemampuan orang tua untuk andil dalam proses belajar semakin bertambah karena adanya peningkatan intelektualitas keluarga, oleh karena itu latar belakang sosial anakpun akan menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan besar dalam keberhasilan anak-anak di sekolah. Dengan demikian untuk menghadapi aruys informasi dan pengetahuan yang mesti disikapi. Bekal yang diperoleh anak dari keluarga akan memberikan kemampuan untuk mengambil haluan di tengah-tengah lautan pengetahuan yang terus meluap. B. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Dr. Arief Rachman menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual adalah pertama, kecerdasan yang meyakini Tuhan sebagai Penguasa, Penentu, Pelindung, Pemaaf dan kita percaya atas Kehadiran-Nya. Selain itu harus ada pula kemampuan untuk bekerja keras, kemampuan untuk mencari ridho Allah, kemampuan untuk melakukan ibadah secara disiplin, kesabaran, tahan dengan ujian dan kemampuan untuk menerima segala keputusan yang telah ditetapkan Allah. Cerdas tidaknya anak pada sisi 39 spiritual tergantung orangtua dan keluarga sebagai tempat belajar pertama, sekolah dan lingkungan sebagai tempat belajar kedua. Apabila lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah kurang memperhatikan aspek spiritual maka dengan sendirinya sulit kita temukan anak yang memiliki kecerdasan spirtual. Tingkatan spiritual pada diri seseorang dapat berbeda-beda tergantung bagaimana pendekatan yang digunakan kepada anak. 7 Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan mengerti. Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa latin yaitu spritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.8 Dalam kamus psikologi spirit adalah suatu zat atau makhluk immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut aslinya, yang diberi sifat dari banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas energi disposisi, moral atau motivasi. 9 Dengan demikian dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang sempurna dari perkembangan akal budi untuk memikirkan hal-hal diluar alam materi 7 Heru Susenohttp://www.duniaguru.com diunduh dan diakses 24 September 2011, Jam 20.45 WIB. 8 Toni Buzan, Kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, terjemahan Ana Budi Kuswandani, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) cet. Ke- 1, hlm. 6. 9 480. J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pers, 1989) cet. Ke-1, hlm. 40 yang bersifat ketuhanan yang memancarkan energi batin untuk memotivasi lahirnya ibadah dan moral. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Kecerdasan Spiritual Ada beberapa faktor yang menentukan kecerdasan spiritual seseorang. Di antaranya sumber kecerdasan itu sendiri (God-Spot), potensi qalbu (hati nurani) dan kehendan nafsu. Ketiga hal ini perlu dikaji lebih jauh karena manusia dimanapun di dunia ini selalu merindukan puncak keagungan yang ditandai dengan segala dimensi eksistensinya; yaitu hubungan yang harmonis antara Tuhan, manusia dan alam sekitar. Spiritual adalah jalan yang paling ideal yang memberikan makna hidup bagi manusia di antara makhluk Allah yang lain. Kecerdasan Spiritual merupakan jati diri yang fundamental bagi manusia, yang menuntun kejalan hidup yang lurus. Namun sekarang kemajuan teknologi dan sains yang betul-betul memanjakan kebutuhan material menyebabkan manusia gagal mencapai puncak spiritual. Semua itu disebabkan oleh hilangnya makna filosofi dan religius dari manusia dalam menjaga keseimbangan dialektis antara dirinya, Tuhan dan alam. Akibatnya mereka tersesat di medannya sediri dan hampa dalam menjalani hidup yang sedang dilaluinya. Agar terhindar dari kesesatan hidup yang sedang di jalani ini, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: 41 1. God- Spot ( Fitrah) Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa seorang ahli syaraf dari California University yaitu V.S. Ramachandran telahberhasil menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia yang merupakan pusat spiritual terletak antara jaringan saraf dan otak.10 Karena God-Spot adalah pusat spiritual, maka ia di pandang sebagai faktor penentu.God-Spot di samping sebagai penentu spiritual, maka ia dipandang sebagai sumber suara hati manusia. Suara hati tersebut selalu menganjurkan agar selalu berbuat sesuai aturan yang telah ditetapkan Allah dan meninggalkan segala kemungkaran dan kejahatan. Hal ini dapat dijumpai dalam Q.S. Al-A’raf ayat: 172, yang berbunyi : Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian 10 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Jakarta: Arga, 2001), cet. Ke-1,hlm 38. 42 terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al Araf : 172 )11 Bukti adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam fitrah manusia. Sedangkan menurut N. Dryarkara ialah adanya suara hati manusia. Suara hati itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam setiap jiwa setiap manusia. Sehingga bila manusia berbuat tidak baik, maka suara hatinya akan menasehatinya. Seandainya masih dilakukan hal yang tidak baik tersebut ia pasti akan menyesal. Mac. Scheler mengatakan bahwa penyesalan adalah tanda kembalinya kepada Tuhan.12 Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa nasihat yang dikeluarkan oleh suara hati membuat manusia selalu dalam keadaan benar. Ini adalah merupakan realisasi dari kecerdasan spiritual. Kekuatan yang dibangun dalam jiwa merupakan manifestasi dari godspot sebagai tanda bahwa manusia adalah “bagian” dari Tuhan itu sendiri, artinya tidak mungkin ada pemisah antara Tuhan dan manusia. God-Spot adalah kendali kehidupan manusia secara spiritual, untuk itu 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. (Bandung : Syamil Cipta Media, 2005) hlm. 173. 12 Syahminan Zaini, Jalur Kehidupan Manusia Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995),hlm. 1 43 god-spot dan suara hati adalah bagian penting manusia yang mesti dipertahankan. 2. Potensi Qalbu Menggali potensi qalbu, secara klasik sering dihubungkan dengan emosi, amarah ,cinta logos pengetahuan. 13Padahal dimensi qalbu tidak hanya mencakup atau dicakup dengan pembatasan katagori yang pasti. Menangkap dan memahami pengertian qalbu secara utuh adalah kemustahilan. Itu hanyalah sebagai asumsi dari proses perenungan yang sangat personal karena didalam qalbu terdapat potensi yang sangat multi dimensional. 3. Faktor lingkungan Kapasitas atau potensi kecerdasan yang sudah terberikan dalam diri setiap anak tidak akan berarti apa-apa kalau lingkungan sama sekali tidak berperan dalam merangsang dan mengasah potensi tersebut. Di sini ada empat faktor lingkungan yang dapat mengasah potensi anak yaitu: a. Lingkungan rumah. Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi kecerdasan anak. Dalam lingkungan keluarga anak 13 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), cet. Ke-I, hlm. 93. 44 menghabiskan waktu dalam masa perkembangannya. Pengaruh lingkungan rumah ini berkaitan pula dengan masalah: 1) Stimulus. 2) Pola asuh. 3) Memberi Pengajaran b. Kecukupan nutrisi. Peran nutrisi bagi kecerdasan anak tak bisa diabaikan begitu saja. Untuk menjadikan anak sehat secara fisik dan mental, sebetulnya perlu persiapan jauh-jauh hari sebelum proses kehamilan terjadi.Tepatnya mesti dimulai ketika masa perencanaan kehamilan,sepanjang masa kehamilan dan akan terus berlanjut selama masa pertumbuhan anak. c. Interfensi dini. Dampak interfensi dini terhadap anak akan baik jika itu dilakukan berdasarkan pertimbangan tingkat kematangannya. Menyediakan berbagai fasilitas bagi kepentingan anak merupakan salah satu bentuk interfensi orang tua. Agar efeknya selalu positif , ingatlah selalu untuk menginterfensi anak dengan hal-hal kreatif. 3. Langkah-langkah Pembinaan Kecerdasan Spiritual Menurut penulis pada dasarnya IQ, EQ, dan SQ masing-masing memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pencapaiannya.IQ bisa dicapai 45 dengan banyak melakukan pelatihan-pelatihan yang menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, misalnya belajar berhitung,mendengarkan musik,dan membaca.Sementara pelatihan EQ dan SQ hampir sama, karena ia bersumber dari suara hari (God Spot). Langkah-langkah yang ditawarkan oleh Ary Ginanjar dapat dilakukan untuk mengembangkan Emotional Spiritual Question (ESQ) adalah sebagai berikut: 1) Zero Mind Process Yaitu berusaha mengungkap belenggu-belenggu pikiran dan mencoba mengidentifikasi paradigma itu, sehingga dapat dikenali apakah paradigma tersebut telah mengkerangkeng pikiran. Jika hal itu ada diharapkan dapat diantisipasi lebih dini sebelum menghujam kedalam benak. Hasil yang diharapkan adalah lahirnya alam pikiran jernih dan suci yang dinamakan God Spot atau fitrah yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu. Tahap ini merupakan titik tolak dari sebuah kecerdasan emosi. Disinilah tanah yang subur tempat untuk menanam benih berupa gagasan. 2) Mental building Maksudnya adalah kesehatan mental, yaitu terhindarnya dari gejala gangguan jiwa dan dari gejala penyakit jiwa. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan 46 segala potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga bisa membawa kebahagiaan diri dan orang lain. 3) Personal strength, Intinya hal ini dimulai dari penetapan-penetapan misi pribadi, dilanjutkan dengan pembentukan karakter, pengendalian diri,dan mempertahankan komitmen pribadi. 14 4) Social strength, Yaitu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi, sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya. Suatu perwujudan tanggung jawab sosial seorang individu yang telah memiliki ketangguhan pribadi. 5) Spiritualitas Adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, dan moral.Spiritualitas memberi arah dan arti pada kehidupan. Hidup menjadi indah dan menggairahkan karena diri manusia tidak hanya di kurung oleh batas-batas fisik. Karena jiwa anak-anak intuitif dan terbuka secara alami, maka orang tua dan guru hendaknya selalu memupuk spiritualitas anaknya, sumber keceriaan dan makna hidup. Caranya dengan melalui perkataan,tindakan, dan perhatian sepenuhnya dari orang tua.15 4. Peranan Orang Tua dalam Membina SQ Anak dalam Keluarga 14 Zakiah Darajad, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), cet. Ke23, hlm. 5. 15 Ary Ginanjar Agustian,Op Cit.hlm 58. 47 Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa keluarga dalam hal ini orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Hal ini telah tergambar pada Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya. Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan beragama dan bermasyarakat, merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Orang tua merupakan orang yang terdekat dengan anak. Di mana sikap dan tingkah laku orang tua akan menjadi panutan bagi anaknya, terutama anakyang masih kecil. Pengalaman anak semasa kecil ini akan terbawa dan membekas sampai ia dewasa. Dan akhirnya akan mewarnai corak kepribadianya. Dalam hal ini terutama sekali dari pihak ibu lebih dituntut untuk berperan aktif, karena ibu merupakan orang yang lebih dekat dengan anaknya. Seorang ibu yang penuh keseriusan perhatian, penyayang dan tekun menjalankan ajaran-ajaran agama,serta untuk hidup sesuai nilai-nilai moral yang telah digariskan oleh agama, maka ia dapat membina moral dan mental (pribadi) anaknya secara sehat dan teratur. 48 5. Kecerdasan SQ anak dalam Sekolah Dalam upaya melindungi keselamatan anak, orang tua perlu melakukan pembinaan-pembinaan agar dapat mencapai kehidupan yang lebih sempurna, pembinaan tersebut antara lain: 1) Membina Pribadi Anak Setiap orang tua dan semua guru ingin membina agar anak menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (di sekolah) maupun non formal (di rumah oleh orang tua). Setiap pengalaman yang dilakui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu. Sikap anak terhadap guru agama dan pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya terhadap agama dan guru agama khususnya Perilaku orang tua terhadap anak tertentu dan terhadap semua anaknya, merupakan unsur pembinaan lainnya dalam pribadi anak. Perlakuan keras, akan berlainan akibatnya daripada perlakuan yang lembut dalam pribadi anak. Hubungan orang tua dengan sesama mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang terbuka dan mudah didik, karena ia mendapat kesempatan yang cukup 49 dan baik untuk tumbuh dan berkembang. Tapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percecokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk, karena ia tidak mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu tergantung oleh suasana orang tuanya. Banyak faktor-faktor secara tidak langsung, dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di samping itu, tentunya banyak pula pengalaman-pengalaman anak, yang mempengaruhi nilai pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang di lakukan orang tua terhadap anak, baik melalui makan dan minum, buang air, tidur dan sebagainya. Semuanya termasuk unsur pembinaan bagi pribadi anak. Berapa banyak macam pendidikan tidak langsung yang telah terjadi pada anak sebelum ia masuk sekolah, tentu saja setiap anak mempunyai pengalamannya sendiri, yang tidak sama terhadap anak lain. Pengalaman yang di bawa oleh anak-anak dari rumah itu, akan menentukan sikapnya terhadap sekolah dan guru. Guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak, guru agama mempunyai tugas memperbaiki pribadi anak yang kurang baik, karena tidak mendapat pendidikan dalam keluarga. Guru agama bertugas membawa anak didik kearah kebaikan, setiap guru agama harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya akan merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Di samping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru dalam pembinaan anak didik, juga sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, 50 berbicara dan menghadapi setiap masalah, yang secara tidak langsung tidak tampak hubungannya dengan pengajaran, namun dalam pendidikan atau pembinaan pribadi si anak, hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam proses pembinaan pribadi anak. 2) Membentuk kebiasaan Masalah- masalah yang sudah menjadi ketetapan dalam syariat Islam bahwa sang anak diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah. Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah bahwa manusia diciptakan Allah mempuyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika ada manusia tidak memiliki agama tauhid itu hanya lantaran pengaruh lingkungan. Dari sini peranan pembisaan, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika agama yang lurus. Zakiyah Daradjat berpendapat, “Tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya pendekatan agama Islam dalam rangka membangun manusia seutuhnya. Tidak dapat dibayangkan membangun manusia tanpa agama. Kenyataan membuktikan bahwa dalam masyarakat yang kurang mengindahkan agama (atau bahkan anti agama), perkembangan manusianya pincang. Hal ini berlaku di negara-negara berkembang maupun di negara maju. Ilmu pengetahuan tinggi, tapi akhlaknya rendah. Kebahagiaan hidup tidaklah mudah dicapainya. Agama menjadi penyeimbang, penyelaras dalam diri manusia sehingga dapat mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaa rohaniyah.” (Daradjat, 1995 : 65). 51 Di sinilah pendidikan agama Islam mempunyai peran yang cukup penting. Oleh karenanya untuk membentuk kepribadian muslim tersebut diperlukan suatu tahapan, di antaranya dengan membentuk kebiasaan serta latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun, sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. 6. Kecerdasan SQ anak dalam Pergaulan Jika cinta orang tua terhadap anak merupakan perasaan alami yang dimiliki semenjak lahir, maka seharusnya mereka tidak perlu diperingatkan. Namun Islam untuk lebih menekankan perlu dan pentingnya melindungi keselamatan anak, secara keras memperingati orang tua agar mereka tidak lengah, sehingga anggota keluarganya dan seluruh anggota masyarakat hidup bahagia secara sempurna. Selanjutnya, dengan demikian akan tumbuh dan tercipta suatu generasi baru yang cukup kuat untuk menanggung beban kehidupan selanjutnya dengan penuh optimis dan mandiri. Dalam upaya menjaga dan melindungi keselamatan anak, para orang tua harus melakukan beberapa pembinaan terhadap anak dalam masalah pergaulan, hal tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Kegiatan Sosial Dalam kegiatan sosial orang tua harus melatih anak-anaknya agar mereka mengerti akan kewajiban hidup bermasyarakat. Ia haraus membiasakan anak-anaknya untuk saling menolong, menjenguk saudara dan familinya yang sakit, mengunjunginya untuk menyambung hubungan silaturahim, mencarikan teman sebaya yang 52 akan membantunya dalam proses pergaulan, menghindarkan dari kawan yang jahat dan mengarahkan mereka untuk dapat hidup mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya. 2) Adab dan Sopan santun Terkait dengan adab dan sopan santun dalam berpakaian maka orang tua harus membiasakan anaknya untuk selalu menutup aurat, berpakaian yang sesuai dengan syariat dan menghindari pakaianpakaian yang dilarang, dan juga tidak memperbolehkan anak-anaknya (yang laki-laki) untuk memakai perhiasan yang dilarang, seperti cincin emas, kalung, apalagi anting-anting yang jelas–jelas dilarang karena menyerupai wanita. Jika anaknya adalah perempuan, maka harus dibiasakan untuk berhijab, menggunakan pakaian yang tidak menampakkan unsur tabaruj, jauh dari perangai jahiliah dan tidak menyerupai pakaian laki-laki. 7. Kecerdasan SQ anak dalam proses Ibadah Dalam pembentukkan rohani tersebut, pendidikan agama memerlukan usaha dari guru (pengajar) untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, dan usaha itu sendiri dilakukan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan. Dalam pembinaan itu dilaksanakan secara terus menerus tidak langsung sekaligus melainkan melalui proses. Maka, dengan adanya ketekunan, keikhlasan, dan peran serta orang tua dengan guru disertai penuh perhatian dengan penuh tanggung jawab maka Insya Allah kesempurnaan rohani tersebut akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 53 Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang di harapkan adalah sebagai berikut: d. Menanamkan Kepercayaan Diri 1) Menanamkan kepercayaan kepada Allah SWT agar merasakan bahwa Allah SWT selalu dekat dan selanjutnya takut untuk melaksanakan hal-hal yang buruk. 2) Menanamkan kepercayaan tentang adanya malaikat, dengan menanamkan kepercayaan tersebut, dapat merasakan bahwa setiap gerak-gerik selalu diawasi oleh malaikat. 3) Menanamkan kepercayaan akan kitab Allah SWT. 4) Menanamkan kepercayaan akan rasul-rasul-Nya, untuk mengambil contoh tauladan mereka. 5) Menanamkan kepercayaan kepada Qodho dan Qodhar. 6) Menanamkan kepercayaan akan adanya hari kiamat, dengan menanamkan rasa ini akan merasa takut melakukan perbuatan tercela, karena saat di akhirat nanti ada balasannya. e. Mengadakan bimbingan agama dengan cara mengikat terus menerus antara manusia dengan Allah SWT, dengan cara: 1) Menciptakan suasana pada hati mereka untuk merasakan adanya Allah SWT dengan melihat segala keagungan yang telah di ciptakan-Nya, sehingga akan membuat mereka terpana dan terkesan ke dalam hati mereka. 54 2) Menanamkan pada hati mereka bahwa Allah SWT akan selalu hadir dalam sanubari mereka di mana pun mereka berada. 3) Menanamkan pada hati mereka perasaan cinta kepada Allah SWT, secara terus menerus mencari keridhaan-Nya. 4) Menanamkan perasaan takwa dan tunduk kepada Allah SWT, dan mengorbankan perasaan damai bersama Allah SWT dalam keadaan apapun. f. Membimbing mereka dengan cara memberikan dorongan kepada hal-hal yang mengarah ketaatan kepada Allah SWT dan mendidik mereka dengan berbagai macam ibadah agar dengan hal itu akan terbukalah hatinya. Usaha yang dilakukan dengan cara yang telah dilakukan dalam membentuk kerohanian tersebut, dengan di jalankan secara terus menerus, tanpa mengenal batas, maka Insya Allah hal itu akan menemani perasaan jiwanya serta mendapatkan cahaya dan petunjuk dari Allah SWT, yang selanjutnya akan terbentuklah kepribadian muslimin yang hakiki. Menurut Ahmad D. Marimba kepribadian muslim adalah kepribadian yang selurus aspek-aspeknya, baik tingkah-laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan diri kepadanya. Hal yang dapat menguatkan kepribadian muslim di antaranya adalah kesederhanaan di dalam hidup dengan melalui jalan yang lurus dalam pengaturan harta benda, tidak bersifat kikir, dan tidak juga berlaku boros. Kepribadian 55 muslim juga dapat diperkuat dengan cara memperkuat pisik atau menjaga kesetabilan tubuh, dijaga supaya badan selalu sehat. Selain itu Islam juga menawarkan agar umatnya dapat saling nasehat menasehati dalam hal kebaikan Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 3 sebagai berikut: Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan menngerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran.” (QS. Al-Ashr: 3) Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai orang tua, dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian seorang anak, tanpa bimbingan dan arahan orang tua tidak mungkin kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik. Sehingga Islam sangat menekankan kepada umat manusia untuk membina anak-anaknya kearah yang baik sesuai dengan ajaran-ajarannya.