BAB II LANDASAN TEORI A. Orang Tua Dalam Keluarga 1

advertisement
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Orang Tua Dalam Keluarga
1. Pengertian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya
ayah dan ibu.1 Sedangkan menurut Miami M. Ed, dikemukakan bahwa orang tua
adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. 2
Menurut Ny Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa orang tua adalah dua
individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan,
pendapat dan kebiasaan sehari-hari.3
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang
dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab
untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk
mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam
kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak
terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian
keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit. hlm. 269
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan,
(Jakarta:Rajawali Press. 1982), hlm. 48
3
Ny Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga, (Jakarta : Gunung Mulia, 1976), hlm.
27
2
22
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah
orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak
selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang
mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan
contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang
tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di
dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti
oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari
orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan
sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi
anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya
terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting
dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak
lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru
perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya,
apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang.
Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya
dan yang pertama untuk dipercayainya. 4
4
Eni Susmiyati S.Psi , http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalahpsikologi-tentang-bimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anak-usia-pra-sekolah-dilingkungan-keluarga/html. didownload dan diakses pada 09 April 2011, jam 08.45 WIB.
23
2. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga
Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anakanaknya maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai
dengan fungsi dan kedudukannya, baik di dalam keluarga itu sendiri
maupun di lingkungan masyarakat berikut ini penulis akan menguraikan
peranan-peranan tersebut:
a. Peranan Ibu
Peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya,
karena anak-anak lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada
kepada ayahnya dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang
ibu harus benar-benar berfungsi dalam menunaikan tugasnya, antara
lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-anaknya agar mereka
menjadi anak yang berguna dan menjadi anak yang shaleh.
Pembinaan pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan
pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari
itu, seorang ibu hendaknya bijaksana dan pandai mendidik anakanaknya. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan
pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan seorang ibu
terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan
watak anaknya dikemudian hari, karena ibu adalah seseorang yang
pertama berkomunikasi langsung dengan anaknya. Pernyataan rasa
kasih sayang dan perlindunngan merupakan hal sangat penting bagi
24
anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan terhindar dari rasa
takut. Gelisah yang akan mengganggu perkembangan jiwa anak.
Peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan
pemberi rasa kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat
mencurahkan isi hati pengatur kehidupan dalam rumah tangga,
pendidik dalam segi-segi emosional.
b. Peran Ayah
Di samping ibu, peran ayah memegang peranan penting yang
sangat penting pula ayah sebagai kepala keluarga merupakan
penanggung jawab dalam perkembangan anak-anaknya, baik secara
fisik maupun secara psikis. Dengan demikian di samping memenuhi
kebutuhan secara fisik seperti makan, minum, sandang dan sebagainya,
juga ayah aktif membina perkembangan pendidikan anak. 5
Anak
memandang
ayahnya
sebagai
orang
yang
tertinggi
prestasinya, berarti ayah merupakan Pimpinan yang sangat patut
dijadikan cermin bagi anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan
figure yang terpandai dan berwibawa. Dengan demikian, setiap
perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak untuk
mengikutinya
5
Hary Hoer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Lobos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 2
25
Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan
perhatian dan bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua harus
mengerti betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain:
1) Pembinaan Pribadi Anak
Setiap orang tua ingin membina anak agar menjadi anak yang baik
mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta
akhlak yang terpuji. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama
dalam hidup anak. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui
penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan
ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Acapkali orang tua yang tidak sengaja, tanpa di sadari mengambil
suatu sikap tertentu, anak melihat dan menerima sikap orang tuanya
dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang
dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsurunsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan
masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Di sini tugas orang
tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak
yang dialami pada permulaan hidup dapat berlangsung sebaik-baiknya,
tanpa gangguan yang berarti.
Hubungan orang
tua
sesama
anak
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan
26
kasih sayang akan membawa anak kepada pembinaan pribadi yang
tenang, terbuka dan mudah dididik, karena anak mempunyai
kesempatan yang baik untuk tumbuh berkembang.
Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan seharihari antara orang tua dan anak merupakan hubungan berarti yang diikat
pula oleh adanya tanggung jawab yang benar sehingga sangat
memungkinkan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar
rasa cinta kasih sayang yang murni, rasa cinta kasih sayang orang tua
terhadap anaknya
Tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan
dan percekcokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi
dan tidak dibentuk, karena anak tidak mendapat suasana yang baik
untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya.
Dan banyak lagi faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang
mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di samping itu, banyak pula
pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai pendidikan baginya,
yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang
terhadap anak, baik melalui latihan-latihan atau pembiasaan, semua itu
merupakan unsur pembinaan pribadi anak.
2) Perkembangan Agama Pada Anak
Perkembangan keagamaan seseorang di tentukan oleh pendidikan
dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya, karena melalui
27
pendidikan secara terpadu akan membantu pertumbuhan dan
perkembangan keagamaan secara terpadu pula. Anak yang di waktu
kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama seperti ibu
bapaknya orang yang tau dan mengerti agama, lingkungan sosial dan
kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula
dengan pendidikan agama secara sengaja di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Oleh karena itu, pertumbuhan agama pada anak tergantung kepada
orang tuanya, karena anak-anak sikap, tindakan, dan perbuatan orang
tua sangat mempengaruhi perkembangan agama pada anak.
3) Pembentukan Pembinaan Pada Anak
Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan
pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihanlatihan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena dengan
pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan akan membentuk sikap
tertentu pada anak, yang lambat laut sikap itu akan bertambah jelas dan
kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi
bagian dari pribadinya.
Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah
mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu
membiasakannya untuk melakukan yang baik buat anak cenderung
melakukan perbuatan yang baik seperti latihan-latihan keagamaan
28
yang menyangkut ibadah, dibiasakan sejak kecil sehingga lambat laun
akan merasa senang dan terdorong oleh sikap tersebut untuk
melakukannya atas dasar keinginan dari hati nurani yang ikhlas.
4) Dibawa Orang Tua
Anak akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh
orangtuanya dan mau melaksanakan perintah orang tuanya bila semua
itu akan merasa enggan kepada orang tua. Maksud enggan ialah si
anak menganggap orang tuanya dianggap dan diakui sebagai
pembimbing dan panutan. Maka orang tua wajib ditaatinya, ditiru
perbuatannya, dan dihormati. Akibat dari rasa enggan kepada orang tua
timbul rasa patuh dan penuh kesadaran dan rela hati.
5) Contoh Tauladan
Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang
dilaksanakan oleh orang tua sangat diperlukan. Hal ini merupakan
proses pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak kelas terbiasa
berbuat baik sesuai dengan aturan dan norma yang ditetapkan di
masyarakat berdasarkan kaidah yang berlaku orang tua yang dapat
memberi contoh tauladan yang baik kepada anak-anaknya adalah
orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke jalan
yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
29
Seorang anak pada dasarnya dilahirkan dalam kondisi putih bersih
laksana kertas. Melalui interaksi dengan lingkungannya seorang anak akan
belajar hidup. Baik interaksi melalui mata terhadap setiap peristiwa yang
dilihatnya, melalui telinga berdasarkan suara yang didengar juga melalui
panca indra lainnya seorang akan beraksi dan merespon. Orang tualah
yang menentukan coretan atau lukisan hidup seorang anak.
Begitu pentingnya peranan orang tua dalam mendidik anak, maka
pemahaman orang tua terhadap masalah pendidikan dan psikologi anak
harus lebih ditingkatkan. Namun sayangnya, tidak sedikit orang tua yang
kurang memahami ilmu mendidik anak. Selama ini kebanyakan orang tua
mendidik anak-anak dengan cara instingtif dan sekedar menuruti naluri
saja.
Cara ini sebenarnya sangat merugikan, baik bagi anak maupun
orang tua itu sendiri. Perkembangan dinamika psikologis anak kurang
dipahami dengan baik sehingga sering terjadi kasus pertengkaran orang tua
dan anak. Akibatnya, anak tidak betah di rumah, kenakalan remaja,
penyalahgunaan narkoba, dan berbagai tindak kriminalitas yang dilakukan
anak baru gede (ABG) dan remaja-remaja tanggung.
3. Pola Asuh Orang Tua
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak
dapat
berinteraksi.
Pengaruh
keluarga
dalam
pembentukan
dan
perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam
keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah
30
satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak.
Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown sebagaimana yang di
kutip Ahmad D Marimba dalam bukunya
Psikologi Sosial yang
mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali
menerima kehadiran anak. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi
yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam
mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di
lingkungannya.
Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu
dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap
tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbedabeda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Pola asuhan
itu menurut Stewart dan Koch terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh
orang tua yaitu:
a) Pola asuh otoriter,
b) Pola asuh demokratis, dan
c) Pola asuh permisif.
Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua
sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya.
Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru
oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar
diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal
31
demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang
tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. 6
Faktor lingkungan sosial memiliki sumbangannya terhadap
perkembangan tingkah laku individu (anak) ialah keluarga khususnya
orang tua terutama pada masa awal (kanak-kanak) sampai masa remaja.
Dalam mengasuh anaknya orang tua cenderung menggunakan pola asuh
tertentu.
Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam
mewarnai perkembangan terhadap bentukbentuk perilaku sosial tertentu
pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan
orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini
berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat.
Kohn juga masih mengatakan bahwa pola asuhan merupakan sikap
orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini
meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun
hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua
memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak
dipengaruhi oleh peranan orang tua tersebut. Peranan orang tua itu
memberikan lingkungan yang memungkinkan anak dapat menyelesaikan
6
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I, hlm 76.
32
tugas-tugas perkembangannya. Melly Budiman (1986: 6) mengatakan
bahwa keluarga yang dilandasi kasih sayang sangat penting bagi anak
supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila
kasih sayang tersebut tidak ada, maka seringkali anak akan mengalami
kesulitan dalam hubungan sosial, dan kesulitan ini akan mengakibatkan
berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari
anak. Sebenarnya, setiap orang tua itu menyayangi anaknya, akan tetapi
manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda dalam penerapannya;
perbedaan itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan.
4. Peran Orang tua dalam Sekolah
Orang tua merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak
berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional. Sehingga keluarga
mempunyai pengaruh yang mendalam dalam terhadap anak. Keluarga
merupakan lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan
serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang penting, tempat anak mulai berhubungan
dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang
membantunya berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya.
Pengaruh Orang tua dalam pendidikan anak sangat penting, karena
anak lahir dalam keadaan lemah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
atau member keamanan dan perlindungan bagi dirinya sendiri.keluarga
tidak hanya berpengaruh pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak,
33
tetapi terus berlangsung dalam berbagai fase umur anak. Sehingga
pendidikan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap anak dan akan
terbawa ke dalam pusat pendidikan atau lembaga sosial lainnya.
Oleh sebab itu anak pada hakekatnya merupakan ekspresi
kebudayaan keluarga. Karenanya perbaikan terhadap kebudayaan keluarga
serta upaya memperkaya dengan berbagai pengalaman edukatif dan polapola tingkah laku yang lurus pada gilirannya akan membias pada
perbuatan sekolah dan pusat-pusat pendidikan l;ainnya.
Karena
Orang
tua
memiliki
peran
yang
penting
dalam
mempersiapkan anak bagi kehidupan sosial, pengaruh orang tua, saudara,
dan anggota keluarga lainnya terhadap tingkah laku anak di sekolah
menjadi sangat kuat. Dari orang tua dan teman pergaulan, anak banyak
memperoleh arahan yang mendasar untuk bersekolah dan mengikuti
proses pendidikan. Karenanya, apabilaterjadi komplik antara nilai-nilai
yang diterima dari teman pergaulan dan nilai-nilai yang diterima dari
sekolah, bantuan keluarga terhadap anak sangat penting dalam menetapkan
hubungan yang menguntungkan antara siswa dan sekolah.
5. Peranan Orang tua dalam Pergaulan
Jika cinta orang tua terhadap anak merupakan perasaan alami yang
dimiliki semenjak lahir, maka seharusnya mereka tidak perlu diperingatkan.
Namun Islam untuk lebih menekankan perlu dan pentingnya melindungi
keselamatan anak, secara keras memperingati orang tua agar mereka tidak lengah,
sehingga anggota keluarganya dan seluruh anggota masyarakat hidup bahagia
secara sempurna. Selanjutnya, dengan demikian akan tumbuh dan tercipta suatu
34
generasi baru yang cukup kuat untuk menanggung beban kehidupan selanjutnya
dengan penuh optimis dan mandiri.
Dalam upaya menjaga dan melindungi keselamatan anak, para
orang tua harus melakukan beberapa pembinaan terhadap anak dalam
masalah pergaulan, hal tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Kegiatan Sosial
Dalam kegiatan sosial orang tua harus melatih anak-anaknya
agar mereka mengerti akan kewajiban hidup bermasyarakat. Ia haraus
membiasakan anak-anaknya untuk saling menolong, menjenguk
saudara
dan
familinya
yang
sakit,
mengunjunginya
untuk
menyambung hubungan silaturahim, mencarikan teman sebaya yang
akan membantunya dalam proses pergaulan, menghindarkan dari
kawan yang jahat dan mengarahkan mereka untuk dapat hidup mandiri
dalam menghadapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya.
2) Adab dan Sopan santun
Terkait dengan adab dan sopan santun dalam berpakaian maka
orang tua harus membiasakan anaknya untuk selalu menutup aurat,
berpakaian yang sesuai dengan syariat dan menghindari pakaianpakaian yang dilarang, dan juga tidak memperbolehkan anak-anaknya
(yang laki-laki) untuk memakai perhiasan yang dilarang, seperti cincin
emas, kalung, apalagi anting-anting yang jelas–jelas dilarang karena
menyerupai wanita. Jika anaknya adalah perempuan, maka harus
dibiasakan untuk berhijab,
menggunakan pakaian yang tidak
35
menampakkan unsur tabaruj, jauh dari perangai jahiliah dan tidak
menyerupai pakaian laki-laki.
6. Peranan orang tua dalam proses Ibadah
Dalam pembentukkan rohani tersebut, pendidikan agama memerlukan
usaha dari guru (pengajar) untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, dan usaha
itu sendiri dilakukan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan. Dalam
pembinaan itu dilaksanakan secara terus menerus tidak langsung sekaligus
melainkan melalui proses. Maka, dengan adanya ketekunan, keikhlasan, dan
peran serta orang tua dengan guru disertai penuh perhatian dengan penuh
tanggung jawab maka Insya Allah kesempurnaan rohani tersebut akan tercapai
sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
di harapkan adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan Kepercayaan Diri
1) Menanamkan kepercayaan kepada Allah SWT agar merasakan
bahwa Allah SWT selalu dekat dan selanjutnya takut untuk
melaksanakan hal-hal yang buruk.
2) Menanamkan kepercayaan tentang adanya malaikat, dengan
menanamkan kepercayaan tersebut, dapat merasakan bahwa
setiap gerak-gerik selalu diawasi oleh malaikat.
3) Menanamkan kepercayaan akan kitab Allah SWT.
4) Menanamkan
kepercayaan
akan
rasul-rasul-Nya,
mengambil contoh tauladan mereka.
5) Menanamkan kepercayaan kepada Qodho dan Qodhar.
untuk
36
6) Menanamkan kepercayaan akan adanya hari kiamat, dengan
menanamkan rasa ini akan merasa takut melakukan perbuatan
tercela, karena saat di akhirat nanti ada balasannya.
b. Mengadakan bimbingan agama dengan cara mengikat terus
menerus antara manusia dengan Allah SWT, dengan cara:
1) Menciptakan suasana pada hati mereka untuk merasakan
adanya Allah SWT dengan melihat segala keagungan yang
telah di ciptakan-Nya, sehingga akan membuat mereka terpana
dan terkesan ke dalam hati mereka.
2) Menanamkan pada hati mereka bahwa Allah SWT akan selalu
hadir dalam sanubari mereka di mana pun mereka berada.
3) Menanamkan pada hati mereka perasaan cinta kepada Allah
SWT, secara terus menerus mencari keridhaan-Nya.
4) Menanamkan perasaan takwa dan tunduk kepada Allah SWT,
dan mengorbankan perasaan damai bersama Allah SWT dalam
keadaan apapun.
c. Membimbing mereka dengan cara memberikan dorongan kepada
hal-hal yang mengarah ketaatan kepada Allah SWT dan mendidik
mereka dengan berbagai macam ibadah agar dengan hal itu akan
terbukalah hatinya.
Usaha yang dilakukan dengan cara yang telah dilakukan dalam
membentuk kerohanian tersebut, dengan di jalankan secara terus menerus, tanpa
mengenal batas, maka Insya Allah hal itu akan menemani perasaan jiwanya serta
37
mendapatkan cahaya dan petunjuk dari Allah SWT, yang selanjutnya akan
terbentuklah kepribadian muslimin yang hakiki. Menurut Ahmad D. Marimba
kepribadian muslim adalah kepribadian yang selurus aspek-aspeknya, baik
tingkah-laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan
kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan diri
kepadanya.
Hal yang dapat menguatkan kepribadian muslim di antaranya adalah
kesederhanaan di dalam hidup dengan melalui jalan yang lurus dalam pengaturan
harta benda, tidak bersifat kikir, dan tidak juga berlaku boros. Kepribadian
muslim juga dapat diperkuat dengan cara memperkuat pisik atau menjaga
kesetabilan tubuh, dijaga supaya badan selalu sehat. Selain itu Islam juga
menawarkan agar umatnya dapat saling nasehat menasehati dalam hal kebaikan
Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 3 sebagai berikut:







  
Artinya:
“Kecuali orang-orang yang beriman dan menngerjakan amal soleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kebenaran.” (QS. Al-Ashr: 3)
Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai orang tua,
dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya peran orang tua dalam
membentuk kepribadian seorang anak, tanpa bimbingan dan arahan orang tua
tidak mungkin kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik. Sehingga Islam
38
sangat menekankan kepada umat manusia untuk membina anak-anaknya kearah
yang baik sesuai dengan ajaran-ajarannya.
Peran keluarga dewasa ini tampak semakin bertambah dengan
membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah di rumah serta
memberi pengalaman dan pengetahuan
yang
melengkapi
fungsi
pengajaran sekolah. Hal ini disebabkan kemampuan orang tua untuk andil
dalam proses belajar semakin bertambah karena adanya peningkatan
intelektualitas keluarga, oleh karena itu latar belakang sosial anakpun akan
menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan besar dalam keberhasilan
anak-anak di sekolah.
Dengan demikian untuk menghadapi aruys informasi dan
pengetahuan yang mesti disikapi. Bekal yang diperoleh anak dari keluarga
akan memberikan kemampuan untuk mengambil haluan di tengah-tengah
lautan pengetahuan yang terus meluap.
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Dr. Arief Rachman menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual
adalah pertama, kecerdasan yang meyakini Tuhan sebagai Penguasa,
Penentu, Pelindung, Pemaaf dan kita percaya atas Kehadiran-Nya. Selain
itu harus ada pula kemampuan untuk bekerja keras, kemampuan untuk
mencari ridho Allah, kemampuan untuk melakukan ibadah secara disiplin,
kesabaran, tahan dengan ujian dan kemampuan untuk menerima segala
keputusan yang telah ditetapkan Allah. Cerdas tidaknya anak pada sisi
39
spiritual tergantung orangtua dan keluarga sebagai tempat belajar pertama,
sekolah dan lingkungan sebagai tempat belajar kedua. Apabila lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah kurang memperhatikan aspek spiritual
maka dengan sendirinya sulit kita temukan anak yang memiliki kecerdasan
spirtual. Tingkatan spiritual pada diri seseorang dapat berbeda-beda
tergantung bagaimana pendekatan yang digunakan kepada anak. 7
Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata
kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu
sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan mengerti.
Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa latin
yaitu spritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada
energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.8
Dalam kamus psikologi spirit adalah suatu zat atau makhluk
immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut aslinya, yang diberi sifat
dari banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga, semangat,
vitalitas energi disposisi, moral atau motivasi. 9
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan
kecerdasan
spiritual
adalah
kemampuan
yang
sempurna
dari
perkembangan akal budi untuk memikirkan hal-hal diluar alam materi
7
Heru Susenohttp://www.duniaguru.com diunduh dan diakses 24 September
2011, Jam 20.45 WIB.
8
Toni Buzan, Kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Spiritual, terjemahan Ana Budi Kuswandani, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) cet. Ke-
1, hlm. 6.
9
480.
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pers, 1989) cet. Ke-1, hlm.
40
yang bersifat ketuhanan yang memancarkan energi batin untuk memotivasi
lahirnya ibadah dan moral.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Kecerdasan Spiritual
Ada beberapa faktor yang menentukan kecerdasan spiritual
seseorang. Di antaranya sumber kecerdasan itu sendiri (God-Spot),
potensi qalbu (hati nurani) dan kehendan nafsu. Ketiga hal ini perlu
dikaji lebih jauh karena manusia dimanapun di dunia ini selalu
merindukan puncak keagungan yang ditandai dengan segala dimensi
eksistensinya; yaitu hubungan yang harmonis antara Tuhan, manusia dan
alam
sekitar.
Spiritual
adalah
jalan
yang
paling ideal
yang
memberikan makna hidup bagi manusia di antara makhluk Allah
yang lain.
Kecerdasan Spiritual merupakan jati diri yang fundamental bagi
manusia, yang menuntun kejalan hidup yang lurus. Namun sekarang
kemajuan teknologi dan sains yang betul-betul memanjakan kebutuhan
material menyebabkan manusia gagal mencapai puncak spiritual. Semua
itu
disebabkan
oleh
hilangnya
makna
filosofi dan religius
dari
manusia dalam menjaga keseimbangan dialektis antara dirinya, Tuhan
dan alam. Akibatnya mereka tersesat di medannya sediri dan hampa
dalam menjalani hidup yang sedang dilaluinya. Agar terhindar dari
kesesatan hidup yang sedang di jalani ini, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
41
1. God- Spot ( Fitrah)
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa seorang
ahli syaraf dari California University yaitu V.S.
Ramachandran
telahberhasil menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia
yang merupakan pusat spiritual terletak antara jaringan saraf dan
otak.10
Karena God-Spot adalah pusat spiritual, maka ia di pandang
sebagai faktor penentu.God-Spot di samping sebagai penentu spiritual,
maka ia dipandang sebagai sumber suara hati manusia. Suara hati
tersebut selalu menganjurkan agar selalu berbuat sesuai aturan yang
telah ditetapkan Allah dan meninggalkan segala kemungkaran dan
kejahatan.
Hal ini dapat dijumpai dalam Q.S. Al-A’raf ayat: 172, yang
berbunyi :
    








    







   

Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
10
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ (Jakarta: Arga, 2001), cet. Ke-1,hlm 38.
42
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al Araf
: 172 )11
Bukti adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah
adanya fitrah iman dalam fitrah manusia. Sedangkan menurut N.
Dryarkara ialah adanya suara hati manusia. Suara hati itu adalah
suara Tuhan yang terekam di dalam setiap jiwa setiap manusia.
Sehingga bila manusia berbuat tidak baik, maka suara hatinya akan
menasehatinya. Seandainya masih dilakukan hal yang tidak baik
tersebut ia pasti akan menyesal. Mac. Scheler mengatakan bahwa
penyesalan adalah tanda kembalinya kepada Tuhan.12
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa
nasihat yang
dikeluarkan oleh suara hati membuat manusia selalu dalam keadaan
benar. Ini adalah
merupakan realisasi dari kecerdasan spiritual.
Kekuatan yang dibangun dalam jiwa merupakan manifestasi dari godspot sebagai tanda bahwa manusia adalah “bagian” dari Tuhan itu
sendiri, artinya tidak mungkin ada pemisah antara Tuhan dan manusia.
God-Spot adalah kendali kehidupan manusia secara spiritual, untuk itu
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. (Bandung
: Syamil Cipta Media, 2005) hlm. 173.
12
Syahminan Zaini, Jalur Kehidupan Manusia Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1995),hlm. 1
43
god-spot dan suara hati adalah bagian penting manusia yang mesti
dipertahankan.
2. Potensi Qalbu
Menggali potensi qalbu, secara klasik sering dihubungkan dengan
emosi, amarah ,cinta logos pengetahuan. 13Padahal dimensi qalbu tidak
hanya mencakup atau dicakup dengan pembatasan katagori yang pasti.
Menangkap dan memahami pengertian qalbu secara utuh adalah
kemustahilan. Itu hanyalah sebagai asumsi dari proses perenungan
yang sangat personal karena didalam qalbu terdapat potensi yang
sangat multi dimensional.
3. Faktor lingkungan
Kapasitas atau potensi kecerdasan yang sudah terberikan dalam diri
setiap anak tidak akan berarti apa-apa kalau lingkungan sama sekali
tidak berperan dalam merangsang dan mengasah potensi tersebut. Di
sini ada empat faktor lingkungan yang dapat mengasah potensi anak
yaitu:
a. Lingkungan rumah.
Lingkungan
keluarga
merupakan
faktor
pendukung
terpenting bagi kecerdasan anak. Dalam lingkungan keluarga anak
13
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), cet. Ke-I, hlm. 93.
44
menghabiskan waktu dalam masa perkembangannya. Pengaruh
lingkungan rumah ini berkaitan pula dengan masalah:
1) Stimulus.
2) Pola asuh.
3) Memberi Pengajaran
b. Kecukupan nutrisi.
Peran nutrisi bagi kecerdasan anak tak bisa diabaikan begitu saja.
Untuk menjadikan anak sehat secara fisik dan mental, sebetulnya
perlu persiapan jauh-jauh hari sebelum proses kehamilan
terjadi.Tepatnya
mesti
dimulai
ketika
masa
perencanaan
kehamilan,sepanjang masa kehamilan dan akan terus berlanjut
selama masa pertumbuhan anak.
c. Interfensi dini.
Dampak interfensi dini terhadap anak akan baik jika itu dilakukan
berdasarkan pertimbangan tingkat kematangannya. Menyediakan
berbagai fasilitas bagi kepentingan anak merupakan salah satu
bentuk
interfensi orang tua. Agar
efeknya selalu positif ,
ingatlah selalu untuk menginterfensi anak dengan hal-hal
kreatif.
3. Langkah-langkah Pembinaan Kecerdasan Spiritual
Menurut penulis pada dasarnya IQ, EQ, dan SQ masing-masing
memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pencapaiannya.IQ bisa dicapai
45
dengan banyak melakukan pelatihan-pelatihan yang menyeimbangkan
fungsi otak kanan dan kiri, misalnya belajar berhitung,mendengarkan
musik,dan membaca.Sementara pelatihan EQ dan SQ hampir sama, karena
ia bersumber dari suara hari (God Spot).
Langkah-langkah yang ditawarkan oleh Ary Ginanjar dapat
dilakukan untuk mengembangkan Emotional Spiritual Question (ESQ)
adalah sebagai berikut:
1) Zero Mind Process
Yaitu berusaha mengungkap belenggu-belenggu pikiran
dan mencoba mengidentifikasi paradigma itu, sehingga dapat
dikenali apakah paradigma tersebut telah mengkerangkeng pikiran.
Jika hal itu ada diharapkan dapat diantisipasi lebih dini sebelum
menghujam kedalam benak. Hasil yang diharapkan adalah lahirnya
alam pikiran jernih dan suci yang dinamakan God Spot atau fitrah
yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta
bebas dari belenggu. Tahap ini merupakan titik tolak dari sebuah
kecerdasan emosi. Disinilah tanah yang subur tempat untuk
menanam benih berupa gagasan.
2) Mental building
Maksudnya adalah kesehatan mental, yaitu terhindarnya
dari gejala gangguan jiwa dan dari gejala penyakit jiwa.
Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan
46
segala potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin,
sehingga bisa membawa kebahagiaan diri dan orang lain.
3) Personal strength,
Intinya hal ini dimulai dari penetapan-penetapan
misi
pribadi, dilanjutkan dengan pembentukan karakter, pengendalian
diri,dan mempertahankan komitmen pribadi. 14
4) Social strength,
Yaitu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi,
sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya. Suatu
perwujudan tanggung jawab sosial seorang individu yang telah
memiliki ketangguhan pribadi.
5) Spiritualitas
Adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, dan
moral.Spiritualitas memberi arah dan arti pada kehidupan. Hidup
menjadi indah dan menggairahkan karena diri manusia tidak hanya
di kurung oleh batas-batas fisik. Karena jiwa anak-anak intuitif dan
terbuka secara alami, maka orang tua dan guru hendaknya selalu
memupuk spiritualitas anaknya, sumber keceriaan dan makna
hidup. Caranya dengan melalui perkataan,tindakan, dan perhatian
sepenuhnya dari orang tua.15
4. Peranan Orang Tua dalam Membina SQ Anak dalam Keluarga
14
Zakiah Darajad, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), cet. Ke23, hlm. 5.
15
Ary Ginanjar Agustian,Op Cit.hlm 58.
47
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa keluarga dalam hal ini
orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Hal ini
telah tergambar pada Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 sebagaimana
telah penulis jelaskan sebelumnya.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu
akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan beragama dan
bermasyarakat, merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Orang tua merupakan orang yang terdekat dengan anak. Di mana
sikap dan tingkah laku orang tua akan menjadi panutan bagi anaknya,
terutama anakyang masih kecil. Pengalaman anak semasa kecil ini akan
terbawa dan membekas sampai ia dewasa. Dan akhirnya akan mewarnai
corak kepribadianya. Dalam hal ini terutama sekali dari pihak ibu lebih
dituntut untuk berperan aktif, karena ibu merupakan orang yang lebih
dekat dengan anaknya. Seorang ibu yang penuh keseriusan perhatian,
penyayang dan tekun menjalankan ajaran-ajaran agama,serta untuk hidup
sesuai nilai-nilai moral yang telah digariskan oleh agama, maka ia dapat
membina moral dan mental (pribadi) anaknya secara sehat dan teratur.
48
5. Kecerdasan SQ anak dalam Sekolah
Dalam upaya melindungi keselamatan anak, orang tua perlu melakukan
pembinaan-pembinaan agar dapat mencapai kehidupan yang lebih sempurna,
pembinaan tersebut antara lain:
1) Membina Pribadi Anak
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina agar anak menjadi
orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang
sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui
pendidikan, baik yang formal (di sekolah) maupun non formal (di rumah oleh
orang tua). Setiap pengalaman yang dilakui anak, baik melalui penglihatan,
pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan
pembinaan pribadinya.
Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke
dalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu. Sikap anak terhadap guru agama
dan pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya
terhadap agama dan guru agama khususnya
Perilaku orang tua terhadap anak tertentu dan terhadap semua
anaknya, merupakan unsur pembinaan lainnya dalam pribadi anak. Perlakuan
keras, akan berlainan akibatnya daripada perlakuan yang lembut dalam
pribadi anak. Hubungan orang tua dengan sesama mereka sangat
mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh
pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada pembinaan pribadi yang
tenang terbuka dan mudah didik, karena ia mendapat kesempatan yang cukup
49
dan baik untuk tumbuh dan berkembang. Tapi hubungan orang tua yang tidak
serasi, banyak perselisihan dan percecokan akan membawa anak kepada
pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk, karena ia tidak
mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu tergantung
oleh suasana orang tuanya.
Banyak faktor-faktor secara tidak langsung, dalam keluarga yang
mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di samping itu, tentunya banyak
pula pengalaman-pengalaman anak, yang mempengaruhi nilai pendidikan
baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang di lakukan orang tua
terhadap anak, baik melalui makan dan minum, buang air, tidur dan
sebagainya. Semuanya termasuk unsur pembinaan bagi pribadi anak.
Berapa banyak macam pendidikan tidak langsung yang telah terjadi
pada anak sebelum ia masuk sekolah, tentu saja setiap anak mempunyai
pengalamannya sendiri, yang tidak sama terhadap anak lain. Pengalaman
yang di bawa oleh anak-anak dari rumah itu, akan menentukan sikapnya
terhadap sekolah dan guru. Guru agama mempunyai tugas yang cukup berat,
yaitu ikut membina pribadi anak disamping mengajarkan pengetahuan agama
kepada anak, guru agama mempunyai tugas memperbaiki pribadi anak yang
kurang baik, karena tidak mendapat pendidikan dalam keluarga.
Guru agama bertugas membawa anak didik kearah kebaikan, setiap
guru agama harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya akan
merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Di samping pendidikan dan
pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru dalam pembinaan
anak didik, juga sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian,
sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul,
50
berbicara dan menghadapi setiap masalah, yang secara tidak langsung tidak
tampak hubungannya dengan pengajaran, namun dalam pendidikan atau
pembinaan pribadi si anak, hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam proses
pembinaan pribadi anak.
2) Membentuk kebiasaan
Masalah- masalah yang sudah menjadi ketetapan dalam syariat Islam
bahwa sang anak diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang
lurus, dan iman kepada Allah. Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah
bahwa manusia diciptakan Allah mempuyai naluri beragama, yaitu agama
tauhid. Jika ada manusia tidak memiliki agama tauhid itu hanya lantaran
pengaruh lingkungan.
Dari sini peranan pembisaan, pengajaran dan pendidikan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni,
keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika agama yang lurus.
Zakiyah Daradjat berpendapat, “Tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya
pendekatan agama Islam dalam rangka membangun manusia seutuhnya.
Tidak dapat dibayangkan membangun manusia tanpa agama. Kenyataan
membuktikan bahwa dalam masyarakat yang kurang mengindahkan agama
(atau bahkan anti agama), perkembangan manusianya pincang. Hal ini
berlaku di negara-negara berkembang maupun di negara maju. Ilmu
pengetahuan tinggi, tapi akhlaknya rendah. Kebahagiaan hidup tidaklah
mudah dicapainya. Agama menjadi penyeimbang, penyelaras dalam diri
manusia sehingga dapat mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaa
rohaniyah.” (Daradjat, 1995 : 65).
51
Di sinilah pendidikan agama Islam mempunyai peran yang cukup
penting. Oleh karenanya untuk membentuk kepribadian muslim tersebut
diperlukan suatu tahapan, di antaranya dengan membentuk kebiasaan serta
latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena
pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak,
yang lambat laun, sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak
tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
6. Kecerdasan SQ anak dalam Pergaulan
Jika cinta orang tua terhadap anak merupakan perasaan alami yang
dimiliki semenjak lahir, maka seharusnya mereka tidak perlu diperingatkan.
Namun Islam untuk lebih menekankan perlu dan pentingnya melindungi
keselamatan anak, secara keras memperingati orang tua agar mereka tidak lengah,
sehingga anggota keluarganya dan seluruh anggota masyarakat hidup bahagia
secara sempurna. Selanjutnya, dengan demikian akan tumbuh dan tercipta suatu
generasi baru yang cukup kuat untuk menanggung beban kehidupan selanjutnya
dengan penuh optimis dan mandiri.
Dalam upaya menjaga dan melindungi keselamatan anak, para
orang tua harus melakukan beberapa pembinaan terhadap anak dalam
masalah pergaulan, hal tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Kegiatan Sosial
Dalam kegiatan sosial orang tua harus melatih anak-anaknya
agar mereka mengerti akan kewajiban hidup bermasyarakat. Ia haraus
membiasakan anak-anaknya untuk saling menolong, menjenguk
saudara
dan
familinya
yang
sakit,
mengunjunginya
untuk
menyambung hubungan silaturahim, mencarikan teman sebaya yang
52
akan membantunya dalam proses pergaulan, menghindarkan dari
kawan yang jahat dan mengarahkan mereka untuk dapat hidup mandiri
dalam menghadapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya.
2) Adab dan Sopan santun
Terkait dengan adab dan sopan santun dalam berpakaian maka
orang tua harus membiasakan anaknya untuk selalu menutup aurat,
berpakaian yang sesuai dengan syariat dan menghindari pakaianpakaian yang dilarang, dan juga tidak memperbolehkan anak-anaknya
(yang laki-laki) untuk memakai perhiasan yang dilarang, seperti cincin
emas, kalung, apalagi anting-anting yang jelas–jelas dilarang karena
menyerupai wanita. Jika anaknya adalah perempuan, maka harus
dibiasakan untuk berhijab,
menggunakan pakaian yang tidak
menampakkan unsur tabaruj, jauh dari perangai jahiliah dan tidak
menyerupai pakaian laki-laki.
7. Kecerdasan SQ anak dalam proses Ibadah
Dalam pembentukkan rohani tersebut, pendidikan agama memerlukan
usaha dari guru (pengajar) untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, dan usaha
itu sendiri dilakukan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan. Dalam
pembinaan itu dilaksanakan secara terus menerus tidak langsung sekaligus
melainkan melalui proses. Maka, dengan adanya ketekunan, keikhlasan, dan
peran serta orang tua dengan guru disertai penuh perhatian dengan penuh
tanggung jawab maka Insya Allah kesempurnaan rohani tersebut akan tercapai
sesuai dengan yang diharapkan.
53
Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
di harapkan adalah sebagai berikut:
d. Menanamkan Kepercayaan Diri
1) Menanamkan kepercayaan kepada Allah SWT agar merasakan
bahwa Allah SWT selalu dekat dan selanjutnya takut untuk
melaksanakan hal-hal yang buruk.
2) Menanamkan kepercayaan tentang adanya malaikat, dengan
menanamkan kepercayaan tersebut, dapat merasakan bahwa
setiap gerak-gerik selalu diawasi oleh malaikat.
3) Menanamkan kepercayaan akan kitab Allah SWT.
4) Menanamkan
kepercayaan
akan
rasul-rasul-Nya,
untuk
mengambil contoh tauladan mereka.
5) Menanamkan kepercayaan kepada Qodho dan Qodhar.
6) Menanamkan kepercayaan akan adanya hari kiamat, dengan
menanamkan rasa ini akan merasa takut melakukan perbuatan
tercela, karena saat di akhirat nanti ada balasannya.
e. Mengadakan bimbingan agama dengan cara mengikat terus
menerus antara manusia dengan Allah SWT, dengan cara:
1) Menciptakan suasana pada hati mereka untuk merasakan
adanya Allah SWT dengan melihat segala keagungan yang
telah di ciptakan-Nya, sehingga akan membuat mereka terpana
dan terkesan ke dalam hati mereka.
54
2) Menanamkan pada hati mereka bahwa Allah SWT akan selalu
hadir dalam sanubari mereka di mana pun mereka berada.
3) Menanamkan pada hati mereka perasaan cinta kepada Allah
SWT, secara terus menerus mencari keridhaan-Nya.
4) Menanamkan perasaan takwa dan tunduk kepada Allah SWT,
dan mengorbankan perasaan damai bersama Allah SWT dalam
keadaan apapun.
f. Membimbing mereka dengan cara memberikan dorongan kepada
hal-hal yang mengarah ketaatan kepada Allah SWT dan mendidik
mereka dengan berbagai macam ibadah agar dengan hal itu akan
terbukalah hatinya.
Usaha yang dilakukan dengan cara yang telah dilakukan dalam
membentuk kerohanian tersebut, dengan di jalankan secara terus menerus, tanpa
mengenal batas, maka Insya Allah hal itu akan menemani perasaan jiwanya serta
mendapatkan cahaya dan petunjuk dari Allah SWT, yang selanjutnya akan
terbentuklah kepribadian muslimin yang hakiki. Menurut Ahmad D. Marimba
kepribadian muslim adalah kepribadian yang selurus aspek-aspeknya, baik
tingkah-laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan
kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan diri
kepadanya.
Hal yang dapat menguatkan kepribadian muslim di antaranya adalah
kesederhanaan di dalam hidup dengan melalui jalan yang lurus dalam pengaturan
harta benda, tidak bersifat kikir, dan tidak juga berlaku boros. Kepribadian
55
muslim juga dapat diperkuat dengan cara memperkuat pisik atau menjaga
kesetabilan tubuh, dijaga supaya badan selalu sehat. Selain itu Islam juga
menawarkan agar umatnya dapat saling nasehat menasehati dalam hal kebaikan
Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 3 sebagai berikut:







  
Artinya:
“Kecuali orang-orang yang beriman dan menngerjakan amal soleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kebenaran.” (QS. Al-Ashr: 3)
Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai orang tua,
dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya peran orang tua dalam
membentuk kepribadian seorang anak, tanpa bimbingan dan arahan orang tua
tidak mungkin kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik. Sehingga Islam
sangat menekankan kepada umat manusia untuk membina anak-anaknya kearah
yang baik sesuai dengan ajaran-ajarannya.
Download