Perjuangan Melawan Kanker Ovarium Tuhan telah menyelamatkan hidup saya dari renggutan maut kanker ovarium yang ganas. Biarlah kesaksian ini membawa berkat bagi mereka yang membacanya. Pada waktu saya belum menikah, saya mengalami beberapa kali keputihan, mengganggu sekali karena rasanya gatal. Setiap keputihan saya ke dokter dan diberi obat. Namun bulan November 1989 saya mengalami pendarahan. Saya cukup terkejut dan kemudian saya mencari dokter spesialis kandungan dan penyakit dalam untuk berobat. Para dokter tersebut mengambil kesimpulan bahwa saya hanya mengalami gangguan hormon. Suatu sore, ketika saya sehabis periksa dari dokter kandungan, saya merasakan tubuh saya sangat lemas karena darah segar yang keluar banyak sekali, sampai bergumpal-gumpal. Saya pergi ke dokter ahli kandungan yang lain. Di sana saya langsung diberi transfusi darah karena HB saya tinggal 9 dan saya diharuskan opname. Satu minggu saya di rumah sakit, para dokter tidak menemukan adanya suatu penyakit yang serius. Sekeluarnya dari rumah sakit, saya masih mengalami flekflek, sampai kemudian pendarahan lagi. Kali ini saya berobat ke ahli kandungan di Jakarta. Setelah saya dirawat selama 1 bulan, saya kembali ke Balikpapan dengan masih terus berobat. Saya diberi terapi sinar/dipanasi di bagian perut selama 6 bulan, tetapi ternyata pengobatan ini tidak menolong karena pendarahan jalan terus. Saya lalu kembali lagi ke Jakarta berobat ke dokter ahli kandungan yang lainnya dan dirawat di sana. Namun pendarahan belum juga berhenti. Saya telah beberapa kali ganti dokter ahli kandungan untuk mencari alternatif, akhirnya salah seorang dokter kandungan menyatakan bahwa ada myoma dalam kandungan. Saya diberi kesempatan untuk berpikir apakah mau dioperasi atau tidak. Karena ingin mengetahui lebih jelas tentang penyakit ini, maka saya mencari bacaan dan bukubuku mengenai myoma, dan dokter juga memberikan kepada saya beberapa bacaan tentang myoma. Akhirnya saya mengambil keputusan siap untuk dioperasi. Ketika itu saya belum menikah, masih perawan, sehingga dokter menawarkan untuk dikuret melalui bawah agar kandungan tidak rusak. Ini adalah suatu keputusan yang sulit buat saya, tetapi oleh pertolongan Tuhan saya menyetujuinya. Namun tidak disangka, jaringan dari hasil kuret yang kemudian diperiksa di Lab. Pathology Analysis, hasilnya adalah kanker Ovarium Stadium-3 dan 4!Ketika mendegar hasil lab tersebut, saya bagaikan disambar petir di pagi hari, saya rasa bagaikan langit runtuh, saya memandang masa depan tanpa harapan tetapi saudara/i saya memberi dukungan yang sangat besar, mereka memberikan kasih sayang yang sangat besar. Ada beberapa pendeta datang bergantian membacakan Firman Allah. Di hari Sabtu kamar saya sangat penuh dengan para pengunjung dari Jemaat Kayu putih dan Jemaat Depok Jaya dimana kakak-kakak saya bergereja. Banyak teman-teman yang memberi dukungan baik melalui kunjungan maupun telepon dari jarak jauh. Kami kakak beradik sepakat untuk tidak memberitahukan orang tua tetapi hubungan antara anak dan orang tua sangat kuat, tiba-tiba sebelum operasi kedua, papa saya muncul. Karena perhatian dan kasih sayang mereka menguatkan saya untuk menghadapi cobaan yang sangat besar menurut ukuran saya pada saat itu. Saya berkesimpulan jikalau mereka begitu mengasihi dan memperhatikan saya apalagi Tuhan yang menciptakan dan memiliki saya. Saya harus segera dioperasi untuk diangkat kedua indung telur dan kandungan lalu di kemoterapi 6 seri dengan segala resiko kepala gundul dan beberapa efek samping dari kemoterapi. Setelah dioperasi, fisik saya sangat lemah, saya mengalami demam, panas tinggi, perut saya bengkak, 3 hari 3 malam tidak buang angin (kentut). Setelah fisik saya agak kuat kembali saya di kemoterapi seri 1. Setelah terapi tersebut, fisik saya benar-benar sangat lemah, saya muntah terus menerus tanpa henti. Saya merasakan panas yang amat sangat disekujur badan saya, seperti terbakar api dimana-mana. Saya taruh es di ketiak, tangan, mulut saya sangat kepanasan. Rambut saya rontok alias botak, semua daging di seluruh tubuh rasanya sakit. Saya hampir-hampir tidak kuat menahan rasa sakit ini. Selama sakit, saya berdoa Tuhan jika Engkau menghendaki biarlah saya cepat meninggal daripada selama saya menderita kesakitan saya menyangkal atau menghujat Tuhan. Seringkali saya bernyanyi dalam hati memuji Tuhan sambil menangis karena sara sakit yang tidak tertahankan. Ketika saya gundul, emosi saya sangat berfluktuasi pernah saya menangis satu harian sejadi-jadinya, saya sendiri tidak mengerti suasana hati saya tetapi akhirnya saya kembali berserah kepada Tuhan. Saya kemudian mencoba mengingat siapa yang sakit hati kepada saya, apa yang harus saya bereskan agar hidup saya segera berakhir. Tetapi rupanya rencana saya bukanlah rencana Tuhan. Tuhan masih menginginkan saya hidup. Saya bersyukur karena di gereja (Masehi Advent Hari Ketujuh) diajarkan pola hidup sehat, baik dalam hal makanan, minuman, cukup sinar matahari, udara, dsb. Sebelum saya sakit, saya sudah membiasakan diri dengan minum banyak air putih, minum juice dan makan sayursayuran serta buah-buahan segar. Pola hidup ini tetap saya lakukan selama perawatan, terlebih pada masa kemoterapi, saya berusaha makan lalapan walaupun sangat sulit masuk di tenggorokan. Semua yang masuk mulut saya terasa pahit, saya muntah, tetapi saya selalu berusaha memakannya. Saya tidak mau makan vitamin atau tablet penambah darah dari dokter, saya lebih percaya pada yang alamiah, seperti yang diajarkan Alkitab. Ketika saya kurang darah saya disuruh makan hati atau tranfusi tetapi saya minta dokter untuk ditunda beberapa hari sambil saya minum jus wortel 2/3 gelas dan bit 1/3 gelas untuk menambah darah. Jenis makanan alamiah ini sangat membantu kesehatan saya. Ketika saya sudah bisa bergerak saya selalu berjalan keliling rumah sakit dan berjemur sinar matahari meskipun masih memakai kateterDemikianlah ahirnya kemoterapi seri 2 dilakukan sampai kepada seri-6 yang berakhir pada bulan Desember 1991. Setelah seri-6 saya dioperasi kembali untuk mencek apakah kankernya sudah bersih atau belum. Bulan Januari 1992 saya dinyatakan bersih dari kanker. Dan Puji Tuhan tidak ada organ tubuh saya yang lain yang rusak oleh obat kemoterapi. Saya percaya ini kuasa Tuhan semata dan berkat cara hidup yang dianjurkan Tuhan melalu hambanya Ny White. Yang terutama dari semua adalah berdoa dan berserah kepada Tuhan. Gembiralah walaupun dalam keadaan yang sangat sakit sekalipun karena hati yang gembira adalah obat yang menyembuhkan. Setelah semua peristiwa diatas terjadi saya mengambil keputusan untuk tidak menikah tetapi sekali lagi rencana saya bukanlah rencana Tuhan karena pada tanggal 2 Juni 1996 saya menikah. Saya ingin membagi pengalaman bagi yang mengalami perjalanan hidup seperti saya bahwa hubungan suami istri tidak ada masalah, yang penting suami dan orang tuanya mau menerima anak angkat/cucu angkat. Setelah 6 bulan pernikahan kami, kami mengadopsi seorang anak perempuan. Semua ini adalah pemberian Tuhan bagi kami. Orang tua dan saudarasaudara suami saya menyayangi dan memperlakukan anak kami seperti cucu dan keponakan mereka yang asli. Kiranya pengalaman hidup saya ini dapat berguna bagi Saudara/i. Oleh Agustina Lurekke Wilar Jemaat Agape, Balikpapan