KAPASITAS KALOR MODEL EINSTEIN DAN DEBYE Sejumlah panas (∆Q) yang diperlukan per mol zat untuk menaikkan suhunya disebut kapasitas kalor. Bila kenaikan suhu zat ∆T, maka kapasitas panas adalah : Jika proses penyerapan panas berlangsung pada volume tetap, maka panas yang diserap sama dengan peningkatan energi dalam zat ∆Q = ∆E E menyatakan energi dalam. Kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dapat dinyatakan: Kapasitas panas zat pada suhu tinggi mendekati nilai 3R; R menyatakan tetapan gas umum. Karena R ≅ 2 kalori/K-mol, maka pada suhu tinggi kapasitas panas zat padat : Gambar 2.11. Kebergantungan kapasitas panas zat padat pada suhu Model Teori Klasik Menurut fisika klasik, getaran atom-atom zat padat dapat dipandang sebagai osilator harmonik. Osilator harmonik merupakan suatu konsep/model yang secara makroskopik dapat dibayangkan sebagai sebuah massa m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas C. Untuk osilator harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan : dengan v laju getaran osilator, x simpangan osilator ω frekuensi sudut getaran osilator . Untuk osilator harmonik satu dimensi yang mempunyai dua derajad bebas mempunyai energi ratarata : Selanjutnya, karena atom-atom dalam kristal membentuk susunan tiga-dimensi, maka untuk satu mol osilator harmonik tiga-dimensi, energi dalamnya : Dengan demikian kapasitas kalornya : dari hasil (2.42) ini terlihat bahwa menurut model fisika klasik, kapasitas panas zat padat tidak bergantung suhu dan berharga 3R. Hal ini sesuai dengan hukum Dulong-Petit yang hanya berlaku untuk suhu tinggi. Sedangkan untuk suhu rendah jelas teori ini tidak berlaku. Model Einstein Dalam model ini, atom-atom dianggap sebagai osilator-osilator bebas yang bergetar tanpa terpengaruh oleh osilator lain di sekitarnya. Energi osilator dirumuskan secara kuantum (berdasarkan teori kuantum) yang berharga diskrit : dengan ђ= h/2π 0 h tetapan Planck. Pada tingkat dasar n = 0, energi osilator є0 = 0. Tingkat berikutnya n = 1, 2 dan seterusnya. Perbedaan energi antar tingkat adalah ђω ; lihat gambar 2.12. Gambar 2.12. Spektrum energi osilator satu dimensi menurut teori kuantum. Pada keseimbangan termal, energi rata-rata osilator dinyatakan oleh : faktor (bobot) Boltzmann exp(-єn/kT) menyatakan kebolehjadian keadaan berenergi єn tertempati. Persamaan (2.44) dalam bentuk deret tersebut ekuivalen dengan ungkapan : Selanjutnya, untuk satu mol osilator tiga-dimensi memiliki energi dalam : Sehingga kapasitas kalornya: Dalam model Einstein frekuensi osilator ω biasa ditulis ωE yang disebut frekuensi Einstein. Untuk menyederhana persamaan (2.46) didefinisikan suhu Einstein (θE) menurut : dan persamaan (2.46) tereduksi menjadi : Pada suhu tinggi (T>>), maka nilai (θE/T) berharga kecil; sehingga exp (θE/T) dapat diuraikan ke dalam deret sebagai berikut : Menurut hasil ini jelas bahwa model Einstein cocok pada suhu tinggi. Bagaimana untuk suhu rendah? Pada suhu rendah (T<<) nilai (θE/T) besar. Hal ini berdampak pada penyebut dalam persamaan (2.48); yaitu : sehingga ungkapan kapasitas panas menjadi : Dengan Jadi, pada suhu rendah Cv sebanding dengan e dan jelas ini tidak cocok dengan hasil eksperimen, dimana Cv sebanding dengan T3. Sekali lagi, model inipun gagal menjelaskan Cv pada suhu rendah. Model Debye Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetar secara terisolasi dari atom di sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena gerakan atom akan saling berinteraksi dengan atom-atom lainnya. Seperti dalam kasus penjalaran gelombang mekanik dalam zat padat, oleh karena rambatan gelombang tersebut atom-atom akan bergerak kolektif. Frekuensi getaran atom bervariasi dari ω=0 sampai dengan ω =ωD. Batas frekuensi ωD disebut frekuensi potong Debye. Menurut model Debye ini, energi total getaran atom pada kisi diberikan oleh ungkapan є (ω) adalah energi rata-rata osilator seperti pada model Einstein sedangkan g (ω) adalah rapat keadaan Dalam selang frekuensi antara ω = 0 dan ω = ωD, g(ω) memenuhi : Jumlah moda getaran sama dengan jumlah 1 mol osilator tiga-dimensi, yang dalam kurva pada gambar 2.13 ditunjukkan oleh daerah terarsir. Frekuensi potong ωD dapat ditentukan dengan cara memasukkan persamaan (2.19.) ke dalam persamaan (2.52.), yang memberikan : Apabila kita menggambarkan kontur yang berhubungan dengan ω = ωD dalam ruang - q seperti pada gambar 2.4. akan diperoleh sebuah bola yang disebut bola Debye, dengan jejari qD yang disebut jejari Debye dan memenuhi Pada suhu tinggi (T>>θD), batas atas integral (θD/T) sangat kecil, demikian juga variabel x. Sebagai pendekatan dapat diambil : ex ≅ 1 + x sehingga integral yang bersangkutan menghasilkan : Masukkan hasil ini kepersamaan (2.56) D Sesuai dengan hukum Dulong-Petit, sehingga pada suhu tinggi model3 ini cocok dengan hasil eksperimen. Pada suhu rendah (T<<θD), batas integral pada persamaan (2.56) menuju tak berhingga; dan integral tersebut menghasilkan 4π4/15. Dengan demikian :