BIPOLAR disorder merupakan penyakit yang menyebabkan perubahan mood ekstrim, mulai dari penuh energi hingga depresi terberat. Penyakit ini bisa menyebabkan perubahan tingkah laku sehingga penderita tidak bisa bekerja dan bersosialisasi dengan baik. Untuk menghindari hal ini, ada baiknya segera menangani gejala yang terdeteksi sejak dini. Berikut beberapa gejala bipolar disorder yang bisa membantu Anda dan keluarga mendeteksi gangguan ini sejak dini. Sedih ekstrim. Rasa sedih yang muncul tiba-tiba dan tidak mereda kemungkinan salah satu pertanda depresi. Orang-orang dengan bipolar disorder kadang-kadang mengalami sedih yang berlarut-larut bahkan kadang-kadang menangis tanpa sebab. Perubahan selera makan. Jika Anda tiba-tiba tidak tertarik pada makanan kesukaan Anda atau sebaliknya makan berlebih karena alasan emosi, kemungkinan Anda mengalami gejala depresi. Orang-orang dengan bipolar disorder mengalami perubahan selera makan dan pola tidur yang signifikan. Cemas. Anda sering cemas tanpa alasan? Orang dengan bipolar disorder kadang-kadang sangat sensitif, mudah marah, cemas, gelisah, dan khawatir. Masa bodoh. Orang-orang yang menderita bipolar disorder kadang-kadang pesimistis dan bersikap masa bodoh. Kurang energi. Pernahkan Anda merasa kehabisan energi, khususnya setelah mengalami fase kegilaan dan merasa tidak bisa berhenti? Orang-orang dengan bipolar disorder kadangkadang mengalami kurang energi. Merasa tidak berharga. Orang-orang dengan bipolar disorder kadang-kadang merasa bersalah dan tidak berharga. Ragu-ragu. Pernahkah Anda merasa kesulitan memutuskan sesuatu? Orang-orang dengan bipolar disorder kadang-kadang merasa dikekang oleh kebimbangan. Kehilangan minat. Orang dengan bipolar disorder kadang-kadang mengalami ketidakmampuan menikmati hal-hal yang sebelumnya sangat mereka sukai. Rasa sakit tanpa alasan. Orang-orang dengan bipolar disorder kadang-kadang mengalami rasa sakit dan nyeri tanpa alasan. Keinginan mengakhiri hidup. Orang dengan bipolar disorder berisiko lebih besar melakukan tindakan bunuh diri dibandingkan masyarakat umum dan cenderung lebih memikirkan mengakhiri hidup saat mengalami depresi dibandingkan saat mengalami fase kegilaan atau mania.