GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG Oleh : Ayu Agustia C.1), Rini Susanti2), Ari Andayani3) AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo INTISARI Pendahuluan: Program kondom di Indonesia justru menjadi kontra produktif terhadap penanggulangan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.Program kondom dijalankan untuk mencegah penularan melalui perilaku berisiko. Berbagai pendampingan dan pembekalan pengetahuan yang telah diberikan pada WPS seharusnya mampu untuk menekan angka kejadian penyakit menular seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pekerja seks (WPS) tentang penggunaan kondom dalam upaya pencegahan IMS di wilayah Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang. Metode: penelitian ini merupakan jenis penelitian penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti adalah wanita pekerja seks di lokalisasi Tegalrejo Bergas sejumlah 140 orang dengan sampel sejumlah 59 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan tentang penggunaan kondom dalam upaya pencegahan penyakit menular seksual. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat. Hasil penelitian: pengetahuan wanita pekerja seksual (WPS) tentang penggunaan kondom dalam upaya pencegahan IMS di Wilayah Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (54,2%). Saran: Diharapkan tenaga kesehatan perlunya meningkatkan pengetahuan WPS dengan cara bekerja sama dengan Puskesmas terdekat dalam memberikan penyuluhan mengenai PMS dan pencegahannya khususnya ditekankan penyakit menuar seksual. Kata kunci: pengetahuan, penggunaan kondom, wanita pekerja seksual Sumber : 26 (2003-2014) GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 1 ABSTRACT Description of Female Sex Workers Knowledge On Condom Using In Sexual Transmitted Diseases Prevention Efforts In Region Localization Tegalrejo Bergas District of Semarang District, Ayu Agustia Cahyaningrum, Rini Susanti, Ari Andayani, Academy of Midwifery Ngudi Waluyo Ungaran, 2015. The program of condom using in Indonesia is in fact counterproductive to overcome HIV/AIDS and other infectious diseases. This program is activated to prevent transmission of HIV/AIDS through risky behaviors. Various mentoring and equipping of knowledge that has been given for the female sex workers should be able to suppress the incidence of sexual transmitted diseases. The purpose of this study is to find the description of the female sex workers’ knowledge about the condoms using in the sexual transmitted diseases prevention efforts at the region of Tegalrejo localization Bergas Sub-district Semarang Regency. This was a descriptive study with cross sectional approach. The population in this study was female sex workers at Tegalrejo Localization as many as 140 female sex worker and the samples were 59 respondents. The data instrument used questionnaires on the knowledge about condom using in preventing sexual transmitted diseases. The data analysis used univariate analysis. The female sex workers’ knowledge about the condoms using in the sexual transmitted diseases prevention efforts at the Region of Tegalrejo Localization Bergas Semarang are mostly in the category of poor as many as 32 respondents (54.2%). The health workers are expected to improve the female sex workers’ knowledge by having cooperation with the nearest health center to provide counseling program about sexual transmitted diseases and the prevention in particular to be emphasized on sexual transmitted diseases Keywords: knowledge, condoms using, female sex worker Source: 26 (2003-2014) Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia, baik Negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Insidens maupun prevalensi yang sebenarnya diberbagai negara tidak diketahui secara pasti. Bedasarkan laporan yang dikumpulkan oleh WHO (World Health Organization) setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu (WHO, 2013). Surveilans IMS dilakukan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012. Jumlah kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 8.671 kasus, lebih sedikit dibandingkan tahun 2011 (10.752 kasus). Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar (Dinkes Jateng, 2012). Program kondom di Indonesia justru menjadi kontra produktif terhadap penanggulangan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Salah satu langkah yang dikerjakan Kemenkes RI dan KPAN adalah menyelenggarakan “Pekan Kondom Nasional”. Program kondom dijalankan untuk mencegah penularan melalui perilaku berisiko. Maka pemerintah dan KPAN pun mendorong daerah (Perda) untuk menjadikan program wajib kondom 100% sebagai bagian utama dari penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Kemudian lahirlah perda pertama yang di keluarkan di Nabire, Papua, melalui Perda Kab Nabire No 18 Tahun 2003 tentang Pemakaian Kondom di tempat-tempat hiburan (KPAN, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang angka kejadian Infeksi Menular Seksual mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 sebanyak 549 kasus GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 2 dan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai bulan September sebanyak 603 kasus. Pada tahun 2013 ini sudah ditemukan Gonore sebanyak 36 kasus, Suspect Gonore 9 kasus, Servicitis/Procititis 472 kasus, Urethritisnon-GO 5 kasus, Trikomoniasis 1 kasus, Kandidiasis 36 kasus, HIV 233 kasus, AIDS 108 kasus dan lain-lain (BV, Bubo Kondilomata, LGV) 44 kasus. Pada bulan oktober 2014 Di Kabupaten Semarang ada peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS, data rutin tercatat setiap bulannya hanya 1 hingga 5 orang dinyatakan positif HIV dan AIDS. Berdasarkan data PKBI Kabupaten Semarang pada bulan ini tercatat 20 orang teridentifikasi positif HIV/AIDS setiap bulannya (PKBI, 2014). Penggunaan kondom pada WPS masih sangat rendah, hal ini terlihat dari jumlah WPS yang menggunakan kondom pada seks terakhir sebesar 67,6% sedangkan ketika melihat konsistentensinya dalam seminggu hanya 30,6% WPS yang selalu menggunakan kondom. Selain perilaku penggunaan kondom, kualitas kondom yang ada di pasaran ternyata masih kurang baik karena seperempat WPS menyatakan pernah mengalami kerusakan kondom yang digunakan saat hubungan seks. Dampak penularan pada perilaku seks komersial dapat semakin luas dengan adanya mobilitas penjaja seks dan pelanggannya yang tinggi. Di samping itu jumlah kontak seksual komersial antara penjaja seks dan pelanggannya tanpa menggunakan kondom (STBP, 2011). Tegalrejo merupakan sebuah lokalisasi yang berada di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Yang terletak di perkampungan pinggir jalan raya, dimana didalam nya berdiri tempat karaoke dan penginapan yang merupakan sumber perekonomian bagi warga Tegalrejo terutama masyarakat Desa Jatijajar. Menurut ketua Mucikari ada lebih dari 60 tempat karaoke dan sudah termasuk penginapannya. Namun hanya sebagian lahan saja yang digunakan untuk tempat tinggal WPS yaitu di sekitar RT 05/RW 04, RT 06/RW 04, RT 07/RW 04. Studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 21 maret 2015 di tempat Lokalisasi Tegalrejo, didapatkan sebanyak 168 sebagai anak kos/wisma/WPS. Ada sekitar 50 orang anak asuh /WPS yang tinggal di RT 05/RW 04, 34 orang tinggal di RT 06/RW 04, 59 orang tinggal di RT 07/RW 04, dan 25 WPS belum diketahui bertempat di RT berapa. Jumlah kamar yang ada di wisma-wisma Tegalrejo beragam biasanya WPS memiliki kamar pribadi yang hanya di khususkan untuk menerima tamu dan juga sebagai tempat tidur sehari-hari. Adapun batasan usia yang telah ditentukan di tempat tersebut yaitu apabila seorang wanita telah memiliki identitas seperti KTP. Hasil wawancara pada 6 orang WPS didapatkan, 3 orang WPS (1 orang berumur 19 tahun hanya lulusan SD, 2 orang berumur 25 dan 30 tahun lulusan SMP) mengatakan penggunaan kondom hanya dipasang pada laki-laki saja dan belum mengetahui berapa lama masa kadaluwarsa nya serta mengatakan belum mengetahui bahwa penyimpanan kondom dalam saku celana yang ketat akan berpotensi terjadi kerusakan pada kondom, 2 orang WPS (1 orang berumur 23 tahun lulusan SD dan 1 orang berumur 20 tahun lulusan SMP) mengatakan penggunaan kondom bisa dipasang pada lakilaki maupun perempuan dan mengatakan lama waktu kadaluwarsa kondom yaitu 2 tahun serta mengatakan belum mengetahui bahwa penyimpanan kondom dalam saku celana yang ketat akan berpotensi terjadi kerusakan pada kondom, dan 1 orang WPS berumur 32 tahun lulusan SMA mengatakan penggunaan kondom bisa dipasang pada lakilaki maupun perempuan dan mengetahui lama waktu kadaluwarsa dari kondom tersebut adalah lebih dari 4 tahun apabila pada isi kemasan itu sudah rusak serta mengatakan sudah mengetahui bahwa menyimpan kondom dalam saku celana yang ketat bisa merusak kondom. Mereka berasumsi lebih yakin dengan suntikan antibiotik yang dapat menyembuhkan penyakit daripada harus menggunakan kondom sebagai alat pelindung yang belum tentu aman 100%. Menurut sebagian mereka obat tersebut bisa mencegah dari penyakit menular yang ditimbulkan akibat berhubungan seksual. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa WPS berisiko tinggi terinfeksi dan GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 3 berpotensi menularkan infeksi/penyakit pada mitra seksualnya yang selalu berganti-ganti pasangan serta akhirnya memudahkan terjadinya transmisi HIV bagi WPS dan mitra seksnya. Bila aspek kesehatan ini tidak ditangani secara serius akan sangat berbahaya dan penularan penyakit akan terjadi sangat cepat mulai dari WPS, mitra seks WPS dan merambah luas ke masyarakat umum. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita pekerja seks (WPS) tentang penggunaan kondom dalam upaya pencegahan IMS di wilayah Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik umur dan pendidikan WPS di Lokalisasi Tegalrejo Bergas. b. Mengetahui gambaran pengetahuan WPS tentang penggunaan kondom di Lokalisasi Tegalrejo Bergas. c. Mengetahui pengetahuan WPS besrdasarkan umur di Lokakilsasi Tegalrejo Bergas. d. Mengetahui pengetahuan WPS berdasarkan pendidikan di Lokalisasi Tegalrejo Bergas. Manfaat Penelitian 1. Bagi wanita pekerja seksual Sebagai bahan informasi dan antisipasi dini bagi WPS di Tegalrejo Bergas agar mampu menjaga kesehatan reproduksi dari infeksi menular seksual dengan cara meningkatkan kemampuan dan pengetahuan WPS dalam penggunaan kondom. 2. Bagi AKBID Ngudi Waluyo Ungaran Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai studi dan bahan kegiatan untuk penelitian berikutnya dalam mencapai hasil yang lebih baik dan untuk menambah referensi bagi mahasiswa dibidang pendidikan khususnya kebidanan. 3. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi kajian ilmiah bagi tenaga kesehatan bidan khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi wanita. 4. Bagi peneliti Sebagai acuan dalam penelitian berikutnya khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi wanita serta sebagai pembanding dalam melakukan penelitian yang serupa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang akan dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat, sedangkan pendekatan yang digunakan cross sectional dimana observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seksual yang bekerja di lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan data yang didapat ada 140 orang wanita pekerja seks dan sampel sebanyak 59 WPS. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tentang pengetahuan WPS tentang penggunaan kondom dalam upaya pencegahan IMS di wilayah lokalisasi Tegalrejo Bergas. Instrumen penelitian yang diberikan berbentuk kuesioner tertutup artinya pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau isian telah dibatasi atau ditentukan, sehingga jawaban kurang mencakup atau mencerminkan semua jawaban dari responden. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis univariat. Analisis data dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase kemudian dianalisis secara univariat. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 4 wanita pekerja seks tentang penggunaan kondom. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Wanita Pekerja Seksual di Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang 2015. Umur < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Jumlah Frekuensi 3 49 7 59 Persentase (%) 5,1 83,1 11,8 100,0 Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 59 responden sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 49 orang (83,0%). b. Pendidikan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Wanita Pekerja Seksual di Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang 2015. Pendidikan SD SMP SMA Jumlah Frekuensi 15 33 11 59 Persentase (%) 25,5 55,9 18,6 100,0 Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 59 responden sebagian besar memiliki pendidikan SMP, yaitu sejumlah 33 orang (55,9%). 2. Analisis Univariat a. Pengetahuan WPS tentang Penggunaan Kondom Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan WPS tentang penggunaan Kondom di Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang 2015. Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah Frekuensi 32 11 16 59 penggunaan kondom sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (54,2%). b. Pengetahuan WPS tentang Penggunaan Kondom berdasarkan umur Tabel 4 Tabel silang Pengetahuan Wanita Pekerja Seksual tentang penggunaan Kondom berdasarkan umur di Lokalisasi Tegalrejo Kabupaten Semarang 2015. Persentase (%) 54,2 18,6 27,1 100,0 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang Pengeta huan Baik Cukup Kurang Jumlah <20 tahun F % 0 0,0 1 9,1 2 6,3 3 5,1 Umur 20-35 tahun F % 15 93,8 8 72,7 26 81,3 49 83,1 Jumlah >35 tahun F % 1 6,2 2 18,2 4 12,5 7 11,8 F 16 11 32 59 % 100,0 100,0 100,0 100,0 Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 16 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak (93,8%) berumur 20-35 tahun. Dari 11 responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebanyak (72,7%) berumur 2035 tahun, dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 26 responden (81,3%) juga berumur 20-35 tahun. c. Pengetahuan WPS tentang Penggunaan Kondom berdasarkan pendidikan Tabel 5 Tabel Silang Pengetahuan Wanita Pekerja Seksual tentang penggunaan Kondom berdasarkan pendidikan di Lokalisasi Tegalrejo Kabupaten Semarang 2015. Pengeta huan Baik Cukup Kurang Jumlah Pendidikan SD SMP SMA F % F % F % 2 12,5 4 25,0 10 62,5 3 27,3 7 63,6 1 9,1 10 31,3 22 68,7 22 0,0 15 25,4 11 18,6 33 55,9 Jumlah F 16 11 32 59 % 100,0 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 16 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak (62,5%) berpendidikan SMP. Dari 11 responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebanyak (63,6%) berpendidikan SMA, dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 5 kurang, sebanyak (31,1%) dan 22 responden juga berpendidikan SMP. Pembahasan 1. Karakteristik responden a. Umur responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 59 responden sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 49 orang (83,0%). Menurut Purnama (2008), pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.Menurut Birwin (2009) menjelaskan, umur responden dapat dijadikan indikator terhadap kesehatannya. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka pengalaman seseorang tersebut akan semakin banyak pula. b. Pendidikan responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 59 responden sebagian besar memiliki pendidikan SMP, yaitu sejumlah 33 orang (55,9%). Menurut Syah (2009) pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) juga menjelaskan bahwa pendidikan semakin tinggi maka seseorang akan lebih mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan perubahan baru. 2. Pengetahuan WPS tentang Penggunaan Kondom Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan kondom sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (54,2%). Pengetahuan para WPS tentang penggunaan kondom ini sebagian besar didapatkan berasal dari informasi dan pengalaman teman, media elektronik televisi, poster, gambar, sedangkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan masih terbatas dan belum rutin dilaksanakan. Kunjungan dari tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas sebenarnya rutin dilakukan, tetapi para WPS yang tidak menetap dan sering pindah-pindah menjadi faktor kurangnya pengetahuan tentang pengertian kondom secara menyeluruh. Pengetahuan dan sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, fasilitas dan sosial budaya, yang merupakan impuls terbentuknya perilaku baru. Dimulai dari domain kognitif yaitu subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek sehingga menimbulkan respon dalam bentuk sikap dan selanjutnya akan menimbulkan respon dalam bentuk tindakan (praktek). Pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain intelegensi, pengalaman, informasi, kepercayaan, sosial budaya, status sosial dan pendidikan (Notoatmojo, 2007). Menurut Turner, et al (2010) bahwa walaupun seseorang yakin bahwa individu rentan terhadap suatu penyakit, dan juga sudah mengetahui bahaya tersebut, ia tidak akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya, individu akan mempertimbangkan apakah alternatif itu bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit. Walaupun responden sudah mengetahui persepsi manfaat penggunaan kondom untuk pencegahan IMS, akan tetapi masih ada yang berpendapat bahwa jika melayani pelanggan dengan memakai kondom maka pelanggan tidak merasakan puas dan kemungkinan pelanggannya GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 6 akan berkurang sehingga tidak berpraktik baik dalam penggunaan kondom. Hal ini didukung dengan peraturan penggunaan kondom 100% dimana diwajibkan membeli kondom yang telah disediakan oleh pihak lokalisasi tiap bulannya. Menurut teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), ketersediaan kondom (fasilitas dan sarana) merupakan salah satu dari faktor pemungkin yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini adalah perilaku WPS dalam mencegah PMS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauza (2012) yang menemukan bahwa sebagian besar WPS menyatakan selalu menggunakan kondom saat melayani pelanggannya, yaitu sejumlah 50 orang (55,6%). Penelitian ini juga sejalam dengan penelitian Juliastika (2011) yang menemukan bahwa pengetahuan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS (53,52%). 3. Pengetahuan responden berdasarkan umur Berdasrkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 16 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak (93,8%) berumur 20-35 tahun. Dari 11 responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebanyak (72,7%) berumur 20-35 tahun, dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 26 responden (81,3%) juga berumur 20-35 tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Budiyono, 2012). 4. Pengetahuan responden berdasarkan pendidikan Berdasrkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 16 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak (62,5%) berpendidikan SMA. Dari 11 responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebanyak (63,6%) berpendidikan SMP, dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebanyak (31,3%) dan 22 responden juga berpendidikan SMP. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiyono, 2012). Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal karena dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain intelegensi, pengalaman, informasi, kepercayaan, sosial budaya, status sosial, dan pendidikan itu sendiri. Misalnya saja pengetahuan yang didapat dari GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 7 penyuluhan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan pada WPS di Lokalisasi, ataupun melalui media informasi yang ada. Pengetahuan WPS tentang sesuatu penggunaan kondom untuk mencegah PMS juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif yang akhirnya akan menentukan sikap WPS dalam penggunaan kondom untuk pencegahan PMS. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap penggunaan kondom untuk mencegah PMS. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan. menyatakan keterbatasan untuk memperoleh pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan serta upaya pencegahan penyakit. Pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya dengan status ekonomi rendah pula sehingga sulit untuk menyerap informasi mengenai kesehatan disamping tidak mampu mencukupi gizi (Rohman, Hidayah dan Azizah, 2014). Pendidikan adalah suatu proses yang unsurnya terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku dan kemampuan dari saran–saran pendidikan. Tujuan pendidikan untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat.Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar dan berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Berdasarkan proses Intelektual H.L Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional. Tujuannya dibedakan menjadi tiga aspek yaitu, aspek pengetahuan (Kognitif), Aspek Sikap (afektif) dan Keterampilan (Psikomotor) (Rohman, Hidayah dan Azizah, 2014). Keterbatasan Penelitian 1. Kesulitan dalam pengumpulan data karena mobilitas WPS dari satu wisma ke wisma lainnya dan jumlah WPS yang berubah-ubah tiap bulannya karena beberapa ada yang pergi dan datang dari waktu ke waktu. 2. Kesulitan dalam pengumpulan data di mana tidak semua WPS dengan senang hati mau mengisi kuesioner penelitian, tetapi peneliti berusaha meyakinkan WPS bahwa ada aspek anonimitas dalam penelitian. Kesimpulan 1. Karakteristik responden a. Umur responden sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 49 orang (83,1%). b. Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 33 orang (55,9%). Dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan kondom dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (54,2%). 2. Pengetahuan responden tentang penggunaan kondom sebagian besar dalam kategori kurang, sejumlah 32 orang (54,2%). 3. Pengetahuan responden berdasarkan umur 20-35 tahun sebagian besar yang berpengetahuan kurang, yaitu sejumlah 26 orang (81,3%). 4. Pengetahuan responden berdasarkan pendidikan SMP sebagian besar yang berpengetahuan kurang, yaitu sejumlah 22 orang (68,7%). Saran 1. Bagi Wanita Pekerja Seks (WPS) Upaya pencegahan IMS hendaknya dilakukan dengan tindakan wajib menggunakan kondom saat melaksanakan transaksi seksual, untuk mengindari berbagai penyakit akibat berhubungan seksual dengan banyak orang. 2. Bagi instansi kesehatan Meningkatkan pengetahuan WPS dengan cara bekerja sama dengan Puskesmas terdekat dalam memberikan penyuluhan GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 8 mengenai PMS dan pencegahannya khususnya ditekankan pada penyakit menuar seksual. 3. Peneliti lain Peningkatan penelitian terhadap pandangan masyarakat dan pandangan WPS dapat lebih mendalam lagi khususnya mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian kondom. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohamad (Eds) 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I : Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: PT Imtima Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka A. Wawan & Dewi M, 2012. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, sikap, dan perilaku. Yogyakarta: Nuha Medika BKKBN, 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Departemen Kesehatan RI, 2005. Rencana Strategi 2005-2009. Jakarta: Depkes RI Depkes, 2011. Profil Kesehatan di Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah Djuanda Adhi, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Balai FKUI Jurnal Ditjen PP & PL, 2014. Badan statistik kesehatan. Jakarta: Kemenkes Manuaba, IBG. 2009. Memahami kesehatan reproduksi. Jakarta: Arcan Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC Ni Nyoman Sri Sukma Putri, 2007. Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap infeksi menular seksual di Universitas Kristen Maranatha. Bandung. P. 5-9, 44-55 Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta STBP, 2007. Analisis Kecenderungan Perilaku Berisiko terhadap HIV di dunia. Jakarta: Depkes RI Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nurrsalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika STBP, 2011. Surveilans terpadu biologis dan perilaku. Jakarta: Depkes Subadara, I Nengah. 2007. Keberadaan Pekerja Seks Komersial Sebagai Dampak Negatif. http:// www. Subadara.wordpress.com 06-11-2007 Sugiyono, 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhartono Suparlan, 2008. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar ruzz Media Widyastuti Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Wikipedia, 2007 “Pelacuran” http: //id. Wikipedia,org/wiki/pelacuran#pelacu r 06-11-2007 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG 9