4394 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG
PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN IMS DI WILAYAH
LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
Ayu Agustia C.1), Rini Susanti2), Ari Andayani3)
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
INTISARI
Pendahuluan: Program kondom di Indonesia justru menjadi kontra produktif terhadap
penanggulangan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.Program kondom dijalankan untuk
mencegah penularan melalui perilaku berisiko. Berbagai pendampingan dan pembekalan
pengetahuan yang telah diberikan pada WPS seharusnya mampu untuk menekan angka
kejadian penyakit menular seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan wanita pekerja seks (WPS) tentang penggunaan kondom dalam upaya
pencegahan IMS di wilayah Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang.
Metode: penelitian ini merupakan jenis penelitian penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Populasi yang diteliti adalah wanita pekerja seks di lokalisasi Tegalrejo
Bergas sejumlah 140 orang dengan sampel sejumlah 59 orang. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner pengetahuan tentang penggunaan kondom dalam upaya pencegahan
penyakit menular seksual. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat.
Hasil penelitian: pengetahuan wanita pekerja seksual (WPS) tentang penggunaan kondom
dalam upaya pencegahan IMS di Wilayah Lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang
sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (54,2%).
Saran: Diharapkan tenaga kesehatan perlunya meningkatkan pengetahuan WPS dengan cara
bekerja sama dengan Puskesmas terdekat dalam memberikan penyuluhan mengenai PMS dan
pencegahannya khususnya ditekankan penyakit menuar seksual.
Kata kunci: pengetahuan, penggunaan kondom, wanita pekerja seksual
Sumber : 26 (2003-2014)
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
1
ABSTRACT
Description of Female Sex Workers Knowledge On Condom Using In Sexual
Transmitted Diseases Prevention Efforts In Region Localization Tegalrejo Bergas
District of Semarang District, Ayu Agustia Cahyaningrum, Rini Susanti, Ari Andayani,
Academy of Midwifery Ngudi Waluyo Ungaran, 2015.
The program of condom using in Indonesia is in fact counterproductive to overcome
HIV/AIDS and other infectious diseases. This program is activated to prevent transmission of
HIV/AIDS through risky behaviors. Various mentoring and equipping of knowledge that has
been given for the female sex workers should be able to suppress the incidence of sexual
transmitted diseases. The purpose of this study is to find the description of the female sex
workers’ knowledge about the condoms using in the sexual transmitted diseases prevention
efforts at the region of Tegalrejo localization Bergas Sub-district Semarang Regency.
This was a descriptive study with cross sectional approach. The population in this
study was female sex workers at Tegalrejo Localization as many as 140 female sex worker
and the samples were 59 respondents. The data instrument used questionnaires on the
knowledge about condom using in preventing sexual transmitted diseases. The data analysis
used univariate analysis.
The female sex workers’ knowledge about the condoms using in the sexual
transmitted diseases prevention efforts at the Region of Tegalrejo Localization Bergas
Semarang are mostly in the category of poor as many as 32 respondents (54.2%). The health
workers are expected to improve the female sex workers’ knowledge by having cooperation
with the nearest health center to provide counseling program about sexual transmitted
diseases and the prevention in particular to be emphasized on sexual transmitted diseases
Keywords: knowledge, condoms using, female sex worker
Source: 26 (2003-2014)
Latar Belakang
Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai
saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat diseluruh dunia, baik Negara
maju (industri) maupun di negara
berkembang. Insidens maupun prevalensi
yang sebenarnya diberbagai negara tidak
diketahui secara pasti. Bedasarkan laporan
yang dikumpulkan oleh WHO (World Health
Organization) setiap tahun di seluruh negara
terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang
cenderung meningkat dari waktu ke waktu
(WHO, 2013).
Surveilans IMS dilakukan Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2012. Jumlah kasus baru
IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun
2012 sebanyak 8.671 kasus, lebih sedikit
dibandingkan tahun 2011 (10.752 kasus).
Meskipun demikian kemungkinan kasus
yang sebenarnya di populasi masih banyak
yang belum terdeteksi. Program Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual
mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS
yang ditemukan harus diobati sesuai standar
(Dinkes Jateng, 2012).
Program kondom di Indonesia justru
menjadi
kontra
produktif
terhadap
penanggulangan HIV/AIDS dan penyakit
menular lainnya. Salah satu langkah yang
dikerjakan Kemenkes RI dan KPAN adalah
menyelenggarakan
“Pekan
Kondom
Nasional”. Program kondom dijalankan
untuk mencegah penularan melalui perilaku
berisiko. Maka pemerintah dan KPAN pun
mendorong daerah (Perda) untuk menjadikan
program wajib kondom 100% sebagai bagian
utama dari penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia. Kemudian lahirlah perda pertama
yang di keluarkan di Nabire, Papua, melalui
Perda Kab Nabire No 18 Tahun 2003 tentang
Pemakaian Kondom di tempat-tempat
hiburan (KPAN, 2013).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang angka kejadian Infeksi
Menular Seksual mengalami peningkatan
yaitu pada tahun 2012 sebanyak 549 kasus
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
2
dan pada tahun 2013 dari bulan Januari
sampai bulan September sebanyak 603 kasus.
Pada tahun 2013 ini sudah ditemukan
Gonore sebanyak 36 kasus, Suspect Gonore
9 kasus, Servicitis/Procititis 472 kasus,
Urethritisnon-GO 5 kasus, Trikomoniasis 1
kasus, Kandidiasis 36 kasus, HIV 233 kasus,
AIDS 108 kasus dan lain-lain (BV, Bubo
Kondilomata, LGV) 44 kasus. Pada bulan
oktober 2014 Di Kabupaten Semarang ada
peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS,
data rutin tercatat setiap bulannya hanya 1
hingga 5 orang dinyatakan positif HIV dan
AIDS. Berdasarkan data PKBI Kabupaten
Semarang pada bulan ini tercatat 20 orang
teridentifikasi positif HIV/AIDS setiap
bulannya (PKBI, 2014).
Penggunaan kondom pada WPS masih
sangat rendah, hal ini terlihat dari jumlah
WPS yang menggunakan kondom pada seks
terakhir sebesar 67,6% sedangkan ketika
melihat konsistentensinya dalam seminggu
hanya 30,6% WPS yang selalu menggunakan
kondom. Selain perilaku penggunaan
kondom, kualitas kondom yang ada di
pasaran ternyata masih kurang baik karena
seperempat WPS menyatakan pernah
mengalami
kerusakan
kondom
yang
digunakan saat hubungan seks. Dampak
penularan pada perilaku seks komersial dapat
semakin luas dengan adanya mobilitas
penjaja seks dan pelanggannya yang tinggi.
Di samping itu jumlah kontak seksual
komersial antara penjaja seks dan
pelanggannya tanpa menggunakan kondom
(STBP, 2011).
Tegalrejo merupakan sebuah lokalisasi
yang berada di Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. Yang terletak di perkampungan
pinggir jalan raya, dimana didalam nya
berdiri tempat karaoke dan penginapan yang
merupakan sumber perekonomian bagi warga
Tegalrejo terutama masyarakat Desa Jatijajar.
Menurut ketua Mucikari ada lebih dari 60
tempat karaoke dan sudah termasuk
penginapannya. Namun hanya sebagian lahan
saja yang digunakan untuk tempat tinggal
WPS yaitu di sekitar RT 05/RW 04, RT
06/RW 04, RT 07/RW 04.
Studi pendahuluan yang dilaksanakan
oleh peneliti pada tanggal 21 maret 2015 di
tempat Lokalisasi Tegalrejo, didapatkan
sebanyak 168 sebagai anak kos/wisma/WPS.
Ada sekitar 50 orang anak asuh /WPS yang
tinggal di RT 05/RW 04, 34 orang tinggal di
RT 06/RW 04, 59 orang tinggal di RT
07/RW 04, dan 25 WPS belum diketahui
bertempat di RT berapa. Jumlah kamar yang
ada di wisma-wisma Tegalrejo beragam
biasanya WPS memiliki kamar pribadi yang
hanya di khususkan untuk menerima tamu
dan juga sebagai tempat tidur sehari-hari.
Adapun batasan usia yang telah ditentukan di
tempat tersebut yaitu apabila seorang wanita
telah memiliki identitas seperti KTP.
Hasil wawancara pada 6 orang WPS
didapatkan, 3 orang WPS (1 orang berumur
19 tahun hanya lulusan SD, 2 orang berumur
25 dan 30 tahun lulusan SMP) mengatakan
penggunaan kondom hanya dipasang pada
laki-laki saja dan belum mengetahui berapa
lama masa kadaluwarsa nya serta
mengatakan belum mengetahui bahwa
penyimpanan kondom dalam saku celana
yang ketat akan berpotensi terjadi kerusakan
pada kondom, 2 orang WPS (1 orang
berumur 23 tahun lulusan SD dan 1 orang
berumur 20 tahun lulusan SMP) mengatakan
penggunaan kondom bisa dipasang pada lakilaki maupun perempuan dan mengatakan
lama waktu kadaluwarsa kondom yaitu 2
tahun serta mengatakan belum mengetahui
bahwa penyimpanan kondom dalam saku
celana yang ketat akan berpotensi terjadi
kerusakan pada kondom, dan 1 orang WPS
berumur 32 tahun lulusan SMA mengatakan
penggunaan kondom bisa dipasang pada lakilaki maupun perempuan dan mengetahui
lama waktu kadaluwarsa dari kondom
tersebut adalah lebih dari 4 tahun apabila
pada isi kemasan itu sudah rusak serta
mengatakan sudah mengetahui bahwa
menyimpan kondom dalam saku celana yang
ketat bisa merusak kondom. Mereka
berasumsi lebih yakin dengan suntikan
antibiotik yang dapat menyembuhkan
penyakit daripada harus menggunakan
kondom sebagai alat pelindung yang belum
tentu aman 100%. Menurut sebagian mereka
obat tersebut bisa mencegah dari penyakit
menular
yang
ditimbulkan
akibat
berhubungan seksual.
Penelitian ini dilakukan dengan asumsi
bahwa WPS berisiko tinggi terinfeksi dan
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
3
berpotensi menularkan infeksi/penyakit pada
mitra seksualnya yang selalu berganti-ganti
pasangan serta akhirnya memudahkan
terjadinya transmisi HIV bagi WPS dan mitra
seksnya. Bila aspek kesehatan ini tidak
ditangani secara serius akan sangat
berbahaya dan penularan penyakit akan
terjadi sangat cepat mulai dari WPS, mitra
seks WPS dan merambah luas ke masyarakat
umum.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan
wanita pekerja seks (WPS) tentang
penggunaan kondom dalam upaya
pencegahan IMS di wilayah Lokalisasi
Tegalrejo Bergas Kabupaten Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik umur dan
pendidikan WPS di Lokalisasi
Tegalrejo Bergas.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan
WPS tentang penggunaan kondom di
Lokalisasi Tegalrejo Bergas.
c. Mengetahui
pengetahuan
WPS
besrdasarkan umur di Lokakilsasi
Tegalrejo Bergas.
d. Mengetahui
pengetahuan
WPS
berdasarkan pendidikan di Lokalisasi
Tegalrejo Bergas.
Manfaat Penelitian
1. Bagi wanita pekerja seksual
Sebagai bahan informasi dan
antisipasi dini bagi WPS di Tegalrejo
Bergas agar mampu menjaga kesehatan
reproduksi dari infeksi menular seksual
dengan cara meningkatkan kemampuan
dan pengetahuan WPS dalam penggunaan
kondom.
2. Bagi AKBID Ngudi Waluyo Ungaran
Hasil penelitian diharapkan dapat
digunakan sebagai studi dan bahan
kegiatan untuk penelitian berikutnya
dalam mencapai hasil yang lebih baik dan
untuk
menambah
referensi
bagi
mahasiswa
dibidang
pendidikan
khususnya kebidanan.
3. Bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi kajian ilmiah bagi tenaga
kesehatan bidan khususnya dalam bidang
kesehatan reproduksi wanita.
4. Bagi peneliti
Sebagai acuan dalam penelitian
berikutnya khususnya dalam bidang
kesehatan reproduksi wanita serta sebagai
pembanding dalam melakukan penelitian
yang serupa.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
akan dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
dalam masyarakat, sedangkan pendekatan
yang digunakan cross sectional dimana
observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat yang artinya tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap variabel
subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo,
2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah
wanita pekerja seksual yang bekerja di
lokalisasi Tegalrejo Bergas Kabupaten
Semarang. Berdasarkan data yang didapat
ada 140 orang wanita pekerja seks dan
sampel sebanyak 59 WPS.
Instrumen penelitian yang digunakan
adalah kuesioner. Dalam penelitian ini data
dikumpulkan
dengan
menggunakan
kuesioner tentang pengetahuan WPS tentang
penggunaan
kondom
dalam
upaya
pencegahan IMS di wilayah lokalisasi
Tegalrejo Bergas. Instrumen penelitian yang
diberikan berbentuk kuesioner tertutup
artinya pertanyaan yang membutuhkan
jawaban atau isian telah dibatasi atau
ditentukan, sehingga jawaban kurang
mencakup atau mencerminkan semua
jawaban dari responden.
Penelitian
ini
dianalisis
dengan
menggunakan analisis univariat. Analisis
data dinyatakan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan presentase kemudian dianalisis
secara univariat. Analisa univariat dalam
penelitian ini adalah gambaran pengetahuan
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
4
wanita pekerja seks tentang penggunaan
kondom.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Umur Wanita Pekerja
Seksual di Lokalisasi Tegalrejo
Bergas Kabupaten Semarang 2015.
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
Jumlah
Frekuensi
3
49
7
59
Persentase (%)
5,1
83,1
11,8
100,0
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
dari 59 responden sebagian besar
berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah
49 orang (83,0%).
b. Pendidikan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Pendidikan Wanita
Pekerja Seksual di Lokalisasi
Tegalrejo
Bergas
Kabupaten
Semarang 2015.
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Jumlah
Frekuensi
15
33
11
59
Persentase
(%)
25,5
55,9
18,6
100,0
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
dari 59 responden sebagian besar
memiliki pendidikan SMP, yaitu
sejumlah 33 orang (55,9%).
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
WPS
tentang
Penggunaan Kondom
Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan WPS
tentang penggunaan Kondom di
Lokalisasi
Tegalrejo
Bergas
Kabupaten Semarang 2015.
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Frekuensi
32
11
16
59
penggunaan kondom sebagian besar
dalam kategori kurang, yaitu sejumlah
32 orang (54,2%).
b. Pengetahuan
WPS
tentang
Penggunaan Kondom berdasarkan
umur
Tabel 4 Tabel silang Pengetahuan
Wanita Pekerja Seksual tentang
penggunaan Kondom berdasarkan
umur di Lokalisasi Tegalrejo
Kabupaten Semarang 2015.
Persentase
(%)
54,2
18,6
27,1
100,0
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa
pengetahuan
responden
tentang
Pengeta
huan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
<20
tahun
F %
0 0,0
1 9,1
2 6,3
3 5,1
Umur
20-35
tahun
F %
15 93,8
8 72,7
26 81,3
49 83,1
Jumlah
>35
tahun
F %
1 6,2
2 18,2
4 12,5
7 11,8
F
16
11
32
59
%
100,0
100,0
100,0
100,0
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa
dari 16 responden yang memiliki
pengetahuan baik, sebanyak (93,8%)
berumur 20-35 tahun. Dari 11
responden yang memiliki pengetahuan
cukup, sebanyak (72,7%) berumur 2035 tahun, dan dari 32 responden yang
memiliki
pengetahuan
kurang,
sebanyak 26 responden (81,3%) juga
berumur 20-35 tahun.
c. Pengetahuan
WPS
tentang
Penggunaan Kondom berdasarkan
pendidikan
Tabel 5 Tabel Silang Pengetahuan
Wanita Pekerja Seksual tentang
penggunaan Kondom berdasarkan
pendidikan di Lokalisasi Tegalrejo
Kabupaten Semarang 2015.
Pengeta
huan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Pendidikan
SD
SMP
SMA
F % F % F %
2 12,5 4 25,0 10 62,5
3 27,3 7 63,6 1 9,1
10 31,3 22 68,7 22 0,0
15 25,4 11 18,6 33 55,9
Jumlah
F
16
11
32
59
%
100,0
100,0
100,0
100,0
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa dari 16 responden yang
memiliki pengetahuan baik, sebanyak
(62,5%) berpendidikan SMP. Dari 11
responden yang memiliki pengetahuan
cukup,
sebanyak
(63,6%)
berpendidikan SMA, dan dari 32
responden yang memiliki pengetahuan
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
5
kurang, sebanyak (31,1%) dan 22
responden juga berpendidikan SMP.
Pembahasan
1. Karakteristik responden
a. Umur responden
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa dari 59 responden
sebagian besar berumur 20-35 tahun,
yaitu sejumlah 49 orang (83,0%).
Menurut
Purnama
(2008),
pengetahuan (knowledge) merupakan
terminologi yang mencakup seluruh
hal yang diketahui manusia. Dengan
demikian
pengetahuan
adalah
kemampuan manusia seperti perasaan,
pikiran, pengalaman, pengamatan, dan
intuisi yang mampu menangkap alam
dan
kehidupannya
serta
mengabstraksikannya untuk mencapai
suatu tujuan.Menurut Birwin (2009)
menjelaskan, umur responden dapat
dijadikan
indikator
terhadap
kesehatannya. Sedangkan menurut
Notoatmodjo (2010) mengatakan
bahwa semakin tua umur seseorang
maka pengalaman seseorang tersebut
akan semakin banyak pula.
b. Pendidikan responden
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa dari 59 responden
sebagian besar memiliki pendidikan
SMP, yaitu sejumlah 33 orang
(55,9%). Menurut Syah (2009)
pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan.
Sedangkan
menurut
Notoatmodjo (2010) juga menjelaskan
bahwa pendidikan semakin tinggi
maka seseorang akan lebih mudah
menerima hal-hal yang baru dan
mudah
menyesuaikan
dengan
perubahan baru.
2. Pengetahuan WPS tentang Penggunaan
Kondom
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang penggunaan kondom sebagian
besar dalam kategori kurang, yaitu
sejumlah 32 orang (54,2%).
Pengetahuan para WPS tentang
penggunaan kondom ini sebagian besar
didapatkan berasal dari informasi dan
pengalaman teman, media elektronik
televisi, poster, gambar, sedangkan
informasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan masih terbatas dan belum rutin
dilaksanakan. Kunjungan dari tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas
sebenarnya rutin dilakukan, tetapi para
WPS yang tidak menetap dan sering
pindah-pindah menjadi faktor kurangnya
pengetahuan tentang pengertian kondom
secara menyeluruh.
Pengetahuan
dan
sikap
dapat
dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan,
fasilitas dan sosial budaya, yang
merupakan impuls terbentuknya perilaku
baru. Dimulai dari domain kognitif yaitu
subyek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi sehingga
menimbulkan pengetahuan baru pada
subyek sehingga menimbulkan respon
dalam bentuk sikap dan selanjutnya akan
menimbulkan respon dalam bentuk
tindakan (praktek). Pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal
karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang
antara lain intelegensi, pengalaman,
informasi, kepercayaan, sosial budaya,
status sosial dan pendidikan (Notoatmojo,
2007).
Menurut Turner, et al (2010) bahwa
walaupun seseorang yakin bahwa
individu rentan terhadap suatu penyakit,
dan juga sudah mengetahui bahaya
tersebut, ia tidak akan begitu saja
menerima tindakan kesehatan yang
dianjurkan kepadanya, individu akan
mempertimbangkan apakah alternatif itu
bermanfaat dapat mengurangi ancaman
penyakit. Walaupun responden sudah
mengetahui persepsi manfaat penggunaan
kondom untuk pencegahan IMS, akan
tetapi masih ada yang berpendapat bahwa
jika melayani pelanggan dengan memakai
kondom maka pelanggan tidak merasakan
puas dan kemungkinan pelanggannya
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
6
akan berkurang sehingga tidak berpraktik
baik dalam penggunaan kondom.
Hal ini didukung dengan peraturan
penggunaan kondom 100% dimana
diwajibkan membeli kondom yang telah
disediakan oleh pihak lokalisasi tiap
bulannya. Menurut teori Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2007), ketersediaan
kondom (fasilitas dan sarana) merupakan
salah satu dari faktor pemungkin yang
dapat mempengaruhi perilaku seseorang
dalam hal ini adalah perilaku WPS dalam
mencegah PMS.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Fauza (2012) yang menemukan
bahwa sebagian besar WPS menyatakan
selalu menggunakan kondom saat
melayani pelanggannya, yaitu sejumlah
50 orang (55,6%). Penelitian ini juga
sejalam dengan penelitian Juliastika
(2011)
yang
menemukan
bahwa
pengetahuan sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan kurang tentang
HIV/AIDS (53,52%).
3. Pengetahuan
responden berdasarkan
umur
Berdasrkan hasil penelitian diketahui
bahwa dari 16 responden yang memiliki
pengetahuan baik, sebanyak (93,8%)
berumur 20-35 tahun. Dari 11 responden
yang memiliki pengetahuan cukup,
sebanyak (72,7%) berumur 20-35 tahun,
dan dari 32 responden yang memiliki
pengetahuan kurang, sebanyak 26
responden (81,3%) juga berumur 20-35
tahun.
Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada
usia madya, individu akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan
sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan
demi
suksesnya
upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
itu orang usia madya akan lebih banyak
menggunakan banyak waktu untuk
membaca.
Kemampuan
intelektual,
pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada
penurunan pada usia ini.
Semakin tua semakin bijaksana,
semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian
baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran baik fisik
maupun mental. Dapat diperkirakan
bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperti
misalnya kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya
usia (Budiyono, 2012).
4. Pengetahuan responden berdasarkan
pendidikan
Berdasrkan hasil penelitian diketahui
bahwa dari 16 responden yang memiliki
pengetahuan baik, sebanyak (62,5%)
berpendidikan SMA. Dari 11 responden
yang memiliki pengetahuan cukup,
sebanyak (63,6%) berpendidikan SMP,
dan dari 32 responden yang memiliki
pengetahuan kurang, sebanyak (31,3%)
dan 22 responden juga berpendidikan
SMP.
Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk
menerima
informasi
(Notoatmodjo,
2007). Pendidikan adalah sebuah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan (Budiyono,
2012). Namun, perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal
karena dalam Notoatmodjo (2007)
menyatakan bahwa ada beberapa faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang antara lain intelegensi,
pengalaman, informasi, kepercayaan,
sosial budaya, status sosial, dan
pendidikan itu sendiri. Misalnya saja
pengetahuan
yang
didapat
dari
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
7
penyuluhan kesehatan yang diberikan
tenaga kesehatan pada WPS di Lokalisasi,
ataupun melalui media informasi yang
ada. Pengetahuan WPS tentang sesuatu
penggunaan kondom untuk mencegah
PMS juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif yang akhirnya
akan menentukan sikap WPS dalam
penggunaan kondom untuk pencegahan
PMS. Semakin banyak aspek positif dari
obyek
yang
diketahui,
akan
menumbuhkan sikap makin positif
terhadap penggunaan kondom untuk
mencegah PMS.
Tingkat pendidikan yang diperoleh
seseorang dari bangku sekolah dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Makin tinggi pendidikan seseorang makin
tinggi pengetahuannya tentang kesehatan.
menyatakan
keterbatasan
untuk
memperoleh
pendidikan
merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan serta upaya pencegahan
penyakit. Pada kelompok masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang rendah
pada umumnya dengan status ekonomi
rendah pula sehingga sulit untuk
menyerap informasi mengenai kesehatan
disamping tidak mampu mencukupi gizi
(Rohman, Hidayah dan Azizah, 2014).
Pendidikan adalah suatu proses yang
unsurnya terdiri dari masukan (input)
yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu
suatu bentuk perilaku dan kemampuan
dari saran–saran pendidikan. Tujuan
pendidikan untuk mengubah perilaku
masyarakat yang tidak sehat menjadi
sehat.Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan anggapan bahwa manusia selalu
dapat belajar dan berubah, karena
manusia selama hidupnya selalu berubah
untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan
lingkungan.
Berdasarkan
proses Intelektual H.L Blum menjelaskan
bahwa pendidikan merupakan suatu
proses utama menghasilkan perubahan
perilaku manusia yang secara operasional.
Tujuannya dibedakan menjadi tiga aspek
yaitu, aspek pengetahuan (Kognitif),
Aspek Sikap (afektif) dan Keterampilan
(Psikomotor) (Rohman, Hidayah dan
Azizah, 2014).
Keterbatasan Penelitian
1. Kesulitan dalam pengumpulan data
karena mobilitas WPS dari satu wisma
ke wisma lainnya dan jumlah WPS yang
berubah-ubah tiap bulannya karena
beberapa ada yang pergi dan datang dari
waktu ke waktu.
2. Kesulitan dalam pengumpulan data di
mana tidak semua WPS dengan senang
hati mau mengisi kuesioner penelitian,
tetapi peneliti berusaha meyakinkan
WPS bahwa ada aspek anonimitas dalam
penelitian.
Kesimpulan
1. Karakteristik responden
a. Umur responden sebagian besar
berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah
49 orang (83,1%).
b. Pendidikan responden sebagian besar
berpendidikan SMP, yaitu sejumlah
33 orang (55,9%). Dapat diketahui
bahwa
pengetahuan
responden
tentang penggunaan kondom dalam
kategori kurang, yaitu sejumlah 32
orang (54,2%).
2. Pengetahuan
responden
tentang
penggunaan kondom sebagian besar
dalam kategori kurang, sejumlah 32
orang (54,2%).
3. Pengetahuan responden berdasarkan
umur 20-35 tahun sebagian besar yang
berpengetahuan kurang, yaitu sejumlah
26 orang (81,3%).
4. Pengetahuan responden berdasarkan
pendidikan SMP sebagian besar yang
berpengetahuan kurang, yaitu sejumlah
22 orang (68,7%).
Saran
1. Bagi Wanita Pekerja Seks (WPS)
Upaya pencegahan IMS hendaknya
dilakukan dengan tindakan wajib
menggunakan
kondom
saat
melaksanakan transaksi seksual, untuk
mengindari berbagai penyakit akibat
berhubungan seksual dengan banyak
orang.
2. Bagi instansi kesehatan
Meningkatkan pengetahuan WPS dengan
cara bekerja sama dengan Puskesmas
terdekat dalam memberikan penyuluhan
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
8
mengenai PMS dan pencegahannya
khususnya ditekankan pada penyakit
menuar seksual.
3. Peneliti lain
Peningkatan
penelitian
terhadap
pandangan masyarakat dan pandangan
WPS dapat lebih mendalam lagi
khususnya mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh
terhadap
pemakaian
kondom.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad (Eds) 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, Bagian I : Ilmu
Pendidikan Teoritis. Bandung: PT
Imtima
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
A. Wawan & Dewi M, 2012. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Yogyakarta: Nuha Medika
BKKBN, 2012. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Edisi ketiga.
Jakarta: PT Bina Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 2005. Rencana
Strategi 2005-2009. Jakarta: Depkes
RI
Depkes, 2011. Profil Kesehatan di Indonesia
Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah,
2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah
Djuanda Adhi, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Balai
FKUI
Jurnal Ditjen PP & PL, 2014. Badan statistik
kesehatan. Jakarta: Kemenkes
Manuaba, IBG. 2009. Memahami kesehatan
reproduksi. Jakarta: Arcan
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta: EGC
Ni Nyoman Sri Sukma Putri, 2007.
Gambaran pengetahuan, sikap, dan
perilaku mahasiswa terhadap infeksi
menular seksual di Universitas
Kristen Maranatha. Bandung. P. 5-9,
44-55
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
STBP, 2007. Analisis Kecenderungan
Perilaku Berisiko terhadap HIV di
dunia. Jakarta: Depkes RI
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nurrsalam, 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika
STBP, 2011. Surveilans terpadu biologis dan
perilaku. Jakarta: Depkes
Subadara, I Nengah. 2007. Keberadaan
Pekerja Seks Komersial Sebagai
Dampak Negatif.
http://
www.
Subadara.wordpress.com 06-11-2007
Sugiyono, 2011. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono,
2008.
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suhartono
Suparlan,
2008.
Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta : Ar ruzz
Media
Widyastuti Yani, dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
Wikipedia, 2007 “Pelacuran” http:
//id.
Wikipedia,org/wiki/pelacuran#pelacu
r 06-11-2007
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENGGUNAAN KONDOM DALAM UPAYA
ENCEGAHAN IMS DI WILAYAH LOKALISASI TEGALREJO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
9
Download