Gambaran Perilaku Ibu Dalam Menyusui Terhadap Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Description Of Mother’s Attitude In Breast Feeding to Dam of Breastmilk for Childbirth’s Mother in Polindes Barokah Jatirogo Tuban District Umu Qonitun STIKES NU TUBAN ABSTRAK Masih banyaknya kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh perilaku ibu dalam memberikan ASI. Dari hasil survei didapatkan 3 ibu nifas (50%) yang berperilaku menyusui kurang karena tidak memperhatikan teknik menyusui, perawatan payudara dan dalam memberikan ASI eksklusif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam menyusui terhadap bendungan ASI pada ibu nifas di Polindes Barokah Kec Jatirogo Kab Tuban. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu nifas di Polindes Barokah Kec Jatirogo Kab Tuban sejumlah 25 responden. Sampel yang diambil yaitu seluruh ibu nifas di Polindes Barokah Kec.Jatirogo Kab.Tuban pada bulan Juli-Agustus sebanyak 25 Responden dengan menggunakan Teknik sampling yang digunakan sampling jenuh. Cara pengambilan data menggunakan kuesioner dan checklist. Analisa data dalam penelitian ini dengan mengklasifikasikan secara deskriptif (dalam bentuk prosentase). Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa perilaku ibu dalam menyusui sebanyak 25 Responden (100%), yang berperilaku menyusui baik 36%, yang berperilaku menyusui cukup 24%, yang berperilaku menyusui kurang 40%, sedangkan yang terjadi bendungan ASI 56%, dan tidak terjadi bendungan ASI 44%. Dari penelitian tersebut di simpulkan bahwa banyak ibu nifas yang berperilaku kurang sehingga menyebabkan bendungan ASI, sehingga diharapkan bidan lebih sering memberikan penyuluhan dan kerjasamanya antara tokoh masyarakat sehingga meningkatkan kesadaran ibu nifas untuk mengikuti kegiatan atau penyuluhan tersebut. Kata kunci : Perilaku ibu menyusui, Bendungan ASI ibu nifas ABSTRACT Still the number of occurrences dam caused by the behavior of breastfeeding mothers in breastfeeding. From the survey results obtained 3 postpartum (50%) who behave less because they do not pay attention to breastfeeding breastfeeding techniques, breast care and in exclusively breastfed. The purpose of this study is to reveal the mother's behavior toward the dam breast milk in lactating mothers in childbirth Polindes Barokah district Jatirogo Tuban district. In this study using descriptive methods. The population is all Barokah Polindes puerperal women in Tuban regency district Jatirogo number of 25 respondents. The sampling technique used sampling saturated. How to capture data using questionnaires and checklists. Analysis of the data in this study to classify descriptively (as a percentage). From the results of research it appears that the behavior of the mother in breastfeeding by 25 respondents (100%), which behaves well 36% breastfeeding, breastfeeding behave quite 24%, which is 40% less feeding behavior, which occurred while the dam breast 56%, and does not occur dam milk 44%. From these studies concluded that many postpartum mothers who misbehave, causing dam milk, so expect more midwives often provide counseling and cooperation among community leaders that raise awareness of postpartum mothers to attend these events or counseling. Keywords: Behavior breastfeeding, postpartum breastfeeding xvi PENDAHULUAN Pada tahun 2007, Badan Kesehatan Dunia WHO dan UNICEF mengatakan, bahwa jumlah ibu menyusui banyak di negara – negara berkembang dan kalau dibicarakan mengenai penurunan jumlah ibu menyusui, banyak hal yang mempengaruhi beban hidup atau stress yang dialami oleh banyak wanita.1 Ada penyebab lain yang tidak kalah penting yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI diantaranya adalah puting susu ibu yang lecet, ibu mengeluh payudaranya terlalu penuh dan terasa sakit (Bendungan ASI) serta mastitis.2 Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga di dalam diri telah tertanam suatu keyakinan “saya harus menyusui bayi saya” karena menyusui adalah suatu realisasi tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Tetapi keyakinan tersebut telah luntur karena adanya kecendrungan masyarakat untuk meniru suatu yang dianggap modern yang berasal dari Negara maju dan kota besar di Indonesia.2 Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya. Oleh karena ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI cukup untuk banyinya.2 Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.3 Survey Demografi Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan 2002 memperlihatkan data menarik tentang penurunan perilaku pemberian ASI kepada bayi di Indonesia. Jika tahun 1997 terdapat 96,3% ibu yang pernah menyusui bayinya, namun prosentase menurun hanya 95,9% pada tahun 2002. Jika tahun 1997 ada 8% ibu yang menyusui bayinya pada 1 jam peratama, tahun 2002 prosentasenya menurun menjadi 3,7%. Salah satu alasan umum para ibu yang berhenti menyusui adalah karena merasa ASI kurang atau tidak cukup (Sentra Laktasi Indonesia), masalah umum dalam menyusui adalah banyak ibu gagal dalam usaha memberikan ASI pada bayinya karena perawatan payudaranya kurang, teknik menyusui yang salah dan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui yang baik dan benar sehingga mengurangi kejadian bendungan ASI.4 Dari survey awal pada bulan januari 2012 di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban yang dilakukan secara langsung melalui kunjungan rumah, diberikan pertanyaan dengan cara wawancara pada 10 ibu nifas, didapatkan 6 ibu nifas (60 %) mengalami bendungan ASI pada hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum dan 4 ibu nifas (40%) tidak mengalami bendungan ASI. Dari 6 ibu nifas (60%) yang mengalami bendungan ASI tersebut didapatkan 1 ibu nifas (16,6%) yang berperilaku menyusui baik, 2 ibu nifas (33,3%) yang berperilaku menyusui cukup dan 3 ibu nifas (50%) yang berperilaku menyusui kurang. Bendungan ASI merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat sehingga benar-benar sembuh untuk menghindari terjadinya radang payudara.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bendungan ASI diantaranya adalah faktor dari ibu yang meliputi psikologis, nutrisi, teknik menyusui, perawatan payudara dan ASI eksklusif, sedangkan faktor dari bayi yaitu daya hisap bayi yang lemah. Kesalahan dalam perilaku menyusui meliputi, teknik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi nyeri, selain itu perlu perawatan payudara untuk merangsang otot payudara agar produksi dan pengeluaran ASI lancar, ASI eksklusif, bila ibu menyusui secara rutin maka produksi ASI lancar. Dari perilaku menyusui yang sudah dijelaskan di atas dapat mengurangi bendungan ASI.5 Boleh jadi, ibu kurang mengetahui cara perlekatan bayi yang tepat, sehingga ibu merasa kesakitan ketika menyusui bayinya. Pada awal-awal menyusui, walaupun perlekatan sudah benar, puting payudara bisa agak terasa nyeri, yang biasanya akan hilang setelah ibu terbiasa menyusui.5 Untuk mencegah terjadinya bendungan ASI maka penyuluhan dan latihan serta motivasi petugas kesehatan tentang perilaku menyusui yang baik dan benar, sehingga diharapkan ibu nifas lebih memahami pentingnya teknik menyusui, perawatn payudara, ASI eksklusif sehingga tidak terjadi bendungan ASI dan ASI nya dapat keluar dengan lancar saat menyusui disamping itu diperlukan dukungan keluarga. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Perilaku Ibu Dalam Menyusui Terhadap Bendungan ASI pada ibu nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah jenis penelitian diskriftif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran perilaku ibu dalam menyusui terhadap bendungan ASI pada ibu nifas.6 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo pada bulan JuliAgustus tahun 2012 sebanyak 25 Responden. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo pada bulan Juli-Agustus tahun 2012 sebanyak 25 responden dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku menyusui dan bendungan ASI. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu Menyusui di Polindes Barokah Bulan JuliAgustus 2012 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu nifas yang berperilaku menyusui kurang sebanyak 10 responden(40%). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu nifas di Polindes Barokah Bulan Juli-Agustus 2012 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang terjadi bendungan ASI sebanyak 14 responden (56%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku ibu dalam Menyusui Terhadap Bendungan ASI di Polindes Barokah Bulan Juli-Agustus 2012 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden yang mengalami bendungan ASI mempunyai perilaku kurang sebanyak 8 responden (80%) ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam pengolahan ini data menggunakan metode deskriptif dengan rumus proporsi sebagai berikut : P f n x100 % Diinterpretasikan dengan menggunakan kreteria kualitatif. Setelah semua data terkumpul kemudian dibuat tabel dan narasi. Pembacaan hasil dengan klasifikasi menurut Notoatmodjo (1998), baik (76%100%), cukup (56%-75%), kurang (< 56%). Hasil prosentase kemudian diinterpretasikan dengan modifikasi kesimpulan menurut Suharsimi Arikunto (2006). 100% (seluruhnya), 76-99% (hampir seluruhnya), 51-75% (sebagian besar), 41-50% (setengahnya), 26-40% (hampir setengahnya), 1-25% (sebagian kecil), 0% (tidak satupun). PEMBAHASAN 1. Identifikasi Perilaku Ibu dalam Menyusui di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu nifas yang berperilaku menyusui kurang sebanyak 10 responden(40%). Perilaku dalam pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri dan apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.7 Perilaku yang kurang ini berkaitan dengan lingkungan dimana lingkungan sangat mempengaruhi proses penerimaan informasi dan perkembangan sikap seseorang. Menurut Nursalam (2001) Lingkungan adalah kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Karena lingkungan sekitar yang ikut mempengaruhi perilaku ibu dengan kondisi yang masih kental dengan budaya pedesaan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku ibu dalam menyusui dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yang di temukan dalam penelitian ini yaiti factor lingkungan, selain itu keluarga karena memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku ibu dalam menyusui, seperti ibu menyusui sulit mendapatkan informasi tentang kesehatan karena dikekang atau dilarang oleh keluarga sehingga kesadaran ibu kurang untuk mengikuti kegiatan untuk mendapatkan kesehatan. 2. Identifikasi Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang terjadi bendungan ASI sebanyak 14 responden (56%). Bendungan ASI adalah payudara mejadi penuh dan keras pada hari ke-3 hingga ke-5 setelah ibu melahirkan bayi. Hal ini terjadi akibat pengembungan atau peningkatan pembuluh vena dan limfe karena pasokan darah ke dalam payudara akan meningkat sebagai persiapan untuk mulainya laktasi.8 Untuk mengetahui bendungan ASI, ada beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai patokan bendungan ASI atau tidak adalah sebagai berikut: payudara bengkak dank eras, payudara terasa sakit, ASI tidak keluar, kadang menimbulkan kenaikan suhu badan, putting terasa kencang, kulit payudara mengkilat meski tidak memerah.9 Dari beberapa kriteria diatas berpengaruh terhadap bendungan ASI. Dan bendungan ASI dipengaruhi beberapa faktor salah satunya perilaku ibu dalam pearawatan payudara yang sebagian besar berperilaku kurang sebagaimana seseorang yang mempunyai kesadaran untuk ikut serta dalam penyuluhan atau suatu kegiatan akan lebih mudah menerima informasi dan menerapkan perilaku yang baik, sebaliknya orang yang mempunyai kesadaran kurang. Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu mengalami bendungan ASI karena kurangnya kesadaran ibu dalam melakukan perawatan payudara, yang mungkin di karenakan kurangnya informasi yang di dapat atau diberikan oleh ibu menyusui tentang perawatan payudara, cara menyusui yang benar maupun penanganan tentang masalah ibu menyusui yang biasanya diberikan pada saat kunjungan ataupun melalui kunjungan kesehatan ibu dalam mendapatkan informasi tentang hal tersebut atau belum bias menerapkan tentang perilaku menyusui akan mudah mengalami bendungan ASI pada saat proses menyusui. Oleh karena itu kesadaran sangat penting untuk menjadikan perilaku seseorang menjadi lebih baik. 3. Gambaran Perilaku Ibu dalam Menyusui Terhadap Bendungan ASI di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden yang mengalami bendungan ASI mempunyai perilaku kurang sebanyak 8 responden (80%) Perilaku menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya. Oleh karena ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI cukup untuk banyinya (Depkes RI, 2002). Bendungan ASI adalah payudara menjadi penuh dan keras pada hari ke-3 hingga ke-5 setelah ibu melahirkan bayi. Hal ini terjadi akibat pengembungan atau peningkatan pembuluh vena dan limfe karena pasokan darah ke dalam payudara akan meningkat sebagai persiapan untuk mulainya laktasi.8 Perilaku sangat penting karena sangat berpengaruh dalam membentuk tindakan seseorang. Hal ini yang menyebabkan perilaku menyusui kurang sebagian besar mengalami bendungan ASI. Hal ini dikarenakan karena kesadaran ibu rendah dalam mengikuti suatu kegiatan yang dilakukan bidan setempat. Dengan kesadaran ibu yang baik dapat membatu untuk melakukan perawatan payudara, menyusui yang baik dan memberikan ASI eksklusif. Apabila ibu memiliki kemauan untuk mencari informasi tentang perawatan payudara maka kemungkinan besar ibu akan berperilaku baik untuk melakukannya. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu yang kurang dalam menyusui bisa mengakibatkan kajadian bendungan ASI sehingga ibu menyusui harus mendapatkan informasi dan ketrampilan agar perilaku ibu menyusui meningkat lebih baik untuk mengurangi atau mencegah bendungan ASI. Dengan demikian peran bidan sangat penting untuk meningkatkan kesadaran ibu yang nantinya akan mempengaruhi perilaku ibu untuk menyusui sehingga kejadian bisa di minimalkan. Upaya yang bisa dilakukan bidan untuk hal tersebut adalah, penyuluhan, pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) simulasi atau pelatihan, pendidikan lewat media massa maupun elektronik sehingga ibu dan bayi bisa mendapatkan perawatan yang tepat dan mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hampir setengahnya perilaku ibu dalam menyusui di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban yaitu memiliki perilaku menyusui kurang. 2. Sebagian besar bendungan ASI pada ibu nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban yaitu terjadi bendungan ASI. 3. Hampir seluruhnya perilaku ibu dalam menyusui terhadap bendungan ASI pada ibu nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban yaitu ibu nifas yang mengalami bendungan ASI berperilaku kurang. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Dep. Kes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta, 2008 Soetjiningsi. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta, 1997 Kristiyansari Weni. ASI, Menyusui dan Sadari. Huha Medika. Jogjakarta, 2009. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. YBP- SP. Jakarta, 2002. Sunar Dwi P. Buku Pintar ASI Esklusif. Diva Press. Jogjakarta, 2002 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta, 2008. Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta, 2005. Varney, Helen. Manajemen Laktasi.http://www.google.com, 2011 Machfoedz. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta, Fitramaya. 2008.