2.1. Teori Pembentukan Bumi di Alam Semesta

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan
material pembentukbumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pengunungan,
perbukitan, danau, lembah dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk
dalanm sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam sseperti apa yang kita perkirakan
selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak
mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yan
menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses
terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yaitu :
a. Untuk mengetahui teori-teori pembentukan bumi di alam semesta.
b. Untuk mengetahui struktur dan lapisan bumi.
c. Untuk mengetahui materi-materi penyusun bumi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Pembentukan Bumi di Alam Semesta
Terdapat berbagai macam teori-teori pembentukan bumi di alam semesta yang akan
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Teori oleh Georges-Louis Leclerc
Pada tahun 1778 ahli ilmu alam Prancis Georges-Louis Leclerc, Comte de Buffon,
mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah
komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental keluar. Massa yang
terpental inilah yang menjadi planet (Wikipedia, 2015).
b. Teori Kabut oleh Imanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1755 dan Piere Simon
LaPlace (1749-1827) pada tahun 1796
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuwan yaitu Imanuel Kant (1724-1804)
seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon LaPlace (1749-1827) ahli
astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan
LaPlace mengemukakan pada tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothes (Gombez,
2012).
Gambar 1. Penggambaran Teori Kabut menurut Kant
Menurut Kant, pada awalnya alam raya merupakan gumpalan kabut (nebula) yang
mengandung debu dan gas, terutama gas helium dan hidrogen. Kabut bergerak dan
berputar dengan kecepatan yang sangat lambat sehingga lama kelamaan suhunya
menurun dan massanya terkonsentrasi. Kemudian perputarannya menjadi lebih cepat
sehingga membentuk sebuah cakram dengan massa terpusat di tengah-tengah cakram.
Perputaran yang semakin cepat menyebabkan terbentuk cincin atau gelang-gelang gas
yang memisahkan diri dari bagian luar cakram sehingga terbentuk suatu cakram yang
mengandung sedikit kabut di bagian tengah dan beberapa lapis cincin di sekelilingnya.
Cincin-cincin kemudian memadat dan membeku sehingga terbentuk planet-planet,
sedangkan massa pada bagian pusat membeku membentuk matahari (Gombez, 2012).
Menurut LaPlace, tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin membentuk
bola besar. Kemudian terjadi proses pendinginan dan pengkerutan sehingga bola
mengecil membentuk cakram yang berputar makin cepat. Selanjutnya sebagian massa
gas pada bagian luar cakram menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk cincincincin. Cincin ini kemudian membentuk gumpalan padat sehingga terbentuklah planetplenet dan satelit, sedangkan bagianmassa gas yang ditinggalkan di bagian pusat
piringan pada inti membentuk matahari. Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah
oleh beberapa ahli seperti James Clerk-Maxwell yang memberikan kesimpulan bahwa,
bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram
atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan
anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan
dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin LaPlace, menunjukkan
bahwa medan magnet dan medan listrik matahari telah merusak proses pembekuan
batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat
membeku membentuk planet (Gombez, 2012).
c. Teori Apungan oleh Alfred Lothar Wegener (1912)
Ia mengemukakan teori yang disebut “Apungan dan Pergeseran Benua-Benua”
pada tahun 1912 dihadapan perhimpunan ahli geologi di Frankfurt Jerman. Teori
tersebut dipopulerkan pertama kalinya dalam bentuk buku pada tahun 1915 yang
berjudul Dje Ensfehung der Konfjnenfe und Ozeane (Asal Usul Benua dan Lautan).
Buku tersebut menimbulkan kontroversi besar di lingkungan ahli-ahli geologi, dan baru
mereda pada tahun enampuluhan setelah teori Apungan Benua dari Wegener ini
semakin banyak mendapatkan dukungan (Geopustaka, 2012).
Wegener mengemukakan teori tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut
(Geopustaka, 2012) :
(1) Terdapat kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur benua
Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika.
Kesamaan pola garis kontur pantai tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Benua
Amerika Utara dan Selatan serta Eropa dan Afrika dahulu adalah daratan yang
berimpitan. Berdasarkan fakta bahwa formasi geologi di bagian-bagian yang
bertemu ini mempunyai kesamaan (Geopustaka, 2012).
Keadaan ini telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi di sepanjang
pantai Afrika Barat dari Sierra Leone sampai tanjung Afrika Selatan sama dengan
formasi geologi yang ada di pantai Timur Afrika, dari Peru sampai Bahia Blanca
(Geopustaka, 2012).
(2) Benua-benua yang ada sekarang ini, dahulunya adalah satu benua yang
disebut Benua Pangea
Benua Pangea tersebut pecah karena gerakan benua besar si seltan baik ke arah
barat maupun ke arah utara menuju khatulistiwa. Daerah Greeland sekarang ini
bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 m/tahun, sedangkan
Kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m/tahun.
Dengan peristiwa tersebut maka terjadilah hal-hal sebagai berikut (Geopustaka,
2012):

Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua mengapung sendiri-sendiri.

Samudra Antlantik menjadi semakin luas karena benua Amerika masih terus
bergerak ke arah barat, sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang
menjadi jajaran pegunungan utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai
Amerika Utara dan Selatan.

Aktivitas seismik yang luar biasa di sepanjang Pahatan St. Andreas, di dekat
pantai barat Amerika Serikat.

Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara. Anak benua India
semakin menyempit dan semakin mendekati ke Benua Eurasia, sehingga
menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya.
Pergerakan benua-benua sampai sekarang pun masih berlangsung, hal ini
dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur-alur dalam
samudra (Geopustaka, 2012).
d. Teori Kontraksi oleh Descartes
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan
bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut disebabkan terjadinya proses
pendinginan sehingga di bagian permukaanya terbentuk relief berupa gunung, lembah,
dan dataran (Geopustaka, 2012).
Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852).
Keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadinya proses
pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi
mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah (Geopustaka, 2012).
e. Teori Bintang Kembar oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan
(bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat
pengaruh gravitasi dari bintang kedua, maka keping-keping ini bergerak mengelilingi
bintang tersebut dan berubah menjadi plnet-planet. Sedangkan bintang yang tidak
meledak adalah matahari. Teori ini mempunyai kelemahan karena berdasarkan analisis
matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa momentum anguler dalam
sistem tata surya yang ada sekarang ini tidak mugkin dihasilkan oleh peristiwa tabrakan
dua buah bintang (Gombez, 2012).
f. Teori Ledakan Maha Dahsyat ( Big Bang) George Gamow, Ralph Alpher
danRobert Herman Pada tahun 1948
Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad ke
-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal,
dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini yang disebut ”model alam
semesta yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir (Gombez, 2012).
Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal
adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan
materi yang kostan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti
model-model alam yang stasis (Gombez, 2012).
Pada awal abad ke-21 melalui sejumlah percobaan, pengamatan, dan perhitungan,
fisikamodern telah mencapai kesimpulan bahwa keseluruhan alam semesta, beserta
dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa
yang terjadi dalam sekejap (Gombez, 2012).
Alam pada saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu ketika berubah
menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar,
karena adanya reaksi inti kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak
dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk
kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan terus bergerak, menjauhi
titik pusatnya (Gombez, 2012).
Dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan
yangsangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam
semesta lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang ini semakin
menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada tetapi kemudian
sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan (Gombez, 2012).
Peristiwa ini dikenal dengan Ledakan Maha Dahsyat ”Big Bang”, membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari
suatuketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta
ini berupa satu massa maha padat. Massa mahapadat ini dapat dianggap satu atom
mahapadat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan
akhirnya menghasilkan ledakan maha dahsyat (Gombez, 2012).
Pada tahun 1948, Gerge Gamow muncul dengan gagasan tentang Big Bang. Ia
mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa
radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’
ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan
Robert Wilsonmenemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut
‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi
meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah
sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson
dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka (Gombez, 2012).
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer).
COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya
perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE
telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam
semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan
ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang (Gombez, 2012).
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di
alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa
peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia
telah ada sejak dulukala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan
berubah menjadi helium. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal
mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang,
tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi,
bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik,
terciptalah materi, energi dan waktu. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori
Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang
dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini
telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat (Gombez,
2012).
g. Teori Konveksi oleh Arthur Holmes dan Harry H
Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H.
Hess dan dikembangkan lebih lanjut Robert Diez, dikemukakan bahwa di dalam bumi
yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan lava
sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava
tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggerser
dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua (Geopustaka, 2012).
Bukti dari adanya kebenaran teori ini ysitu terdapatnya mid oceanic, seperti mid
Atlantik Ridge, dan Pasific-Atlantik Ridge di permukaan bumi.
Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan
semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan semakin tua. Artinya, terdapat
gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh
adanya arus konveksi dari lapisandi bawah kulit bumi (Geopustaka, 2012).
h. Teori Planetisimal Hypothesis
Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, yang mengatakan matahari terdiri dari
massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang
melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di
dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada
yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut.
Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian
lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang
melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan
terbentuklah cincin yang lama-kelamaan menjadi padat dan disebut planetisimal.
Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik - menarik dan bergabung menjadi
satu dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk Bumi (Wikipedia, 2015).
i. Teori Tidal
Dua orang ilmuwan Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys, pada tahun 1918
mengemukakan teori tidal. Mereka mengatakan pada saat bintang melintas di dekat
matahari, sebagian massa matahari tertarik ke luar sehingga membentuk semacam
[cerutu]. Bagian yang membentuk cerutu ini akan mengalami pendinginan dan
membentuk planet - planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus (Wikipedia, 2015).
j. Teori Kuiper
Gerald P. Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk
piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang
berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, dia juga
memasukkan unsur - unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang
merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin.
Unsur ringan tersebut menguap dan mulai menggumpal menjadi planet – planet
(Wikipedia, 2015).
k. Teori Whipple
Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan pada mulanya
tata surya terdiri dari gas dan kabut debu aneh yang mengandung nitrogen yang sedikit
kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi
menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat,
sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling
bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet (Wikipedia, 2015).
2.2. Struktur dan Lapisan Bumi
Struktur dan lapisan bumi dapat diurakan sebagai berikut (Novitayani, 2012) :
a. Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi
lapisan-lapisan sebagai berikut :
(1) Kerak Bumi (crust), merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi) dengan
massa 0,3% dari massa keseluruhan bumi. Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70
km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam.
Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian
bawah kerak bumi mencapai 1.100°C. Lapisan kerak bumi yang paling atas disebut
litosfer. Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :

Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian
atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan
benua. Kerak benua memiliki kedalaman 40-200 km.

Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada
bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling
bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar
samudra. Kerak samudra memiliki ketebalan 50-100 km.
(2) Selimut atau Selubung (mantle), merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan
kerak bumi atau lapisan yang terdapat di atas lapisan nife. Selimut/selubung (mantle)
disebut juga lapisan pengantara atau astenosfer dan merupakan bahan cair bersuhu
tinggi dan berpijar. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan berat jenisnya ratarata 5 gr/cm3. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000°C.
(3) Inti Bumi (barisfer atau core), merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan
nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi). Disebut barisfer karena inti bumi
mempunyai massa jenis yang besar yaitu 10,7 gram/cc dibandingkan dengan kulit
bumi (litosfer). Jari-jari ± 3.470 km dan batas luarnya ± 2.900 km di bawah
permukaan bumi. Temperatur di inti bumi diperkirakan tidak lebih dari 30000C.
Adanya bahan nikel dan besi ini yang menyebabkan bumi mempunyai sifat
kemagnetan yang luar biasa. Lapisan inti dibedakan menjadi inti luar dan inti dalam.
Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai
2.200°C. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500°C.
b. Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi
lapisan-lapisan sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur dan Lapisan Bumi
(1) Litosfer : Lapisan ini pada kedalaman 50-200 km, tebalnya sekitar 50-100 km,
dengan masa jenis rata-rata 2,9 gram/cc. Lapisan ini merupakan lapisan bebatuan
yang mengapung diatas astenosfer.
(2) Astenosfer : Astenosfer merupakan lapisan di bawah lempeng tektonik, yang
menjadi tempat bergeraknya lempeng benua. Lapisan ini di kedalaman 700 km,
wujudnya agak kental tebalnya 100-400 km.
(3) Mesosfer : Lapisan ini di kedalaman sekitar 2900 km, wujudnya padat, terletak di
bawah astenosfer dengan ketebalan 2400-2750 km.
c. Menurut susunan kimianya
Menurut susunan kimianya bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni
bagian padat (litosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan, bagian cair (hidrosfer) yang
terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut, danau dan sungai, bagian
udara (atmosfer) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang
ditempati oleh berbagai jenis organisme (biosfer).
2.3. Materi Penyusun Bumi
Materi penyusun bumi terdiri dari MINERAL dan BATUAN, yang bila lapuk akan
menjadi tanah.
a. Mineral
Mineral adalah materi penyusun bumi, yang merupakan unsur atau senyawa
anorganik, terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia tertentu,
mempunyai sifat fisik tertentu, mempunyai struktur dalam teratur dan berbentuk Kristal
(Bates and Jackson, 1990: 424 dikutip dari Lichwatin, 2012). Kristal adalah suatu
bangun Polyader (bidang banyak) yang teratur dan dibatasi oleh bidang-bidang rata
tertentu
jumlanya dan mempunyai sumbu-sumbu simetris tertentu. Mineral yang
terdapat dialam ada yang merupakan unsur bebas, adapula yang merupakan senyawa
(Lichwatin, 2012).
(1) Mineral sebagai unsur bebas (Native Elements)

Cu = Cuprum : Copper : Tembaga

Au = Aurum : Gold : Emas

Pt = Platinum : Platina

S = Sulphur : Sulfur : Belerang

C = Carbon : Diamont : Intan

C = Carbon : Graphite :Grafit
(2) Mineral Sebagai senyawa (Compoound)
(a) Sulfida:

CU2S = Chalcosite : Kalkosit

Fe S2 = Pyrite : Pirit

Cu FeS2 = Chalcopyrite : Kalkopirit

Cu Co2S4 = Carrollite : karolite

Ag2S = Argentit

Pb S = Galena

Zn S = Spalerite : Sfalerit : Zincblende

Hg S = Sinabar
(b) Halida

Na Cl = Halite ; Halit

KCl = Silvite ; Silfit

KCl Mg Cl2GH3S = Carnalite ; karnalit

Na3 AlF6 = Kry ollite ; Kriolit

Ag Cl = Serargirit

Ca F3 = Fliorite ; Fluorite
(c) Oksida

Si O3 = Quarst ; Kuarts2) Si O3 = Chacedony ; Kalsedon

Si O3 (H2Sx) = Opal

Al2 O3 = Corundum ; Korundum

Al2 O32H2O = Bauxite ; Bauksit

Sn O3 = Cassiterite ; Kasiterit

Fe2 O3 = Hematite ; Hematit

Fe2 O3aH2O = Limonite ; limonit

Fe3 O4 = FeO.Fe2O3 = Magnetite ; Magnetit

Ti O2 = Rutile ; Rutil

Fe TiO3 = Ilmenite; Ilmenit

Mn O2 = Pyrolusite ; Pirolusit

Mn2O3H2O = Manganite ; Manganit

Cu2 O = Cuprite ; kuprit

Mg Al2O4 = Spinel

Fe S.Sr2O3 = FeCr2O4 = Chromite ; Kromit

Be Al2O4 = Chrysoberile ; Krisoberil

HO2 = Uranite ; Uranit
(d) Hidroksida

Mg (OH)2 = Bruchite ; Brukit

MnO (OH) = Manganit

AlO (OH) = Diaspore

FeO (OH) = Goethite ; Goetit

FeO (OH) nH2O = Limonit
(e) Karbonat

CaCO3 = Calcite ; Kalsit

Ca Co3 = Aragonite ; Aragonit

Ca CO3 = Ca Mg (CO3)2 = Dolomite ; Dolomit

Cu3 (OH)2 (CO3)2 = Azurite = Azurit

Mg CO3 = Magnesite ; Magnesite

Fe CO3 = Siderite ; Siderit

Mn CO3 = Bhodochrosite ; Bodokrosit

Sn CO3 = Smithsonite ; Smitsonit

Ba CO3 = Strontianis

Pb CO3 = Cerrusite ; Serusit

Cu CO3 (OH)2 = Malachite ; Malakit
(f) Nitrat

Na NO3 = Soda niter ; Natrium Nitrat

KNO3 = Kalium Nitrat ; Potasium Nitrat ; Niter g. Pospat

Ca5 (P. Cl. OH) (PO4)3 = Apatite ; Apatit

Ca3 (PO4)2 = Phosphorite ; Fosforit

Fe3 (PO4)2 SH2O = Vivianite ; Vivianit

Li Al F PO4 = Ambligonite ; Ambligonit
(g) Sulfat

Ba SO4 = Barite ; Barit

Ca SO4 = Anhydrite ; Anhidrit

Ca SO42H2C = Gypsum ; Gipsum

K Al3 (OH)6 (SO4)2 = Alunite ; Alunit

Pb SO4 = Anglesite ; Angelsit
(h) Silikat:

Non – Ferromagnesian Silicates : Cals – Alkali Feldspar (Ca/Na Feldspar);
Alkali Feldspar (K. Na Feldspar); Mika Putih; dan Silika.

Ferromagnesian Silicates = Mafic Minerals : Olivine; Pyroxene;
Hornblende dan Biotite/Mika hitam.
b. Batuan
Batuan adalah massa materi mineral, baik yang kompak keras maupun yang tidak,
yang membentuk kerak bumi. Batuan dapat terdiri dari satu macam mineral atau
kumpulan berbagai macam mineral (Whitten dan Brooks, 1972:393 dikutip dari
Lichwatin, 2012). Ditinjau dari teknik sipil batuan (rock) adalah sesuatu yang keras,
kompak, dan atau ber yang untuk memisahkannya bila perlu harus dengan ledakan
(Wesley, 1973 dikutip dari Lichwatin, 2012).
Bates dan Jackson (1990-573) mendefiniskan batuan yaitu agregat mineral sejenis
atau tidak sejenis seperti granit, marmer, serpih atau tubuh materi mineral yang tidak
dapat dipisah-pisahkan seperti: obsidian; atau materi organic padat, seperti batubara.
Dalam sudut pandang geologi, batuan tidak harus keras dan kompak. Lumpur, pasir, dan
tanah liat (lempung) termasuk batuan. Batuan (rocks) harus dibedakan dari batu (stone)
(Lichwatin, 2012).
Berdasarkan proses terbentuknya, batuan dibagi menjadi 3 yaitu batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorfosis yang diuraikan sebagai berikut (Raharjo, 2013) :
(1) Batuan Beku : Batuan beku merupakan batuan keras yang terbentuk dari magma
yang keluar dari perut bumi dan membeku karena mengalami proses
pendinginan. Karena itu, batuan beku juga disebut sebagai bekuan. Batuan beku
dapat dibedakan berdasarkan tempat magma yang keluar membeku, yaitu
sebagai berikut.
(a) Batuan Beku Dalam : Batuan beku dalam atau batuan beku plutonik
terbentuk karena proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi.
Biasanya proses pembentukan batuan ini terjadi secara lambat, sehingga
biasanya berbentuk kasar dan mengkristal atau holokristalin. Contohnya,
magma mengalir dan meresap ke dalam lapisan-lapisan bumi bagian dalam
dan membeku di situ. Contoh batuan beku dalam antara lain sienit, granit,
diorit, dan gabro.
(b) Batuan Beku Luar : Batuan beku luar atau batuan beku vulkanik terbentuk
karena adanya proses pembekuan magma pada permukaan bumi. Biasanya
proses pembentukan batuan ini terjadi secara cepat, sehingga bentuknya
halus dan tidak mengkristal atau kristalnya sangat halus. Contoh batuan beku
dalam antara lain obsidian, liparit, trachit, desit, andesit, dan basalt.
(c) Batuan Beku Korok : Batuan beku korok terbentuk karena proses
penyusupan magma pada celah-celah litosfer bagian atas dan kemudian
membeku. Oleh karenanya, posisi batuan beku korok biasanya dekat dengan
permukaan bumi. Batuan beku jenis ini juga mengkristal. Beberapa contoh
batuan beku korok antara lain porfir granit, porfir diorit, dan ordinit.
(2) Batuan Sedimen : Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang
mengalami erosi di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras.
Batuan sedimen biasanya berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini,
seringkali ditemukan fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan
proses pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik.
(a) Batuan Sedimen Klastis : Batuan sedimen klastis terbentuk karena pelapukan
atau erosi pada pecahan batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur
atau pecah dan kemudian mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras.
Susunan kimia dan warna batuan ini biasanya sama dengan batuan asalnya.
Contoh batuan sedimen klastis antara lain batu konglomerat, batu breksi, dan
batu pasir.
(b) Batuan Sedimen Kimiawi : Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena
pengendapan melalui proses kimia pada mineral-mineral tertentu. Misalnya,
pada batu kapur yang larut oleh air kemudian mengendap dan membentuk
stalaktit dan stalagmit di gua kapur. Contoh batuan sedimen kimiawi lainnya
adalah garam.
(c) Batuan Sedimen Organik : Batuan sedimen organik atau batuan sedimen
biogenik terbentuk karena adanya sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami
pengendapan di tempat tertentu. Contohnya, batu karang yang terbentuk dari
terumbu karang yang mati dan fosfat yang terbentuk dari kotoran kelelawar.
(3) Batuan Malihan/Metamorfosis : Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau
batuan sedimen yang telah berubah wujud. Karena itu, batuan malihan disebut
juga batuan metamorfosis. Batuan malihan dapat dibagi berdasarkan proses
pembentukannya, yaitu sebagai berikut :
(a) Batuan Malihan Kontak : Batuan malihan kontak atau thermal terbentuk
karena adanya pemanasan atau peningkatan suhu dan perubahan kimia
karena intrusi magma. Contohnya, batu marmer yang berasal dari batu kapur.
(b) Batuan Malihan Dinamo : Batuan malihan dinamo, merupakan batuan yang
terbentuk karena adanya tekanan yang besar disertai pemanasan dan
tumbukan. Tekanan dapat berasal dari lapisan-lapisan yang berada di atas
batu dalam jangka waktu lama. Contohnya batu sabak yang berasal dari tanah
liat. Contoh lainnya batubara yang berasal dari sisa-sisa jasad hewan dan
tumbuhan di daerah rawa-rawa (tanah gambut).
(c) Batuan Malihan Thermal-Pneumatolik : Batuan malihan thermalpneumatolik, merupakan batuan yang terbentuk karena adanya zat-zat
tertentu yang memasuki batuan yang sedang mengalami metamorfosis.
Contohnya, batu zamrud, permata, dan topaz.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat berbagai macam teori pembentukan bumi di alam semesta yaitu teori oleh
Georges-Louis Leclerc; Teori Kabut oleh Imanuel Kant pada tahun 1755 dan Piere
Simon LaPlace pada tahun 1796; Teori Apungan oleh Alfred Lothar Wegener; Teori
Kontraksi oleh Descartes; Teori Bintang Kembar oleh Fred Hoyle; Teori Ledakan
Maha Dahsyat (Big Bang) George Gamow, Ralph Alpher dan Robert Herman; Teori
Planetisimal Hypothesis; Teori Tidal; teori Kuiper dan Teori Whipple.
b. Susuanan dan lapisan bumi terdiri:
(1) Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisanlapisan sebagai berikut :

Kerak Bumi (crust) : kerak benua dan kerak samudera

Selimut atau Selubung (mantle)

Inti Bumi
(2) Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisanlapisan yaitu : litosfer, astenosfer dan mesosfer .
(3) Menurut susunan kimianya :

Litosfer : yang terdiri dari tanah dan batuan,

Hidrosfer : yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut,
danau dan sungai,

Atmosfer : yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang
ditempati oleh berbagai jenis organisme

Biosfer :
c. Materi penyusun bumi yaitu mineral (terdapat di alam ada yang merupakan unsur
bebas, adapula yang merupakan senyawa) dan batuan (menurut proses
terbentuknya : batuan beku, batuan sedimen dan batuan metaformosis).
DAFTAR PUSTAKA
Geopustaka. 2012. Modul Sejarah Pembentukan Bumi. From :
https://geopustaka.files.wordpress.com/2012/11/modul-2-2-1-sejarah-pembentukanbumi.pdf. 25 Februari 2015 (20:45).
Gombez, Z. D. 2012. Makalah Teori Terbentuknya Alam Semesta. From :
https://id.scribd.com/doc/98850033/Makalah-Teori-Terbentuknya-AlamSemesta#scribd. 25 Februari 2015 (20:48).
Lichwatin, Titin. 2012. Materi Penyusun Bumi. From :
https://www.academia.edu/8373747/MATERI_PENYUSUN_BUMI/. 25 Februari
2015 (20:50).
Raharjo, Sahid. 2013. Macam-Macam Batuan Berdasarkan Proses Pembentukannya. From
: http://layanan-guru.blogspot.com/2013/09/macam-macam-batuan-berdasarkanproses.html. 25 Februari 2015 (20:30).
Wikipedia. 2015. Teori Pembentukan Bumi. From :
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_pembentukan_Bumi&veaction=edit
&vesection=4. 25 Februari 2015 (20: 32).
MAKALAH AGROGEOLOGI
TEORI PEMBENTUKAN BUMI
DENGAN SUSUNANNYA
OLEH :
NAMA
NIM
Natasha B. C. Abolla
1204065045
Astrid A. Ndun
1204067049
Dedy Talaen
1204067059
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
2015
Download