BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentukbumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pengunungan, perbukitan, danau, lembah dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalanm sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam sseperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yan menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita. 1.2. Tujuan Adapun tujuan yaitu : a. Untuk mengetahui teori-teori pembentukan bumi di alam semesta. b. Untuk mengetahui struktur dan lapisan bumi. c. Untuk mengetahui materi-materi penyusun bumi. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Pembentukan Bumi di Alam Semesta Terdapat berbagai macam teori-teori pembentukan bumi di alam semesta yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut : a. Teori oleh Georges-Louis Leclerc Pada tahun 1778 ahli ilmu alam Prancis Georges-Louis Leclerc, Comte de Buffon, mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental keluar. Massa yang terpental inilah yang menjadi planet (Wikipedia, 2015). b. Teori Kabut oleh Imanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1755 dan Piere Simon LaPlace (1749-1827) pada tahun 1796 Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuwan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon LaPlace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan LaPlace mengemukakan pada tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothes (Gombez, 2012). Gambar 1. Penggambaran Teori Kabut menurut Kant Menurut Kant, pada awalnya alam raya merupakan gumpalan kabut (nebula) yang mengandung debu dan gas, terutama gas helium dan hidrogen. Kabut bergerak dan berputar dengan kecepatan yang sangat lambat sehingga lama kelamaan suhunya menurun dan massanya terkonsentrasi. Kemudian perputarannya menjadi lebih cepat sehingga membentuk sebuah cakram dengan massa terpusat di tengah-tengah cakram. Perputaran yang semakin cepat menyebabkan terbentuk cincin atau gelang-gelang gas yang memisahkan diri dari bagian luar cakram sehingga terbentuk suatu cakram yang mengandung sedikit kabut di bagian tengah dan beberapa lapis cincin di sekelilingnya. Cincin-cincin kemudian memadat dan membeku sehingga terbentuk planet-planet, sedangkan massa pada bagian pusat membeku membentuk matahari (Gombez, 2012). Menurut LaPlace, tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin membentuk bola besar. Kemudian terjadi proses pendinginan dan pengkerutan sehingga bola mengecil membentuk cakram yang berputar makin cepat. Selanjutnya sebagian massa gas pada bagian luar cakram menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk cincincincin. Cincin ini kemudian membentuk gumpalan padat sehingga terbentuklah planetplenet dan satelit, sedangkan bagianmassa gas yang ditinggalkan di bagian pusat piringan pada inti membentuk matahari. Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clerk-Maxwell yang memberikan kesimpulan bahwa, bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin LaPlace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari telah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membentuk planet (Gombez, 2012). c. Teori Apungan oleh Alfred Lothar Wegener (1912) Ia mengemukakan teori yang disebut “Apungan dan Pergeseran Benua-Benua” pada tahun 1912 dihadapan perhimpunan ahli geologi di Frankfurt Jerman. Teori tersebut dipopulerkan pertama kalinya dalam bentuk buku pada tahun 1915 yang berjudul Dje Ensfehung der Konfjnenfe und Ozeane (Asal Usul Benua dan Lautan). Buku tersebut menimbulkan kontroversi besar di lingkungan ahli-ahli geologi, dan baru mereda pada tahun enampuluhan setelah teori Apungan Benua dari Wegener ini semakin banyak mendapatkan dukungan (Geopustaka, 2012). Wegener mengemukakan teori tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut (Geopustaka, 2012) : (1) Terdapat kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika. Kesamaan pola garis kontur pantai tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Benua Amerika Utara dan Selatan serta Eropa dan Afrika dahulu adalah daratan yang berimpitan. Berdasarkan fakta bahwa formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu ini mempunyai kesamaan (Geopustaka, 2012). Keadaan ini telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi di sepanjang pantai Afrika Barat dari Sierra Leone sampai tanjung Afrika Selatan sama dengan formasi geologi yang ada di pantai Timur Afrika, dari Peru sampai Bahia Blanca (Geopustaka, 2012). (2) Benua-benua yang ada sekarang ini, dahulunya adalah satu benua yang disebut Benua Pangea Benua Pangea tersebut pecah karena gerakan benua besar si seltan baik ke arah barat maupun ke arah utara menuju khatulistiwa. Daerah Greeland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 m/tahun, sedangkan Kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m/tahun. Dengan peristiwa tersebut maka terjadilah hal-hal sebagai berikut (Geopustaka, 2012): Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua mengapung sendiri-sendiri. Samudra Antlantik menjadi semakin luas karena benua Amerika masih terus bergerak ke arah barat, sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara dan Selatan. Aktivitas seismik yang luar biasa di sepanjang Pahatan St. Andreas, di dekat pantai barat Amerika Serikat. Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara. Anak benua India semakin menyempit dan semakin mendekati ke Benua Eurasia, sehingga menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya. Pergerakan benua-benua sampai sekarang pun masih berlangsung, hal ini dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur-alur dalam samudra (Geopustaka, 2012). d. Teori Kontraksi oleh Descartes Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut disebabkan terjadinya proses pendinginan sehingga di bagian permukaanya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran (Geopustaka, 2012). Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadinya proses pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah (Geopustaka, 2012). e. Teori Bintang Kembar oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956 Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang kedua, maka keping-keping ini bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi plnet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari. Teori ini mempunyai kelemahan karena berdasarkan analisis matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa momentum anguler dalam sistem tata surya yang ada sekarang ini tidak mugkin dihasilkan oleh peristiwa tabrakan dua buah bintang (Gombez, 2012). f. Teori Ledakan Maha Dahsyat ( Big Bang) George Gamow, Ralph Alpher danRobert Herman Pada tahun 1948 Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad ke -20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini yang disebut ”model alam semesta yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir (Gombez, 2012). Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang kostan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model-model alam yang stasis (Gombez, 2012). Pada awal abad ke-21 melalui sejumlah percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisikamodern telah mencapai kesimpulan bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap (Gombez, 2012). Alam pada saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu ketika berubah menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar, karena adanya reaksi inti kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan terus bergerak, menjauhi titik pusatnya (Gombez, 2012). Dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan yangsangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang ini semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan (Gombez, 2012). Peristiwa ini dikenal dengan Ledakan Maha Dahsyat ”Big Bang”, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatuketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa mahapadat ini dapat dianggap satu atom mahapadat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya menghasilkan ledakan maha dahsyat (Gombez, 2012). Pada tahun 1948, Gerge Gamow muncul dengan gagasan tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilsonmenemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka (Gombez, 2012). Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer). COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang (Gombez, 2012). Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulukala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi dan waktu. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat (Gombez, 2012). g. Teori Konveksi oleh Arthur Holmes dan Harry H Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut Robert Diez, dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggerser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua (Geopustaka, 2012). Bukti dari adanya kebenaran teori ini ysitu terdapatnya mid oceanic, seperti mid Atlantik Ridge, dan Pasific-Atlantik Ridge di permukaan bumi. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisandi bawah kulit bumi (Geopustaka, 2012). h. Teori Planetisimal Hypothesis Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama-kelamaan menjadi padat dan disebut planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik - menarik dan bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk Bumi (Wikipedia, 2015). i. Teori Tidal Dua orang ilmuwan Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys, pada tahun 1918 mengemukakan teori tidal. Mereka mengatakan pada saat bintang melintas di dekat matahari, sebagian massa matahari tertarik ke luar sehingga membentuk semacam [cerutu]. Bagian yang membentuk cerutu ini akan mengalami pendinginan dan membentuk planet - planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus (Wikipedia, 2015). j. Teori Kuiper Gerald P. Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, dia juga memasukkan unsur - unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan mulai menggumpal menjadi planet – planet (Wikipedia, 2015). k. Teori Whipple Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu aneh yang mengandung nitrogen yang sedikit kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet (Wikipedia, 2015). 2.2. Struktur dan Lapisan Bumi Struktur dan lapisan bumi dapat diurakan sebagai berikut (Novitayani, 2012) : a. Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut : (1) Kerak Bumi (crust), merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi) dengan massa 0,3% dari massa keseluruhan bumi. Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100°C. Lapisan kerak bumi yang paling atas disebut litosfer. Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu : Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua. Kerak benua memiliki kedalaman 40-200 km. Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra. Kerak samudra memiliki ketebalan 50-100 km. (2) Selimut atau Selubung (mantle), merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi atau lapisan yang terdapat di atas lapisan nife. Selimut/selubung (mantle) disebut juga lapisan pengantara atau astenosfer dan merupakan bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan berat jenisnya ratarata 5 gr/cm3. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000°C. (3) Inti Bumi (barisfer atau core), merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi). Disebut barisfer karena inti bumi mempunyai massa jenis yang besar yaitu 10,7 gram/cc dibandingkan dengan kulit bumi (litosfer). Jari-jari ± 3.470 km dan batas luarnya ± 2.900 km di bawah permukaan bumi. Temperatur di inti bumi diperkirakan tidak lebih dari 30000C. Adanya bahan nikel dan besi ini yang menyebabkan bumi mempunyai sifat kemagnetan yang luar biasa. Lapisan inti dibedakan menjadi inti luar dan inti dalam. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200°C. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500°C. b. Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut : Gambar 2. Struktur dan Lapisan Bumi (1) Litosfer : Lapisan ini pada kedalaman 50-200 km, tebalnya sekitar 50-100 km, dengan masa jenis rata-rata 2,9 gram/cc. Lapisan ini merupakan lapisan bebatuan yang mengapung diatas astenosfer. (2) Astenosfer : Astenosfer merupakan lapisan di bawah lempeng tektonik, yang menjadi tempat bergeraknya lempeng benua. Lapisan ini di kedalaman 700 km, wujudnya agak kental tebalnya 100-400 km. (3) Mesosfer : Lapisan ini di kedalaman sekitar 2900 km, wujudnya padat, terletak di bawah astenosfer dengan ketebalan 2400-2750 km. c. Menurut susunan kimianya Menurut susunan kimianya bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni bagian padat (litosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan, bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut, danau dan sungai, bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis organisme (biosfer). 2.3. Materi Penyusun Bumi Materi penyusun bumi terdiri dari MINERAL dan BATUAN, yang bila lapuk akan menjadi tanah. a. Mineral Mineral adalah materi penyusun bumi, yang merupakan unsur atau senyawa anorganik, terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia tertentu, mempunyai sifat fisik tertentu, mempunyai struktur dalam teratur dan berbentuk Kristal (Bates and Jackson, 1990: 424 dikutip dari Lichwatin, 2012). Kristal adalah suatu bangun Polyader (bidang banyak) yang teratur dan dibatasi oleh bidang-bidang rata tertentu jumlanya dan mempunyai sumbu-sumbu simetris tertentu. Mineral yang terdapat dialam ada yang merupakan unsur bebas, adapula yang merupakan senyawa (Lichwatin, 2012). (1) Mineral sebagai unsur bebas (Native Elements) Cu = Cuprum : Copper : Tembaga Au = Aurum : Gold : Emas Pt = Platinum : Platina S = Sulphur : Sulfur : Belerang C = Carbon : Diamont : Intan C = Carbon : Graphite :Grafit (2) Mineral Sebagai senyawa (Compoound) (a) Sulfida: CU2S = Chalcosite : Kalkosit Fe S2 = Pyrite : Pirit Cu FeS2 = Chalcopyrite : Kalkopirit Cu Co2S4 = Carrollite : karolite Ag2S = Argentit Pb S = Galena Zn S = Spalerite : Sfalerit : Zincblende Hg S = Sinabar (b) Halida Na Cl = Halite ; Halit KCl = Silvite ; Silfit KCl Mg Cl2GH3S = Carnalite ; karnalit Na3 AlF6 = Kry ollite ; Kriolit Ag Cl = Serargirit Ca F3 = Fliorite ; Fluorite (c) Oksida Si O3 = Quarst ; Kuarts2) Si O3 = Chacedony ; Kalsedon Si O3 (H2Sx) = Opal Al2 O3 = Corundum ; Korundum Al2 O32H2O = Bauxite ; Bauksit Sn O3 = Cassiterite ; Kasiterit Fe2 O3 = Hematite ; Hematit Fe2 O3aH2O = Limonite ; limonit Fe3 O4 = FeO.Fe2O3 = Magnetite ; Magnetit Ti O2 = Rutile ; Rutil Fe TiO3 = Ilmenite; Ilmenit Mn O2 = Pyrolusite ; Pirolusit Mn2O3H2O = Manganite ; Manganit Cu2 O = Cuprite ; kuprit Mg Al2O4 = Spinel Fe S.Sr2O3 = FeCr2O4 = Chromite ; Kromit Be Al2O4 = Chrysoberile ; Krisoberil HO2 = Uranite ; Uranit (d) Hidroksida Mg (OH)2 = Bruchite ; Brukit MnO (OH) = Manganit AlO (OH) = Diaspore FeO (OH) = Goethite ; Goetit FeO (OH) nH2O = Limonit (e) Karbonat CaCO3 = Calcite ; Kalsit Ca Co3 = Aragonite ; Aragonit Ca CO3 = Ca Mg (CO3)2 = Dolomite ; Dolomit Cu3 (OH)2 (CO3)2 = Azurite = Azurit Mg CO3 = Magnesite ; Magnesite Fe CO3 = Siderite ; Siderit Mn CO3 = Bhodochrosite ; Bodokrosit Sn CO3 = Smithsonite ; Smitsonit Ba CO3 = Strontianis Pb CO3 = Cerrusite ; Serusit Cu CO3 (OH)2 = Malachite ; Malakit (f) Nitrat Na NO3 = Soda niter ; Natrium Nitrat KNO3 = Kalium Nitrat ; Potasium Nitrat ; Niter g. Pospat Ca5 (P. Cl. OH) (PO4)3 = Apatite ; Apatit Ca3 (PO4)2 = Phosphorite ; Fosforit Fe3 (PO4)2 SH2O = Vivianite ; Vivianit Li Al F PO4 = Ambligonite ; Ambligonit (g) Sulfat Ba SO4 = Barite ; Barit Ca SO4 = Anhydrite ; Anhidrit Ca SO42H2C = Gypsum ; Gipsum K Al3 (OH)6 (SO4)2 = Alunite ; Alunit Pb SO4 = Anglesite ; Angelsit (h) Silikat: Non – Ferromagnesian Silicates : Cals – Alkali Feldspar (Ca/Na Feldspar); Alkali Feldspar (K. Na Feldspar); Mika Putih; dan Silika. Ferromagnesian Silicates = Mafic Minerals : Olivine; Pyroxene; Hornblende dan Biotite/Mika hitam. b. Batuan Batuan adalah massa materi mineral, baik yang kompak keras maupun yang tidak, yang membentuk kerak bumi. Batuan dapat terdiri dari satu macam mineral atau kumpulan berbagai macam mineral (Whitten dan Brooks, 1972:393 dikutip dari Lichwatin, 2012). Ditinjau dari teknik sipil batuan (rock) adalah sesuatu yang keras, kompak, dan atau ber yang untuk memisahkannya bila perlu harus dengan ledakan (Wesley, 1973 dikutip dari Lichwatin, 2012). Bates dan Jackson (1990-573) mendefiniskan batuan yaitu agregat mineral sejenis atau tidak sejenis seperti granit, marmer, serpih atau tubuh materi mineral yang tidak dapat dipisah-pisahkan seperti: obsidian; atau materi organic padat, seperti batubara. Dalam sudut pandang geologi, batuan tidak harus keras dan kompak. Lumpur, pasir, dan tanah liat (lempung) termasuk batuan. Batuan (rocks) harus dibedakan dari batu (stone) (Lichwatin, 2012). Berdasarkan proses terbentuknya, batuan dibagi menjadi 3 yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorfosis yang diuraikan sebagai berikut (Raharjo, 2013) : (1) Batuan Beku : Batuan beku merupakan batuan keras yang terbentuk dari magma yang keluar dari perut bumi dan membeku karena mengalami proses pendinginan. Karena itu, batuan beku juga disebut sebagai bekuan. Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan tempat magma yang keluar membeku, yaitu sebagai berikut. (a) Batuan Beku Dalam : Batuan beku dalam atau batuan beku plutonik terbentuk karena proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan batuan ini terjadi secara lambat, sehingga biasanya berbentuk kasar dan mengkristal atau holokristalin. Contohnya, magma mengalir dan meresap ke dalam lapisan-lapisan bumi bagian dalam dan membeku di situ. Contoh batuan beku dalam antara lain sienit, granit, diorit, dan gabro. (b) Batuan Beku Luar : Batuan beku luar atau batuan beku vulkanik terbentuk karena adanya proses pembekuan magma pada permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan batuan ini terjadi secara cepat, sehingga bentuknya halus dan tidak mengkristal atau kristalnya sangat halus. Contoh batuan beku dalam antara lain obsidian, liparit, trachit, desit, andesit, dan basalt. (c) Batuan Beku Korok : Batuan beku korok terbentuk karena proses penyusupan magma pada celah-celah litosfer bagian atas dan kemudian membeku. Oleh karenanya, posisi batuan beku korok biasanya dekat dengan permukaan bumi. Batuan beku jenis ini juga mengkristal. Beberapa contoh batuan beku korok antara lain porfir granit, porfir diorit, dan ordinit. (2) Batuan Sedimen : Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang mengalami erosi di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras. Batuan sedimen biasanya berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini, seringkali ditemukan fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan proses pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik. (a) Batuan Sedimen Klastis : Batuan sedimen klastis terbentuk karena pelapukan atau erosi pada pecahan batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan kemudian mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras. Susunan kimia dan warna batuan ini biasanya sama dengan batuan asalnya. Contoh batuan sedimen klastis antara lain batu konglomerat, batu breksi, dan batu pasir. (b) Batuan Sedimen Kimiawi : Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena pengendapan melalui proses kimia pada mineral-mineral tertentu. Misalnya, pada batu kapur yang larut oleh air kemudian mengendap dan membentuk stalaktit dan stalagmit di gua kapur. Contoh batuan sedimen kimiawi lainnya adalah garam. (c) Batuan Sedimen Organik : Batuan sedimen organik atau batuan sedimen biogenik terbentuk karena adanya sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pengendapan di tempat tertentu. Contohnya, batu karang yang terbentuk dari terumbu karang yang mati dan fosfat yang terbentuk dari kotoran kelelawar. (3) Batuan Malihan/Metamorfosis : Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah berubah wujud. Karena itu, batuan malihan disebut juga batuan metamorfosis. Batuan malihan dapat dibagi berdasarkan proses pembentukannya, yaitu sebagai berikut : (a) Batuan Malihan Kontak : Batuan malihan kontak atau thermal terbentuk karena adanya pemanasan atau peningkatan suhu dan perubahan kimia karena intrusi magma. Contohnya, batu marmer yang berasal dari batu kapur. (b) Batuan Malihan Dinamo : Batuan malihan dinamo, merupakan batuan yang terbentuk karena adanya tekanan yang besar disertai pemanasan dan tumbukan. Tekanan dapat berasal dari lapisan-lapisan yang berada di atas batu dalam jangka waktu lama. Contohnya batu sabak yang berasal dari tanah liat. Contoh lainnya batubara yang berasal dari sisa-sisa jasad hewan dan tumbuhan di daerah rawa-rawa (tanah gambut). (c) Batuan Malihan Thermal-Pneumatolik : Batuan malihan thermalpneumatolik, merupakan batuan yang terbentuk karena adanya zat-zat tertentu yang memasuki batuan yang sedang mengalami metamorfosis. Contohnya, batu zamrud, permata, dan topaz. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa : a. Terdapat berbagai macam teori pembentukan bumi di alam semesta yaitu teori oleh Georges-Louis Leclerc; Teori Kabut oleh Imanuel Kant pada tahun 1755 dan Piere Simon LaPlace pada tahun 1796; Teori Apungan oleh Alfred Lothar Wegener; Teori Kontraksi oleh Descartes; Teori Bintang Kembar oleh Fred Hoyle; Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang) George Gamow, Ralph Alpher dan Robert Herman; Teori Planetisimal Hypothesis; Teori Tidal; teori Kuiper dan Teori Whipple. b. Susuanan dan lapisan bumi terdiri: (1) Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisanlapisan sebagai berikut : Kerak Bumi (crust) : kerak benua dan kerak samudera Selimut atau Selubung (mantle) Inti Bumi (2) Menurut sifat mekanik (sifat dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisanlapisan yaitu : litosfer, astenosfer dan mesosfer . (3) Menurut susunan kimianya : Litosfer : yang terdiri dari tanah dan batuan, Hidrosfer : yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut, danau dan sungai, Atmosfer : yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis organisme Biosfer : c. Materi penyusun bumi yaitu mineral (terdapat di alam ada yang merupakan unsur bebas, adapula yang merupakan senyawa) dan batuan (menurut proses terbentuknya : batuan beku, batuan sedimen dan batuan metaformosis). DAFTAR PUSTAKA Geopustaka. 2012. Modul Sejarah Pembentukan Bumi. From : https://geopustaka.files.wordpress.com/2012/11/modul-2-2-1-sejarah-pembentukanbumi.pdf. 25 Februari 2015 (20:45). Gombez, Z. D. 2012. Makalah Teori Terbentuknya Alam Semesta. From : https://id.scribd.com/doc/98850033/Makalah-Teori-Terbentuknya-AlamSemesta#scribd. 25 Februari 2015 (20:48). Lichwatin, Titin. 2012. Materi Penyusun Bumi. From : https://www.academia.edu/8373747/MATERI_PENYUSUN_BUMI/. 25 Februari 2015 (20:50). Raharjo, Sahid. 2013. Macam-Macam Batuan Berdasarkan Proses Pembentukannya. From : http://layanan-guru.blogspot.com/2013/09/macam-macam-batuan-berdasarkanproses.html. 25 Februari 2015 (20:30). Wikipedia. 2015. Teori Pembentukan Bumi. From : http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_pembentukan_Bumi&veaction=edit &vesection=4. 25 Februari 2015 (20: 32). MAKALAH AGROGEOLOGI TEORI PEMBENTUKAN BUMI DENGAN SUSUNANNYA OLEH : NAMA NIM Natasha B. C. Abolla 1204065045 Astrid A. Ndun 1204067049 Dedy Talaen 1204067059 UNIVERSITAS NUSA CENDANA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI 2015