Ringkasan

advertisement
GRII Kelapa Gading
Khotbah Minggu (29 Juni 2014)
Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto, Th.D Tema : …....….…..……………...….........
Nas Alkitab
Tahun ke-15
Menanti Kedatangan Kerajaan Allah
: .............................................................................................................
Pdt. Billy Kristanto, Th.D.
Lukas 17:20-37
Ringkasan Khotbah
732/771
22 Juni 2014
GRII KG 732/771 (hal 4)
Dalam bagian sebelumnya peristiwa
bagaimana Yesus menyembuhkan kesepuluh
orang kusta ini merupakan satu tanda dari
hadirnya Kerajaan Alah yang sudah ada di
tengah-tengah umatNya. Meskipun kita tahu
dari kesepuluh itu yang kembali hanya satu
orang, tetapi dari sisi Yesus, Dia ingin
memulihkan setiap orang untuk boleh
memiliki hubungan atau relasi dengan Bapa
dan bukan lagi terisolasi di dalam kutukan
dosa (yang digambarkan dengan penyakit
kusta ini). Menarik, waktu kita kaitkan bagian
ini dengan ayat 20-37 di situ ada orang-orang
Farisi yang rupanya ingin mengharapkan
tanda yang lain, tanda Kerajaan Allah, padahal
baru saja diceritakan peristiwa orang-orang
kusta yang sudah disembuhkan dan karena itu
mereka boleh beribadah lagi, mereka boleh
menikmati kehadiran Tuhan. Tetapi orangorang Farisi yang katanya sangat menguasai
firman Tuhan, mereka mencari tanda-tanda
yang lain (memang tidak terlalu jelas tanda
apa), tetapi merupakan satu opini diantara
para
penafsir
bahwa
waktu
mereka
membayangkan tentang Kerajaan Allah,
mereka punya pandangan yang berbeda
dengan Kerajaan Allah yang dihadirkan oleh
Yesus.
Mereka mengkaitkan Kerajaan Allah
dengan kejayaan kerajaan Israel seperti pada
masa Daud, kemegahan lahiriah itu, tandatanda lahiriah dan pengharapan itu juga tentu
saja akan disertai dengan pengharapan
runtuhnya kejayaan kekaisaran Romawi, lalu
Israel boleh kembali merdeka, bangsa yang
bebas, bangsa yang besar dan di situ ada
prosperity, kemakmuran, itu Kerajaan Allah
yang sangat mungkin mereka mimpikan.
Tetapi mereka tidak mengindahkan pekerjaan
Tuhan yang dinyatakan begitu jelas diantara
mereka yaitu bagaimana sebetulnya Yesus
memulihkan orang-orang yang tadinya tidak
bisa beribadah menjadi bisa beribadah dan
menikmati kehadiran Tuihan. Setelah 2000
tahun peristiwa ini sampai di zaman kita
ternyata juga tidak jauh berbeda, kita lebih
suka mengalami tanda-tanda yang lain dari
pada pemulihan yang sangat substansial ini.
Westminster confession menuliskan, tujuan
hidup manusia yang paling tinggi yaitu supaya
dia boleh mempermuliakan dan menikmati
Allah, kedua hal ini terjadi secara khusus
waktu kita datang beribadah dihadapan Tuhan
dan Tuhan memulihkan kehidupan manusia
ini keluar dari dosa, supaya kita boleh
beribadah
kepada
Tuhan,
menikmati
kemuliaan dan pribadi Allah sendiri. Substansi
dari pada sorga itu juga adalah kita boleh
memuliakan
Tuhan
dan
menikmati
kehadiraranNya secara sempurna sampai
selama-lamanya.
Apa yang ada dibenak kita yang menjadi
pergumulan kita yang paling dalam? Apa yang
kita harapkan dari kerajaan Allah, tanda apa
yang kita harapkan? Orang-orang Farisi di sini
mengharapkan tanda-tanda lahiriah, tandatanda yang mereka bisa lihat dengan mata
jasmani. Kita juga cenderung seperti itu,
membanggakan apa yang lahiriah, apa yang
kelihatan, karena memang yang bisa dinilai
oleh sesama kita ya hal seperti itu. Kalau kita
mau pameran yang kita pamerkan adalah apa
yang kelihatan, yang tidak kelihatan sulit
untuk
dipertontonkan,
susah
untuk
dipamerkan. Sementara Tuhan tidak tertarik
untuk melihat yang lahiriah, tetapi tertarik
melihat kedalaman hati manusia, siapa di sini
yang akan notice? Satu orang diantara sepuluh
orang yang disembuhkan, satu orang kembali,
lalu kemudian bersyukur kepada Tuhan,
memuliakan Allah, menurut dunia peristiwa ini
sangat tidak menarik, apa itu, hanya begitu
saja? Mungkin bahkan lebih fenomenal,
kejadian tahir daripada sepuluh orang itu
sendiri. Apalagi kalau kita membaca di dalam
firman Tuhan, mana ada cerita seperti ini,
dalam bagian ini Yesus hanya berfirman saja
dan sepuluh orang tahir di tengah-tengah
perjalanan. Wah ini sesuatu yang spektakuler,
yang fenomenal, demikian fenomenalnya
sampai orang lupa bersyukur, padahal realita
Kerajaan Allah terutama adalah orang yang
kembali ini dan bisa bersyukur, menikmati
GRII KG 732/771 (hal 1)
Ekspositori Injil Lukas (40)
Ekspositori Injil Lukas (40)
kehadiran
Kristus
secara
khusus,
itu
sebetulnya yang mau dituju di dalam berita
Kerajaan Allah.
Tetapi orang-orang Farisi ini mencari
sesuatu yang lain, mereka suka hal yang bisa
dilihat oleh mata, mereka juga suka untuk
membanggakan bahwa Kerajaan Allah itu ada
di sini, di situ, dilokalisasi disatu tempat
tertentu, tentu saja tempat itu adalah
Yerusalem. Maka waktu Yesus menuju ke
Yerusalem, banyak orang berpikir bahwa pasti
Kerajaan Allah sudah datang, karena Yesus
sudah mau masuk Yerusalem. Pertanyaan
yang terus mengobsesi pikiran orang-orang
Farisi sampai akhirnya mereka lupa realita
Kerajaan Allah itu adalah dimana, kapan dan
bagaimana? Nah ini saya percaya berkaitan
dengan salah satu kebutuhan manusia tetapi
yang dihayati secara salah, waktu dia
mengetahui kapan, dimana, maka dia bisa
merasa lebih aman, lebih tenang, tetapi kalau
kita tidak tahu kapan dan dimana, kan tidak
jelas, maka kita akan gelisah, tidak sabar dsb.
Sementara buat Tuhan yang penting itu
adalah proses pembentukannya itu sendiri,
lebih dari pada kita tahu kapan solusinya
diberikan oleh Tuhan.
Memang di dalam bagian ini tidak terlalu
banyak berbicara tentang kapan, tetapi kita
tahu di dalam bagian yang lain ada
pertanyaan kapan tentang Kerajaan Allah.
Kalau tidak kapan, dimana dan bagaimana,
mereka mempunyai pandangan masingmasing, kapannya itu kapan, dimananya itu
dimana, dan bagaimananya itu bagaimana
seperti yang mereka pikirkan. Kalau kita
mengikut Tuhan, sebetulnya kita hanya perlu
mencukupkan diri dengan mengetahui bahwa
kita sedang menyertai Tuhan, kehadiran
Tuhan itu kita sertai, kita mengikut Tuhan,
perkara kapan kita sampai itu tidak lebih
penting dari pada apakah saya sedang
berjalan bersama dengan Yesus atau tidak.
Apa gunanya kita tahu kapan, lalu Tuhan
beritahukan kapan, tetapi kemudian di dalam
perjalanan kita sendiri kehilangan Yesus, kita
berjalan sendiri, bukan dengan Yesus, tanpa
Yesus. Ada orang yang pergi ke ahli nujum
mencari tentang kapan dsb., lalu setelah tahu
kapan, mau apa? Setelah tahu kapan, kita juga
tidak bisa apa-apa, kita berkata, paling tidak
bisa
mempersiapkan
diri,
yang
mempersiapkan diri juga belum tentu siap
juga. Intinya adalah dengan kita tahu kapan
saatnya lalu dimana, kita berpikir dengan
lebih bisa tahu itu, maka kita lebih ada
kepastian, ada sesuatu yang kita bisa pegang
di dalam kehidupan saya, karena saya tahu
kapan dan saya tahu dimana.
Tetapi realita Kerajaan Allah tidak bisa
direduksi di dalam cara seperti itu, ada
sebagian orang dalam kelompok kekristenan
yang suka berspekulasi kapan Yesus datang,
lalu
mereka
mempunyai
kalkulasinya,
rumusnya luar biasa rumit. Seperti seolah-olah
kedatangan Yesus itu mengikuti jadwal kita,
seorang dosen tamu di STTRII berkata, Yesus
itu tidak harus datang on time, karena Dia not
in time, yang not in time tidak harus datang on
time. Apa maksudnya? Waktu Yesus datang,
Dia bukan mengikuti kalenderisasi kita,
seolah-olah ini sudah tanggalnya, Yesus itu
bukan di dalam kalender kita, Yesus itu di luar
waktunya kita, transcend dari pada sistem
kalender yang ada di dalam dunia ini. Yang
ada adalah waktu Yesus datang, masuk ke
dalam waktu kita, nah itulah waktunya
kalender kita berhenti. Saya berpikir konsep
ini benar juga kalau kita hayati di dalam
kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya di
dalam persoalan Yesus datang kembali, tetapi
di dalam arti keseharian kita juga. Seringkali
waktu kita bergumul di dalam persoalan kita,
lalu kita mengharapkan, ini kapan? Pertanyaan
seperti yang muncul di dalam kitab Mazmur,
memang perspektif dari bawah, berapa lama
lagi, kapan Tuhan, kapan? Seolah-olah Tuhan
harus mengikuti kalender kita, tidak, Tuhan
tidak mengikuti kalender kita, yang ada adalah
pembentukan kita ini yang mengikuti
waktunya Tuhan.
Tuhan yang akan menentukan kapan
persoalan ini boleh terjadi terus dan di dalam
proses itu akhirnya kita dibentuk untuk
semakin serupa dengan Tuhan, salah satunya
adalah di dalam hal ketekunan, pengharapan,
penantian. Kalau kita mengasihi Tuhan, kita
akan menantikan Dia, salah satu aspek di
dalam kasih itu adalah menanti, menunggu,
sekarang memang kita hidup di dalam culture
yang berbeda, orang bilang dia menunggu
tetapi sebenarnya dia tidak menunggu, dia
mengerjakan yang lain. Ada orang menunggu,
sambil menunggu ya masaklah, sebetulnya itu
tidak menunggu, karena waktu saya sambil
mengerjakan yang lain, saya jadi terdistracted, distracted akhirnya ooh dia tiba-tiba
datang, syukurlah dia datang, tetapi saya tidak
merasa bosan dan saya tidak merasa jengkel,
saya tidak merasa marah juga, karena toh ada
kegiatan yang lain. Jadi apa maksudnya? Ini
seperti satu keadaan, kamu datang atau tidak
datang juga tidak apa-apa, karena anyway
saya ada pekerjaan, tapi saya tidak akan
menunggu kamu secara khusus di living room,
duduk diam, jangan kamu pikir saya orang
pengangguran seperti itu ya, sambil nunggu
saya mengerjakan yang lain. Dan dunia kita
tampaknya sangat menyediakan distraksidistraksi seperti itu, kita bilang kita sedang
menunggu, kenyataannya kita tidak sedang
menunggu, kita mengerjakan sesuatu yang
lain, sampai kita sendiri lupa apakah sedang
mengharapkan orang itu datang atau tidak?
Di dalam gambaran dengan Tuhan juga
begini, tidak jauh berbeda, orang mendistraksi
kehidupannya dengan everydayness, maka di
sini menurut saya gambaran yang tepat sekali
waktu dikatakan apa yang terjadi pada zaman
Nuh, pada zaman Lot, mereka makan, minum,
GRII KG 732/771 (hal 2)
kawin,
dikawinkan,
membeli,
menjual,
menanam, membangun, kegiatan-kegiatan
seperti ini bukan berdosa kan? Kita orangorang percaya juga makan, minum, kawin dan
dikawinkan, lalu kita juga menanam dan
membangun, membeli dan menjual, kenapa
hal ini diangkat dalam bagian ini? Karena
banyak orang waktu melakukan hal ini, dia
tenggelam di dalam rutinitas kesehariannya
tanpa menantikan Yesus datang atau tidak
datang, dia juga tidak terlalu peduli, Yesus
mau datang atau tidak pokoknya saya makan
minum seperti biasa, saya kawin dan
mengawinkan, menjual dan menanam, ya
begitulah kehidupan manusia, rutin saja, yang
penting rodanya berputar dan bergerak. Yesus
datang ya syukur, tidak datang juga tidak apaapa, toh saya masih bisa makan, gambaran
seperti ini dikatakan di dalam alkitab, bahwa
orang-orang yang tenggelam di dalam
rutinitas ini, akhirnya fully unprepared, mereka
akan masuk ke dalam hari penghakiman.
Sangat menarik kalau kita perhatikan
dalam bagian ini, tidak dikatakan, melacur,
merampok, dst., tidak bicara itu, tapi bicara
makan, minum, kawin, dikawinkan, menjual,
membeli dsb., hal yang biasa terjadi di dalam
kehidupan manusia. And yet kita melihat, ada
orang-orang yang di dalam keadaan seperti
ini sebetulnya tidak peduli sama sekali dengan
Tuhan. Kerajaan Allah itu bukan pembicaraan
fenomena, bukan, tetapi pembicaraan apa
yang dilihat Tuhan di dalam hati kita, karena
kalau mau berbicara tentang yang fenomena,
seluruh dunia juga akan kelihatan seperti ini,
orang percaya pun akan melakukan ini, ya
kan? Jadi secara fenomena, secara kasat mata,
secara lahiriah tidak ada bedanya dan
memang bukan di situ bedanya, bedanya
adalah di dalam hati. Ada orang yang
tenggelam di dalam rutinitas ini dan tidak
peduli dengan adanya Tuhan, mereka hidup
seolah-olah tidak ada akhir zaman, tidak ada
hari penghakiman, pokoknya yang betul-betul
real itu ya hidup yang ada di sini ini dan
sekarang, tidak usah bicara hidup yang akan
datang, itu tidak ada, terlalu abstark. Kalau
Tuhan ya bolehlah, kalau kita susah, berdoa
kepada Tuhan, tetapi lebih dari pada itu,
Tuhan juga sebenarnya tidak terlalu relevan di
dalam kehidupan kita, yang ada adalah
bagaimana saya minum, makan, kapan saya
kawin dst.
Di dalam perumpamaan lima gadis
bijaksana dan gadis bodoh, sangat menarik
kalau kita membaca, lima gadis bijaksana itu
yang prepare, mereka membawa minyak
persediaan, tapi lima gadis bodoh ini tidak
membawa minyak persediaan, sehingga waktu
minyak lampu mereka habis, ya sudah lampu
itu padam, tetapi ada lima gadis bijaksana
yang membawa persediaan minyak. Yang mau
saya katakan adalah kita perhatikan di dalam
cerita itu, waktu mereka menyongsong,
menantikan mempelai laki-laki tiba, kesepuluh
gadis itu tidur, sama-sama tidur, kita tidak
membaca yang lima tidur, yang lima lagi
bergadang, ooh tidak seperti itu, semuanya
tidur. Tetapi ada orang yang di dalam keadaan
berjaga-jaga, siap siaga, bawa persediaan, ada
orang yang tidur, ya betul-betul tidur, sama
sekali tidak siap. Sama di dalam bagian ini,
ada orang makan, minum, membeli, menjual,
membangun, menanam, dst., ada dalam
keadaan yang sama sekali unprepare waktu
Anak Manusia itu datang kembali, ada yang
melakukan ini di dalam sikap penantian.
Mereka menunggu Anak Manusia itu datang
kembali, mereka bukan konsentrasi atau
fokusnya di dalam kehidupan di sini dan
sekarang, karena kalau seperti ini, ini menjadi
satu kehidupan orang-orang fasik, hopeless,
seperti seolah-olah tidak ada Tuhan, tidak ada
eschatological point, tidak ada eschatological
consciousness atau eschatological awareness.
Kembali kepada ayat pertama tadi, ada
certain security yang bisa dipegang kalau kita
tahu, seolah-olah bisa tahu kapan Kerajaan
Allah itu atau Yesus datang kembali dan
dimana. Karena kita memang terbatas di
dalam tempat, di dalam waktu, lalu kalau kita
tahu dimana, ya pasti kita akan pergi ke situ,
kalau
kita
bisa
tahu
kapan,
ooh
mempersiapkan diri, paling tidak menjelang
hari itu. Ya di dalam kehidupan sehari-hari
juga tidak terlalu jauh beda, kadang-kadang
saya kesal dengan orang yang kalau doa
syafaat lagi musim ujian, mari kita berdoa
karena sekarang musim ujian, kita doakan
anak-anak kita yang sedang menempuh ujian,
seperti kalau tidak ujian, kita tidak usah
berdoa untuk mereka, begitu? Jadi belajarnya
asal-asalan, tidak apa-apa, tetapi ketika ujian,
kita harus mendoakan mereka supaya
belajarnya benar dan ujiannya lulus, begitu.
Kalau seperti ini, tidak ada integrasi di dalam
kehidupan kristen, doa syafaat pun terjebak di
dalam spirit seperti itu, kenapa tidak
mendoakan orang yang tidak lagi ada ujian,
supaya dia bisa menikmati pelajaran,
meskipun itu bukan bulan ujian? Kenapa bisa
ada gambaran seperti ini?Karena orang
seringkali hanya menjalankan kehidupan yang
integrated, belajar dsb., waktu dia tahu
momen-nya kapan, oh ujian-nya bulan Juni,
oh iya kita harus belajar paling telat bulan
Mei, itu yang sering terjadi dalam kehidupan
manusia. Tidak jauh berbeda, kita katanya
orang yang belajar di universitas harusnya
sudah dewasa, pada kenyataannya juga sama,
bukan hanya anak SD, yang mahasiswa juga
seperti itu, waktu ujian baru belajar.
Kalau kita menanti kehadiran Kerajaan
Allah, kembalinya Yesus Kristus dengan cara
seperti ini, ya kita jadi orang-orang yang sama
seperti
itu,
makanya
Tuhan
tidak
memberitahukan.
Tuhan
tidak
memberitahukan
supaya
kita
jangan
kehilangan integritas, jangan menjadi sistem
kebut semalam, orang saleh semalam,
GRII KG 732/771 (hal 3)
mendadak menjadi orang saleh karena tahu
besok sudah mau mati, ada berapa banyak
orang-orang seperti ini? Waktu dia mulai sakit,
mulai sadar, sepertinya sekarang harus mulai
hidup saleh, tetapi setelah dia tahu waktunya
tidak banyak lagi. Kerajaan Allah tidak
diberitahukan tempat atau kapan, supaya kita
boleh senantiasa berjaga-jaga dan karena itu
tidak kehilangan integritas kita. Yesus
memberikan
kalimat
penghiburan,
sesungguhnya Kerajaan Allah ada diantara
kamu, yang paling dekat yaitu contoh
kesepuluh orang kusta yang dipulihkan oleh
Yesus, lalu diberikan kesempatan untuk bisa
beribadah.
Kita tahu orang-orang Farisi ini adalah
orang-orang yang menolak berita Kerajaan
Allah, mereka orang-orang yang terus
berpolemik dengan Yesus Kristus, dengan
pengajaranNya, tetapi Yesus mengatakan
bahwa Kerajaan Allah ada diantara kamu,
kalau kamu melihat sekelilingmu, di situ sudah
hadir Kerajaan Allah. Ada table fellowship
dengan orang-orang berdosa, ada orangorang yang ditarik dari pada kutukan
kematian seperti orang-orang kusta ini, lalu
boleh dipulihkan, bisa ada relasi dengan
sesama orang percaya, bisa bersyukur dan
bisa menikmati kehadiran Tuhan, itu Kerajaan
Allah. Tetapi mereka tidak puas dengan
gambaran Kerajaan Allah seperti ini, menurut
mereka itu tidak terlalu penting, apa sih
artinya orang bersyukur itu, tidak menarik
sama sekali. Yang mereka mau adalah
gambaran spektakuler, fenomenal, yang
besar-besar, itulah Kerajaan Allah, yang kalau
didokumentasikan keren sekali, itu namanya
kehadiran kerajaan Allah, tetapi hati yang
bersyukur, hati yang memberi segala
kemuliaan kepada Tuhan, itu tidak bisa
didokumentasikan. Kerajaan Allah versi Yesus
seperti ini tidak menarik, kita harus hati-hati
dengan
gambaran
Kerajaan
Allah,
pengharapan yang keliru, karena ada orangorang dalam kekristenan yang mengharapkan
datangnya Kerajaan Allah itu seperti, ooh
pemimpin atau orang-orang yang paling
tinggi itu adalah orang kristen bukan lagi
orang-orang yang non kristen.
Jadi nanti kita mengharapkan bahwa
bisnisman yang paling sukses itu orang
kristen, nanti profesor-profesor yang paling
berhasil itu orang kristen, pemimpinpemimpin negara yang paling penting juga
orang kristen, lalu semuanya itu diduduki oleh
orang-orang kristen, itu berarti Kerajaan Allah
sudah datang, katanya. Ceritanya menjadi
berubah, menjadi successful christianity, ada
terjemahan yang menarik dan menurut saya
itu keliru dan beberapa komentator juga
mendapati,
mengobservasi
bahwa
itu
terjemahan yang kurang tepat, ada yang
menerjemahkan
seperti
ini,
“Sebab
sesungguhnya Kerajaan Allah itu ada di dalam
kamu, within you”. Apa bedanya diantara
kamu dan within you? Kalau within you itu
bisa sangat individual, ini loh Kerajaan Allah
ada di dalam dirimu, itu sebagai satu potensi
yang menunggu kamu menggali, setelah
kamu menggali nanti ternyata fenomena
manifestasi Kerajaan Allah akan keluar melalui
penggalian potensi dirimu yang ada di dalam
itu. Ini bukan berita alkitab, mungkin berita
new age dan sangat rentan dengan ideologis
self realisasi, self aktualisasi, lalu mendorong
orang lain meng-encourage orang lain, tetapi
ceritanya adalah highly successful christian
people.
Kita tidak mendapati cerita itu di dalam
gereja mula-mula, yang kita dapati adalah
orang-orang sederhana, nelayan-nelayan dari
Galilea, Petrus, Yakobus termasuk Lukas yang
kita baca. Paulus mengatakan, diantara kamu
tidak banyak orang yang penting, orang yang
terhormat, memang bukan tidak ada sama
sekali, Paulus katakan tidak banyak orang
yang terhormat, yang lebih banyak adalah
orang-orang biasa saja, orang-orang marjinal,
orang pinggiran, orang yang kelas biasa.
Tetapi justru kekristenan berkembang di
dalam
keajaiban
itu
bukan
dengan
menceritakan, coba lihat ini kaisarnya kristen,
menterinya kristen, semuanya kristen, bukan
seperti itu, itu bukan cerita Kerajaan Allah
yang ada di dalam gereja mula-mula. Yang
ada adalah salah satu cerita yang menarik di
situ, kenapa kekristenan bisa berkembang
pesat, karena mereka mendapati bahwa
orang-orang kristen ini agak aneh, lalu mereka
tertarik menyelidiki, ini agama apa sih? Karena
kita biasa hidup di satu struktur tuan dan
hamba, hirarkinya jelas, tuan tempanya
dimana, hamba itu dimana? Orang merdeka
itu apa, orang tidak mereka itu bagaimana?
Waktu mereka makan, mejanya pasti harus
pisah dan waktu mereka berelasi semua harus
ada jaraknya, itu sudah jelas sekali, sampai
sekarang juga tidak jauh berbeda kan? Kaya
miskin bisa ada gap-nya seperti itu.
Tetapi salah satu kesaksian yang terjadi
di dalam gereja mula-mula adalah mereka
tidak bisa mengerti kenapa orang-orang
kristen bisa merelativisasi ini semua? Itu kan
tuan, ini kan hamba, loh… kok mereka bisa
semeja ya? Waktu mereka perjamuan kudus
itu, seperti tidak ada lagi laki-laki perempuan,
tidak ada lagi orang kaya orang miskin, tidak
ada lagi orang merdeka, tidak ada lagi budak,
di situ semuanya seperti sama. Lalu mereka
tercengan, ini agama apa ya, ini kepercayaan
apa? Kita tertarik untuk mempelajari agama
seperti ini, karena yang kita tahu di dalam
dunia selalu ada hirarki yang jelas sekali,
pemetaan posisi sosial seseorang di dalam
masyarakat itu sangat jelas. Tapi kekristenan
seperti mengaburkan semuanya, semuanya
seperti jadi tidak penting, jadi relatif, karena
mereka sama-sama men-Tuankan yang
mereka sebut Tuhan Yesus Kristus. Lalu orang
mulai tertarik untuk mempelajari keristenan,
bukan dengan kesaksian-kesaksian, ini loh
orang kristen, coba lihat, sekarang dia yang
paling jenius di seluruh Romawi dan dia
adalah orang kristen.
GRII KG 732/771 (hal 4)
Kekristenan bukan dibangun dengan
kesaksian seperti ini, hati-hati dengan
pergeseran
pengertian
Kerajaan
Allah.
Kerajaan Allah bukan hadir di dalam tandatanda lahiriah seperti itu, itu kebanggaankebanggaan dunia, kebanggaan nasionalisme
yang palsu, seperti orang-orang Yahudi
mengharapkan mereka kembali menjadi
bangsa yang besar, kalau bisa menandingi
kekaisaran Romawi. Tuhan tidak jawab kan
doa seperti itu? Kapan? Mereka masih dijajah
terus oleh Romawi, walaupun Romawi
akhirnya collapse, yang membuat collapse juga
bukan orang Yahudi kok, bukan, tapi bangsa
bar-bar yang lain. Jadi impian Kerajaan Allah
yang seperti itu tidak didengar oleh Tuhan,
Tuhan tidak tertarik dengan kemegahankemegahan
atau
fenomena-fenomena
lahiriah, Tuhan tertarik dengan sikap hati yang
ada di dalam. Kerajaan Allah ada diantara
kamu, berarti tidak bisa dihayati dengan
sekedar secara individual, saya dan potensi
saya, saya dan pelayanan saya, saya dan
achievement saya, bukan , itu bukan Kerajaan
Allah. Tetapi waktu Yesus mengatakan di sini,
ada diantara kamu berarti itu komunal.
Memang ironis, kalau kembali pada
cerita kesepuluh orang kusta ini, yang kembali
hanya satu, seharusnya sepuluh-sepuluhnya
harus kembali, ada pengalaman komunal,
orang
yang
sama-sama
mengalami
pertolongan Tuhan, lalu sama-sama bersyukur
kepada Tuhan, tetapi sembilan yang lain
kemana? Justru menghayati kesenangan
mereka secara individualis, mungkin saja
begitu, saya sudah lama sakit, sekarang
sembuh, lalu mereka happy dengan semua itu,
tetapi orang Samaria ini, dia kembali kepada
Yesus Kristus. Ini masalah relasi, masalah relasi
tidak pernah hanya bisa satu, kita tidak bisa
bicara relasi waktu kita hanya bicara saya saja,
paling sedikit membutuhkan satu orang lain
lagi, paling sedikit membutuhkan Tuhan,
kehadiran Tuhan itu hidden. Sekali lagi hal-hal
sederhana, pengampunan, penerimaan, belas
kasihan
kepada
orang-orang
lemah,
pemberitaan injil itu realita Kerajaan Allah,
orang yang terikat dari dosa, lalu kemudian
bisa dibebaskan dari dosa, dia bisa menjadi
orang yang bebas mengasihi sesamanya,
bebas beribadah kepada Tuhan dan tidak lagi
terikat kepada dirinya sendiri, itu realita
Kerajaan Allah.
Yesus mengatakan dalam ayat 22, tidak
selama-lamanya kairos atau saat seperti ini
seperti ini diberikan kepada mereka, ada
orang yang nanti akan ingin melihat hari-hari
Anak Manusia, tetapi mereka tidak akan lagi
melihatnya, apa maksudnya? Ini satu kairos,
satu saat yang tidak selama-lamanya akan
diberikan kepada manusia. Kita kadangkadang berpikir bahwa kesempatan itu ada di
dalam tangan kita, lalu kita berpikir, kalau kita
miss hari ini ya masih bisa lain kali, kalau saya
tidak datang hari ini, lain kali masih bisa, kalau
saya tidak berdoa hari ini, masih bisa besok,
kalau saya tidak kebaktian hari ini, minggu
depan masih ada kebaktian lagi. Kita seringkali
berpikir bahwa kita yang sovereign, kita yang
berdaulat, lalu kita yang menentukan kapan
kita bisa mengalami perjumpaan dengan
Tuhan, tetapi dari sisi Tuhan tidak demikian.
Ini ada satu kairos yang diberikan Tuhan
kepada manusia, waktu saat-saat ini tidak ada
lagi, ya sudah, berarti manusia sudah
ketinggalan, tidak akan ada pengulangan.
Menarik, waktu kita membaca di dalam
cerita Yudas yang berpura-pura berbelas
kasihan kepada orang miskin, lalu dia bicara,
untuk apa minyak narwastu dipecahkan
seperti itu, itu pemborosan, kan harganya
mahal sekali, lebih baik dibagikan kepada
orang miskin (sebetulnya kita tahu dia tidak
peduli sama orang miskin), itu merupakan
satu excuse saja, karena dia mau curi uangnya.
Yang tidak kalah menarik adalah jawaban
Yesus Kristus, Dia katakan, orang miskin
selalu ada padamu, di sini Yesus mau bilang
apa? Kalau urusan menolong orang miskin, itu
bukan kairos, karena didunia ini tidak pernah
lenyap
yang
namanya
kemiskinan,
kemelaratan dan kekurangan, itu selalu ada,
kalau kamu mau menyalurkan uangmu, itu
selalu ada kesempatan, itu bukan kairos.
Tetapi perempuan ini, yang dia memecahkan
minyak narwastu, lalu melakukan pengurapan
sebagai persiapan kematian sang Raja, yang
ini kairos, ini bukan selalu ada padamu, ini
hanya ada pada saat ini.
Orang yang bijaksana tahu membedakan
mana yang kairos, mana yang bukan, ada
orang-orang yang tidak bisa membedakan,
yang kairos dianggap sesuatu yang rutin terus,
sesuatu yang selalu ada ulangannya, padahal
itu kairos, padahal itu hanya sekali-kalinya,
tapi dia berpikir, ah ini pasti ulang terus, nanti
saya ambil kesempatan yang lain, sisi yang
lain, ada hal sebetulnya kamu itu bisa
kapanpun, tetapi dia selalu menghayatinya
sebagai kairos. Ini loh, orang-orang yang
membeli, menjual, menanam, membangun,
makan, minum, ini kan bukan kairos? Ini kan
bisa kapan saja, mau makan kapan, minum
kapan, itu terserah kita bukan? Tetapi ada
orang-orang yang begiitu mementingkan halhal ini, sepertinya itu adalah kairos setiap hari.
Tapi mereka kehilangan perjumpaan dengan
Tuhan, mereka kehilangan saat-saat Tuhan
melawat kehidupan mereka, lalu mereka
menyesal,
karena
mereka
kemudian
mendapati bahwa mereka tidak mengalami
hari-hari itu lagi.
Setelah Yesus pergi, kita tahu akan
bermunculan
nabi-nabi
palsu
yang
mengatakan, lihat Dia ada di sana, di sini dsb.,
lalu banyak orang akan mengikut. Yesus
sudah
mempersiapkan
murid-muridNya
supaya jangan mudah diombang-ambingkan
oleh orang yang mengaku diri sebagai mesias
palsu seperti ini. Kalau kita melihat, orangorang seperti itu sangat punya kharisma
certain untuk menarik banyak orang, banyak
pengikut, orang-orang yang sangat talented,
orang-orang yang sangat berbakat, ada di
GRII KG 732/771 (hal 1)
Ekspositori Injil Lukas (40)
Ekspositori Injil Lukas (40)
sini, ada di sana dan banyak yang mengikut.
Tetapi Yesus mengatakan, kedatangan Anak
Manusia bukan seperti itu, tetapi seperti kilat
dari satu ujung ke ujung yang lain, maksudnya
kita tidak bisa tangkap. Tadi kita kan mulai
dengan pernyataan, orang waktu bicara
tentang Kerajaan Allah, kalau bisa dia tahu
kapan jadwalnya supaya dia bisa tangkap
moment-nya, lalu tahu dimana tempatnya,
supaya dia juga bisa datang ke sana, dia
tangkap tempatnya begitu kan ya? Tetapi
Yesus katakan, kedatanganNya itu seperti
kilat, tidak ada orang bisa tangkap kilat, kilat
itu sesuatu yang tidak bisa diantisipasi, terlalu
cepat.
Kedatangan Anak Manusia itu sudden,
tiba-tiba, tetapi bukan immediate, kata
immediate itu dalam bahasa Inggris ada
perbedaan dengan kata sudden. Kalau sudden
itu di dalam pengertian tiba-tiba, orang itu
tidak prepare, orang banyak yang tidak siap,
tetapi bukan berarti immediate karena ada
tanda-tanda
yang
mendahului,
yang
kemudian kita bisa mengetahui bahwa ini
sudah akhir zaman. Tetapi kemudian Yesus
mengatakan,
sebelum
kedatanganNya
membawa kegentaran bagi banyak orang, Dia
terlebih
dahulu
harus
menanggung
penderitaan, ditolak oleh angkatan ini. Pattern
ini adalah juga pattern yang sama, yang akan
dialami oleh gereja, oleh saudara dan saya,
sebelum kita dipermuliakan, sebelum kita
masuk ke dalam glorious and victorious state
itu, orang-orang kristen akan melalui,
menanggung penderitaan terlebih dahulu.
Kisa Para Rasul mengatakan, barang siapa
mau masuk ke dalam Kerajaan sorga, dia
harus melewati banyak kesengsaraan, lalu
setelah itu masuk ke dalam kemuliaan yang
disediakan oleh Tuhan.
Bukan
berarti
kita
memutlakkan
penderitaan, bukan, tetapi memang ini adalah
pattern yang dikehendaki oleh Tuhan, kenapa?
Karena dengan kita masuk ke dalam
penderitaan, di situ kita terlebih dahulu
dipersiapkan untuk layak waktu kita
dipermuliakan, kita tidak mencuri kemuliaan
Tuhan.
Orang
yang
terlalu
cepat
dipermuliakan, tetapi di dalam kehidupannya
dia tidak mengalami suffering dan suffering
yang saya maksud di sini terutama suffering di
dalam kehendak Tuhan, bukan suffering
karena dosa-dosa kita. Orang yang melewati
itu, penggodokan di dalam penderitaan,
waktu Tuhan mempermuliakan, dia siap untuk
memberi segala kemuliaan kepada Tuhan.
Bahkan Yesus pun yang sempurna harus
melalui pattern ini, Dia melalui suffering dan
Dia belajar untuk menjadi taat, setelah itu
Bapa membangkitkan Dia dari kematian dan
mempermuliakan Dia, dan seluruh kemuliaan
kembali kepada Bapa. Demikian juga di dalam
kehidupan kita, Tuhan memberikan kepada
kita saat-saat sulit menanggung penderitaan
bukan demi penderitan itu sendiri, tetapi
bagaimana mempersiapkan kita menjadi
orang yang lebih bisa memancarkan
kemuliaan Tuhan.
Emas
yang
dimurnikan
itu
kan
dipanaskan sampai semua bahan-bahan
campuran yang ada dipisahkan, lalu setelah
dipisahkan, dia bisa memancarkan cahaya
lebih bagus, lebih terlihat keindahan emas itu,
tetapi sekali lagi bukan tanpa penggodokan
itu, bukan. Di dalam kehidupan kita begitu
banyak flek yang perlu dibakar terlebih dahulu
oleh Tuhan, setiap orang di baptis oleh Roh
dan api yang menyucikan, yang memurnikan.
Tetapi sekali lagi, ada orang-orang yang tidak
berbagian di dalam pattern ini, akhirnya
mereka lebih suka untuk ya sudahlah,
bukankah kita hidup di dalam dunia ini
bagaimana caranya supaya tidak terlalu
banyak menderita, begitu kan ya? Kita kerja
keras atau okelah waktu kita menderita, ya
menderita di masa muda, tetapi di masa tua
saya maunya sih hidup tidak menderita dan
kalau bisa keturunan saya juga hidup jangan
mengalami kesusahan seperti yang dulu saya
alami. Seperti whole enterprise di dalam dunia
ini bergerak untuk menghindari penderitaan,
menolak pattern ini, mereka makan, minum,
kawin,
dikawinkan,
menjual,
membeli,
menanam dsb., tetapi kemudian mereka akan
unprepare, karena setelah itu datang hari
penghakiman.
Seperti Lot di Sodom yang ditarik keluar,
di sini kita membaca yang diangkat adalah
istri Lot, sebagai contoh orang yang akhirnya
mengalami penghakiman itu. Makan, minum,
menjual, membeli dsb., kita tahu Lot
diselamatkan, tetapi istrinya tidak, ini contoh
sempurna untuk yang dimaksudkan di sini.
Dua orang, satu keluarga, hidup di bawah satu
atap, yang satu diselamatkan, yang satu
binasa, Lot dan istrinya tinggal satu rumah,
bekerja di ladang yang sama, mereka masak di
dapur yang sama, tidur di ranjang yang sama,
tapi satu diselamatkan, yang satu binasa. Apa
yang membedakan? Sekali lagi, karena tadi
kita mengatakan bahwa fenomena tidak bisa
dibedakan, Lot makan, minum dan istrinya
juga makan, minum dst., lalu apa yang
membedakan? Ayat 33 ini penting sekali,
“barangsiapa berusaha memelihara nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya dan barangsiapa
kehilangan
nyawanya,
ia
akan
menyelamatkannya”, kalimat ini paradoks.
Barangsiapa
berusaha
untuk
mempertahankan dirinya sendiri, justru dia
akan kehilangan, itu orang-orang yang paling
possessive dan obsessive adalah orang-orang
yang paling tidak bisa menikmati kehidupan,
karena mereka terlalu pegang erat-erat. Tetapi
mereka yang menyerahkan harta miliknya,
hidupnya, nyawanya sendiri bagi Tuhan, itulah
orang-orang
yang
sebetulnya
akan
memperoleh kembali. Yesus menyerahkan
nyawaNya
kepada
Bapa
dan
Dia
memperolehnya kembali, Yudas seumur hidup
GRII KG 732/771 (hal 2)
mempertahankan
nyawanya
dan
terus
berusaha untuk mengejar harta, setelah dia
mati, tidak ada kembali apa-apa, dia bukan
saja tidak mendapatkan uang, tidak
mendapatkan nyawanya sendiri, hidupnya
sendiri itu binasa, kekal untuk selamalamanya. Sekali lagi, secara fenomena semua
orang kelihatan seperti sama, sama-sama
minum, makan, sama-sama berkeluarga dll.,
memang tidak bisa dibedakan, tetapi yang
membedakan adalah ada sebagian orang
melakukan ini untuk menyelamatkan dirinya
sendiri, sebagian orang yang lain melakukan
ini dengan menyerahkan hidupnya untuk
Tuhan, itu yang membedakan.
Kita melihat cerita mulai dari Yesus
Kristus sampai kepada para rasul dan juga
cerita-cerita yang menghiasi sepanjang
sejarah gereja, bagaimana orang-orang yang
meninggalkan segala sesuatu, lalu mereka
mengikut Yesus, mereka bukan orang-orang
miskin yang kemudian ditinggalkan, tetapi
mereka adalah orang-orang yang paling kaya
di dalam relasi, cinta kasih, di dalam
kehidupan yang berkelimpahan seperti yang
dijanjikan oleh Tuhan. Kita rindu kehidupan
kita dibedakan dari pada orang-orang yang
tidak mengenal Tuhan bukan secara
fenomena, bukan dengan tanda-tanda
lahiriah, bukan, tetapi dari sikap hati
seseorang yang mengasihi Tuhan dan
menyerahkan nyawanya bagi Tuhan. Kiranya
Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa
oleh pengkhotbah (AS)
GRII KG 732/771 (hal 3)
Download