INFORMASI SINGKAT BENIH No. 14, Desember 2001 Agathis loranthifolia R.A. Salisbury Taksonomi dan tatanama Famili: Araucariaceae Sinonim: Agathis dammara L. C. Richard Nama lokal/daerah: damar (Indonesia); dayungon (Pilipina); kauri (England); kauri pine (Papua New Guinea); damar minyak (dagang). Penyebaran dan habitat Daerah penyebaran alaminya meliputi Papua New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya), Philipina, Malaya. Jenis ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300 – 1.200 m dpl) dengan kelembaban (3.000 – 4.000 mm/tahun). Temperatur rata-rata tahunan 25 – 300 C. Pada dataran rendah, jenis ini ditemukan pada tanah berbatu seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultrabasa, tanah kapur, dan batuan endapan. Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon tidak tahan genangan air. Jenis ini ditanam sebagai hutan tanaman, penanaman sulaman dan reboisasi di berbagai wilayah sebaran alaminya. Di luar sebaran alaminya, telah di tanam di Jawa. Agathis memerlukan drainase yang baik dan tumbuh pada kondisi tanah dengan pH 6,0 – 6,5 serta tahan terhadap tanah berat (heavy soil) dan keasaman. berbanir, cabang besar sering mencuat ke atas, tidak beraturan. Kulit batang abu-abu muda hingga coklat kemerahan, mengelupas dalam serpihan besar tipis, berbentuk tidak beraturan, biasanya bopeng karena resin. Kayu gubal keputih-putihan hingga kecoklatan, kadang bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan, bundar telur, panjang 6 – 8 cm, lebar 2 – 3 cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, banyak tulang daun sejajar. Bunga jantan dan betina berada pada tandan berbeda, pada pohon yang sama (berumah satu). Kerucut betina berbentuk elips hingga bundar berukuran 6 - 8,5 x 5,5 – 6,5 cm; terdiri dari sayap berukuran 30 – 40 x 20 - 25 mm, berbentuk segitiga kasar, batas bagian ujung membulat, sisinya rata, panjang 3 – 4 cm, diameter melintang 10 mm. Tangkai dari kelompok atau sebagian kerucut jantan memanjang hingga 4 mm, bersifat permanen atau menyatu dengan dasarnya; diameter melintang microsporophyl berukuran hingga 2 mm, bagian ujung membulat. Kerucut jantan berwarna hijau sampai hijau cerah dan berubah menjadi coklat saat masak dan pelepasan serbuk sari. Serbuk sari tidak bersayap 5 a Kegunaan Kayu diklasifikasikan agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan terhadap pembusukan. Kayunya terutama digunakan untuk korek api, perabot rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis dan pulp. Bagian dalam kulit kayu mengeluarkan resin bening (kopal), yang merupakan bagian penting dalam pembuatan pelitur dan dahulu digunakan dalam pembuatan minyak pelapis lantai dan dapur yang dapat dibersihkan dengan dicuci. Deskripsi botani Pohon besar sekali, tinggi hingga 65 m, diameter hingga 1,6 m. Batang lurus, silindris, tidak 4 3 b 1 2 berdiameter 20,16 – 50,4 mikron. 1, penampilan pohon; 2, cabang dengan kerucut jantan (a) dan betina (b); 3, sayap biji; 4, biji; 5, sporophyl Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Deskripsi buah dan benih Buah: kerucut masak berbentuk oval, diameter 9 – 10,5 cm, panjang 7,5 – 9,5 cm. Bentuk daun pelindung biji (bracts) segitiga dan membulat di bagian atas; benih bersayap. Dalam satu buah, jumlah benih 88 – 90 pada musim panen yang baik. Benih: berbentuk rata, seperti telur (ovoid), dengan satu sayap lateral. Ukuran biji 10 – 11 mm x 8 mm. Dalam 1 kg terdapat 4.000 – 5.000 butir benih. Musim berbunga dan berbuah Di Jawa, mulai berbuah setelah berumur 15 tahun, tetapi benih hidup biasanya dihasilkan setelah pohon berumur 25 tahun. Berbuah sepanjang tahun dengan musim buah bulan Februari – April dan Agustus – Oktober. Penyerbukan untuk pembuahan dilakukan dengan perantara angin. Pengunduhan Kerucut dikumpulkan setelah masak, dicirikan dengan warna hijau tua kecoklatan. Pengumpulan buah dilakukan dengan pemanjatan. Tidak disarankan mengumpulkan kerucut dari lantai hutan. Daftar Pustaka Soerianegara, I. and R.H.M.J. Lemmens (ed.). 1994. Plant Resources of South-East Asia (5(1)). Timber Trees: Major Commercial Timbers. PROSEA. Bogor. Komar, T.E. dan Nurhasybi. 1996. Struktur dan Perkembangan Cone Agathis loranthifolia Salisb. Buletin Teknologi Perbenihan (3(2)). Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Hal. 12-25. Nurhasybi. 2000. Damar (Agathis loranthifoia Salisb.) dalam Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan.. Hal. 14 – 16. Whitmore, T.C. 1977. A first look at Agathis. Tropical Forestry Papers No. 11. Unit of Tropical Silviculture. Commonwealth Forestry Inst. University of Oxford. Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture Handbook No. 710. USDA. Rio Piedras. Smits, M. 1983. Vegetative propagation of Shorea of obtusa and Agathis dammara by means of leaf cutting and stem cuttings. The Malayan Forester, April 1983. Pp 175 – 183. Malaysia. Tegakan A. loranthifolia R.A. Salisbury di Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Photo: Nurhasybi, BTP, Bogor. Pengolahan dan penanganan buah dan benih Buah dimasukan dalam karung plastik selama 1 – 2 hari sampai semua kerucut pecah. Pemisahan benih berisi dari benih kosong dan kotoran lain (sayap, tangkai) dilakukan dengan penampian atau tumbler yang ukuran saringannya sesuai dengan ukuran benih. Viabilitas dan penyimpanan Termasuk benih semi rekalsitran dan dapat disimpan selama 2 bulan di ruang AC (temperatur 18 – 20o C; RH 60 %) pada kadar air 30%. Dormansi dan perlakuan pendahuluan Tidak diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum benih ditabur. Penaburan dan pengecambahan Penaburan dilakukan pada media tanah dengan posisi biji didirikan. 2/3 bagian benih masuk dalam media. Tanah atau tanah dicampur media lain seperti pasir sungai, dapat dipergunakan untuk perkecambahan di rumah kaca. Perkecambahan terjadi 6 hari setelah penaburan, dan daya berkecambah 90 – 100% dicapai dalam 10 hari. Perbanyakan vegetatif jenis ini dapat dilakukan menggunakan stek batang dengan bahan bibit berumur 7 bulan (tinggi 30 cm), dengan mencelupnya pada hormon IBA 10 ppm pada media pasir sungai. Perakaran terjadi setelah 6 – 8 minggu pada ruang tumbuh (temperatur 28 – 32 C;RH 90 – 100 %) (Smits, 1983). DISIAPKAN ATAS KERJA SAMA INDONESIA FOREST SEED PROJECT (IFSP) DENGAN BALAI TEKNOLOGI PERBENIHAN (BTP) BOGOR. Penulis: Nurhasybi & Dede J. Sudrajat, BTP. Indonesia Forest Seed Project T. H. R. Ir. H. Juanda, Dago Pakar Bandung 40198 P.O. Box 6919 Bandung 40135 Indonesia E-mail: [email protected] Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Telepon//Faksimil: +62 22 251 5895