Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 UJI MIKRONUKLEI DENGAN PENGEBLOKAN SITOKENESIS PADA LIMFOSIT DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIODOSIMETRI RADIASI Yanti Lusiyanti dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK UJI MIKRONUKLEI DENGAN PENGEBLOKAN SITOKENESIS PADA LIMFOSIT DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIODOSIMETRI RADIASI. Mikronuklei adalah salah satu indikasi kerusakan struktur pada kromosom akibat radiasi, yang dapat diamati dari sel dengan dua inti (binukleat), dengan cara memblok proses pembelahan pada tahap sitokinesis menggunakan sitokalasin B yang dikenal dengan Cytokinesis Block (CB). Bila metoda uji mikronuklei akan dijadikan sebagai biodosimetri radiasi, maka perlu diketahui kurva respon dosis pada kisaran luas dari berbagai kualitas radiasi. Kurva respon mikronuklei yang diinduksi oleh radiasi LET rendah, antara lain sinar-X, sinar γ dan partikel β diperlihatkan dengan model persamaan linier quadratik, sedangkan radiasi LET tinggi hanya menghasilkan persamaan linier. Variasi antar individu dalam pembentukkan mikronukleus sampai kini masih dipertanyakan, karena data yang diperoleh dari beberapa penelitian belum menunjukkan hasil yang konstan terutama untuk frekuensi mikronukleus latar. Untuk menerapkan uji mikronukleus sebagai biodosimetri radiasi, diperlukan kalibrasi kurva mikronukleus pada individu pra pajanan terutama untuk dosis rendah. Kata kunci : mikronuklei, pengeblokan sitokinensis, radiasi, biodosimetri ABSTRACT MICRONUCLEI ASSAY USING CYTOKINESIS BLOCK IN LYMPHOCYTES AND ITS APPLICATION AS RADIATION BIODOSIMETRY.Micronuclei is one of structural damage indicators caused by ionizing radiation that observed on cells with binucleate by blocking cell proliferation at cytokinesis stage using cytochalasin B, known as cytokinesis Block (CB). If micronuclei assay is used as a biological dosimeter, it is essensial to have dose-respon curve on a wide range of radiation qualities. The dose respons curve of micronuclei for low LET radiation i,e X-rays, γ rays and β particle represented in the linear quadratiq model and for high LET i.e neutron and ά particle represented in linear model. Individual variation in micronuclei is unclear because the uncertainties are predominately for the base line miccronucleus. One of the mayor limitation in measuring exposure to low doses may be the interindividual variation in radiosensitivity, and the practical implementation of the micronucleus assay for radiation biodosimetry may be limited by a need to perform individual pre-exposure calibrations. Keywords : micronuclei, cytokinetic blocking, radiation, biodosimetry PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 57 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 biodosimetri I. PENDAHULUAN Pengukuran biodosimetri berkaitan dengan besarnya dosis serap radiasi yang diterima dan berkontribusi serta terhadap risiko kesehatan yang diakibatkan oleh paparan radiasi. Prinsip biodosimetri adalah menentukan dosis serap radiasi dengan mengukur perubahan yang terjadi pada materi biologi akibat paparan radiasi pada tubuh manusia. Salah satu yang paling utama dari biodosimetri adalah dalam kasus kecelakaan radiasi yang terjadi pada individu yang tidak menggunakan dosimeter fisik. Kadangkala metode dosimetri fisik harus dilengkapi atau didukung oleh uji biologik, sebagai contoh terjadinya pajanan sebagian tubuh (parsial) dengan dosimetri fisik diluar Cek silang dosis yang diukur secara fisik diperlukan pada kondisi tertentu. Akan tetapi, jika dosis ditentukan secara biologik, variabilitas biologik akan mempengaruhinya, diyakini untuk individu yang radiosensitif akan memiliki efek yang lebih besar pada materi biologiknya daripada ukuran rata-rata. Biodosimetri didasarkan pada marker biologi atau biomarker yang diinduksi oleh paparan radiasi dan dapat diterapkan untuk mengestimasi dosis ketika dosimetri fisik tidak tersedia, atau untuk melengkapi adalah aberasi kromosom menggunakan metode sitogenetik untuk mengetahui frekuensi kromosom bentuk disentrik, asentrik fragmen dan cincin (ring). Analisis aberasi kromosom disentrik telah dibuktikan sebagai gold standar (baku standar) yang sensitif untuk mengetahui kerusakan sel akibat radiasi dan telah dijadikan sebagai biodosimetri radiasi [1]. Metode biodosimetri yang cepat sangat diperlukan untuk mengkaji efek radiasi tunda (jangka panjang). Selain teknik analisis aberasi kromosom pada limfosit, teknik uji lain yang juga dapat digunakan dalam biodosimetri adalah uji mikronukleus (MN). Pengujian MN dari limfosit perifer pertama kali diperkenalkan oleh Countryman and Heddle [2]. Pada metode awal hanya area radiasi. karena radiasi dosimetri fisik. Biomarker radiasi yang telah secara luas dikenal dan diaplikasikan sebagai dosimetri biologi atau dilakukan pada sel yang telah selesai membelah secara in-vitro. Suatu pendekatan telah dikembangkan dengan menggunakan inhibitor cytokenesis yaitu cytochalasin-B. Feneh dan Morley [3] telah menerapkan Cytocalasin–B yang mampu memperlihatkan bahwa sel yang telah membelah dapat diakumulasi dan dikenali sebagai sel binukleat (dua inti) dan MN dapat secara spesifik dan efisien terlihat di dekat sel binucleat sementara sel mononuclear yang tidak membelah tidak mampu mengekspresikan adanya MN secara in vitro. MN telah digunakan sejak tahun 1937 sebagai PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH indikator pajanan genotoksik 58 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 berdasarkan pada studi radiasi oleh Brenneke behind anaphase., sehingga akhirnya fragmen dan Mather. Sejak saat itu banyak studi lain tersebut tidak ikut ke dalam nuklei anak dilakukan pada sel tumbuhan, hewan dan utama. Potongan fragmen kromosom atau manusia, baik secara in vitro maupun in vivo. kromosom tersebut membentuk nuckleus Penelitian frekuensi MN juga mendukung kecil asumsi bahwa MN ini merupakan produk mikronuklei, dengan demikian mikronuklei awal proses karsinogenik pada manusia merupakan materi nukleus (DNA)) terlihat yang terpisah dan dinamakan Bila induksi MN akan digunakan sebagai lingkaran kecil dalam sitoplasma di untuk biodosimetri radiasi, maka sangat perlu luar nukleus, dengan struktur dan intensitas membuat suatu kurva data respon-dosis, warna serupa dengan nukleus Gambar 1. untuk kisaran yang luas dari berbagai kualitas Mikronuklei terbentuk dari fragmen asentrik radiasi, terutama yang banyak digunakan yang gagal bergabung dengan sel anak dalam penelitian lingkungan, dan sangat selama proses pembelahan sel. Dapat juga sesuai untuk proteksi radiasi. Di samping itu terbentuk dari sebuah kromosom yang sangat penting untuk memperoleh konsistensi tertinggal, atau tidak terbawa dalam proses terutama antara laboratorium acuan dengan mitosis, atau terjadi akibat konfigurasi laboratorium lainnya. Faktor yang berperan kromosom yang kompleks, pada waktu terhadap pembentukkan MN antara lain proses anafase. Namun demikian terdapat adalah faktor fisik seperti LET, dosis dan laju bukti kuat yang menunjukkan bahwa radiasi dosis dan sifat biologik yaitu variasi antar dapat individu, yang dipengaruhi oleh umur, jenis mikronukleus adalah terutama berasal dari kelamin dan kinetika sel. Dalam makalah ini fragmen asentrik [1,2]. menginduksi pembentukkan dibahas mengenai uji MN dengan metode cytokinesis block (CB) dan kemungkinan implementasinya bila digunakan sebagai biodosimetri radiasi. II. MIKRONUKLEI Paparan radiasi dapat menginduksi terjadinya pembentukan fragmen kromosom Asentrik (kromosom tanpa centromer dan malsegregasi kromosom utuh (whlole Gambar 1. Sel binukleat yang memiliki 1 mikronuklei [1] kromosom). Fragmen kromosom asentrik dan whole kromosom yang tidak mampu berinteraksi dengan benang spindel lag PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 59 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Kriteria mikronuklei antara lain ; diameter kurang dari seperlima diameter nukleoplasmik dan pengkajian proliferasi sel (persentase sel binukleat). nukleus (10µm), terletak dalam sitoplasma dan di luar nukleus, tidak ada kontak dengan nukleus [1]. Keterangan lain menyatakan III. TEKNIK PENGEBLOKAN SITOKINESIS bahwa ukuran mikronukleus yang diinduksi radiasi cenderung berukuran antara 6-12 µm. Kira-kira 80% mikronukleus yang diinduksi oleh sinar gamma mengandung DNA sekitar 6% atau kurang dari nukleus interfase, menandakan asal mikronukleus berasal dari fragmen asentrik. Pada individu normal atau frekuensi mikronuklei untuk 1000 sel binukleate adalah 3- 30 [1,4]. terbentuk akibat kerusakan struktur dari kromosom yang terjadi pada fase G0-G1 dari siklus sel, sehingga mikronukleus muncul setelah sel mengalami pembelahan inti. Pengujian teknik scoring mikronuklei dalam sebuah sel, yang telah diblok pada limfosit tepi, digunakan sebagai metoda alternatif realistis untuk mengetahui secara kuantitatif Beberapa keunggulan dari uji MN adalah sbb. : adanya kerusakan kromosom akibat radiasi, selain penghitungan kromosom disentrik 1. Dapat dikombinasi dengan deteksi mutasi kromosom dan genom sekaligus. [4,5]. Metoda penambahan 2. Dapat membedakan antara klastogen dan aneugen. CB zat yaitu menggunakan Sitokalasin-B terhadap kultur limfosit, berfungsi untuk memblok proses sitokinesis sehingga sel berada pada 3. Ada kemungkinan mendeteksi apoptosis atau nekrosis secara bersamaan. cepat, murah, dan sederhana. teramati pada sel binukleat tersebut [3,6]. Teknik 5. Ada kemungkinan otomatisasi dan unggul secara statistik. pengeblokan yang dimaksudkan untuk memperoleh mikronuklei ini telah diperkenalkan lebih dari 30 tahun 6. Dapat membedakan antara sel yang sedang membelah dan tidak membelah. 7. Mampu mendeteksi jembatan disentrik bridges) tingkat pembelahan sel binukleat (sel dengan dua inti), dan mikronklei yang terbentuk akan 4. Dapat digunakan untuk banyak jenis sel, (dicentric Mikronuklei sebagai lalu, tepatnya tahun 1975. Proses atau mekanisme pembentukan mikronuklei dijelaskan dalam Gambar 2. jembatan PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 60 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 SITOCHALASIN B Gambar 2. Proses pembentukan MN yang diinduksi dengan sitochalasin-B [1]. Pengujian mikronuklei telah digunakan dihitung dengan cepat dan sangat sesuai sejak tahun 1937 sebagai indikator pajanan untuk deteksi awal pada sejumlah besar genotoksik berdasarkan pada studi radiasi korban kecelakaan radiasi. Pengujian MN oleh Brenneke dan Mather. Sejak saat itu dengan Metode CB ini juga telah dilakukan banyak sel terhadap Para pekerja radiasi di BATAN, tumbuhan, hewan dan manusia, baik secara dengan hasil yang ditemukan frekuensi MN in vitro maupun in vivo. Penelitian frekuensi masih berada dalam kisaran frekuensi latar MN juga mendukung asumsi bahwa MN ini untuk mikronuklei [9]. studi lain dilakukan pada merupakan produk awal proses karsinogenik pada manusia. Beberapa kriteria dari sel BNC yang layak Penggunaan teknik mikronukleus untuk dihitung frekuensi mikronukleinya harus memenuhi ketentuan dalam penghitungan lebih mudah cepat dan sebagai berikut. sel yang dapat diamati dalam jumlah banyak, - Sel harus dalam bentuk binukleat (terdiri terutama apabila menggunakan sistem image komputer otomatis. mikronukleus Sehingga teknik memungkinkan digunakan dari dua nukleus). - Kedua inti dalam binukleat sel harus dalam kondisi bersentuhan dengan sebagai sebagai prosedur rutin, dan dapat membran inti dan berada dalam satu diamati pada dosis rendah antara 0,05-1 Gy, lingkaran sitoplasma yang sama. yang merupakan rentang batas dosis terendah - Kedua inti dalam sel binukleat harus untuk mendeteksi adanya aberasi kromosom memiliki ukuran, penyerapan warna dan [5,7,8]. Keunggulan lain dari uji ini adalah intensitas pewarnaan yang sama. waktu prosesnya dimana mikronuklei dapat PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 61 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 - Kedua inti dalam sel binukleat mungkin tidak dihubungkan atau mungkin menempel satu atau lebih oleh jembatan nukleoplasma dan ukurannya tidak kurang lebih 1/4 diameter dari inti. mungkin bersentuhan satu sama lain namun idealnya harus tidak overlap satu sama lain. Sel dengan kondisis nuklei yang overlaping dapat dihitung hanya apabila lingkaran inti dari inti yang lain dapat dibedakan. atau membran dari selbinukleat harus berinteraksi dan dapat dibedakan dari lingkaran sitoplasmic dari sel sekitarnya. Akan tetapi uji ini memiliki keterbatasan terutama oleh adanya frekuensi background yang lebih besar dan lebih bervariasi dibandingkan dengan disentrik. Uji MN juga tidak mampu mendeteksi semua aberasi kromosom struktural (hanya asentrik), membutuhkan pembelahan sel untuk ekspresi interferensi oleh MN, ada kemungkinan sitochalasin-B seperti spindle poison, ada kemungkinan interferensi dengan penghambat lain dari sitokinesis, dan sitotoksisitas pengujian metode CB menggunakan MN dengan sitochalasin-B andalan banyak peneliti dalam menentukan dosis radiasi. Mikronuklei dalam sel dua inti terbentuk selama transisi metafase-anafase ketika seluruh kromosom hilang (kejadian aneugenik) atau fragment kromosom asentrik setelah terjadi patahan kromosom (kejadian clastogenik) yang tidak bergabung ke dalam - Lingkaran sitoplasma jelas Teknik untuk menginduksi mikronuklei juga menjadi - Kedua inti utama dalam sel binukleat secara IV. INDUKSI MIKRONUKLEI OLEH RADIASI sitochalasin-B itu sendiri bervariasi antar-jenis sel atau bahkan antar- inti sel anak. Karena lebih sederhana, lebih cepat, tidak mahal serta bentuk mikronuklei yang sederhana, mudah dikenali dan ada potensi untuk otomatisasi dengan sitometri maka teknik pengeblokan sitokinesis ini juga diandalkan oleh para peneliti]. Meninjau awal mula MN muncul, telah diketahui dengan baik bahwa sebagian besar MN akibat radiasi terutama berasal dari fragmen kromosom asentrik yang merupakan hasil patahan kromosom. Sejumlah kecil MN akibat radiasi dapat berasal dari kromosom utuh yang gagal (lag) setelah anaphase disebabkan karena beberapa kelainan pada tingkat spindle atau protein kinetochore. Gambaran mikronuklei yang diinduksi oleh radiasi gamma 1 Gy terlihat pada Gambar 3. sub jenis dari jenis sel yang sama [1]. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 62 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Gambar 3. Contoh hasil uji mikronuklei yang diinduksi oleh radiasi sinar gamma dosis 1 Gy. Satu (kiri) dan tiga (kanan) mikronuklei yang berada di samping BNC di dalam sitoplasma [10]. Untuk mengetahui apakah MN yang Nilai LET adalah jumlah energi yang diinduksi adalah akibat paparan iradiasi atau terdeposit sepanjang jejak lintasan radiasi senyawa yang kimia, mengembangkan para teknik peneliti maka nilai LET MN berhubungan erat dengan efektifitas suatu menggunakan teknik flourescence in situ jenis radiasi pengion, yang menyebabkan hybridization kerusakan (FISH) deteksi dilaluinya, menggunakan pan pada materi biologi yang centromeric probe dan hasilnya diperlihatkan dilintasinya. Semakin besar LET, semakin dalam Gambar 4. Pengaruh radiasi dalam besar daya rusak radiasi tersebut pada materi menginduksi biologis yang dikenal dengan istilah Relatif pembentukan mikronukleus dipengaruhi oleh Linier Energi Transfer Biological Effectiveness (RBE) [9,10]. (LET), laju dosis dan besarnya dosis radiasi. Gambar 4. Teknik deteksi MN menggunakan flourescence in situ hybridization (FISH) menggunakan pan centromeric probe. MN hasil induksi kimia (kiri) dan radiasi (kanan). PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 63 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Perbedaan utama antara partikel alfa sebagai radiasi LET tinggi, dengan radiasi partikel alfa serta tidak berbeda secara bermakna [12,8]. gamma/sinar-X sebagai radiasi LET rendah, Sinar-X dan sinar gamma merupakan yaitu dalam hal distribusi energi pada radiasi dengan LET rendah, mempunyai populasi sel atau jaringan yang terpajan. kemampuan menginduksi dengan kerusakan Ionisasi akan terjadi pada setiap interval 100 yang nm atau lebih sepanjang lintasan radiasi gelombang gamma/-X akan menembus suatu jaringan berinteraksi dengan sebuah atom, maka sedalam beberapa cm, sebelum melepaskan keduanya semua energinya. Sehingga terjadi distribusi sekunder. Radiasi gamma dari Co-60 dengan energi yang merata dalam jaringan, dengan energi 1,1 MV mempunyai nilai LET lebih demikian dosis radiasi yang diterima oleh sel rendah yaitu 0,2 kev/ μm dari Sinar-X 250 dalam jaringan adalah sama dengan tingkatan kV yaitu 2 kev/ μm, dengan demikian pajanan yang sangat rendah. Sedangkan efektifitas sinar gamma untuk merusak radiasi alfa, terjadi ionisasi setiap 0,2-0,5 materi biologi menjadi lebih rendah, sekitar nm, sehingga deposisi energi yang besar 10% . Hal yang sama terjadi pada sinar-X terjadi pada satu lokasi tertentu. Umumnya dengan energi 25 MV mempunyai nilai LET partikel alfa melintas hanya sejauh 50 μm 0,2 kev/ μm [8,13]. sebelum semua energinya habis dilepaskan Induksi [1,11]. tidak sama. Pada elektromagnetik akan saat (X melepaskan mikronukleus radiasi dan γ) elektron pada LET rendah diketahui bahwa Sinar-X cenderung Pada radiasi dengan LET tinggi, sedikit lebih efektif, dibanding sinar gamma induksi mikronukleus tampak jelas, sesuai walaupun antara kedua kurva tampak tidak dengan yaitu untuk menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil partikel α dan neutron, jauh lebih efektif penelitian lain yang dilakukan pada beberapa dalam kualitas radiasi berbeda, diketahui bahwa yang digambarkan menginduksi mikronukleus dibanding pembentukan sinar-X, sinar pada dosis yang tinggi yaitu 10 Gy untuk gamma maupun partikel β. Hal tersebut sinar-X dan 1 Gy untuk neutron, dapat terlihat pada penelitian yang mempengaruhi kapasitas proliferasi pada sel dilaporkan bahwa induksi mikronukleus oleh neutron limposit pada energi 5,5 MeV dengan nilai LET 20 diketahui bahwa partikel α dan neutron jauh keV μm , nilai ini hampir mendekati untuk lebih partikel α yaitu 20-23 keV μm . Keduanya pembentukan mikronukleus dibanding sinar- memperlihatkan persamaan linier 0,374 ± X, sinar gamma maupun partikel β [8]. -1 -1 yang efektif telah distimulasi. dalam Telah menginduksi 0,012 untuk neutron dan 0,336 ± 0,039 untuk PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 64 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Pengaruh pembentukan rendah, dibuktikan dengan penelitian kurva mikronukleus terhadap dosis, pada berbagai respon mikronukleus pada kisaran energi variasi laju dosis menunjukkan perbedaan radiasi yang berbeda untuk sinar-X dengan yang respon kisaran LET bervariasi dibandingkan dengan mikronukleus terhadap dosis untuk LET sinar gamma (Gambar 3) . Adanya perbedaan rendah, umumnya di gambarkan dengan nilai LET terlihat proporsional, dengan persamaan model linier quadratik y = c + α persamaan linier quadratik, terlihat bahwa D + βD atau Y = α D + βD , sedangkan koefisien α untuk sinar-X yang lebih besar untuk LET tinggi dengan model persamaan dibanding dengan sinar γ dan partikel β serta linier yaitu y = c + α D. Nilai c adalah menunjukkan adanya kenaikkan nilai α, kontrol, (α D) adalah komponen dosis linier sejalan dengan naiknya nilai LET walaupun menggambarkan luka yang diakibatkan oleh tidak satu jejak lintas radiasi, (βD2) adalah Sedangkan untuk koefisien β nilainya relatif komponen dosis kudrat, sama (Tabel 1). nyata. respon Hubungan kurva 2 2 menggambarkan menunjukkan perbedaan nyata. mekanisme aksi kerusakan yang diproduksi oleh dua jejak lintasan radiasi [5]. Hubungan kurva respon Jumlah Mikronukleus per 1000 sel CB mikronukleus terhadap dosis pada LET D o s is (G y ) Gambar 5. Kurva respon mikronukleus vs dosis (●) 14 kVp, (○)50 kVp, dan (▲) 350 kVp serta (Δ) sinar gamma Co-60 yang diiradiasi 1-4 Gy [15]. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 65 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Tabel 1. Koefisien kurva respon mikronukleus Vs dosis secara invitro, pada berbagai kualitas radiasi untuk LET rendah [14] Komponen α (Gy) Komponen β (Gy) Sinar-X 14 kVp 0,103 ± 0,003 0,057 ± 0,007 Sinar-X 50 kVp 0,087 ± 0,024 0,045 ± 0,024 Sinar-X 350 kVp 0,064 ± 0,018 0,045 ± 0,008 Sinar γ C0-60 0,049 ± 0,008 0,038 ± 0,006 0,0248 ± 0,0134 0,0381 ± 0,0106 Jenis Radiasi Partikel β 2,27 MeV [4] P 2) ada penelitian tersebut diperlihatkan bahwa komponen persamaan untuk mikronukleus diakibatkan hanya oleh jejak mikronukleus dengan komponen α dan β tunggal saja [5]. Pada penelitian lain kurva tidak hanya berhubungan langsung dengan respon satu atau dua jejak saja, karena ekspresi campuran beam nuetron dihasilkan koefisien mikronuklei juga dipengaruhi oleh fenomena α = 0,595 ± 0,28 dan koefisien β = - 0,059 ± sekunder agregasi 0,0133, penelitian ini membuktikan bahwa kumpulan dari beberapa fragmen asentrik, model kurva respon dosis pada LET tinggi menjadi satu mikronukleus (Savage 1988) tidak menunjukkan model linier kuadratik. pada dosis tinggi [13]. Nilai negatif pada linier antara kuadratik lain adanya Kurva respon mikronukleus terhadap dosis untuk LET tinggi, α terbentuk mikronukleus dari yang induksi diirradiasi β menandakan adanya efek kejenuhan, sejalan kenaikkan dosis. Jadi digambarkan pada radiasi campuran neutron dan sinar y = c + αD, yang gamma diperlihatkan dengan jelas, adanya membuktikan bahwa pada radiasi LET tinggi perbedaan kualitas radiasi yang sangat untuk partikel α dan neutron keboleh jadian efektif, untuk adanya jejak tunggal sangat dominan (Tabel mikronukleus (Gambar 4) [15]. dengan persamaan menginduksi pembentukkan Tabel 2. Koefisien kurva respon mikronukleus Vs dosis secara in vitro, pada berbagai kualitas radiasi untuk LET tinggi [8] Jenis Radiasi Neutron beam campuran 220 kV Komponen α (Gy) 0,595 ± 0,028 Komponen β (Gy) - 0,059 ± 0,0133 Partikel α 20-23 keV 0,336 ± 0,039 - Neutron 5,5 MeV 0,374 ± 0,012 - PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 66 Jumlah MN per 1000 sel CB Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Dosis (Gy) Gambar 6. Perbandingan kurva respon Mikronukleus Vs Dosis yang diinduksi sinar gamma Co-60 dan Fast Neutron dosis 1-4 Gy [7] Selain LET induksi mikronukleus dosis 70 cGy/menit, turun hingga 34,8 ± oleh radiasi, juga dipengaruhi oleh laju dosis. 2,1% pada laju dosis 0,29cGy. Gambar 5 Pada memperlihatkan penelitian sampel donor yang pembentukkan mikro- diirradiasi sinar gamma dosis 4 Gy dengan nukleus yang menurun 1,4 kali lipat saat laju kisaran laju dosis 0,15 cGy/menit. 0,29 dosis 0,29 cGy/menit sedangkan pada laju cGy/menit dan 70 cGy/menit menunjukkan dosis 0,15 c Gy/menit menurun hingga 2,4 terjadi penurunan nyata pada pembentukan kali lipat [16]. mikronukleus yaitu 48,0 ± 2,1% untuk laju Sel Binukleat dengan Mikronukleus (%) Selse Binukleat dengan mMikronukleus (%) B Rerata SE Rerata SE Gambar 7. Frekuensi Mikronukleus yang diirradiasi Co-60 (A). laju dosis 70 cGy/menit dan 0,15 cGy/menit, (B). laju dosis 70 cGy/menit dan 0,15cGy/menit [16] PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 67 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 Induksi mikronukleus dipengaruhi oleh laju dosis pada penelitian lain mengisyaratkan bahwa mikronuklei dalam limfosit darah perifer dapat dijadikan sebagai dilaporkan bahwa pembentukkan mikro- biodosimeter nukleus yang diirradiasi dengan laju dosis 0,7 mungkin juga kronik setelah radiasi in cGy/menit sampai 2,6 cGy/menit, responnya vivo[18]. Pembedaan antara paparan radiasi kurang efektif dibanding dengan laju dosis 40 pengion dengan non radiasi juga dapat Gy/jam. Demikian pula pada penelitian diketahui Boreham diperlihatkan pola yang sama yaitu menggunakan pelabelan kromosom. Namun pada laju dosis 0,29 cGy/menit dan 0,15 terdapat variasi yang cukup besar antar- cGy/menit menunjukkan efek yang lebih laboratorium atau antar-individu, terutama rendah, dibanding dengan laju dosis tinggi untuk dosis dengan LET rendah, sehingga yaitu 70 cGy/menit [16,17]. masing- Penurunan dengan uji masing akut dan mikronuklei laboratorium harus merekontruksi kurva dosis-respon sendiri. cGy/menit Jumlahnya yang menurun dengan waktu dan menginduksi sensitivitasnya rendah menyebabkan uji ini penundaan siklus sel sedangkan pada laju perlu dipertimbangkan sebagai dosimetri dosis tinggi tidak dipengaruhi. Kemungkinan biologi. penundaan siklus sel yamg diinduksi pada spontan antara 3-30 per 1000 BNC, uji ini laju dosis 0,15 cGy/menit tidak diperlukan juga menjadi kurang diminati, selain dapat untuk pembentukkan mikronukleus pada laju meninggi dengan bertambahnya umur untuk dosis diperlihatkan kejadian MN spontan [1,18]. Peneliti lain penundaan siklus sel tidak merupakan bagian beranggapan bahwa variasi individu tersebut utama untuk kemampuan menaikkan proses dipertimbangkan /dianggap sangat kecil dan perbaikan patahan kromosom pada waktu dianggap sebagai refleksi dosis fisik yang terjadi diterima setiap individu. mungkin hingga telah 0,29 0,15 mampu cGy/menit penurunan laju dosis pajanan dari 0,29cGy/menit laju untuk dosis. Diduga Dengan kejadian mikronuklei penundaan siklus sel mungkin hanya sebagai Variasi individu dalam pembentukan efek samping pada laju dosis yang sangat mikronukleus yang di induksi oleh radiasi, rendah [16,17]. tidak menunjukkan bermakna V. MIKRONUKLEI SEBAGAI DOSIMETRI BIOLOGI Beberapa karakteristik yang menjadi diantara perbedaan donor yang karena kemungkinan pada penelitian tersebut ada koinsidensi pada seleksi donor dan hasil penelitian lain dilaporkan bahwa ada variasi syarat sebagai dosimetri biologi, antara lain individu adalah adanya variasi mikronukleus antar mikronukleus yang dihubungkan dengan individu. Penelitian oleh Lee TK dkk umur yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH yang positif dalam pembentukan 68 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 [3,17]. Data yang diperoleh dari hasil yaitu dengan cara mengukur respon dosis penelitian terhadap ke 8 variasi donor, untuk setiap individu [6]. dengan kisaran umur 23 sampai 55 tahun, secara jelas terdapat keterkaitan antara VI. PENUTUP frekuensi latar mikronukleus dengan dosis. Radiasi yang mikronukleus menginduksi menunjukkan frekuensi tidak keterkaitan umur yang bermakna frekuensi mikronukleus yang ada dengan terbentuk, namun demikian variasi yang besar terjadi antar individu [8]. klasik kajian dosis dengan metoda CB untuk mikronukleus dalam limfosit tepi ,relatif lebih sederhana. Dapat dihitung lebih cepat dan variasi antar scorer kurang berpengaruh. Salah satu kekurangannya adalah dalam hal data dasar /latar dari frekuensi mikronukleus, baik dari segi jumlah, maupun variasi dibanding dengan aberasi kromosom. Dengan menghitung 4000-5000 sel pada dosis terendah 0,05 Gy sudah dapat mendeteksi adanya pembentukkan mikronukleus. Studi lain telah dilaporkan menggunakan sistem hasil kajian diatas, studi mengenai pembentukan mikronukleui akibat radiasi dengan menggunakan tehnik CB, pada limfosit tepi merupakan metoda radiobiologi yang relevan, bila digunakan sebagai bidosimetri radiasi. Hubungan respon mikronukleus dengan dosis untuk LET Dibanding dengan metoda sitogenetik individu. Dari scoring rendah digambarkan dengan persamaan linier qudratik, sedangkan untuk LET tingi hanya persamannya linier. Induksi mikronulei juga dipengaruhi oleh laju dosis, pada laju dosis rendah frekuensinya semakin turun. Salah satu kekurangannya adalah dalam hal data dasar /latar dari frekuensi mikronukleus, baik dari segi jumlah, maupun variasi individu. Sehingga untuk menerapkan uji mikronukleus sebagai dosimetri biologi, diperlukan kalibrasi kurva mikronukleus pada individu pra pajanan terutama untuk dosis rendah. otomatis melalui komputer, dengan menghitung sel binukleat dalam 103, semua keraguan /ketidakpastian dalam pengkajian DAFTAR PUSTAKA dosis individual adalah 0,25 Gy, sementara dosis kurang dari 0,3 Gy tidak dapat dideteksi dengan jelas. Keraguan tersebut terutama karena variasi mikronukleus antar individu. Pengembangan untuk kisaran dosis rendah diperlukan pengetahuan data dasar frekuensi mikronukleus individu, sebelum irradiasi, 1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Biological Dosimetry Chromosomal Aberration Analysis for Dose Assessments. Technical Reports Series No. 260, IAEA, Viena, 25-31, 2001. 2. COUNTRYMAN,P.I., HEDDLE, J.A.,The production of Micronuclei from Chromosome Aberration in Irradiated Culture of Human Lymfocytes, Mutation Research, 41, 321-331, 1979. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 69 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 3. FENECH, M and MARLEY, A.A. Measurement Of Micronuklei in Limphocytes. Mutation Research, 147, 29-36 (1985). 4. HEDDLE., J.B and CARRANO, The DNA Content of Micronuclei Induced in Bone Marrow by Gamma Irradiation: in Evident that micronuclei arise from acentric Chromosomal Fragments. Mutation Research 44, 63-70, 1977. 5. ALMASSY, Z., KREPINSKY. A.B., BIANCO. et. al. The Present State and Perspectives of Micronucleus Essay in Radiation Protection. In A Review. Appl Radiat Isotop .38, 241-249, 1987. 6. KOKSAL, G., DALCI, D.O., and PALA, F.S., Micronuclei in Human Lymphocytes: The Co-60 Gamma Rays Dose Response Mutation Research 161, 193-195, 1996. 7. VRAL, A., VERHAEGEN, H. THIERENS, H., et.al. The InVitro Cytokinesis-block Micronucleus Assay: Detailed Description of an Improved Slide Preparation Tehnique for The Automated Detection of Micronuclei in Human Lymphocytes. Mutagenesis 9, 439-443, 1994. 8. MILL, A.J., WELLS, J., HALL, S.C., et. al, A. Micronucleus Induction in Human Lymphocytes: Comparative Effects of X Rays, Alpha Particles, Beta Particles and Neutrons and Implications for Biological Dosimetry, Radiation Research, 145, 575-585, 1996. 9. PURNAMI, S., LUSIYANTI, Y., SYAIFUDIN, M., RHAMADANI, D., NURHAYATI, S., TETRIANA, D., Radiation Induced Micronuclei in Lymphocyte Cell of Radiation Workers. Prociding The International Conference On Basic Science, Brawijaya University Malang Indonesia, February 17-18, 2011. 10. SYAIFUDIN, M., dan KANG, C., Induksi Aberasi kromosom dan mikronuklei dalam limfosit manusia akibat radiasi gamma dan keandalannya sebagai dosimeter biologi.Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Andalas Padang, 5 September 2007, ISBN 978-979-25-1951-B. 11. HALL, E.J. Radiobiology for Radiologist, Fourth Edition. J.B. Lippincot Company, Philadelphia, Baltimore New York, London, 161-165, 1993. 12. LITTLE, J.B. What are the Risks of Low Level Exposure to α Radiation from Radon. Proc.Natl.Acad. Sci USA. 94, 5996-5997, 1997. 13. VRAL, A., FERHAGEN, F., THIERENS, H., et. al. Micronuclei Induced by Fast Neutron Versus Co-60 Gamma Rays in Human peripheral Blood Lymphocytes, Int.J. Radiat. Biol 65, no 3, 321-328, 1994. 14. VERHAEGEN. F and VRAL A. Sensitivity of Micronucleus Induction in Human Lymphovytes to Low LET Radiation Qualities : in RBE and Correlation of RBE and LET. Radiation Research 139, 208-213, 1994. 15. HUBER, R., SCHRAUBE, H., NAHRSTEDT, U., et. al. Dose Response Relationship of Micronuclei in Human Lymphocytes Induced by Fission Neutrons and by Low LET Radiations, Mutation Research, 306, 135-141, 1994. 16. BOREHAM, D.R., DOLLING, J.A, MAVES, S.R, et. al. Dose Rate Effect for Apoptosis and Mikronucleus Formation in Gamma Irradiated Human Lymphocytes, Radiation Research 153, 579-586, 2000. 17. VRAL, A., THIERENS, H., BAEYENS, A. et. al. Study of Dose Rate and Split Dose Effects on The in vitro Micronucleus yield in Human Lymphocytes exposed to X-Rays. Int. J. Radiat Biol 61. 777-784, 1992. 18. LEE, T-K., ALLISON, R. R.,O'BRIEN, K. F., NAVES, J. L.KARLSSON, U. L. and WILEY, A.L., Jr. Persistence of micronuclei in lymphocytes of cancer patients after radiotherapy. Radiation Research,157, 678–684, 2002. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 70 Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII Jakarta, 6-7 Juli 2011 TANYA JAWAB Penanya : Maria Lina Pertanyaan : - Dari ke empat uji yang telah dijelaskan, uji manakah yang paling sensitif dan spesifik untuk mengetahui kerusakan kromosom ? - Apa kelebihan Uji mikronukleus untuk menganalisis kerusakan kromosom akibat radiasi? Jawaban - Pengujian aberasi kromosom disentrik adalah pengujian yang paling sensitive untuk mengetahui kerusakan kromosom akibat radiasi. - Untuk uji mikronukleus dari segi pengamatan lebih cepat dan mudah serta tidak membutuhkan skill khusus. PTKMR-BATAN, BAPETEN, KEMENKES-RI dan Pusarpedal-KLH 71