BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Internet Menurut Wiliam dan Sawyer (2011:18), internet adalah jaringan komputer yang meliputi seluruh dunia yang menghubungkan ratusan dari ribuan jaringan yang lebih kecil. Menurut Laudon dan Traver (2012:102), internet adalah jaringan interkoneksi dari ribuan jaringan dan jutaan komputer (kadang-kadang disebut komputer host atau hanya host) yang menghubungkan bisnis, lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan individu. Adapun Chaffey (2011:4) mendefinisikan internet sebagai jaringan fisik yang menghubungkan komputer di dunia. Internet terdiri atas infrastruktur dari jaringan server dan hubungan komunikasi yang menghubungkan keduanya yang biasanya menahan dan menghantarkan informasi antara PC dari client dan web server. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Internet merupakan jaringan komputer yang menghubungkan jutaan orang di seluruh dunia, yang perkembangannya begitu cepat mulai dari jutaan jaringan bisnis, edukasi, dan pemerintahan yang terhubung dengan ratusan juta komputer. 2.1.2 Website Menurut Laudon dan Traver (2012:103), website adalah salah satu layanan internet yang paling populer, menyediakan akses ke miliaran, mungkin triliunan, dari halaman web, yang mana berupa dokumen yang dibuat dalam bahasa pemrograman yang disebut HTML yang dapat berisi teks, grafik, audio, video, dan benda-benda 11 12 lainnya, serta "hyperlink" yang memungkinkan pengguna untuk melompat dengan mudah dari satu halaman ke halaman lainnya. Menurut Chaffey (2011:4), World Wide Web (WWW) merupakan teknik yang paling umum untuk menampilkan informasi di dalam internet. Dapat diakses melalui web browser yang menampilkan web page dari grafik yang ada dan teks sandi HTML/XML. Jadi, website adalah sarana bagi setiap orang untuk mengirim dan menerima data dari satu tempat ke tempat lain lewat jaringan internet menggunakan bahasa khusus yang disebut Hypertext Markup Language (HTML). 2.1.3 Pemasaran Menurut Chaffey (2011:386), pemasaran merupakan proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memuaskan pelanggan yang dibutuhkan untuk keuntungan. Menurut Kotler & Armstrong (2010:29), pemasaran adalah sebuah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan untuk mengambil nilai dari pelanggan sebagai imbalan. Dari pengertian yang ada dapat dikatakan bahwa pemasaran bukan hanya berbicara soal penjualan dan mendapatkan keuntungan, tapi lebih kepada memberikan value kepada pelanggan yang ada dan baru setelah itu mendapatkan keuntungan dari pelanggan yang telah mendapatkan kepuasan. 13 2.1.4 Definisi E-Marketing Menurut Strauss dan Frost (2009:2), E-Marketing adalah suatu aplikasi dari beragam teknologi informasi yang bertujuan untuk : Merubah strategi pemasaran untuk menambah nilai pelanggan melalui segmentasi yang lebih efektif, target, perbedaan dan memposisikan strategi lebih efektif. Lebih efisien dalam perencanaan dan mengeksekutifkan konsep, distribusi, promosi, dan penetapan harga barang-barang, jasa dan ide-ide. Menciptakan perubahan yang memuaskan konsumen sebagai individu dan objektivitas konsumen secara organisasional. Menurut Chaffey (2011:388), pemasaran elektronik merupakan pencapaian tujuan pemasaran melalui penggunaan teknologi komunikasi elektronik. Menurut Kotler & Armstrong (2010:29), online marketing yang dimaksud disini adalah pemasaran elektronik, berarti usaha dari perusahaan untuk memasarkan produk dan jasa serta membangun hubungan yang baik dengan pelanggan melalui internet. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa E-Marketing adalah strategi pemasaran yang lebih efisien dalam perencanaan dan menciptakan perubahan yang memuaskan konsumen. 2.1.5 Tujuh Tahap E-Marketing Menurut Strauss dan Frost (2009:48), tujuh elemen kunci perencanaan terdiri dari analisis situasi, perencanaan strategis e-marketing, tujuan, strategi e-marketing, rencana implementasi, anggaran biaya, dan rencana evaluasi. 1. Analisis Situasi. 2. E-Marketing strategic planning. 3. Menentukan Tujuan. 14 4. Strategi E-Marketing. 5. Rencana Implementasi. 6. Anggaran Biaya. 7. Rencana Evaluasi. 2.1 Teori-teori Khusus 2.2.1 Metodologi Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. 2.2.2 Jenis-jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2012:4), jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and development). 15 2.2.3 Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2012:137), pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. 1. Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. a. Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan 16 wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. b. Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. 2. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. 3. Observasi (Pengamatan) Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku 17 manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. a. Observasi Berperanserta (Participant Observation) Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. b. Observasi Non Participant Kalau dalam observasi partisipan, peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non participant ini, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap barang-barang, barang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu. c. Observasi Terstruktur Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. 18 d. Observasi Tidak Terstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. 2.2.4 Macam-macam Data Penelitian Menurut Sugiyono (2008:12) macam–macam data penelitian ada dua, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif dibagi menjadi dua yaitu data diskrit atau nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data yang hanya dapat digolong–golongkan secara terpisah, secara diskrit atau kategori. Misalnya : dalam suatu kelas terdapat 50 mahasiswa, terdiri atas 30 pria dan 20 wanita. Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum dibagi menjadi tiga, yaitu data ordinal, data interval dan data ratio. Data ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol absolut atau mutlak. Data ratio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak. 2.2.5 Sampel Menurut Sugiyono (2012:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk 19 populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). 2.2.6 Menentukan Ukuran Sampel Menurut Sugiyono (2012:86) jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut. λ². N. P. Q s = -----------------------d² (N - 1) + λ². P. Q λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. P = Q = 0,5. d = 0,05. s = Jumlah Sampel Untuk lebih detailnya, penentuan jumlah sampel dapat di lihat pada tabel di bawah ini: 20 Tabel 2.1 Penentuan Jumlah Sampel Dari Populasi Terntentu Dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10% N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 1% 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 135 142 148 154 160 165 171 176 182 187 192 s 5% 10 14 19 23 28 32 36 40 44 48 51 55 58 62 65 68 72 75 78 84 89 95 100 105 110 114 119 123 127 131 135 139 142 146 149 152 10% 10 14 19 23 27 31 35 39 42 46 49 53 56 59 62 65 68 71 73 78 83 88 92 97 101 105 108 112 115 118 122 125 127 130 133 135 Sumber : Sugiyono, 2012:87 N 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 1% 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 440 450 460 469 477 485 492 498 510 520 529 s 5% 155 158 161 167 172 177 182 186 191 195 198 202 205 213 221 227 233 238 243 247 251 255 258 265 270 275 279 283 286 289 292 294 297 301 304 307 10% 138 140 143 147 151 155 158 162 165 168 171 173 176 182 187 191 195 199 202 205 208 211 213 217 221 224 227 229 232 234 235 237 238 241 243 245 N 1% 2800 537 3000 543 3500 558 4000 569 4500 578 5000 586 6000 598 7000 606 8000 613 9000 618 10000 622 15000 635 20000 642 30000 649 40000 653 50000 655 75000 658 100000 659 150000 661 200000 661 250000 662 300000 662 350000 662 400000 662 450000 663 500000 663 550000 663 600000 663 650000 663 700000 663 750000 663 800000 663 850000 663 900000 663 950000 663 1000000 663 ∞ 664 s 5% 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 349 10% 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 271 271 271 271 271 272 21 Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai dari 10 sampai dengan 1.000.000. Jadi semakin besar taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh: untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahn 1%, jumlah sampelnya = 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah sampelnya = 258, dan untuk taraf kesalahan 10%, jumlah sampelnya = 213. Dari tabel juga terlihat bahwa bila jumlah populasi tak terhingga, maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 644, 5% = 349, dan 10% = 272. 2.2.7 Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2012:81), teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi : i. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. ii. Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. 22 iii. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. iv. Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. b. Nonprobability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi : i. Sampling sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. ii. Sampling kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. iii. Sampling insidental Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 23 iv. Sampling purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. v. Sampling jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. vi. Snowball sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. 2.2.8 Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2012:92), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Berbagai skala yang digunakan untuk penelitian antara lain: a. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak 24 untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa katakata antara lain: 1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Ragu-Ragu 4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak Setuju b. Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak” ; “benar-salah” ; “pernah-tidak pernah” ; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. c. Semantic Defferensial Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap / karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. 25 d. Rating Scale Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating-scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. 2.2.9 Populasi Menurut Sugiyono (2012:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 2.2.10 Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2012:38), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Selain itu, dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 26 2.2.10.1 Macam-macam Variabel Menurut Sugiyono (2012:39), macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi : a. Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, dan antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). b. Variabel Dependen Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. c. Variabel Moderator Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen kedua. d. Variabel Intervening Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen dan tidak dapat diamati dan diukur. e. Variabel Kontrol Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tidak 27 dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. 2.2.11 Hipotesis Menurut Sugiyono (2012:64), Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja (H1) dan hipotesis nol (H0). Hipotesa kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesa nol dinyatakan dalam kalimat negatif. 2.2.12 Teknik Regresi Berganda Menurut Sugiyono (2008:269), Regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variable dependen dapat dipredisikan melalui variable independen. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variable berupa hubungan fungsional. Bentuk persamaan regresi linier sederhana : Y’ = a + bX Keterangan : Y’ = Subyek dalam variable dependen yang dipredisikan. a = Harga Y bila X = 0 (Harga konstan). b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka. X = Subyek pada variable independen yang mempunyai nilai tertentu. 28 2.2.13 Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2012:147), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 2.2.14 Brand Equity in Social Marketing Hasil penelitian Norjaya & Abdul (2011) menunjukkan bahwa pengaruh keluarga dan viral marketing memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan dimensi brand equity dan dapat mempengaruhi brand equity. Temuan ini memiliki implikasi pada komunikasi pemasaran terutama pentingnya sumber komunikasi informal. Sangat sering, sumber-sumber informasi, seperti keluarga, teman, tetangga, dan kerabat dianggap lebih dapat dipercaya sehingga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumsi dari konsumen. Schiffman & Kanuk (2010) mengatakan seiring dengan semakin banyaknya penggunaan internet, sumber informasi informal juga meliputi orang yang mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang melalui jaringan social media dan forum-forum web lainnya. Macam-macam social media seperti blog, feeds, social networking, Wikis, Facebook, Twitter dapat digunakan untuk meningkatkan dampak dari komunikasi pemasaran. Pelaku marketing juga seharusnya tidak hanya fokus dalam mengembangkan brand awareness dan asosiasi positif dari merek mereka melalui jaringan online, tetapi juga harus mengelola viral marketing mereka. 29 Gambar 2.1 Model Penelitian Norjaya & Abdul (2011) Berikut adalah penjelasan terhadap 3 variabel yang dipakai dalam penelitiannya : 1. Family Influence Menurut Schiffman & Kanuk (2010:318), family adalah dua orang atau lebih yang berhubungan dengan darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal bersamasama. Dalam variabel Family Influence, memiliki sub-variabel sebagai berikut: Schiffman & Kanuk (2010:328), lebih spesifik mengatakan bahwa Family Buying Frequency merupakan didikan, pengalaman, dan tujuan bersama dari pasangan menentukan pentingnya pendidikan atau karir, dalam membaca, dalam menonton televisi, dalam pembelajaran keterampilan komputer, dalam 30 frekuensi dan kualitas makan di luar, dan dalam menyeleksi kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya. Schiffman & Kanuk (2010:328), lebih spesifik mengatakan bahwa Family Recommendation merupakan penyampaian emosional (termasuk cinta, kasih sayang, dan keintiman) kepada para anggotanya adalah fungsi inti penting dari keluarga kontemporer. Dalam memenuhi fungsi ini, keluarga memberikan dukungan dan dorongan, serta membantu anggotanya dalam mengatasi pengambilan keputusan dan masalah pribadi atau sosial. Gil, Andrés, Salinas (2007:189), lebih spesifik mengatakan bahwa Family Recommendation untuk membeli sebuah merek, dan pengamatan merek yang sering dibeli dalam keluarga, dirasakan oleh konsumen sebagai manifestasi yang disetujui orang tuanya sebagai penggunaan merek. Lee & Beatty (2002:26), lebih spesifik mengatakan bahwa ada 3 tahapan dalam proses pengambilan keputusan yaitu : 1. Configuration, menggambarkan tahapan dalam proses pengambilan keputusan dimana anggota kelompok pertama yang mendekati situasi keputusan dapat memutuskan "aturan permainan" Konfigurasi akan terjadi jika diskusi antara anggota keluarga menunjukkan bagaimana proses pengambilan keputusan akan dilanjutkan. 2. Negotiation, tahap negosiasi menggambarkan fase dimana anggota mengevaluasi alternatif yang disarankan, menempatkan argumen yang berkelanjutan untuk dan terhadap berbagai pilihan. 3. Outcome, mewakili sejumlah saran dari setiap anggota yang telah berhasil membuat kelompok. 31 2. Viral Marketing Menurut Dobele et al. (2007:291), Viral marketing adalah seperti virus, informasi tentang perusahaan dan pesan merek, barang atau jasa yang menyebar ke pembeli potensial, yang kemudian meneruskan informasi tersebut kepada pembeli potensial lainnya seperti jaringan besar dibuat dengan cepat. Dalam sub-variabel Viral Marketing, memiliki sub-variabel sebagai berikut: Dobele, Toleman, & Beverland (2005:146), lebih spesifik mengatakan bahwa Capturing the imagination, sebuah produk tidak hanya perlu menempatkan produknya menjadi top of mind dalam pikiran pelanggan, tetapi juga perlu “berarti” bagi pelanggan, misalnya : dapat dihubungkan dengan perspektif pelanggan dalam kehidupan. Dobele, Toleman, & Beverland (2005:147), lebih spesifik mengatakan bahwa Targeting the right merupakan kelompok pertama dari klien atau pelanggan secara aktif mengatakan kepada orang lain tentang produk atau jasa adalah penyedia kata dari mulut ke mulut utama;dimungkinkan sebagai, pemimpin pendapat. Contoh : misalnya, dengan memberikan informasi ke dalam berbagai media, A.I. kampanye viral mengarahkan beberapa pekerja untuk membantu orang lain dalam menemukan petunjuk. Dobele, Toleman, & Beverland (2005:147), lebih spesifik mengatakan bahwa Visible, easy-to-use products merupakan sejumlah aspek produk yang paling rentan terhadap fenomena dengungan (kasak kusuk), termasuk produk yang unik (seperti scooter yang dapat dilipat), produk yang terlihat jelas (seperti tas Gucci, produk PDA(Palm Pilots)), dan produk yang secara alami rentan untuk didiskusikan dari mulut (seperti Viagra). 32 Dobele, Toleman, & Beverland (2005:148), lebih spesifik mengatakan bahwa Credible sources merupakan bagaimana penjual mendapatkan merek dan produk melalui persaingan dan melalui viral marketing yang memotong hambatan dari pelanggan untuk berkomunikasi langsung dengan keterlibatan promosi yang dapat dipercaya. 3. Brand Equity Menurut Aaker (1991:15), brand equity adalah seperangkat aset dan kewajiban merek yang memiliki brand, nama dan simbol, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa kepada perusahaan dan atau kepada perusahaan milik pelanggan. Dalam studi yang dilakukan oleh Norjaya & Abdul (2011), terdapat 4 dimensi yang menjadi landasan keberhasilan dari Brand Equity yaitu sebagai berikut : a. Brand Loyalty Merupakan situasi yang mencerminkan bagaimana kemungkinan pelanggan akan beralih ke merek lain, terutama ketika merek itu membuat perubahan, baik dalam harga atau fitur produk. Dalam sub-variabel Brand Loyalty, memiliki sub-variabel sebagai berikut: Aaker (1991:50), lebih spesifik mengatakan bahwa Treat the Customer Right, produk atau jasa yang sesuai dengan harapan pelanggan akan membuat mereka menjadi loyal, sebuah alasan untuk tidak berpindah. Aaker (1991:51), lebih spesifik mengatakan bahwa Measure/Manage Customer Satisfaction merupakan survei kepuasan pelanggan yang dilakukan secara teratur terhadap pelanggan, dapat digunakan untuk memahami apa yang dirasakan oleh pelanggan dan melakukan penyesuaian produk serta jasa yang sesuai keinginan pelanggan. 33 Aaker (1991:51), lebih spesifik mengatakan bahwa Create Switching Cost merupakan pelanggan masuk dalam kategori puas bila mengkonsumsi merek tersebut, meskipun mungkin saja mereka beralih dari merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang merupakan konsekuensi ketika merek beralih ke suatu merek. Untuk dapat menarik minat para pelanggan dalam tingkat ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pelanggan dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasi (switching cost loyal). Aaker (1991:40), lebih spesifik mengatakan bahwa Commited Buyer merupakan tingkatan tertinggi pada piramida loyalitas. Pelanggan merupakan pelanggan yang setia dan memiliki kebanggaan sebagai pengguna suatu produk merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Salah satu aktualisasi loyalitas pelanggan ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Aaker (1991:50), lebih spesifik mengatakan bahwa Stay Close to the Customer, Focus groups dapat digunakan untuk melihat dan mendengar suara pelanggan. Suatu tindakan untuk berhubungan dengan pelanggan agar pelanggan merasa dihargai Aaker (1991:52), lebih spesifik mengatakan bahwa Provide Extras, sangat mudah untuk mengubah perilaku pelanggan dari toleransi menjadi antusias hanya dengan menyediakan pelanggan. beberapa layanan tambahan yang tidak diduga oleh 34 b. Brand Awareness Merupakan kemampuan dari pembeli potensial untuk mengenali dan mengingat bahwa merek adalah bagian dari kategori produk tertentu. Dalam sub-variabel Brand Awareness, memiliki sub-variabel sebagai berikut: Aaker (1991:62), lebih spesifik mengatakan bahwa Brand Recognition merupakan seseorang yang mengetahui suatu merek tertentu. Aaker (1991:62), lebih spesifik mengatakan bahwa Brand Recall merupakan seseorang yang dapat menyebutkan nama-nama produk dalam suatu kategori produk tertentu Aaker (1991:62), lebih spesifik mengatakan bahwa Top of Mind merupakan nama suatu merek yang disebut pertama kali oleh seseorang, berada pada posisi yang istimewa dalam benaknya. Keller (2008:249), lebih spesifik mengatakan bahwa Online Advertising merupakan beberapa keuntungan potensial yang dapat diambil dari periklanan web yaitu dapat dihitung, karena software dapat melacak transaksi penjualan yang dihasilkan dari iklan web ini, tidak menganggu pelanggan, dan dapat mentargetkan pelanggan bahwa yang dihubungi hanya pelanggan yang prospek. Keller (2008:252), lebih spesifik mengatakan bahwa Place Advertising / Alternative Advertising merupakan kategori yang didefinisikan secara luas yang melibatkan periklanan di luar media tradisional, seperti billboard, film, pesawat terbang, lounge, dll. Keller (2008:259), lebih spesifik mengatakan bahwa Event Marketing and Sponsorship, acara publik untuk mempromosikan produk seperti kegiatan yang berkaitan dengan olahraga, seni, hiburan, dan sosial. 35 c. Perceived Quality Merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan dari suatu produk atau jasa dengan menghargai tujuan yang dimaksudkan. Dalam sub-variabel Perceived Quality, memiliki sub-variabel sebagai berikut: Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Access melibatkan pendekatan dan kemudahan kontak, contoh : layanan yang mudah diakses melalui telepon, waktu tunggu untuk menerima layanan, lokasi dari fasilitas layanan, dan jam kerja operasional perusahaan. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Communication memberikan kepada pelanggan suatu informasi dalam bahasa yang mudah dipahami dan mendengarkan pendapat mereka, contoh: menjelaskan layanan itu sendiri, menjelaskan seberapa banyak biaya yang timbul untuk layanan tersebut, menjelaskan penanganan masalah kepada pelanggan. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Tangibles mencakup bukti fisik dari layanan, contoh : fasilitas fisik, penampilan karyawan, sarana dan prasarana yang digunakan untuk menyediakan layanan, kartu nama pelanggan. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Credibility melibatkan kepercayaan, kejujuran, dan juga dapat menarik perhatian pelanggan, contoh : nama perusahaan, reputasi perusahaan, dan karakteristik personal dari bagian pelayanan. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Reliability melibatkan konsistensi dan keandalan kinerja. Ini berarti 36 perusahaan melakukan layanan yang benar saat pertama kali melayani pelanggan. contoh : ketepatan dalam pembayaran, menyimpan catatan dengan benar, melakukan layanan tepat pada waktunya. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Competence merupakan kemampuan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan, contoh : pengetahuan dan kemampuan dari bagian pelayanan pelanggan, pengetahuan dan kemampuan dari karyawan pendukung operasional, kemampuan penelitian dari organisasi. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Courtesy melibatkan kesopanan, rasa hormat, perhatian, dan keramahan dari bagian pelayanan yang berinteraksi dengan pelanggan (termasuk resepsionis, operator telepon, dll). Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Responsiveness merupakan kemauan atau kesiapan karyawan untuk memberikan pelayanan, contoh : memberikan nota pembelian dengan segera, memanggil kembali pelanggan secara cepat, dan mengatur pertemuan secara cepat. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Security merupakan bebas dari bahaya, risiko, atau keraguan, contoh : keamanan fisik, keamanan finansial, kerahasiaan data. Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1985:47), lebih spesifik mengatakan bahwa Understanding/Knowing merupakan membuat upaya untuk memahami kebutuhan pelanggan, contoh : memahami kebutuhan spesifik pelanggan, menyediakan perhatian individual, mengenali pelanggan tetap. 37 d. Brand Associations Merupakan Segala hal yang terhubung di dalam ingatan terhadap suatu merek. Dalam sub-variabel Brand Associations, memiliki sub-variabel sebagai berikut: Aaker (1991:111), lebih spesifik mengatakan bahwa Differentiate/Position, suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain. Aaker (1991:111), lebih spesifik mengatakan bahwa Help Process/ Retrieve Information, asosiasi-asosiasi yang terdapat pada merek dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mudah dikenal oleh pelanggan. Aaker (1991:112), lebih spesifik mengatakan bahwa Reason-to-Buy, asosiasi merek membantu para konsumen untuk memutuskan pembelian suatu produk atau jasa, dan loyalitas terhadap merek. Aaker (1991:112), lebih spesifik mengatakan bahwa Create Positive Attitudes/Feelings, beberapa asosiasi dapat membuat perasaan positif selama penggunaan produk atau jasa yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk atau jasa tersebut Aaker (1991:113), lebih spesifik mengatakan bahwa Basis for Extensions, asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara nama merek dan produk baru, atau menyediakan alasan untuk membeli perluasan merek tersebut. Keller (2008:235), lebih spesifik mengatakan bahwa Media Advertising, merupakan segala bentuk pembayaran dari presentasi kepada banyak orang 38 dan promosi dari ide, barang, atau layanan oleh sponsor yang teridentifikasi, contoh : televisi, radio, majalah, dan koran. Keller (2008:247), lebih spesifik mengatakan bahwa Direct Response Advertising, secara langsung membuat kesepakatan dengan orang tertentu yang tertarik pada produk dan mendapatkan informasi langsung dari mereka, seperti menggunakan mail, telepon, internet, dll.