IDENTIFIKASI POTENSI AGRIBISNIS BERBASIS EKONOMI KERAKYATAN DI KOTA PEKANBARU PEKANBARU, BALITBANG RIAU, 30/12/2016. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Riau, bekerjasama dengan Badan Penelitian Ekonomi Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Riau, mengadakan kajian ‘Penyusunan Master Plan Agribisnis Berbasis Ekonomi Kerakyatan di Kota Pekanbaru’ pada tahun 2014 lalu. Kajian penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Pekanbaru. Pemberlakuan undang-undang otonomi daerah No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan Pusat Daerah, menuntut berbagai perubahan dalam penentuan kebijakan pembangunan daerah. Salah satu pasal yang penting dari Undang-undang No. 32 tahun 2004 adalah 4 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Dalam rangka pelaksanaan azas desentralisasi dibentuk dan disusun daerah propinsi. daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat”. Dalam Pasal 157 UU No. 32 tahun 2004 juga tertulis bahwa untuk membiayai penyelenggaraan tugas pemerintah daerah bersumber dari pendapatan daerah yang terdiri dari pendapatan asli daerah (pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah), dana perimbangan, pinjaman daerah serta lain-lain pendapatan daerah. Dengan demikian untuk masa-masa mendatang daerah harus benar-benar bertumpu pada hasil pengelolaan potensi daerah untuk memperoleh pendapatan daerah yang optimal serta dapat mensejahterakan masyarakatnya. Keberlanjutan pertanian (sustainable agriculture) dan pengembangan agribisnis ke depan akan dihadapkan dengan berkembangnya trend baru pembangunan daerah, yaitu localized urban bias. Pemerintah daerah bisa secara sadar atau tidak sadar mengembangkan berbagai kebijakan pembangunan ekonomi lokal yang tidak favourable terhadap pertanian dan perdesaan, yaitu bila pemerintah daerah mengejar hasil cepat dari investasi pembangunan yang dilakukan. Untuk ini, pemerintah daerah bisa memfokuskan investasi pembangunannya pada proyek-proyek pembangunan yang bias perkotaan. Konsekuensinya, pembangunan pertanian dan pembangunan perdesaan akan memperoleh prioritas investasi yang rendah. Hal ini mengisyaratkan perlunya suatu alternatif policy design yang bisa menghubungkan kepentingan pertanian dan pangan masyarakat dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi daerah. Seiring dengan hal tersebut pengembangan masterplan agribisnis di Kota Pekanbaru akan ditetapkan. Pengembangan kegiatan usaha unggulan tersebut dapat pula memberikan efek ganda (multiple effect) bagi bidang-bidang usaha lain, sehingga seluruh wilayah Kota Pekanbaru dapat berkembang menjadi suatu kawasan ekonomi yang berkembang dengan berbasis pada sumberdaya lokal. Kota Pekanbaru memiliki banyak sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan usaha unggulan. Potensi tersebut terutama sektor pertanian, disamping sektor inudustri dan sektor lainnya yang potensial. Potensi tersebut ditandai dengan tersedianya lahan yang sesuai untuk pengembangan agribisnis, tersedianya sumberdaya air yang potensial untuk pengembangan perikanan darat, dan tersedianya pasokan bahan baku untuk pengembangan agroindustri eksplorasi. Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota dan dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun), pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industry, militer, bandara dan lain-lain. Areal yang belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar 76% dari luas wilayah kota saat ini yang merupakan kawasan lindung, perkebunan, semak belukar dan hutan. Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir), Tenayan Raya dan sekitarnya. Lahan untuk pertanian di Kota Pekanbaru setiap tahun terus mengalami penurunan di antaranya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk kota Pekanbaru. Adapun tujuan kajian tersebut antara lain : 1. Mengidentifikasi potensi sumber daya yang dapat dijadikan kegiatan usaha unggulan pada sektor pertanian untuk Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru 2. Merumuskan arah kebijakan pengembangan agribisnis di Kota Pekanbaru yang bertujuan untuk pengembangan ekonomi kerakyatan 1. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal, di antaranya : Potensi sumber daya yang ada di Kota Pekanbaru : a) Kecamatan yang menjadi sentra pertanian dari 9 jenis komoditi yang dikembangkan adalah pada Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Rumbai. Untuk jenis komoditi jagung terdapat pada 3 kecamatan yaitu Rumbai, Tanayan Raya dan Tampan sedangkan untuk jenis komoditi Ketela Pohon lebih tersentra pada Tenayan Raya dan kemudian Rumbai b) Pekanbaru merupakan satu dari Kabupaten/ Kota di Provinsi Riau sebagai penghasil Patin dan Lele. Kecamatan yang menjadi sentra produksi perikanan adalah Rumbai, Tenayan Raya dan Rumbai Pesisir, sedangkan kecamatan lainnya seperti Tampan, Payung sekaki, Bukit Raya dan Marpoyan Damai juga merupakan penghasil perikanan namun jumlahnya masih sedikit. c) Jenis tanaman pangan yang dikembangkan di Kota Pekanbaru adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan talas. Tanaman pangan yang banyak diusahakan berdasarkan luasannya berturut-turut adalah ketela pohon, jagung, kacang tanah, ketela rambat, kedelai, talas, kacang hijau dan padi. d) Jenis tanaman buah-buahan yang dikembangkan di Kota Pekanbaru adalah mangga, rambutan, belimbing, jeruk, jambu, durian, duku, pepaya, nenas, pisang, alpokat, nangka, sawo, buah naga, manggis, salak, sirsak, sukun, melon, semangka, dan melinjo. Tanaman buah-buahan yang banyak diusahakan berdasarkan total produksi berturut-turut adalah semangka, pepaya, melon, dan nangka. e) Jenis tanaman sayuran yang dikembangkan di Kota Pekanbaru adalah mentimun, terong, kacang panjang, bayam, kangkung, tomat, cabe, petai, bawang merah, kol, buncis, pare, dan selada. Tanaman sayuran yang banyak diusahakan berdasarkan luasannya berturut-turut adalah bayam, kangkung, kacang panjang, dan mentimun. Wilayah kecamatan yang banyak mengusahakan tanaman buah-buahan dari yang paling luas berturut-turut adalah rumbai, marpoyan damai, tampan, dan tenayan raya. f) Jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di Kota Pekanbaru adalah Kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa. Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan berdasarkan luasannya berturut-turut adalah Kelapa sawit, karet, kelapa, dan kakao. Wilayah kecamatan yang banyak mengusahakan tanaman perkebunan dari yang paling luas berturut-turut adalah Tenayan Raya, Marpoyan Damai, dan Rumbai. g) Jenis ternak yang dikembangkan di Kota Pekanbaru adalah sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, dan itik. Ternak yang banyak diusahakan berdasarkan jumlah ternaknya berturut-turut adalah ayam buras, ayam petelur, babi, itik, dan ayam pedaging diikuti sapi, kambing, itik manila dan kerbau. Wilayah kecamatan yang banyak mengusahakan ternak dari yang paling tinggi jumlah ternaknya berturut-turut adalah Rumbai, Tenayan raya, tampan, dan rumbai pesisir h) Jenis ikan perairan umum hasil tangkapan di Kota Pekanbaru adalah kelabau, baung, pantau, selais, juara, sepat siam, tuakang, belida, betutu, patin. Ikan yang banyak tertangkap berdasarkan jumlah ikannya berturut-turut adalah Juara, selais, pantau, baung, dan kelabau. Wilayah kecamatan yang banyak menghasilkan tangkapan ikan dari yang paling tinggi jumlah ikannya berturutturut adalah rumbai pesisir, rumbai, lima puluh dan payung sekaki. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa : a) komoditas tanaman hortikultura buah-buahan unggul di Kota Pekanbaru adalah semangka, papaya, melon, pisang dan nangka. b) komoditas tanaman sayuran unggul di Kota Pekanbaru adalah bayam, kangkung, kacang panjang dan mentimun. Hasil analisis dominansi yang dihitung terhadap Kota Pekanbaru sebagai wilayah induk, Kecamatan Rumbai, Marpoyan Damai, Tampan dan Tenayan Raya adalah 4 kecamatan di Kota Pekanbaru yang merupakan sentra produksi tanaman sayuran. c) komoditas tanaman perkebunan unggul di Kota Pekanbaru adalah kelapa sawit, karet, kelapa dan kakao. Hasil analisis dominansi yang dihitung terhadap Kota Pekanbaru sebagai wilayah induk, Kecamatan Tenayan Raya, Marpoyan Damai dan Rumbai adalah 3 kecamatan di Kota Pekanbaru yang merupakan sentra produksi tanaman perkebunan. d) komoditas peternakan yang unggul di Kota Pekanbaru terdiri dari kelompok unggas dan ruminansia besar dan kecil. Kelompok unggas yang unggul adalah ayam pedaging, petelur dan ayam buras. Kelompok ruminansia kecil yang unggul adalah babi dan kambing, sedangkan ruminansia besar yang unggul adalah sapi. Rekomendasi yang dihasilkan dari kajian, yaitu : 1. Rendahnya sumber daya manusia (baik petani maupun aparatur pemerintah, penyuluh), baik kualitas maupun kuantitas merupakan penghambat utama pembangunan pertanian kota Pekanbaru. Peningkatan sumber daya manusia ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Melalui pelatihan-pelatihan, kunjungan kerja ke daerah yang cukup berhasil mengembangkan pertanian dan mengoptimalkan fungsi penyuluh pertanian. 2. Selain rendahnya sumber daya manusia, terbatasnya infrastruktur wilayah seperti sarana dan prasarana perhubungan menghambat jangkauan pelayanan pemerintah, belum lagi banyaknya lahan-lahan yang kosong (lahan tidur) tapi tidak bisa dioptmalkan oleh petani. 3. Semakin berkurangnya lahan pertanian yang diganti dengan pembangunan infrastruktur ekonomi dan perumahan, membuat Pemerintah Kota Pekanbaru perlu mengkaji dan segera mengevaluasi RTRW Kota Pekanbaru sehingga pertanian kota Pekanbaru mampu menciptkan pertahanan pangan untuk masyarakat kota Pekanbaru. Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Riau. 2014. Penyusunan Master Plan Agribisnis Berbasis Ekonomi Kerakyatan di Kota Pekanbaru. Pekanbaru: Balitbang Riau.