instruksi presiden republik indonesia

advertisement
www.hukumonline.com
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..........
TENTANG
PELAYANAN PUBLIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a.
Bahwa kewajiban negara melayani kebutuhan publik merupakan amanat Undang-Undang
Dasar 1945;
b.
Bahwa membangun kepercayaan publik atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah
merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan dan berkesinambungan seiring dengan
perkembangan ekspektasi publik yang menuntut peningkatan pelayanan;
c.
Bahwa sebagai upaya memfokuskan kegiatan pelayanan publik sekaligus memberikan
batasan dan kriteria dari para pihak yang terkait dengan pelayanan publik perlu dibangun
norma-norma hukum yang jelas dan implementatif;
d.
Bahwa kewajiban negara yang selama ini telah diatur di berbagai undang-undang perlu
diimbangi dan dilengkapi dengan undang-undang yang mengatur kewajiban pemerintah
melayani publik;
e.
Bahwa sehubungan dengan hal tersebut perlu diatur undang-undang yang dimaksudkan
memberikan perlindungan terhadap publik dalam wujud Undang-Undang Pelayanan Publik.
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah
diubah dan ditambah.
Dengan Persetujuan Bersama antara
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PELAYANAN PUBLIK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang disebut dengan:
1.
Pelayanan Publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan Pemerintah dalam rangka
pemenuhan hak-hak maupun kebutuhan dasar masyarakat sesuai dengan perundangundangan.
2.
Penyelenggara Pelayanan publik selanjutnya disebut Penyelenggara adalah Instansi
Pemerintah, termasuk lembaga atau komisi independen yang dibentuk oleh negara baik
dalam lingkup pusat maupun daerah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
3.
4.
Aparat Penyelenggara Pelayanan Publik selanjutnya disebut Aparat adalah setiap orang
yang bekerja di dalam organisasi Penyelenggara termasuk para pejabat dan staff, yang
berstatus Pegawai Negeri maupun yang tidak.
Publik adalah setiap penerima pelayanan dari pemerintah yang meliputi orang
perseorangan, perorangan, masyarakat maupun badan hukum yang memiliki hak terhadap
pemanfaatan pelayanan publik.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
(1)
(2)
Pasal 2
Pelayanan Publik bermaksud memberikan arahan bagi Penyelenggara Pelayanan Publik
mencapai terciptanya pelayanan yang transparan, akuntabel serta adil dan tidak
diskriminasi.
Pelayanan Publik bertujuan menciptakan keseimbangan hubungan antara pemerintah dan
masyarakat dalam kaitannya dengan penunaian kewajiban guna terpenuhinya hak-hak
dasar masyarakat.
BAB III
PELAYANAN PUBLIK
Pasal 3
Pelayanan Publik terdiri dari layanan civil dan jasa publik yang diselenggarakan Pemerintah,
meliputi:
a.
Pelayanan Administrasi
b.
Pelayanan barang dan jasa publik
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 4
Pelayanan Administrasi diselenggarakan untuk memenuhi hak dasar masyarakat dalam
bentuk pembuatan akte, izin, dokumen dan seluruh putusan yang digolongkan sebagai
putusan tata usaha negara.
Setiap Penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memperhatikan kecermatan, kepastian, ketelitian, keakuratan, ketepatan waktu, akuntabel,
keadilan dan tidak diskriminasi.
Pasal 5
Pelayanan barang dan jasa publik harus diproduksi secara efisien, efektif, transparan dalam
biaya, dan tarif terjangkau publik serta tersedia saat dibutuhkan.
Penyediaan barang dan jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memperhatikan kualitas mutu, pelayanan, pendistribusian dan ketersediaan saat dibutuhkan.
Pasal 6
Penyelenggara Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib
mempertanggungjawabkan setiap pelaksanaan pelayanan sesuai tugas dan kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Hak dan Kewajiban Publik
Pasal 7
Dalam penyelenggaraan pelayanan, Publik memiliki hak sebagai berikut:
a.
Memperoleh akses pelayanan yang memadai.
b.
Mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan asas-asas dan tujuan
pelayanan publik serta sesuai dengan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya;
c.
Mendapatkan akses terhadap sistem, mekanisme, dan prosedur dalam pelayanan publik
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya;
d.
Mendapatkan tanggapan atas keluhan yang diajukan secara layak sebagaimana diatur oleh
undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya; dan
e.
Mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa pelayanan publik.
Pasal 8
Dalam mendapatkan pelayanan, Publik memiliki Kewajiban sebagai berikut:
a.
Memenuhi persyaratan dan prosedur sesuai dengar peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b.
Mematuhi undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya;
c.
Mematuhi dan memenuhi segala sistem, mekanisme, dan prosedur di dalam mendapatkan
pelayanan publik;
d.
Turut memelihara dan menjaga berbagai sarana dan prasarana pelayanan publik; dan
e.
Berpartisipasi aktif dan mematuhi segala keputusan yang terkait dengan penyelesaian
sengketa pelayanan publik.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Penyelenggara
Pasal 9
Dalam penyelenggaraan pelayanan, penyelenggara memiliki hak sebagai berikut:
a.
Menyelenggarakan pelayanan publik tanpa dicampuri pihak lain yang tidak memiliki
kewenangan untuk itu;
b.
Membuat peraturan dan keputusan yang terkait dengan undang-undang ini; c. Mendapatkan
pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan
c.
Memiliki hak membela diri menghadapi keluhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik
atau dalam penyelesaian sengketa pelayanan publik.
d.
Menolak permohonan pelayanan publik yang bertentangan dengan perundang-undangan
Pasal 10
Dalam penyelenggaraan pelayanan, Penyelenggara memiliki kewajiban sebagai berikut:
a.
Menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas dan memenuhi asas-asas dan tujuan
pelayanan publik serta sesuai dengan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya;
b.
Menciptakan dan menyusun sistem, mekanisme dan prosedur yang jelas, mudah, efisien
dan mudah dipahami sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya;
c.
Menanggapi keluhan atas pelaksanaan pelayanan publik secara layak sebagaimana diatur
oleh undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya;
d.
Memenuhi pertanggungjawaban publik terhadap pelayanan publik yang diselenggarakan;
e.
Berpartisipasi aktif dan mematuhi segala keputusan yang terkait dengan penyelesaian
sengketa pelayanan publik; dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
f.
g.
h.
i.
j.
Mematuhi segala peraturan yang terkait dengan tugas dan kewenangannya dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan
peraturan pelaksanaannya.
Menempatkan petugas yang kompeten dan responsif;
Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang
memadai;
Menyediakan media yang dipergunakan untuk menumbuhkan peran serta masyarakat;
Melaksanakan Pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang ditentukan dan akta
layanan publik.
BAB V
PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK
Bagian Kesatu
Organisasi Penyelenggara
(1)
(2)
Pasal 11
Penyelenggara wajib memiliki organisasi dengan unit-unit struktural dan fungsional yang
layak untuk memenuhi maksud dan tujuan Pelayanan Publik yang sekurang-kurangnya
memiliki unit atau satuan yang berfungsi sebagai Penampungan pengaduan, penyampaian
informasi, dan pengawasan internal
Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang membuat kebijakan dengan
melakukan atau tidak melakukan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
Bagian Kedua
Perbuatan Penyelenggara yang diwajibkan
Pasal 12
Penyelenggara yang bermaksud menerbitkan izin wajib memastikan seluruh prosedur dalam
sistem perizinan telah memenuhi persyaratan penerbitan suatu izin sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 13
Penyelenggara yang bermaksud mengalihkan atau mengubah fungsi atau peruntukan setiap
sarana atau fasilitas umum yang sebelumnya oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai sarana atau fasilitas umum wajib memperoleh persetujuan DPR atau
DPRD.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula untuk sarana atau fasilitas
umum yang telah direncanakan dan disetujui.
Pasal 14
Penyelenggara yang bermaksud mengubah atau memperbaiki sarana atau fasilitas umum
wajib memberikan pengumuman dan atau tanda yang dapat dengan mudah diketahui publik.
Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat nama
kegiatan, nama penanggungjawab, waktu kegiatan dan manfaat.
Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sedemikian rupa jelas sehingga publik
dengan cepat mengetahui terjadi perubahan.
Pasal 15
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penyelenggara yang bermaksud membangun sarana dan prasarana pelayanan yang
menggunakan dana hasil pinjaman atau hutang komersial untuk membiayai pembangunan atau
perbaikan, wajib memperoleh persetujuan dari instansi yang bertanggungjawab di bidang
keuangan negara.
Pasal 16
Penyelenggara yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan yang menggunakan biaya yang
berasal dari kompensasi komersial, yang atas penyediaan dana tersebut badan usaha atau
perseorangan tersebut memperoleh fasilitas, wajib memperoleh persetujuan DPR atau DPRD
dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
Penyelenggara yang ditugasi mengelola bangunan publik bertanggungjawab atas pelaksanaan
tugas dan wajib memelihara, mengganti sarana dan prasarana yang seharusnya dilakukan
pemeliharaan dan atau penggantian sesuai dengan standar keamanan bangunan publik
Pasal 18
Penyelenggara yang bermaksud mensubkontrakan secara komersil pekerjaan pelayanan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada badan usaha atau pihak lain yang akan melakukan pelayanan
atas nama Penyelenggara, wajib memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang sesuai
dengan sektor kegiatan pelayanan itu.
Pasal 19
Penyelenggara yang bermaksud menjual, memprivatisasi atau mendivestasi badan usaha yang
melayani publik yang menjadi tanggungjawabnya, wajib memperoleh persetujuan dari DPR atau
DPRD dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Perbuatan Penyelenggara Yang Dilarang
Pasal 20
Penyelenggara dilarang melaksanakan kegiatan pelayanan yang tidak berdasar pada mata
anggaran yang telah disediakan dan atau menggunakan mata anggaran yang sebetulnya tidak
digunakan untuk itu
Pasal 21
Penyelenggara dilarang melaksanakan kegiatan pelayanan berdasarkan peraturan daerah yang
telah dinyatakan tidak berlaku oleh instansi yang oleh peraturan perundang-undangan berwenang
menilai dan membatalkan Peraturan Daerah.
Pasal 22
Penyelenggara dilarang melaksanakan kegiatan pelayanan publik berdasarkan suatu peraturan
yang mengakibatkan kerugian publik secara langsung atau tidak langsung.
Pasal 23
Penyelenggara dilarang memberikan izin kepada perseorangan, perorangan atau badan hukum
untuk menggunakan sarana atau fasilitas umum yang atas penggunaan tersebut mengakibatkan
sarana atau fasilitas umum tersebut tidak berfungsi atau tidak sesuai peruntukan sebagaimana
telah dinyatakan atau ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 24
Penyelenggara dilarang memberikan izin usaha kepada perseorangan, perorangan atau badan
usaha jasa pelayanan publik yang tidak memiliki sistem pelayanan yang memadai dan tidak
memiliki sistem hubungan kerja sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
Pasal 25
Penyelenggara dilarang melaksanakan kegiatan pelayanan publik berdasarkan peraturan yang
merugikan badan usaha atau perseorangan yang mengakibatkan badan usaha atau perseorangan
tersebut menurunkan upah karyawan atau menutup usaha atau merelokasi usaha.
Pasal 26
Penyelenggara dilarang melaksanakan kegiatan pelayanan yang menyalahi prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya.
Pasal 27
Penyelenggara dilarang memberikan izin usaha kepada badan usaha atau perseorangan yang
kegiatan usahanya di bidang pelayanan publik yang memiliki pegawai yang gaji atau upah dibawah
upah minimum.
Pasal 28
Penyelenggara dilarang melaksanakan kegiatan pelayanan yang tidak sesuai standar keamanan
atau standar pelayanan.
BAB VI
APARAT PENYELENGGARA PELAYANAN
Bagian Kesatu
Pelanggaran
Pasal 29
Aparat dilarang menjadi pengurus organisasi baik organisasi usaha atau sosial kecuali ditetapkan
oleh peraturan setingkat undang-undang atau di atasnya;
Pasal 30
Aparat dilarang menggunakan posisi atau jabatan yang dimilikinya untuk mendapat prioritas di
dalam pelayanan publik dan atau menyalahgunakan sarana dan prasarana pelayanan publik.
Pasal 31
Aparat yang bertanggungjawab menerima suatu hasil pekerjaan dari badan atau perseorangan
yang memperoleh pekerjaan dari Penyelenggara dalam kerangka kerjasama penyelenggaraan
pelayanan publik, dilarang menerima pekerjaan dimaksud sebelum memastikan bahwa pekerjaan
tersebut laik pakai, aman dan berkesesuaian dengan lingkup pekerjaan yang direncanakan.
Pasal 32
Aparat dilarang meninggalkan tugas dan kewajiban dalam posisi atau jabatannya tanpa alasan
yang jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Aparat dilarang melepaskan tanggung jawab posisi atau jabatan atau mengundurkan diri tanpa
disertai pertanggungjawaban.
Pasal 34
Aparat dilarang melakukan pembangkangan atau pengingkaran terhadap suatu kewajiban yang
timbul dari suatu peraturan perundang-undangan atau putusan lembaga peradilan administrasi.
Pasal 35
Aparat dilarang menjadi pengawas atau komisaris badan usaha milik negara atau daerah yang
bidang usahanya melakukan pelayanan publik, kecuali ditetapkan oleh peraturan perundangundangan setingkat undang-undang atau diatasnya.
Pasal 36
Aparat dilarang menghambat proses penyelenggaraan pelayanan publik yang menyimpang sistem,
prosedur dan mekanisme pelayanan
Bagian Kedua
Kejahatan
Pasal 37
Aparat dilarang menggunakan posisi atau jabatan yang dimiliki untuk mendapat fasilitas berupa
barang, preferensi, dan fasilitas lainnya untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
Pasal 38
Aparat dilarang merekayasa informasi untuk mengalihkan perhatian publik atas suatu kegiatan
pelayanan publik atau untuk memberikan pembenaran kebijakan pelayanan publik dan atau
mengelabui penerima jasa.
Pasal 39
Aparat dilarang melakukan rekayasa sehingga dokumen milik penerima jasa, hilang atau rusak
atau tidak dapat digunakan.
Pasal 40
Aparat dilarang membocorkan informasi atau dokumen yang menurut peraturan perundangundangan wajib dirahasiakan.
Pasal 41
Aparat dilarang memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi;
Pasal 42
Aparat dilarang menyalahgunakan informasi di dalam posisi atau jabatan, tugas, dan atau
kewenangan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu.
BAB VII
STANDAR PELAYANAN PUBLIK
Bagian Kesatu
Standar Pelayanan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
Pasal 43
Setiap Penyelenggara wajib menetapkan suatu Standar Pelayanan yang disusun dengan
memperhatikan aspirasi Publik dan pihak terkait.
Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1), diatur, disusun sesuai dengan jenis
dan karakteristik pelayanan publik yang diselenggarakan, dan isi standar yang melingkupi
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a.
Jenis, kualitas dan atau kuantitas pelayanan yang seharusnya diberikan;
b.
Cara pemberian pelayanan dengan mempertimbangkan kualitas dan atau kuantitas
yang telah ditentukan seharusnya dilakukan;
c.
Sumber daya manusia yang kompeten sesuai dengan kualitas dan jenis pelayanan;
d.
Penyelesaian pelayanan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan;
e.
Penanganan keluhan, saran, dan masukan;
f.
Biaya pelayanan.
Bagian Kedua
Akte Layanan Publik
(1)
(2)
Pasal 44
Penyelenggara pelayanan wajib membuat dan mempublikasikan akte layanan secara patut
dengan memperhatikan aspirasi masyarakat.
Akte Layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan jenis dan
karakteristik pelayanan publik yang sekurang-kurangnya memuat janji tentang kualitas
pelayanan yang akan diberikan
Bagian Ketiga
Sistem Informasi
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 45
Penyelenggara wajib mengelola sistem informasi yang dapat berbentuk dokumentasi baik
yang bersifat konvensional maupun dengan teknologi informatika.
Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi informasi:
a.
Jenis-jenis pelayanan;
b.
Akses pelayanan;
c.
Persyaratan dan prosedur pelayanan;
d.
Standar pelayanan;
e.
Akte layanan publik;
f.
Mekanisme pemantauan kinerja pelayanan;
g.
Penanganan pengaduan, keluhan, saran dan masukan
h.
Pembiayaan pelayanan; dan atau
i.
Penyajian Statistik pelayanan.
Pasal 46
Penyelenggara dapat mengakui pelayanan publik yang dihasilkan dari produk elektronis.
Penyelenggara dapat menerima dokumen pelayanan publik yang dihasilkan dari produk
elektronis.
Keabsahan dokumen yang dihasilkan dari produk elektronis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
Pasal 47
Penyelenggara dapat mengakui pelayanan publik yang dihasilkan dari produk elektronis.
Penyelenggara dapat menerima dokumen pelayanan publik yang dihasilkan dari produk
elektronis.
Keabsahan dokumen yang dihasilkan dari produk elektronis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Tata cara Penanganan Keluhan
Pasal 48
Penyelenggara wajib menyusun tata cara penanganan keluhan bagi para penerima pelayanan
yang disusun dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan pihak-pihak terkait dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Pihak-pihak yang berhak mengajukan keluhan;
b.
Objek yang dikeluhkan;
c.
Prosedur mengajukan keluhan;
d.
Kapan keluhan dapat diajukan dan akan mendapat tanggapan; dan
e.
Kemana keluhan dapat diajukan.
Bagian Kelima
Pungutan Pelayanan
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 49
Pembiayaan atas pelayanan administrasi menjadi beban negara yang mencakup akte
kelahiran, akte perkawinan, akte cerai, akte adopsi, Kartu Tanda Penduduk, dan surat
Kematian.
Pelaksanaan pelayanan diluar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan
pungutan
Pasal 50
Penyelenggaraan pelayanan yang dibebani biaya retribusi harus ditetapkan melalui suatu
peraturan perundang-undangan yang menetapkan besarnya biaya tersebut dan jenis
pelayanan jasa tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Penyelenggara
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Besarnya biaya retribusi ditetapkan dengan memperhatikan aspirasi publik dan pihak-pihak
terkait serta kejelasan mengenai jenis biaya yang diperlukan.
Pasal 51
Penyelenggara dapat menetapkan biaya dalam rangka pemberian bantuan sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini, yang besarnya sesuai dengan jenis dan karakteristik bantuan
bersangkutan.
BAB VIII
KERJASAMA PENYELENGGARAAN
Bagian Pertama
Kerjasama Antar Penyelenggara
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
Pasal 52
Penyelenggara dapat menyerahkan sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik
kepada pihak lain dalam bentuk perjanjian kerjasama penyelenggaraan sepanjang tidak
menghilangkan tanggung jawab orisinilnya.
Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbadan hukum yang berdomisili di
Indonesia dan tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan lain.
Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh menimbulkan beban tambahan
bagi publik.
Bagian Kedua
Koordinasi Hubungan Antar Penyelenggara
(1)
(2)
(3)
Pasal 53
Penyelenggara dapat memberi bantuan kedinasan atas suatu penyelenggaraan pelayanan
publik yang memiliki keterkaitan, atas permintaan penyelenggara lain
Kewajiban sebagaimana pada ayat (1) dapat dikecualikan oleh suatu undang-undang yang
mengharuskan penyelenggara lain untuk menyelenggarakan sendiri pelayanan publik
bersangkutan.
Alasan pemberian bantuan kedinasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan kepada:
a.
lingkup kewenangan suatu tugas pelayanan publik tidak dapat dilakukan sendiri,
ketidakmampuan sumber daya manusia, dan atau ketidaklengkapan sarana dan
prasarana; dan atau
b.
Pemberian bantuan tersebut dapat dilakukan atas permintaan penyelenggara lain.
Pasal 54
Penolakan pemberi bantuan kedinasan sebagaimana dalam Pasal 53 dapat dilakukan sebagai
berikut:
a.
berdasar suatu undang-undang tidak boleh memberi bantuan kedinasan
b.
Akan menimbulkan benturan kepentingan
c.
Sifat kerahasiaan informasi berdasarkan Undang-Undang
BAB IX
PERAN SERTA PUBLIK
Bagian Kesatu
Pengawasan Publik
(1)
(2)
(3)
Pasal 55
Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan publik serta penerapan ketentuan
peraturan perundang-undangannya dapat dilakukan oleh publik, lembaga swadaya
masyarakat pelayanan publik dan atau ombudsman.
Pengawasan oleh publik atau lembaga swadaya masyarakat pelayanan publik dapat
dilakukan melalui pemberian informasi mengenai pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan kepada pengawas internal Penyelenggara atau ombudsman.
Pengawasan oleh lembaga ombudsman dapat dilakukan dengan melaporkan kepada
institusi penegak hukum dan melakukan tindakan koordinatif dengan pengawas internal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa
(1)
(2)
(3)
Pasal 56
Publik yang dirugikan dapat menggugat atau menuntut Penyelenggara dan atau Aparat yang
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya melanggar atau bertentangan dengan
undang-undang ini dan atau peraturan perundang-undangan lain.
Gugatan atau tuntutan dapat ditempuh melalui lembaga peradilan umum, peradilan tata
usaha negara atau lembaga penyelesaian sengketa yang dipilih.
Pilihan lembaga penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disepakati secara
sukarela oleh publik dengan Penyelenggara atau Aparat.
Pasal 57
Gugatan atau tuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, dilakukan oleh:
a.
Publik yang dirugikan, atau ahli waris yang bersangkutan;
b.
Publik yang terdiri dari para penerima jasa yang mempunyai kepentingan yang sama;
c.
Lembaga swadaya masyarakat di bidang pelayanan publik yang memenuhi syarat, yaitu
berbentuk badan hukum yayasan, dan dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan
tegas bahwa tujuan didirikan organisasi adalah untuk melindungi kepentingan publik di
bidang pelayanan publik.
d.
Penyelenggara pelayanan publik, bagi pelayanan publik yang disediakan oleh pihak lain
selain pemerintah.
Bagian Ketiga
Peradilan umum
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 58
Tata cara melakukan gugatan melalui peradilan umum berlaku ketentuan hukum acara di
bidang keperdataan.
Tata cara melakukan gugatan melalui peradilan tata usaha negara berlaku hukum acara
yang diatur dalam peradilan tata usaha negara.
Pasal 59
Perbuatan Penyelenggara atau Aparat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini
dinyatakan sebagai delik biasa.
Tuntutan atas perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan hukum
acara pidana.
Bagian Keempat
Lembaga Penyelesaian Sengketa
(1)
(2)
(3)
Pasal 60
Penyelesaian sengketa melalui Lembaga Penyelesaian Sengketa diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan atau mengenai
tindakan kompensasi lainnya atas kerugian materiil yang diderita Publik.
Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkan
tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pasal 61
Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dilaksanakan melalui forum
yang dibentuk kedua belah pihak dan difasilitasi oleh lembaga ombudsman secara kasus
per kasus.
Permintaan pembentukan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
Penyelenggara, atau penerima jasa atau sekelompok penerima jasa.
Permintaan oleh sekelompok penerima jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diwakili oleh lembaga swadaya masyarakat di bidang pelayanan publik yang berbadan
hukum yayasan.
Pasal 62
Keputusan forum penyelesaian sengketa pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 dibuat secara tertulis dengan mencantumkan irah-irah "Demi Keadilan Yang
Berketuhanan Yang Maha Esa"
Keputusan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan eksekutorial yang
bersifat final dan mengikat para pihak.
Pasal 63
Bentuk, sistem dan mekanisme kerja serta bentuk keputusan forum sebagaimana dimaksud dalam
pasal 61 diatur dalam Peraturan pemerintah dan Peraturan Mahkamah Agung,
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
(1)
(2)
(3)
(1)
Pasal 64
Aparat yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini
dikenakan sanksi administratif , yang terdiri dari:
a.
Pemberian peringatan;
b.
Pembebasan tugas dari jabatan dalam waktu tertentu;
c.
Pemberhentian dengan hormat;atau
d.
Pemberhentian dengan tidak hormat.
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh atasan aparat atau
pejabat yang bertanggungjawab atas kegiatan Penyelenggara dalam melaksanakan
pelayanan.
Aparat yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilanjutkan
pemrosesan perkara ke lembaga peradilan.
Pasal 65
Penyelenggara yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud. dalam Undang-undang
ini dikenakan sanksi administratif, yang terdiri dari:
a.
Pemberian peringatan;
b.
Pengenaan denda;
c.
Menghukum aparat yang bertanggungjawab untuk dikenakan sanksi administratif.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(3)
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Hakim peradilan
umum, peradilan tata usaha negara dan pihak yang disepakati dalam lembaga penyelesaian
sengketa.
Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam memberikan keputusan hukuman wajib
mempertimbangkan sanksi administratif yang sudah dijatuhkan oleh instansi penyelenggara.
Bagian Kedua
Subyek Hukum Pidana
(1)
(2)
Pasal 66
Penyelenggara dapat menjadi subyek hukum pidana yang diwakili oleh pejabat yang
tertinggi di dalam struktur organisasi Penyelenggara.
Penuntutan pidana dilakukan terhadap aparat yang bertanggungjawab dalam pengelolaan
pelayanan dan atau aparat yang terlibat langsung, baik secara sendiri atau bersama-sama.
Bagian Ketiga
Sanksi Pidana
Pasal 67
Penyelenggara dan atau Aparat yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun penjara atau denda
sekurang-kurangnya Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
Pasal 68
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 dapat ditambah apabila perbuatan tersebut
mengakibatkan cidera berat atau kematian bagi publik, dengan hukuman sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 69
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, harus dipenuhi selambat-lambatnya 3 (tiga)
tahun sejak undang-undang ini berlaku.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 70
Undang-undang ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal ...........
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA NOMOR ...... TAHUN......
www.hukumonline.com
Download