BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakekat Kemampuan Kemampuan

advertisement
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hakekat Kemampuan
Kemampuan adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia yang
merupakan bekal sangat pokok.kemampuan ini telah berkembang kebudayaan
yang lebih tinggi.
Menurut Robbin (2007:57) Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu
unutuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin
menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa
yang dapat dilakukan
sedangkan Mohammd Zain dalam Milman Yusdi (2010:10)Kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan berusaha dengan sendiri, dan Anggiat
M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) Kemampuan sebagai suatu dasar seseorang
yang sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan atau
dapat diartikan kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang untuk
menguasai keahlian dalam melakukan dan mengerjakan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan.
2.2. Hakekat Tanggapan
Tanggapan adalah hasil pengamatan yang merupakan gambaran, lukisan,
kesan dari pengamatan yang tersimpan dalam jiwa.tanggapan itu harus melalui
pengamatan terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud dengan tanggapan
7
peserta didik adalah kesan orang-orang sedang belajar dan kesan tersebut
dihasilkan dari pengamatan dimana objek yang sedang dan telah diamati sudah
tidak lagi berada di dalam ruang dan waktu pengamata.
Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang
tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan, Menurut
Kartono (2000:58) mengatakan bahwa “tanggapan bisa diidentifikasi sebagai
gambaran ingatan dari pengamatan.
Menurut Agus Sujanto (2002:31) secara umum yaitu gambaran
pengamatan yang tinggal di dalam kesadaran kita sesudah kita mengamati,
Sedangkan menurut Kartini
(2005:58) mengatakan bahwa tanggapan bisa
didefenisikan sebagai gambaran ingatan pengamatan, menurut Muhibbin Syah
(2001:118) tanggapan adalah proses menerima, menafsirkan dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera, seperti mata dan telinga.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tanggapan ialah bekas
Mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati dan gambaran ingatan dari
sesuatu pengamatan disebut tanggapan.
Tanggapan itu harus melalui pengamatan terlebih dahulu, sedangkan yang
dimaksud dengan tanggapan peserta didik adalah kesan orang-orang sedang
belajar dan kesan tersebut dihasilkan dari pengamatan dimana objek yang sedang
dan telah diamati sudah tidak lagi berada di dalam ruang dan waktu
pengamata.Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan,
yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran
ingatan.Gambaran pengindraan yang sebenarnya tentu lebih sempurna, lebih
8
jelas dari gambaran ingatan, karena kita dalam hal ini tidak lagi melihat atau
mengalami hal itu dimuka kita, benda atau hal yang sejatinya.
2.3 Definisi Tanggapan ( Mengalami Kembali )
Tanggapan yaitu Mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati atau
gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan Penanggapan itu umumnya ialah
pengalaman kembali atau pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima
dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran.
Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang
tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan.
Gambaran pengindraan yang sebenarnya tentu lebih sempurna, lebih jelas dari
gambaran ingatan, karena kita dalam hal ini tidak lagi melihat atau mengalami hal
itu dimuka kita, benda atau hal yang sejatinya.
Umpamanya waktu melihat ular yang sebenarnya masih jelas bagi kita
bentuknya, warnanya dan sebagainya, tetapi dalam gambaran ingatan atau
tanggapan, apalagi jika lama sesudah kejadian yang sebenarnya.
Tidak semuanya apa yang telah dialami, dapat dialami. Ada yang lama
tinggal dalam jiwa sadar kita, ada yang mudah ditimbulkan, digambarkan
kembali. Yang setengah sadar tentu mudah kembali menjadi sadar, umpamanya :
pengalaman atau kejadian yang baru saja terjadi. yang tidak bisa atau sukar sekali
dihidupkan atau ditimbulkan kembali, jadi yang tetap tinggal tersimpan dalam
lubuk atau gudang jiwa,
Ada pula yang dengan tepat dan mudah bisa dihidupkan kembali. Hal itu
bergantung kepada beberapa faktor :
9
a. Kuat tidaknya kesan yang diterima, dan gambaran yang terjadi waktu
pengamatan yang sebenarnya.
b. Jelas tidaknya, sempurna tidaknya pengamatan yang berlangsung dahulu itu.
c. Keadaan jiwa dan atau keadaan tubuh waktu menerima kesan itu dan sekarang
waktu menggambarkannya kembali.
Biasanya apa yang tidak disukai Lekas hilang dari jiwa sadar, lekas terpendam
dalam lubuk jiwa terkecuali jika yang tidak disukai menimbulkan dan
meninggalkan bekas yang sangat keras dan hebat umpamanya. Umpamanya :
kebencian kita terhadap sesuatu sehingga kita setiap hari marah-marah atau
menyimpannya sebagai dendam.
Penanggapan biasanya lebih mudah, jika gambaran-gambaran yang hendak
ditimbulkan dan dialami kembali itu, tidak berdiri sendiri dan tidak terpencil
artinya ada hubungannya, ada pertaliannya bekas atau gambaran-gambaran, ada
yang tersimpan.
Dengan istilah pendidikan hal itu dikatakan sebagai berikut : Pengetahuan
yang baru mudah diterima jika sudah ada pengetahuan yang lama yang
berhubungan atau bersamaan dengan itu. Dengan perkataan sehari-hari jika ada
kawannya yang menyambutnya ! kesan-kesan atau pengetahuan yang sudah ada
dinamakan : bahan appersepsi.
Penanggapan tentu saja dipermudah, jika ada alasan-alasan yang meminta,
supeya gambaran-gambaran ingatan ditimbulkan kembali umpamanya : jika
seorang murid diberi kesempatan oleh gurunya.
Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
10
1. Menurut alat indra yang berperanan dalam waktu mengamati : ada tanggapan
Visual ( penglihatan ), Auditif ( pendengaran ), penciuman, dan sebagainya.
2. Menurut terjadinya : ada tanggapan ingatan, ada tanggapan fantasi.
3. Menurut terikatnya : tanggapan benda dan ada tanggapan kata.
2.4. Jenis-Jenis Tanggapan
Jenis-jenis tanggapan menurut Arni Johansyah (2012) Tanggapan erat
hubungannya dengan berfungsinya ingatan ketetapan dan kejelasan. Tanggapan
tergantung pada derajat kompleksitas situmulus yang asli dan pada ketelitian
pengamatan indraserta pada faktor ingatan.
1. Tanggapan Reproduksi
Suatu tanggapan dianggap sebagai reproduktif, bila tanggapan itu
menunjukkan pengingatan kembali suatu benda, kejadian, atau situasi, yang
memberikan suatu pengalaman sensoris atau pengamatan masa lalu. Setiap hal
dari pengindraan dapat terlibat ; suatu tanggapan ingatan mungkin berupa
pendengaran, penglihatan, suhu. Rasa sakit, penciuman, atau kinestesis.Suatu
tanggapan yang diiangat tentang pengalaman-pengalaman lalu cenderung
berbeda-beda
dalam
kejelasannya
sesuai
dengan
kesederhanaanya
atau
kekompleksannya.
2. Tanggapan Imaginer
Tanggapan imaginer bukanlah selalu hanya reproduksi pengalamanpenggalaman lalu.Banyak gambaran-gambaran mental.Tanggapan adalah hasil
dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, tetapi yang mengambil suatu
bentuk baru dan dapat dianggap sebagai tanggapan produktif dan kreatif
11
3. Tanggapan Halusinasi
Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor-faktor yang kuat dalam
perkembangan halusinasi.Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan gambarangambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi kepada
dunia yang nyata. Dalam bentuk-bentuk tartuntu gangguan emisional yang keras
4. Tanggapan Editis
Tanggapan editis adalah orang yang mengamati sesuatu mendapatkan
tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul sampai mendetail.Tanggapannya
sangat terang seterang pengamatan.
2.5. Faktor-Faktor Tanggapan
Faktor-faktor tanggapan menurut Muhibbin Syah (2005:14).
a. Faktor kekuatan dan kejelasan
Kebanyakan orang mengatakan, bahwa mereka kuat dalam tanggapannya
melalui mata (penglihatan) Secara relatif terdapat sedikit individu-individu
yang menyatakan bahwa tanggapan yang terkuat didapatkan melalui
penciuman, cecap, perabaan atau gerakan motorik.Seorang dapat percaya
bahwa gambaran mentalnya tentang suatu obyek atau pengalaman sesuai
dengan pengamatannya yang asli.
b. Faktor derajat atau kejelasan
Derajat atau keluasan dari imaginasi produktif berbeda-beda juga pada
tiap-tiap orang. Perangsang-perangsang sensoris yang sama dapat imaginasi
orang tentang suatu keadaan sesuai dengan kemampuannya, bila dikemudian
hari ia dirangsang untuk menyatakan dalam kata-kata atau bentuk-bentuk
12
simbol lainnya mengenai keindahan atau mengesannya pengalaman yang
telah diamatinya. orang lain merespons terhadap situasi itu dengan apatis atau
dengan suatu kerangka tanggapan yang sama sekali berlainan.
2.6. Pengertian cerita
Menurut majid (2001:8) cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa
dibaca atau didengar, menurut musfiroh (2005:56) cerita adalah tuturanyang
membentang bagian terjadinya suatu hal peristiwa dan kejadian yang sebagainya,
menurut moeslihaten (2009:157) cerita merupakan salah satu pemberian
pengalaman belajar bahasa anak dengan membaca cerita anak secara liasan.
Dari pengerian diatas dapat ditarik kesimpulanCerita adalah rangkaian
peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun
tidak nyata (fiksi).
2.7. Manfaat Cerita
Menurut para ahli pendidikan bercerita kepada anak-anak memiliki
beberapa fungsi yang amat penting, yaitu:
1. Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak,
terutama bagi anak-anak batita yang sedang belajar bicara. Kata-kata baru
yang didengar melalui dongeng akan semakin memperkaya kosa kata
dalam berbicara, sehingga secara tidak langsung kita telah mengajarkan
perbendaharaan kata yang banyak kepada anak melalui cerita. Bagi anakanak usia SDN cerita juga bisa melatih dan memperkaya kemampuan
berbahasa dan memahami struktur kalimat yang lebih kompleks.
13
2. Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentukbentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih, gembira,
kesal dan lucu. Hal ini akan memperkaya pengalaman emosinya yang akan
berpengaruh terhadap pembentukan
dan perkembangan kecerdasan
emosionalnya. Karena itu, ketika bercerita berikan penekanan intonasi
pada bentuk emosi tertentu, dengan menunjukkan mimik atau ekspresi
yang sesuai, sehingga anak mampu mengenali dan memahami bentukbentuk emosi tersebut.
3. Memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila cerita
yang disajikan adalah cerita lucu. Secara psikologis, cerita lucu membuat
anak
senang
dan
gembira.
Rasa
nyaman
dan
bahagia
lebih
memudahkannya untuk meyerap nilai-nilai yang kita ajarkan melalui
cerita. Perlu kita ketahui bahwa lucu tidak sama dengan clowning
(membadut). Kriteria lucu di sini bukan menonjolkan cerita tentang
perilaku yang terlihat kebodoh-bodohan atau konyol, sehingga anak tidak
belajar meniru untuk melecehkan kondisi orang lain yang memiliki
kekurangan. Kelucuan yang segar dan mendidik bisa membuat anak tidak
saja mudah tersenyum, bisa tertawa atau jarang menangis, tetapi mampu
menstimulasi kreativitasnya dan keingintahuannya.
4. Mentimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya ingat,
serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas.
Alur
cerita
dengan
menampilkan
bentuk-bentuk
emosi
akan
menumbuhkkembangkan daya imajinasi anak, sehingga ia merasakan
14
senang belajar dengan membayangkan cerita tersebut. Suatu saat ia bisa
menuliskan atau menceritakan kembali isi cerita tersebut. Sebagai orang
tua, kita bisa mulai bercerita dengan ending yang menggantung, biarkan
iaberimajinasi dan menebak kelanjutannya atau kita sendiri memintanya
untuk melanjutkan cerita tersebut. Dengan demikian, imajinasi dan
kreativitasnya lebih terlatih, terutama ketika di usia sekolah ia mendapat
tugas mengarang atau menulis
5. Dapat menumbuhkan empati dalam diri anak. Karena itu, cerita yang kita
bacakan harus sesuai dengan prinsip yang saya jelaskan di atas. Jika anak
dibacakan cerita yang menyentuh jiwa dan perasaan atau bahkan cerita
yang bersumber dari pengalaman masa kecil kita, kejadian-kejadian di
lingkungan sosial atau tayangan televisi yang menarik dan menyentuh sisi
kemanusiaan, maka perasaannya akan tersentuh dan ia mulai memiliki rasa
empati, mulai dapat membedakan mana yang pantas ditiru dan harus
dijauhi.
6. Melatih dan mengembangkan kecerdasan anak. Cerita tidak saja
menyenangkan, tetapi memberikan manfaat luar biasa bagi kecerdasan
anak secara inteligen (kognitif), emosional (afektif), spiritual dan visual
anak. Secara kognitif yaitu akan mempermudah proses pembelajaran pada
anak, karena kemampuan berpikir otak lebih mudah menyerap nilai yang
terkandung dalam cerita. Secara afektif, cerita akan mempengaruhi
suasana hati dan menumbuhkan perasaan-perasaan empati dan positif pada
anak. Secara spiritual, cerita juga bisa menggugah kesadaran ruhani,
15
menyentuh bagian terdalam diri anak-anak kita, serta melatih kemampuan,
kemauan dan kecerdasan mereka akan keberadaan Tuhan dalam hidup
mereka. Hal ini secara psikomotorik akan menuntun mereka untuk bisa
mengaplikasikan apa yang mereka dengar dari cerita melalui bentukbentuk ibadah
7. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Ketertarikan
pada cerita akan membuat anak penasaran, ingin mengetahui dan
membaca bukunya. Semakin tinggi rasa ingin tahunya, semakin tingi pula
minat bacanya, sehingga kelak ia menjadi anak yang suka membaca dan
menghargai ilmu.
8. Merupakan
cara
paling
baik
untuk
mendidik
tanpa
kekerasan,
menanamkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih
kedisiplinan. Bercerita atau mendongeng merupakan cara yang efektif
untuk memberikan sentuhan manusiawi (human touch) dan menumbuhkan
sportivitas anak. Anak lebih bisa memahami hal yang perlu ditiru dan yang
tidak boleh ditiru melalui cerita yang kita ungkapkan. Hal ini akan
membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan
sekitar, serta memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di
tengah-tengah orang lain.
9. Membangun hubungan personal dan mempererat ikatan batin orang tua
dengan anak. Ini merupakan manfaat yang paling penting bagi kita juga
anak-anak kita, terutama bagi kita yang tidak bisa selalu mendampinginya.
16
Membacakan cerita merupakan kesempatan kita untuk lebih dekat dengan
mereka, sehingga terbina sebuah komunikasi yang baik.
Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan cerita kepada pendengar
dari seorang pembicara baik langsung dan tidak langsung.
2.8 Jenis-Jenis Cerita
Adapun jenis-jenis cerita sebagai berikut terdiri dari:
1. Berdasarkan Pelakunya
2. Berdasarkan Kejadiannya
3. Berdasarkan Sifat Waktu Penyajiannya
4.Berdasarkan Sifat dan Jumlah Pendengarnya
5.Berdasarkan Teknik Penyampaiannya
6.Berdasarkan Pemanfaatan Peraga.
Oleh sebab itu bila penyajian cerita kita ingin mencapai sasarannya sejak
semula harus mempertimbangkan secara seksama, Sebab masing-masing jenis
cerita membutuhkan teknik, gaya dan pendekatan yang berbeda. Selain itu,
pemahaman yang mendalam akan jenis dan karakter pendengar (audience) juga
sangat dibutuhkan.
Sebuah cerita merupakan refleksi kehidupan nyata sehingga memiliki daya
tarik tersendiri bagi pendengar dan pembacanya, termasuk anak-anak. Alur dan
tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar biasa dalam kesehariaan anak,
sehingga cerita memberikan banyak manfaat bagi perkembangan kepribadian
anak.
17
2.9 Kemampuan Siswa Memberi Tanggapan
Kemampuan siswa dalam berbicara terutama memberi tanggapan dari
cerita teman Di Kelas III SDN 4 Bone Kabupaten Bone Bolango tahun pelajaran
2013/2014, maka diadakan penilaian kemampuan yang meliputi aspek
kemampuan memberikan tanggapan, mengunakan kalimat dengan benar,
kesesuaian klaimat dengan benar
dan keberanian, masing-masing aspek
kemampuan tersebut dinilai berdasarkan indikator/deskripsi yang telah dibuat.
Adapun Kemampuan Siswa Memberi Tanggapan Dari Cerita Teman Di Kelas
III SDN 4 Bone Kabupaten Bone Bolango setelah dilakukan penelitian bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa hal antara
lain :
1. Penguasaan materi dan metodelogi terhadap bidang-bidang studi yang
perlu dikaitkan.
2. Kejelian
keprofesionalan
guru
dalam
mengantisifasi
pemanfaatan
mengenai berbagai kemungkinan arahan pengait konseptual intra atau
bidang sstudi.
3. Wawasan kependidikaan yang mampu membuat guru selalu waspada
untuk memanfaatkan setiap keputusan dan tindakannya untuk memberikan
urutan nyata bagi pencapain tujuan untuk pendidikan.
Download