STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG (Studi Kasus di Polrestabes Kota Semarang) Tri Yuli Arfianto Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi secara mendalam mengenai strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 135 orang anggota Reskrim Polrestabes Semarang. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel incidental sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan Skala Strategi Pemecahan Masalah (Coping) pada anggota Reskrim. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim secara umum pada kategori tinggi. Strategi pemecahan masalah (coping) berpusat pada emosi sebagian besar berada pada kategori sedang dan strategi pemecahan masalah (coping) berpusat pada masalah sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi. Kata Kunci : strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim Abstract This research aims to determine between the problem-solving strategies (coping) on Criminal police. Respondents consisted of 135 members of the Criminal Polrestabes Semarang. This study used an incidental sampling technique. The data of this study were collected by Problem Solving Strategies (Coping) on Criminal members Scale. Data analysis was conducted by using descriptive analysis techniques. The results showed that the level of problem-solving strategies (coping) on Criminal members generally in the high category. Emotional problem solving strategies (coping) in middle category and problem-solving strategies (coping) in the very high category. Keywords: problem-solving strategies (coping) on Criminal members 19 Reskrim dalam pemahaman umum selalu Pendahuluan Fungsi teknis kepolisian yang lebih sering dikaitkan dengan kejahatan dan bagaimana berinteraksi langsung dengan masyarakat adalah menanganinya termasuk mengungkapnya, sehingga anggota Polri bagian operasional (lapangan) dan dalam pandangan masyarakat Reskrim identik rentan terhadap penilaian negatif dari masyarakat. dengan Polisi. Berhasil atau tidaknya tugas Polisi, Fungsi profesional atau tidaknya Polisi akan dikembalikan teknis kepolisian yang senantiasa bersinggungan langsung dengan masyarakat adalah pada satuan Reserse Kriminal (selanjutnya disingkat bertugas di lapangan seperti halnya dengan fungsi Reskrim). tanpa Reskrim. Tugas dan kewajiban yang harus Reskrim, karena Reskrim merupakan perwujudan dilaksanakan oleh anggota fungsi operasional fungsi yang secara represif memerangi kejahatan. Reskrim tergolong berat, namun anggota Reskrim Reserse atau dalam bahasa Belanda, Recherche, diharapkan tetap berpacu pada tugas pokok Polri atau juga bisa disebut Polisi Rahasia adalah Polisi yaitu tidak masyarakat, Kepolisian berseragam, penyelidikan dan tidak yang mungkin bertugas penyidikan melakukan untuk mencari penyelenggara melindungi, fungsi kepolisian mengayomi sehingga yang dan melayani setiap tugas dapat terselesaikan dengan baik. Adapun kejadian- informasi dan barang bukti yang berguna bagi kejadian pengungkapan suatu tindak pidana serta untuk kepolisian fungsi operasional Reskrim selalu menemukan pelakunya. Tugas pokok Reskrim berkaitan dengan tersangka tindak kejahatan adalah melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan (tahanan). koordinasi serta pengawasan terhadap Penyidik memiliki Pegawai Negeri Sipil (PPNS) berdasarkan Undang- sehingga berbagai kasus kejahatan yang terjadi undang dapat No perundangan 8 Tahun lainnya. 1981 dan Fungsi peraturan Reskrim ialah yang sering Anggota Reskrim kemampuan terungkap terjadi dan pada anggota dituntut memecahkan terselesaikan untuk masalah, dengan maksimal. menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan Mangkunegara (2005: 76) menyatakan bahwa pekerjaan yang berkenaan dengan pelaksanaan kemampuan memecahkan masalah adalah strategi fungsi Reserse kepolisian dalam rangka penyidikan mengidentifikasi dan memahami masalah secara tindak pidana sesuai dengan Undang–undang yang efektif berlaku, belakangi dan sebagai korwas PPNS serta terhadap masalah pengelolaan Pusat Informasi Pusat Kriminal (PIK) memecahkan (Surat berpikir Keputusan 2006:134). Kapolri: Nopol /180/III, sebab-sebab masalah (way memecahkan yang of masalah yang ada. juga melatar Kemampuan merupakan thinking). cara Kemampuan membantu individu 20 meningkatkan kemampuan penalaran logis. Proses (coping) merupakan usaha yang dilakukan individu memecahkan masalah biasanya melibatkan suatu untuk menghindari situasi yang menekan dan tujuan dan hambatan-hambatannya. Individu yang menimbulkan menghadapi menghadapi sebagai penyidik yang dituntut untuk dapat persoalan dan dengan demikian individu menjadi memecahkan setiap kasus yang terjadi merupakan terangsang dan tugas yang berat dan dapat menimbulkan perasaan mengusahakan sedemikian rupa sehingga persoalan tertekan pada anggota Reserse Kriminal. Peran itu dapat diatasi. Individu yang melakukan strategi pemecahan masalah menjadi penting, kemampuan memecahkan masalah yang baik mengingat kesuksesan anggota Reskrim dalam adalah individu yang dapat memecahkan suatu menangani permasalahan meningkatkan kinerja anggota Reskrim. satu untuk Kemampuan tujuan akan mencapai secara efektif memecahkan tujuan itu dan efiesien. masalah dikatakan Strategi stres setiap bagi individu. kejahatan pemecahan Pekerjaan dapat masalah semakin dapat efektif bila sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, dikelompokkan menjadi dua, yaitu koping yang sedangkan dikatakan efisien bila menggunakan berpusat pada emosi dan koping yang berpusat proses berpikir yang tepat dan rasional sesuai pada masalah. Strategi pemecahan masalah yang dengan masalah yang dihadapi. berpusat pada emosi adalah suatu proses dimana Berdasarkan keterangan dari Wakil Kepala individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada Badan Reserse dan Kriminal Polri, tercatat selama antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang tahun 2012, pihak Kepolisian hanya mampu berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal menyelesaikan 167.653 kasus kejahatan. Padahal, dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang terdapat sekitar 316.500 perkara kejahatan yang mereka ditangani oleh Kepolisian (Syafina, 2012). Contoh stressful (Lazarus dan Folkman dalam Smet, 1994: kasus tersebut memberi gambaran kurangnya 143). Apabila individu tidak mampu mengubah kemampuan yang dimiliki anggota Reskrim dalam kondisi yang stressful, maka individu akan memecahkan sehingga cenderung mengatur emosinya. Sedangkan strategi dikhawatirkan dapat berdampak pada keamanan pemecahan masalah yang berpusat pada masalah dan kenyamanan yang dirasakan oleh masyarakat. adalah usaha yang dilakukan individu untuk kasus kejahatan, Kesuksesan pemecahan masalah yang dilakukan gunakan dalam menghadapi situasi memperbaiki situasi dengan melakukan beberapa pemecahan tindakan sekaligus. Menurut Sarafino (1998: 135), masalah yang digunakan. Rasmun (2004: 45) strategi pemecahan masalah yang berpusat pada menyatakan bahwa strategi pemecahan masalah masalah merupakan jenis koping yang baik untuk individu tergantung dari strategi 21 dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi anggota tuntutan pemecahan masalah (coping) yang efektif sesuai dari situasi penuh stres dan Reskrim dapat permasalahan stres. permasalahan tersebut penulis berusaha untuk analisis wawancara yang dilakukan mengetahui gambaran terjadi. strategi mengembangkan kemampuan untuk menghadapi Hasil yang menerapkan atau Berdasarkan deskripsi secara Reskrim, mendalam strategi pemecahan masalah (coping) diketahui bahwa anggota merasa tertekan dengan pada anggota Reskrim. Berdasarkan permasalahan berbagai kasus yang dihadapi. Sulitnya kasus-kasus tersebut peneliti terhadap anggota fungsi yang masuk pada fungsi Reskrim untuk dipecahkan peneliti bagaimana tertarik gambaran atau untuk mengetahui deskripsi secara menjadikan anggota terkadang putus asa untuk mendalam strategi pemecahan masalah (coping) segera menanganinya. Anggota terkadang justru pada anggota Reskrim? beralih pada kasus lain yang dianggap lebih mudah Strategi Pemecahan Masalah (Coping) untuk diselesaikan. Siswanto (2007: 60) menyatakan bahwa koping Berbagai bekal keterampilan yang dimiliki termasuk konsep sentral dalam memahami anggota dalam penanganan kasus kejahatan dapat kesehatan mental. Koping berasal dari kata meningkatkan kompetensi kerja anggota Reskrim “koping” yang ditunjang dengan adanya strategi pemecahan pengatasan/penanggulangan (to cope with = masalah yang tepat diharapkan dapat menunjukkan mengatasi, menanggulangi). Lebih lanjut Siswanto kemampuan memecahkan masalah yang baik dan (2007: 60) menyatakan bahwa koping dimaknai setiap tugas dapat terselesaikan dengan baik sesuai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk dengan target dan batas waktu yang ditetapkan. menguasai situasi yang dinilai sebagai sesuatu Kenyataannya, masih terjadi kegagalan dalam yang dinilai sebagai suatu tantangan. Berdasarkan pemecahan masalah yang mengakibatkan berbagai uraian kasus tidak terselesaikan dengan baik. Berbagai pemecahan masalah (coping) adalah suatu usaha permasalahan yang ada pada fungsi Reskrim yang yang dilakukan oleh individu untuk menghindari menuntut anggota untuk dapat menyelesaikannya situasi yang menekan dan menimbulkan stres bagi secara individu yang berasal dari individu maupun cepat pemecahan dan masalah tepat menjadikan strategi (coping) pada anggota yang tersebut bermakna diketahui bahwa harafiah strategi tuntutan yang berasal dari lingkungan. Reskrim sangat penting. Strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim sendiri juga bukanlah hal yang bersifat statis karena 22 berusaha mengurangi dampak stressor (tuntutan Koping yang berpusat pada emosi Strategi pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada emosi adalah suatu proses dimana untuk menyesuaikan diri) dengan menyangkal adanya stressor atau menarik diri dari situasi. individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada Taylor (dalam Smet, 1994: 145) menyatakan antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang bahwa bentuk-bentuk strategi pemecahan masalah berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal (coping) dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang dikelompokkan sebagai berikut: mereka a) Kontrol diri gunakan dalam menghadapi situasi yang stressful (Lazarus dan Folkman dalam Smet, 1994: b) Membuat jarak 143). Apabila individu tidak mampu mengubah c) Penilaian kondisi yang stressful, maka individu akan cenderung mengatur emosinya. Strategi pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada emosi berpusat kembali pada secara emosi positif dapat (positif reappraisal) d) Menerima tanggung jawab e) Lari/penghindaran (escape avoidance). menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003: 566) adalah strategi penanganan stres dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensif. Bishop (1994: 156) menyebutkan strategi pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada Koping yang berpusat emosi definisikan sebagai emosi ada delapan bentuk, antara lain: koping yang diarahkan pada mengatur respon a) Mencari dukungan sosial emosional terhadap masalah. Strategi pemecahan Yaitu masalah (coping) yang berpusat pada emosi dukungan moral, simpati, dan pemahaman. menurut Siswanto (2007: 62) merupakan jenis usaha individu untuk mendapatkan b) Bersikap positif koping yang mengurangi atau menghilangkan Yaitu individu menginterpretasikan kembali tekanan-tekanan kebutuhan/fisik, motorik, atau situasi yang ada dengan positif. gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. c) Penerimaan diri Yaitu menerima kenyataan dari situasi yang ada. d) Penyangkalan Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa strategi pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada emosi adalah satu bentuk koping yang digunakan individu dalam mengarahkan diri pada percobaan-percobaan untuk memengaruhi atau mengendalikan dirinya sendiri Yaitu menyangkal kenyataan situasi yang ada. e) Berpaling kepada agama Yaitu individu berdoa, meminta pertolongan dari Tuhan, dan mencari ketenangan dari agama. dengan 23 f) Memfokuskan diri untuk menghilangkan mengubah sesuatu di dalam lingkungan atau sumber penyebab stres bagaimana Yaitu memfokuskan hal-hal yang menjadi lingkungan. sumber dari situasi yang penuh stres dan menghilangkannya. berinteraksi dengan Menurut Bishop (1994: 156) ada lima bentuk strategi g) Pelepasan perilaku individu pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada masalah antara lain: Yaitu mengundurkan diri dari usaha untuk mencapai tujuan yang mana masalah penyebab stres yang dialami dianggap mengganggu. a) Active coping (keaktifan diri) Mengambil langkah aktif untuk mencoba menghilangkan atau menghindari sumber stres h) Pelepasan mental atau untuk mengurangi akibatnya. Yaitu berpaling pada aktivitas yang lain agar b) Planning (perencanaan) perhatian individu beralih dari situasi yang Planning atau perencanaan adalah memikirkan menekan. tentang bagaimana untuk mengatasi sumber Strategi pemecahan masalah (coping) yang c) Suppression berpusat pada masalah Menurut Sarafino stres. (1998: 135), strategi of competiting activities (penekanan pada aktivitas utama) pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada Yaitu usaha individu untuk membatasi ruang masalah merupakan jenis koping yang baik untuk gerak dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi berhubungan tuntutan berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun dari situasi penuh stres dan atau aktivitas dengan dirinya masalah mengembangkan kemampuan untuk menghadapi ancaman yang sedang dialaminya. stres. Bishop (1994: 154) menambahkan bahwa d) Restraint coping (penguasaan diri) strategi pemecahan masalah (coping) yang yang tidak untuk Jenis koping ini mengutamakan usaha untuk berpusat pada masalah adalah usaha untuk mengontrol atau mengendalikan tindakan sampai mengubah situasi objektif dengan cara mengubah pada kesempatan yang baik untuk bertindak. sesuatu di dalam lingkungan atau bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat e) Seeking social support for instrumental reasons (mencari dukungan sosial untuk alasan-alasan instrumental). disimpulkan bahwa strategi pemecahan masalah Yaitu usaha individu untuk mencari nasehat, (coping) yang berpusat pada masalah merupakan bantuan atau informasi. usaha untuk mengubah situasi objektif dengan cara 24 Tylor (dalam Smet, 1994: 145) menyatakan bahwa bentuk-bentuk strategi pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada masalah, antara lain: a) Konfrontasi tingkat strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim pada kategori tinggi. Tingkat strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim secara umum pada kategori b) Mencari dukungan sosial tinggi. Strategi pemecahan masalah (coping) c) Merencanakan pemecahan masalah berpusat pada emosi sebagian besar berada pada Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk strategi pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada kategori sedang dan strategi pemecahan masalah (coping) berpusat pada masalah sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi. Rasmun (2004: masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini 45) menyatakan bahwa koping merupakan usaha adalah konfrontasi, keaktifan diri, perencanaan, yang dilakukan individu untuk menghindari situasi penekanan pada aktivitas utama, penguasaan diri, yang menekan dan menimbulkan stres bagi dan mencari dukungan instrumental. individu. Kompleksnya tugas di fungsi Reskrim Metode Penelitian karena anggota dituntut untuk dapat mengatasi Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah anggota Reskrim Polrestabes Semarang, yang berjumlah 160 anggota. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Dalam digunakan, yaitu penelitian Skala ini skala Strategi yang Pemecahan Masalah (Coping) pada anggota Reskrim. Teknik anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu menghitung mean (rata-rata) dan prosentase dari variabel penelitian, yaitu strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota reskrim. hasil tekanan tersendiri Kemampuan anggota bagi anggota fungsi Reskrim. Reskrim dalam menerapkan strategi pemecahan masalah (coping) yang tepat terhadap permasalahan yang ada akan dapat menunjang penyelesaikan tindak kejahatan yang ada. Sarafino (1997: 132) menjelaskan arti coping sebagai suatu proses yang dilakukan individu untuk mencoba antara mengelola perasaan tuntutan-tuntutan ketidakcocokan lingkungan dan kemampuan yang ada dalam situasi yang penuh Hasil dan Pembahasan Berdasarkan setiap kasus yang ada merupakan suatu bentuk dengan stres. Menurut Sarafino (2007: 134) data penelitian yang strategi pemecahan masalah berpusat emosi diperoleh, variabel Strategi Pemecahan Masalah bertujuan untuk mengatur respon emosional pada (Coping) pada anggota Reskrim diperoleh Mean kondisi yang penuh tekanan, individu akan Empirik sebesar 123,31. ini mengindikasikan mengatur respon emosional melalui pendekatan 25 perilaku seperti menggunakan alkohol atau obat- baik bantuan langsung ataupun informasi dari obatan terlarang, mencari dukungan dari teman- rekan teman atau kerabat, melakukan aktivitas-aktivitas permasalahan. yang dapat mengalihkan perhatiannya dari masalah permasalahan yang ada, berbagai kasus yang ada dan pendekatan kognitif yaitu dengan mengubah masih banyak yang belum terselesaikan. Hal cara pandang individu terhadap suatu masalah, tersebut kemungkinan dikarenakan permasalahan mengingkari fakta-fakta yang tidak mengenakkan. tindak kejahatan yang ada pada fungsi Reskrim Strategi pemecahan masalah (coping) berpusat adalah emosi pada anggota Reskrim berada pada kategori membutuhkan suatu bentuk pemecahan masalah sedang. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa yang tepat. anggota Reskrim Polrestabes Semarang terkadang Hasil kerja atau atasan Namun permasalahan penelitian guna demikian, yang yang mengatasi berdasarkan kompleks telah dan dilakukan menggunakan pendekatan secara emosi dengan menunjukkan bahwa strategi pemecahan masalah mengingkari berbagai kesulitan dalam pekerjaan. (coping) berpusat emosi rata-rata berada berada Bishop (1994: 154) menyatakan bahwa strategi pada kategori sedang. Lazarus dan Folkman (dalam pemecahan masalah berpusat pada masalah adalah Smet, 1994: 143) menyatakan bahwa koping usaha untuk mengubah situasi objektif dengan cara adalah suatu proses dimana individu mencoba mengubah sesuatu di dalam lingkungan atau untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan- bagaimana dengan tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari lingkungan. Strategi pemecahan masalah berpusat individu maupun tuntutan yang berasal dari pada masalah digunakan jika seseorang merasa lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mampu menghadapi situasi yang menimbulkan digunakan dalam menghadapi situasi stressful. tekanan, misalnya dengan bertindak lebih aktif Strategi pemecahan masalah (coping) berpusat dalam menghadapi masalah seperti mencoba emosi menggambarkan bahwa anggota Reskrim mencari jalan keluar bagi setiap masalahnya. dalam mengangani masalah lebih menunjukkan Strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota adanya kontrol terhadap setiap sumber stressor Reskrim Polrestabes Semarang rata-rata berada dalam pekerjaan serta senantiasa bersikap positif pada kategori sangat tinggi. Kondisi tersebut dalam menghadapi berbagai permasalahan yang mencerminkan bahwa anggota Reskrim Polrestabes ada di fungsi Reskrim. Semarang mampu menunjukkan usaha untuk Simpulan individu berinteraksi mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan, seperti halnya dengan meminta bantuan, strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota 26 Reskrim secara umum pada kategori tinggi. Strategi pemecahan masalah (coping) berpusat pada emosi sebagian besar berada pada kategori sedang dan strategi pemecahan masalah (coping) berpusat pada masalah sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Daftar Pustaka Bishop, G. D. 1994. Health Psychology: Integrating Mind and Body. Boston : Allyn and Bacon. Mangkunegara, A. P. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Refika Aditama. Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta: CV. Sagung Seto. Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta : Erlangga. Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology:Biopsychological Interactions. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Offset. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grafindo. Syafina, D. C. 2012. Kasus Kejahatan 2012: 148.847 Kasus Tak Terselesaikan Oleh Polri. http://nasional.kontan.co.id/news/148.847kasus-tak-terselesaikan-oleh-polri. 27