19 strategi pemecahan masalah (coping) dalam pemecahan kasus

advertisement
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA
ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN
RESOR KOTA BESAR SEMARANG
(Studi Kasus di Polrestabes Kota Semarang)
Tri Yuli Arfianto
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi secara mendalam
mengenai strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim. Subjek dalam penelitian
ini berjumlah 135 orang anggota Reskrim Polrestabes Semarang. Penelitian ini menggunakan
teknik pengambilan sampel incidental sampling.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan Skala Strategi Pemecahan Masalah
(Coping) pada anggota Reskrim. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat strategi pemecahan masalah (coping)
pada anggota Reskrim secara umum pada kategori tinggi. Strategi pemecahan masalah (coping)
berpusat pada emosi sebagian besar berada pada kategori sedang dan strategi pemecahan
masalah (coping) berpusat pada masalah sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi.
Kata Kunci : strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota Reskrim
Abstract
This research aims to determine between the problem-solving strategies (coping) on Criminal
police. Respondents consisted of 135 members of the Criminal Polrestabes Semarang. This study
used an incidental sampling technique.
The data of this study were collected by Problem Solving Strategies (Coping) on Criminal
members Scale. Data analysis was conducted by using descriptive analysis techniques. The
results showed that the level of problem-solving strategies (coping) on Criminal members
generally in the high category. Emotional problem solving strategies (coping) in middle category
and problem-solving strategies (coping) in the very high category.
Keywords: problem-solving strategies (coping) on Criminal members
19
Reskrim dalam pemahaman umum selalu
Pendahuluan
Fungsi teknis kepolisian yang lebih sering
dikaitkan
dengan
kejahatan
dan
bagaimana
berinteraksi langsung dengan masyarakat adalah
menanganinya termasuk mengungkapnya, sehingga
anggota Polri bagian operasional (lapangan) dan
dalam pandangan masyarakat Reskrim identik
rentan terhadap penilaian negatif dari masyarakat.
dengan Polisi. Berhasil atau tidaknya tugas Polisi,
Fungsi
profesional atau tidaknya Polisi akan dikembalikan
teknis
kepolisian
yang
senantiasa
bersinggungan langsung dengan masyarakat adalah
pada
satuan Reserse Kriminal (selanjutnya disingkat
bertugas di lapangan seperti halnya dengan fungsi
Reskrim).
tanpa
Reskrim. Tugas dan kewajiban yang harus
Reskrim, karena Reskrim merupakan perwujudan
dilaksanakan oleh anggota fungsi operasional
fungsi yang secara represif memerangi kejahatan.
Reskrim tergolong berat, namun anggota Reskrim
Reserse atau dalam bahasa Belanda, Recherche,
diharapkan tetap berpacu pada tugas pokok Polri
atau juga bisa disebut Polisi Rahasia adalah Polisi
yaitu
tidak
masyarakat,
Kepolisian
berseragam,
penyelidikan
dan
tidak
yang
mungkin
bertugas
penyidikan
melakukan
untuk
mencari
penyelenggara
melindungi,
fungsi
kepolisian
mengayomi
sehingga
yang
dan melayani
setiap
tugas
dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun kejadian-
informasi dan barang bukti yang berguna bagi
kejadian
pengungkapan suatu tindak pidana serta untuk
kepolisian fungsi operasional Reskrim selalu
menemukan pelakunya. Tugas pokok Reskrim
berkaitan dengan tersangka tindak kejahatan
adalah melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan
(tahanan).
koordinasi serta pengawasan terhadap Penyidik
memiliki
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) berdasarkan Undang-
sehingga berbagai kasus kejahatan yang terjadi
undang
dapat
No
perundangan
8
Tahun
lainnya.
1981
dan
Fungsi
peraturan
Reskrim
ialah
yang
sering
Anggota
Reskrim
kemampuan
terungkap
terjadi
dan
pada
anggota
dituntut
memecahkan
terselesaikan
untuk
masalah,
dengan
maksimal.
menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan
Mangkunegara (2005: 76) menyatakan bahwa
pekerjaan yang berkenaan dengan pelaksanaan
kemampuan memecahkan masalah adalah strategi
fungsi Reserse kepolisian dalam rangka penyidikan
mengidentifikasi dan memahami masalah secara
tindak pidana sesuai dengan Undang–undang yang
efektif
berlaku,
belakangi
dan
sebagai
korwas
PPNS
serta
terhadap
masalah
pengelolaan Pusat Informasi Pusat Kriminal (PIK)
memecahkan
(Surat
berpikir
Keputusan
2006:134).
Kapolri:
Nopol
/180/III,
sebab-sebab
masalah
(way
memecahkan
yang
of
masalah
yang
ada.
juga
melatar
Kemampuan
merupakan
thinking).
cara
Kemampuan
membantu
individu
20
meningkatkan kemampuan penalaran logis. Proses
(coping) merupakan usaha yang dilakukan individu
memecahkan masalah biasanya melibatkan suatu
untuk menghindari situasi yang menekan dan
tujuan dan hambatan-hambatannya. Individu yang
menimbulkan
menghadapi
menghadapi
sebagai penyidik yang dituntut untuk dapat
persoalan dan dengan demikian individu menjadi
memecahkan setiap kasus yang terjadi merupakan
terangsang
dan
tugas yang berat dan dapat menimbulkan perasaan
mengusahakan sedemikian rupa sehingga persoalan
tertekan pada anggota Reserse Kriminal. Peran
itu dapat diatasi. Individu yang melakukan
strategi pemecahan masalah menjadi penting,
kemampuan memecahkan masalah yang baik
mengingat kesuksesan anggota Reskrim dalam
adalah individu yang dapat memecahkan suatu
menangani
permasalahan
meningkatkan kinerja anggota Reskrim.
satu
untuk
Kemampuan
tujuan
akan
mencapai
secara
efektif
memecahkan
tujuan
itu
dan
efiesien.
masalah
dikatakan
Strategi
stres
setiap
bagi
individu.
kejahatan
pemecahan
Pekerjaan
dapat
masalah
semakin
dapat
efektif bila sesuai dengan tujuan yang dikehendaki,
dikelompokkan menjadi dua, yaitu koping yang
sedangkan dikatakan efisien bila menggunakan
berpusat pada emosi dan koping yang berpusat
proses berpikir yang tepat dan rasional sesuai
pada masalah. Strategi pemecahan masalah yang
dengan masalah yang dihadapi.
berpusat pada emosi adalah suatu proses dimana
Berdasarkan keterangan dari Wakil Kepala
individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada
Badan Reserse dan Kriminal Polri, tercatat selama
antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang
tahun 2012, pihak Kepolisian hanya mampu
berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal
menyelesaikan 167.653 kasus kejahatan. Padahal,
dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang
terdapat sekitar 316.500 perkara kejahatan yang
mereka
ditangani oleh Kepolisian (Syafina, 2012). Contoh
stressful (Lazarus dan Folkman dalam Smet, 1994:
kasus tersebut memberi gambaran kurangnya
143). Apabila individu tidak mampu mengubah
kemampuan yang dimiliki anggota Reskrim dalam
kondisi yang stressful, maka individu akan
memecahkan
sehingga
cenderung mengatur emosinya. Sedangkan strategi
dikhawatirkan dapat berdampak pada keamanan
pemecahan masalah yang berpusat pada masalah
dan kenyamanan yang dirasakan oleh masyarakat.
adalah usaha yang dilakukan individu untuk
kasus
kejahatan,
Kesuksesan pemecahan masalah yang dilakukan
gunakan
dalam
menghadapi
situasi
memperbaiki situasi dengan melakukan beberapa
pemecahan
tindakan sekaligus. Menurut Sarafino (1998: 135),
masalah yang digunakan. Rasmun (2004: 45)
strategi pemecahan masalah yang berpusat pada
menyatakan bahwa strategi pemecahan masalah
masalah merupakan jenis koping yang baik untuk
individu
tergantung dari
strategi
21
dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi
anggota
tuntutan
pemecahan masalah (coping) yang efektif sesuai
dari
situasi
penuh
stres
dan
Reskrim
dapat
permasalahan
stres.
permasalahan tersebut penulis berusaha untuk
analisis wawancara
yang dilakukan
mengetahui
gambaran
terjadi.
strategi
mengembangkan kemampuan untuk menghadapi
Hasil
yang
menerapkan
atau
Berdasarkan
deskripsi
secara
Reskrim,
mendalam strategi pemecahan masalah (coping)
diketahui bahwa anggota merasa tertekan dengan
pada anggota Reskrim. Berdasarkan permasalahan
berbagai kasus yang dihadapi. Sulitnya kasus-kasus
tersebut
peneliti
terhadap
anggota
fungsi
yang masuk pada fungsi Reskrim untuk dipecahkan
peneliti
bagaimana
tertarik
gambaran
atau
untuk
mengetahui
deskripsi
secara
menjadikan anggota terkadang putus asa untuk
mendalam strategi pemecahan masalah (coping)
segera menanganinya. Anggota terkadang justru
pada anggota Reskrim?
beralih pada kasus lain yang dianggap lebih mudah
Strategi Pemecahan Masalah (Coping)
untuk diselesaikan.
Siswanto (2007: 60) menyatakan bahwa koping
Berbagai bekal keterampilan yang dimiliki
termasuk
konsep
sentral
dalam
memahami
anggota dalam penanganan kasus kejahatan dapat
kesehatan mental. Koping berasal dari kata
meningkatkan kompetensi kerja anggota Reskrim
“koping”
yang ditunjang dengan adanya strategi pemecahan
pengatasan/penanggulangan (to cope with =
masalah yang tepat diharapkan dapat menunjukkan
mengatasi, menanggulangi). Lebih lanjut Siswanto
kemampuan memecahkan masalah yang baik dan
(2007: 60) menyatakan bahwa koping dimaknai
setiap tugas dapat terselesaikan dengan baik sesuai
sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
dengan target dan batas waktu yang ditetapkan.
menguasai situasi yang dinilai sebagai sesuatu
Kenyataannya, masih terjadi kegagalan dalam
yang dinilai sebagai suatu tantangan. Berdasarkan
pemecahan masalah yang mengakibatkan berbagai
uraian
kasus tidak terselesaikan dengan baik. Berbagai
pemecahan masalah (coping) adalah suatu usaha
permasalahan yang ada pada fungsi Reskrim yang
yang dilakukan oleh individu untuk menghindari
menuntut anggota untuk dapat menyelesaikannya
situasi yang menekan dan menimbulkan stres bagi
secara
individu yang berasal dari individu maupun
cepat
pemecahan
dan
masalah
tepat
menjadikan strategi
(coping)
pada
anggota
yang
tersebut
bermakna
diketahui
bahwa
harafiah
strategi
tuntutan yang berasal dari lingkungan.
Reskrim sangat penting. Strategi pemecahan
masalah (coping) pada anggota Reskrim sendiri
juga bukanlah hal yang bersifat statis karena
22
berusaha mengurangi dampak stressor (tuntutan
Koping yang berpusat pada emosi
Strategi pemecahan masalah (coping) yang
berpusat pada emosi adalah suatu proses dimana
untuk menyesuaikan diri) dengan menyangkal
adanya stressor atau menarik diri dari situasi.
individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada
Taylor (dalam Smet, 1994: 145) menyatakan
antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang
bahwa bentuk-bentuk strategi pemecahan masalah
berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal
(coping)
dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang
dikelompokkan sebagai berikut:
mereka
a) Kontrol diri
gunakan
dalam
menghadapi
situasi
yang
stressful (Lazarus dan Folkman dalam Smet, 1994:
b) Membuat jarak
143). Apabila individu tidak mampu mengubah
c) Penilaian
kondisi yang stressful, maka individu akan
cenderung mengatur emosinya. Strategi pemecahan
masalah (coping) yang berpusat pada emosi
berpusat
kembali
pada
secara
emosi
positif
dapat
(positif
reappraisal)
d) Menerima tanggung jawab
e) Lari/penghindaran (escape avoidance).
menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003: 566)
adalah strategi penanganan stres dengan cara
emosional, terutama dengan penilaian defensif.
Bishop (1994: 156) menyebutkan strategi
pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada
Koping yang berpusat emosi definisikan sebagai
emosi ada delapan bentuk, antara lain:
koping yang diarahkan pada mengatur respon
a) Mencari dukungan sosial
emosional terhadap masalah. Strategi pemecahan
Yaitu
masalah (coping) yang berpusat pada emosi
dukungan moral, simpati, dan pemahaman.
menurut Siswanto (2007: 62) merupakan jenis
usaha
individu
untuk mendapatkan
b) Bersikap positif
koping yang mengurangi atau menghilangkan
Yaitu individu menginterpretasikan kembali
tekanan-tekanan kebutuhan/fisik, motorik, atau
situasi yang ada dengan positif.
gambaran
afeksi
dari
tekanan
emosi
yang
dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.
c) Penerimaan diri
Yaitu menerima kenyataan dari situasi yang ada.
d) Penyangkalan
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
strategi
pemecahan
masalah
(coping)
yang
berpusat pada emosi adalah satu bentuk koping
yang digunakan individu dalam mengarahkan diri
pada percobaan-percobaan untuk memengaruhi
atau
mengendalikan
dirinya
sendiri
Yaitu menyangkal kenyataan situasi yang ada.
e) Berpaling kepada agama
Yaitu individu berdoa, meminta pertolongan
dari Tuhan, dan mencari ketenangan dari
agama.
dengan
23
f) Memfokuskan
diri
untuk
menghilangkan
mengubah sesuatu di dalam lingkungan atau
sumber penyebab stres
bagaimana
Yaitu memfokuskan hal-hal yang menjadi
lingkungan.
sumber dari situasi yang penuh stres dan
menghilangkannya.
berinteraksi
dengan
Menurut Bishop (1994: 156) ada lima bentuk
strategi
g) Pelepasan perilaku
individu
pemecahan
masalah
(coping)
yang
berpusat pada masalah antara lain:
Yaitu mengundurkan diri dari usaha untuk
mencapai tujuan yang mana masalah penyebab
stres yang dialami dianggap mengganggu.
a) Active coping (keaktifan diri)
Mengambil
langkah aktif untuk mencoba
menghilangkan atau menghindari sumber stres
h) Pelepasan mental
atau untuk mengurangi akibatnya.
Yaitu berpaling pada aktivitas yang lain agar
b) Planning (perencanaan)
perhatian individu beralih dari situasi yang
Planning atau perencanaan adalah memikirkan
menekan.
tentang bagaimana untuk mengatasi sumber
Strategi pemecahan masalah (coping) yang
c) Suppression
berpusat pada masalah
Menurut
Sarafino
stres.
(1998:
135),
strategi
of
competiting
activities
(penekanan pada aktivitas utama)
pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada
Yaitu usaha individu untuk membatasi ruang
masalah merupakan jenis koping yang baik untuk
gerak
dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi
berhubungan
tuntutan
berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun
dari
situasi
penuh
stres
dan
atau
aktivitas
dengan
dirinya
masalah
mengembangkan kemampuan untuk menghadapi
ancaman yang sedang dialaminya.
stres. Bishop (1994: 154) menambahkan bahwa
d) Restraint coping (penguasaan diri)
strategi
pemecahan
masalah
(coping)
yang
yang
tidak
untuk
Jenis koping ini mengutamakan usaha untuk
berpusat pada masalah adalah usaha untuk
mengontrol atau mengendalikan tindakan sampai
mengubah situasi objektif dengan cara mengubah
pada kesempatan yang baik untuk bertindak.
sesuatu di dalam lingkungan atau bagaimana
individu berinteraksi dengan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
e) Seeking social support for instrumental reasons
(mencari dukungan sosial untuk alasan-alasan
instrumental).
disimpulkan bahwa strategi pemecahan masalah
Yaitu usaha individu untuk mencari nasehat,
(coping) yang berpusat pada masalah merupakan
bantuan atau informasi.
usaha untuk mengubah situasi objektif dengan cara
24
Tylor (dalam Smet, 1994: 145) menyatakan
bahwa bentuk-bentuk strategi pemecahan masalah
(coping) yang berpusat pada masalah, antara lain:
a) Konfrontasi
tingkat strategi pemecahan masalah (coping) pada
anggota Reskrim pada kategori tinggi.
Tingkat strategi pemecahan masalah (coping)
pada anggota Reskrim secara umum pada kategori
b) Mencari dukungan sosial
tinggi. Strategi pemecahan masalah (coping)
c) Merencanakan pemecahan masalah
berpusat pada emosi sebagian besar berada pada
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan
bahwa
bentuk-bentuk
strategi
pemecahan masalah (coping) yang berpusat pada
kategori sedang dan strategi pemecahan masalah
(coping) berpusat pada masalah sebagian besar
berada pada kategori sangat tinggi. Rasmun (2004:
masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini
45) menyatakan bahwa koping merupakan usaha
adalah konfrontasi, keaktifan diri, perencanaan,
yang dilakukan individu untuk menghindari situasi
penekanan pada aktivitas utama, penguasaan diri,
yang menekan dan menimbulkan stres bagi
dan mencari dukungan instrumental.
individu. Kompleksnya tugas di fungsi Reskrim
Metode Penelitian
karena anggota dituntut untuk dapat mengatasi
Karakteristik populasi dalam penelitian ini
adalah anggota Reskrim Polrestabes Semarang,
yang berjumlah 160 anggota. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah incidental
sampling.
Dalam
digunakan,
yaitu
penelitian
Skala
ini
skala
Strategi
yang
Pemecahan
Masalah (Coping) pada anggota Reskrim. Teknik
anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
analisis
deskriptif
kuantitatif,
yaitu
menghitung mean (rata-rata) dan prosentase dari
variabel penelitian, yaitu strategi pemecahan
masalah (coping) pada anggota reskrim.
hasil
tekanan
tersendiri
Kemampuan
anggota
bagi
anggota
fungsi
Reskrim.
Reskrim
dalam
menerapkan strategi pemecahan masalah (coping)
yang tepat terhadap permasalahan yang ada akan
dapat menunjang penyelesaikan tindak kejahatan
yang ada.
Sarafino (1997: 132) menjelaskan arti coping
sebagai suatu proses yang dilakukan individu untuk
mencoba
antara
mengelola
perasaan
tuntutan-tuntutan
ketidakcocokan
lingkungan
dan
kemampuan yang ada dalam situasi yang penuh
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
setiap kasus yang ada merupakan suatu bentuk
dengan stres. Menurut Sarafino (2007: 134)
data
penelitian
yang
strategi
pemecahan
masalah
berpusat
emosi
diperoleh, variabel Strategi Pemecahan Masalah
bertujuan untuk mengatur respon emosional pada
(Coping) pada anggota Reskrim diperoleh Mean
kondisi yang penuh tekanan, individu akan
Empirik sebesar 123,31. ini mengindikasikan
mengatur respon emosional melalui pendekatan
25
perilaku seperti menggunakan alkohol atau obat-
baik bantuan langsung ataupun informasi dari
obatan terlarang, mencari dukungan dari teman-
rekan
teman atau kerabat, melakukan aktivitas-aktivitas
permasalahan.
yang dapat mengalihkan perhatiannya dari masalah
permasalahan yang ada, berbagai kasus yang ada
dan pendekatan kognitif yaitu dengan mengubah
masih banyak yang belum terselesaikan. Hal
cara pandang individu terhadap suatu masalah,
tersebut kemungkinan dikarenakan permasalahan
mengingkari fakta-fakta yang tidak mengenakkan.
tindak kejahatan yang ada pada fungsi Reskrim
Strategi pemecahan masalah (coping) berpusat
adalah
emosi pada anggota Reskrim berada pada kategori
membutuhkan suatu bentuk pemecahan masalah
sedang. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
yang tepat.
anggota Reskrim Polrestabes Semarang terkadang
Hasil
kerja
atau
atasan
Namun
permasalahan
penelitian
guna
demikian,
yang
yang
mengatasi
berdasarkan
kompleks
telah
dan
dilakukan
menggunakan pendekatan secara emosi dengan
menunjukkan bahwa strategi pemecahan masalah
mengingkari berbagai kesulitan dalam pekerjaan.
(coping) berpusat emosi rata-rata berada berada
Bishop (1994: 154) menyatakan bahwa strategi
pada kategori sedang. Lazarus dan Folkman (dalam
pemecahan masalah berpusat pada masalah adalah
Smet, 1994: 143) menyatakan bahwa koping
usaha untuk mengubah situasi objektif dengan cara
adalah suatu proses dimana individu mencoba
mengubah sesuatu di dalam lingkungan atau
untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-
bagaimana
dengan
tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari
lingkungan. Strategi pemecahan masalah berpusat
individu maupun tuntutan yang berasal dari
pada masalah digunakan jika seseorang merasa
lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang
mampu menghadapi situasi yang menimbulkan
digunakan dalam menghadapi situasi stressful.
tekanan, misalnya dengan bertindak lebih aktif
Strategi pemecahan masalah (coping) berpusat
dalam menghadapi masalah seperti mencoba
emosi menggambarkan bahwa anggota Reskrim
mencari jalan keluar bagi setiap masalahnya.
dalam mengangani masalah lebih menunjukkan
Strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota
adanya kontrol terhadap setiap sumber stressor
Reskrim Polrestabes Semarang rata-rata berada
dalam pekerjaan serta senantiasa bersikap positif
pada kategori sangat tinggi. Kondisi tersebut
dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
mencerminkan bahwa anggota Reskrim Polrestabes
ada di fungsi Reskrim.
Semarang mampu menunjukkan usaha untuk
Simpulan
individu
berinteraksi
mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pekerjaan, seperti halnya dengan meminta bantuan,
strategi pemecahan masalah (coping) pada anggota
26
Reskrim secara umum pada kategori tinggi. Strategi
pemecahan masalah (coping) berpusat pada emosi
sebagian besar berada pada kategori sedang dan
strategi pemecahan masalah (coping) berpusat pada
masalah sebagian besar berada pada kategori
sangat tinggi, sehingga hipotesis dalam penelitian
ini diterima.
Daftar Pustaka
Bishop, G. D. 1994. Health Psychology:
Integrating Mind and Body. Boston : Allyn and
Bacon.
Mangkunegara, A. P. 2005. Perilaku dan Budaya
Organisasi. Cetakan Pertama. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam.
Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly
Saragih. Jakarta : Erlangga.
Sarafino,
E.
P.
1998.
Health
Psychology:Biopsychological Interactions. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep,
Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Andi Offset.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Grafindo.
Syafina, D. C. 2012. Kasus Kejahatan 2012:
148.847 Kasus Tak Terselesaikan Oleh Polri.
http://nasional.kontan.co.id/news/148.847kasus-tak-terselesaikan-oleh-polri.
27
Download