BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Infeksi Saluran

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat
pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Penyakit infeksi ini
dapat menyerang semua umur, tetapi bayi dan balita paling rentan untuk
terinfeksi penyakit ini. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negaranegara berkembang, seperti di Indonesia maupun di negara maju. Dimana
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi nasional ISPA di
Indonesia adalah 25,5%.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada cuaca dingin. ISPA yang berlanjut
dapat menjadi pneumonia. Hal ini sering terjadi pada anak-anak terutama
apabila terdapat gizi kurang dan keadaan lingkungan yang kurang bersih.
Karena banyak gejala ISPA yang tidak spesifik dan tes diagnosis cepat
tidak selalu tersedia, maka etiologi kadang sering tidak diketahui dengan segera.
Dengan demikian fasilitas pelayanan kesehatan, terutama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) sebagai lini pertama, menghadapi tantangan untuk
memberikan pelayanan kepada pasien ISPA dengan etiologi dan pola penularan
yang diketahui atau pun tidak diketahui. Penting bagi petugas kesehatan untuk
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat saat menangani
pasien ISPA untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi
kepada diri sendiri, petugas kesehatan yang lain, pasien maupun pengunjung.
Tingginya kasus ISPA dapat menyebabkan “burden of disease”, dalam hal
ini penurunan tingkat ekonomi dan disabilitas fungsional dapat terjadi di
masyarakat. Beberapa kasus ISPA dapat juga menyebabkan Kejadian Luar
Biasa dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga
menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan masyarakat dan menjadi masalah
internasional.
Dengan menyadari pentingnya penanggulangan ISPA di Indonesia, maka
penting bagi para petugas kesehatan untuk menggalakan program dalam
menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Untuk itu sebaiknya program
pengendalian kasus ISPA dimulai dari tingkat primer seperti di Puskesmas.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh
(preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sudah selayaknya fungsi dan peranan
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Oleh
karena
itu
perlu
dilakukan
pembinaan
secara
terus
menerus,
berkesinambungan, terarah, terpadu dan terpantau.
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit yang
sering dijumpai di Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu 1 sepanjang tahun
2010 terdapat 2464 penderita dengan angka kejadian sebesar 35%. Kejadian
ISPA yang banyak terjadi di masyarakat, khususnya di Kelurahan Duren Sawit
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut yang mempengaruhi
tingginya angka kejadian penyakit ISPA di masyarakat adalah faktor
lingkungan dan juga faktor perilaku, persepsi serta pengetahuan masyarakat.
Pentingnya pencegahan untuk terhindar dari penyakit dapat dilakukan dengan
pemberian informasi dan pengetahuan tentang penyakit ISPA tersebut sehingga
masyarakat dapat melakukan pola hidup sehat.
1.2
TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Melakukan diagnosis komunitas di Kelurahan Pondok Bambu.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik masyarakat di Kelurahan Pondok Bambu
2. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai ISPA
3. Mengetahui persepsi masyarakat mengenai ISPA
4. Mengetahui perilaku masyarakat mengenai ISPA
1.3
Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat melakukan diagnosis komunitas
2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik masyarakat di Kelurahan
Pondok Bambu
3. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan
Pondok Bambu mengenai ISPA
4. Mahasiswa dapat mengetahui persepsi masyarakat Kelurahan Pondok
Bambu mengenai ISPA
5. Mahasiswa dapat mengetahui perilaku masyarakat Kelurahan Pondok
Bambu terhadap ISPA
1.3.2 Manfaat Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat meningkatkan tindakan preventif dan intervensi terhadap
ISPA di masyarakat Kelurahan Pondok Bambu
1.3.3 Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dapat melayani masyarakat
melalui penerapan dari program pendidikan ilmu kesehatan komunitas.
1.3.4 Manfaat Bagi Komunitas
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran komunitas mengenai ISPA,
pencegahan, dan intervensi
2. Meningkatkan kesehatan komunitas dalam jangka panjang.
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.3
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau yang sering disebut ISPA merupakan
infeksi yang terdapat pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah.
Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur meliputi dewasa, remaja, anak dan
juga balita. Akan tetapi, bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit infeksi
ini. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, prevalensi nasional ISPA di Indonesia
adalah 25,5%.
ISPA dapat disebabkan oleh virus atau mikoplasma, bakteri dan juga jamur,
tetapi penyebab terseringnya adalah virus seperti miksovirus, adenovirus, virus
parainfluenza, dan virus influenza; sedangkan beberapa bakteri penyebab ISPA
adalah
Streptokokus
haemolitikus,
stafilokokus,
Haemofilus
influenza
dan
pneumokokus. Penularan mikroorganisme penyebab ISPA tersebut dapat melalui
saluran pernafasan atas dengan cara menghirup udara bebas yang sudah
terkontaminasi kemudian masuk ke dalam rongga hidung dan juga tenggorokan dan
menempel disana. Kekebalan tubuh yang prima sangat berperan dalam menyerang
mikroorganisme tersebut agar tidak berkembang menjadi penyakit. Daya tahan tubuh
yang baik dapat dihasilkan dengan istirahat yang cukup, makan makanan yang
bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari diri dari polusi udara
seperti asap rokok, asap kendaraan, dan lain-lain.
Faktor yang berperan dalam terjadinya ISPA secara umum dipengaruhi oleh
faktor penjamu, mikroorganisme penyebab, dan lingkungan.
1. Faktor penjamu
Usia berperan penting dalam terjangkitnya suatu penyakit. Pasien neonatus dan
geriatri lebih sering terkena ISPA karena daya tahan tubuh yang rendah. Status
gizi yang kurang serta perilaku yang tidak sesuai juga memperberat kondisi
ISPA.
2. Faktor mikroorganisme penyebab
Penyebab tersering ISPA adalah virus yang bersifat mudah menular sehingga
angka kejadian ISPA di masyarakat menjadi tinggi. Akan tetapi, ISPA yang
disebabkan virus ini tidak memerlukan tatalaksana khusus karena bersifat self
limiting.
3. Faktor lingkungan
Asap rokok dan polusi udara dapat merusak pertahanan saluran pernapasan
sehingga mempermudah terkena ISPA. Oleh karena itu, ventilasi udara yang baik
sangat diperlukan.
Berdasarkan derajat penyakitnya ISPA dapat diklasifikasikan menjadi:
a. ISPA ringan apabila gejala yang timbul hanya berupa batuk, pilek dan sesak;
b. ISPA sedang apabila ada gejala sesak nafas, terdapat suara nafas ketika bernafas
seperti mengorok dan juga suhu tubuh meningkat lebih dari 39°C; dan
c. ISPA berat apabila terdapat penurunan kesadaran, nadi dapat dijumpai cepat atau
bahkan tidak teraba, terdapat sianosis, penderita terlihat gelisah, dan juga
penurunan nafsu makan.
Sedangkan klasifikasi ISPA berdasarkan lokasi anatomiknya adalah:
a. ISPA A (Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas), infeksi ini menyerang
bagian hidung sampai dengan epiglotis. Contoh dari ISPA A adalah rhinitis akut,
faringitis akut, tonsilitis akut dan sinusitis akut.
b. ISPA B (Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah), infeksi yang
menyerang pada bawah epiglotis sampai alveoli paru. Contoh ISPA B adalah
pneumonia dan bronkhitis akut.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Atas
1. Rhinitis Akut
Definisi: kongesti nasal dengan rinorrhea, perasaan malaise, dan bersin dengan
etiologi tersering viral atau yang sering disebut common cold. Penggunaan
dekongestan topikal biasa dilakukan.1
2. Sinusitis
Sinus paranasal umumnya steril, ia berhubungan dengan hidung, sehingga rentan
untuk mengalami infeksi. Mukosiliar membersihkan drainase sinus, jika terjadi
blokade dari drainase maka akan rentan mengalami infeksi bakteri. Awalnya
sinusitis diawali dengan batuk pilek,atau infeksi gigi. Gejala klinis yang dialami
pasien adalah demam dan nyeri sinus, yang diperburuk dengan posisi condong ke
depan. Sinusitis akut adalah radang pada sinus paranasal yang terjadi kurang dari
3 bulan.1
Secara epidemiologi, sinusitis akut muncul1 dari 200 kasus infeksi saluran napas
atas yang akut di dunia. Etiologi yang paling sering dialami adalah virus dan
bakteri. Virus akan mengganggu barrier dari mukosa sehingga memproduksi
eksudat dengan disertai infeksi bakterial sekunder. Etiologi dari bakteri yang
tersering adalah S. Pneumoniae, H. Influenzae, S. aureus dan S. Pyogenes.1
3. Faringitis dan Tonsilitis
Faringitis dan tonsilitis akut sebagian besar disebabkan oleh virus, yaitu
adenovirus, rinovirus, koronavirus, dan influenza. Penyebab infeksi bakteri
adalah Streptococci B, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae.1
Manifestasi klinis adalah nyeri tenggorokan, yang biasanya bersifat self-limiting.
Gejala klinis yang lain muncul adalah demam, malaise, lymphadenopathy,
conjunctivitis, sakit kepala, mual, dan muntah. Penatalaksanaan biasanya bersifat
supportif, tetapi penggunaan antibiotik bisa mengurangi komplikasi yang terjadi
misalnya sinusitis dan demam rematik. Penatalaksanaan awal adalah penicilin
atau makrolida.1
4. Laringitis
Manifestasi klinis pada pasien adalah suara serak atau aphonia.Etiologi alin
adalah penggunaan steroid inhalasi, terhirup zat kimia, dan refluks gastro
esofagus. Etilogi lain adalah infeksi tuberkulosis, HSV, CMV, jamur dan difteri.
Jika suara serak terjadi persisten atau terus menerus pada pasien yang merokok,
maka kanker paru atau kanker laring harus disingkirkan terlebih dahulu.
Tatalaksana
Terapi yang dilakukan pada pasien
1.4
Pengetahuan, Persepsi, dan Perilaku
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan melalui panca indra: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa raba
dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan adalah suatu kumpulan kesan dan penerangan yang terkumpul dari
pengalaman yang siap untuk digunakan. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dari diri
sendiri ataupun orang lain. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan
juga melalui pendidikan non formal.2
Untuk memperoleh pengetahuan, dapat dilakukan beberapa cara yaitu:
1. Coba-Salah
Untuk memecahkan suatu masalah seseorang menggunakan berbagai bentuk
kemungkinan, apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini juga gagal, maka dicoba dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan
keempat dan seterusnya, hingga masalah tersebut dapat dipecahkan. 3
2. Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan
oleh manusia, tanpa dipikirkan apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi
berikutnya, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh
berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Dalam mendapatkan
pengetahuan, seseorang akan menerima pendapat orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu, baik berdasarkan
fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri karena rasa percaya terhadap
kebenaran pendapat yang dikemukakan oleh seseorang yang memiliki otoritas.3
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman dijadikan suatu sumber pengetahuan, dan juga sebagai cara untuk
memperoleh pengetahuan.3
4. Melalui Jalan Pikiran
Semakin berkembangnya manusia, cara berpikir manusia juga semakin
berkembang.
Manusia
telah
mampu
menggunakan
penalarannya
untuk
memperoleh pengetahuan. Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 3
5. Cara Moderen dalam Memperoleh Pengetahuan
Sesuai dengan perkembangan zaman, cara memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metode penelitian ilmiah.3
Ilmu pengetahuan terdiri atas dua macam ditinjau dari sifat dan cara
penerapannya:2
1. Pengetahuan deklaratif, merupakan pengetahuan mengenai informasi faktual yang
pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan maupun
verbal. Isi dari pengetahuan ini berupa konsep dan fakta yang dapat ditularkan
kepada orang lain melalui ekspresi lisan atau tulisan. Pengetahuan deklaratif berisi
konsep dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat
statement (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact.
2. Pengetahuan prosedural, merupakan pengetahuan yang mendasari kecakapan atau
keterampilan tingkah laku jasmani yang cenderung bersifat dinamis.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:2
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu tahu merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
menyatakan, mengidentifikasi dan sebagainya.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang misalnya dengan
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil. Penelitian dalam
menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4. Analisis
kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dengan penggunaan kata kerja membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis
Suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru
misalnya dapat memecahkan, merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan.
6. Evaluasi
Kemampuan untuk melakukan penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran
itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada.2
Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Tingkat pendidikan seseorang yang semakin tinggi berhubungan dengan
semakin banyaknya ilmu pengetahuan dan wawasannya, sehingga proses pengubahan
sikap dan tingkah laku akan semakin baik. Tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan tindakan seseorang.Tingkat
pendidikan sangat relevan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor penentu bagi perilaku seseorang.2
Untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden
dan dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Pertanyaan yang dapat
digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan esai. Pertanyaan esai disebut
pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan esai melibatkan faktor
subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu
dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya.
2. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul salah, dan
pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan
disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan tersebut dapat dinilai secara pasti
oleh penilai.4
2.2.2 Persepsi
Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan
kesan, pendapat, penilaian, menginterpretasikan dan merasakan sesuatu berdasarkan
informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Kita dapat mengenali
dunia sekitar kita melalui persepsi, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari manusia
dengan segala kejadian-kejadiannya serta benda mati. Kita dapat berinteraksi dengan
dunia sekeliling kita melalui persepsi, khususnya antar manusia.5
Persepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Health Belief Model (HBM)
merupakan teori yang paling luas digunakan yang dapat mempengaruhi suatu
persepsi. Dalam promosi kesehatan harus memperhatikan konstruksi atau komponenkomponen yang merupakan pengungkit bagi faktor yang mempengaruhi perilaku.
Komponen model hubungan kesehatan dengan persepsi adalah:6
1. Persepsi kerentanan
Merupakan derajat risiko yang dirasakan seseorang terhadap masalah kesehatan.
2. Persepsi keparahan
Konsekuensi masalah kesehatan yang akan menjadi semakin parah berhubungan
dengan tingkat kepercayaan seseorang
3. Persepsi manfaat
Hasil positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil dari tindakan.
4. Persepsi hambatan
Hasil negatif yang dipercayai sebagai hasil dari tindakan.
5. Petunjuk untuk bertindak
Memotivasi seseorang untuk bertindak melalui peristiwa eksternal.
6. Efikasi diri
Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan tindakan.
Dalam penyusunan suatu persepsi terdapat factor internal dan eksternal yang
sangat berperan. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu,
antara lain:6

Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang telah diperoleh
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Setiap individu memiliki kapasitas indera untuk
mempersepsikan berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga
dapat berbeda.

Perhatian
Individu membutuhkan sejumlah energi untuk memperhatikan atau memfokuskan
pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Terdapat energi
yang berbeda-beda pada setiap individu sehingga perhatian seseorang terhadap
obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu
obyek.

Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat disebut sebagai perceptual vigilance.

Kebutuhan yang searah
Dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari pesan atau obyekobyek yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.

Suasana hati.
Keadaan emosi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, mood biasanya
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang, mood juga dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
Sedangkan faktor eksternal merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek
yang terlibat didalamnya. Setiap elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang
merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi ialah:7

Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus
Semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.
Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu, dengan melihat bentuk dan
ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian kemudian membentuk
persepsi.

Warna dari obyek-obyek
Obyek-obyek yang lebih mudah dipahami biasanya adalah obyek yang
mempunyai cahaya lebih banyak, dibandingkan dengan yang sedikit.

Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang banyak menarik perhatian dilihat dari penampilannya dengan
latar belakang yang sama sekali di luar sangkaan individu lain.

Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus yang didapat dari luar akan memberi makna lebih bila sering
diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus dapat mempengaruhi persepsi melalui daya dari suatu obyek.

Motion atau gerakan
Individu lebih banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
2.2.3 Perilaku
Perilaku dan pengetahuan memiliki hubungan yang sangat erat, pengetahuan
atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi
beberapa proses yang berurutan, yaitu:2
1. Kesadaran, orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek)
terlebih dahulu.
2. Ketertarikan, orang mulai tertarik terhadap stimulus, disini sikap subyek sudah
mulai timbul.
3. Evaluasi, terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Percobaan, subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
5. Adaptasi, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Tidak semua perubahan perilaku melewati tahap di atas. Suatu perilaku baru atau
adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif
akan bersifat langgeng sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.9
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan desain cross sectional.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilangsungkan di Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Penyelenggaraan peneilitian
berlangsung sejak 14 Mei 2012 sampai dengan 5 Juni 2012
3.3. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua pengunjung Puskesmas Kelurahan
Pondok Bambu 1 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4
Sampel dan Besar Sampel
Pemilihan sampel dilakukan secara simple random sampling. Semua
pengunjung yang datang ke Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu 1 serta memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi selama waktu pengambilan data dapat ikut serta dalam
penelitian.
Perkiraan besar sampel dihitung menggunakan rumus sampel tunggal untuk
estimasi proporsi suatu populasi.
n
( Z ) 2 pq
L2
Keterangan rumus:
n
= jumlah/besar sampel
α
= tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti
menetapkan α = 0,05 sehingga Zα sebesar 1,96
p
= proporsi angka kejadian ISPA di Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu 1
q
=1-p
L
= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki peneliti. Dalam penelitian ini,
peneliti menetapkan L = 0,1
Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel:
2

1,96   0,35  0,65
n
0,12
n = 44,59 ≈ 45 orang
Untuk mengantisipasi responden drop-out:
N
n
1 f
N
45
1  0,1
N = 50 orang
Jadi, besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 50 orang.
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Semua pengunjung yang bisa membaca dan menulis
2. Pengunjung yang sedang menunggu obat
3. Bersedia mengisi kuesioner
3.6.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pengunjung yang bukan warga
kelurahan Pondok Bambu 1.
3.7
Cara Pengambilan Data
Pengambilan data diambil dengan menggunakan guided kuesioner.
3.8
Rencana Manajemen dan Analisis Data
Data diolah dengan tabel menggunakan Microsoft excel.
Dummy Table
ISPA
Benar
Salah
Pengetahuan
ISPA
Benar
Salah
Persepsi
ISPA
Ya
Tidak
Perilaku
3.10. Definisi Operasional
Pengunjung adalah semua orang yang datang berobat maupun mengantar pasien
untuk berobat di Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu 1.
Pengetahuan ISPA=Jumlah presentase jawaban benar
Persepsi
Perilaku
3.11. Masalah Etika
Untuk penelitian ini membutuhkan informed consent karena menggunakan
manusia sebagai subjek penelitian dan perizinan telah dikoordinasikan dengan
instansi terkait setempat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Acute upper respiratory tract infections (URTIs). Dalam: Chapman S,
Stephen G, Stradling J, West S. Oxford Handbook of Respiratory Medicine
1st Edition. Oxford: Oxford University Press.: 2005.hlm:448-51
2. Sukowati S, Sapardiyah S, Lestary EW. Pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat tentang malaria di daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Ekologi Kesehatan. Jakarta 2003
3. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta; 2003.
4. Azwar S. Sikap manusia: teori dan pengukurannya, edisi ke 2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2003.
5. Persepsi ; Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=994 Jakarta: February 16; 2012.
Diunduh pada 14 mei 2012.
6. Persepsi dan Kepribadian.
ocw.usu.ac.id/course/download/.../4_persepsi_dan_kepribadian.pdf Diunduh
pada 14 mei 2012.
Lampiran
Kuesioner ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Karakteristik Responden

Nama:

Usia

Jenis kelamin

Alamat:

Pendidikan

Pekerjaan

Status: pasien/pengantar pasien, jelaskan!!
RT
RW
Pengetahuan (3)
B/S
1. Penyebab ISPA tersering disebabkan oleh virus. (etio)
2. ISPA menular melalui udara. (transmisi)
3. Demam, batuk, pilek, dan/atau nyeri menelan merupakan gejala ISPA. (gejala)
4. ISPA tidak dapat dicegah dengan menjaga daya tahan tubuh. (preventif)
5. Bila terkena ISPA, harus mengkonsumsi antibiotik. (tatalaksana)
Persepsi (2)
Ya/Tidak
1. Menurut Anda, apakah ISPA hanya disebabkan virus? (etio).
2. Menurut Anda, apakah ISPA hanya menular melalui udara? (transmisi).
3. Menurut Anda, apakah demam, batuk, pilek, dan/atau nyeri menelan merupakan
gejala ISPA? (gejala).
4. Menurut Anda, apakah dengan menjaga daya tahan tubuh dapat mencegah agar
tidak terkena ISPA? (preventif).
5. Apakah semua orang yang terkena ISPA harus mengkonsumsi antibiotik?
(tatalaksana)
Perilaku (1) Ya/Tidak
1. Apakah ISPA yang Anda alami disebabkan oleh virus? (etio). Jelaskan!!
2. Saat Anda terkena ISPA, apakah ada anggota keluarga dekat/orang terdekat yang
sedang mengidap ISPA? (transmisi). Jelaskan!!
3. Pada saat menderita ISPA, apakah Anda mengalami demam, batuk, pilek,
dan/atau nyeri menelan? (gejala). Jelaskan!!
4. Apakah saat Anda terkena ISPA, daya tahan tubuh Anda sedang lemah?
(preventif). Jelaskan!!
5. Apakah Anda selalu meminum antibiotik setiap terkena ISPA? (tatalaksana).
Jelaskan!!
Download