Lanjutan

advertisement
DIFABILITAS; PENGANTAR
DISKUSI
M Joni Yulianto, S.Pd, MA
Direktur Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel
Anggota the Indonesia Social Justice Network
[email protected]
Membangun Kesepahaman
Apa yang dimaksud dengan:
• Hak asasi manusia?
• Difabel?
• Siapakah yang pantas disebut difabel?
Hak Asasi Manusia
•
•
•
Didasarkan pada kebutuhan mendasar setiap
manusia tanpa terkecuali
Setiap orang berhak dan membutuhkan
diakomodasi hak asasinya.
HAM mempunyai sifat yang tak dapat dibagi,
saling tergantung, saling terkait satu sama lain,
dan pelanggaran atas 1 komponen hak akan
berakibat pada tidak terpenuhinya hak yang
lain.
DIFABEL
• Dimensi difabilitas
• Nilai, budaya dan tafsir agama
memandang difabilitas
• Dampaknya terhadap perlakuan
masyarakat dan pemenuhan hak difabel
Dimensi Difabilitas
• Hilangnya atau berkurangnya fungsi (fisik
atau mental);
• Hambatan / keterbatasan aktifitas;
• Kerugian sosial / hambatan partisipasi
• Medical Model
• Social Model
• Corelational Model
Hilangnya atau berkurangnya
fungsi (fisik atau mental)
• Merupakan dampak langsung dari
impairment.
• Polio = hilangnya – berkurangnya fungsi
kaki
• Difabel netra = tak dapat – kurang melihat
• Difabel rungu wicara = tak dapat – kurang
dapat mendengar dan berbicara.
• Dan seterusnya
Hambatan / keterbatasan
aktivitas
• Hambatan dalam beraktifitas sebagai
dampak langsung – tidak langsung dari
kehilangan fungsi fisik / mental yang
dialami.
• Tak punya kaki = tak bisa bermobilitas.
• Lemah mental = tak mampu berhitung.
• Tunanetra = tak dapat membaca, menulis,
emperoleh cukup informasi
• Dan lain-lain
Kerugian sosial / hambatan
partisipasi
Hambatan untuk berpartisipasi secara wajar
dalam kehidupan sosial dan untuk
memperoleh hak mereka.
Contoh:
• Sulit memperoleh pendidikan.
• Sulit beraktualisasi di masyarakat.
• Sulit mendapat pekerjaan.
• Sulit memperoleh pasangan hidup
• Dan seterusnya
Medical Model
• Menganggap tiga dimensi di atas sebagai
suatu dimensi yang mempunyai hubungan
sebab akibat.
• Impairmet menyebabkan keterbatasan
aktifitas yang selanjutnya berakibat pada
hambatan partisipasi sosial.
• Masalahnya ada pada impairment yang
disandang oleh individual.
Lanjutan
• Solusinya? Selalu dengan sebisa
mungkin memulihkan/rehabilitasi
terhadap individu dengan
impairment tersebut.
• Pendekatan: Charity/individual.
Social Model
• Lahir dari kritik dan perlawanan para
aktifis difabel terhadap medical model.
• Memandang bahwa keterbatasan aktifitas
dan hambatan partisipasi bukan karena
impairment, melainkan lingkungan dan
masyarakat yang tak pernah
memperhatikan kebutuhan difabel.
Lanjutan
• Impairment diposisikan sebagai sebuah
kondisi natural yang tak dapat
dipermasalahkan.
• Pokok permasalahan ada pada lingkungan
dan masyarakat.
• Solusi: Perubahan perilaku dan pola
berfikir masyarakat, adaptasi lingkungan.
Corelational Model
• Dikenal juga dengan biopsychosocial
model of disability.
• Mencoba menggabungkan kedua
pendekatan/model sebelumnya.
• Keterbatasan aktifitas bukan semata
karena impairment, melainkan juga
dipengaruhi oleh faktor individu di luar
impairment, faktor lingkungan dan
masyarakat sekitarnya.
Lanjutan
• Begitu pula dengan hambatan partisipasi,
bukan semata karena hambatan aktifitas
saja, tapi juga ada banyak faktor seperti
kebijakan dan lain-lain yang terkait dengan
jenis dan konteks partisipasinya.
• Menekankan bahwa solusi individu (terapi
medis dll) harus juga diimbangi dengan
solusi lain seperti modifikasi lingkungan,
perubahan pola pikir masyarakat dan lainlain.
Nilai-Nilai Sosial Masyarakat
Memandang Difabilitas
Person with disability, disabled people,
difabel dan difabel adalah beberapa istilah
yang sering dipakai orang untuk menyebut
obyek yang sama. Istilah tersebut
terbentuk dari konstruksi yang ingin
ditonjolkan, yang tak pernah lepas dari:
Budaya,Keyakinan/agama, dan nilai-nilai
lain yang dianut di masyarakat.
Lanjutan
Terlepas dari pengistilahan yang bermacammacam dan mempunyai makna masingmasing, perlakuan terhadap difabel lebih
dikarenakan bukan oleh istilah tersebut,
melainkan oleh bagaimana masyarakat
dan konstruksi sosial memandang
keberadaan difabel di sekitar mereka.
Lanjutan
• Agama mengajarkan apa-apa yang boleh dan
tidak boleh, yang baik dan tidak baik, yang
benar dan yang salah, dan lain sebagainya.
• Budaya memperkenalkan dan menjadi
pembenaran tentang apa yang wajar dan tidak
wajar, boleh dan tidak boleh, benar dan salah,
dan seterusnya.
• Nilai keilmuan seperti medis dan psikologi
memperkenalkan apa yang dimaksud sebagai
sehat dan tidak sehat, serta normal dan tidak
normal.
Lanjutan
Konstruksi nilai-nilai diatas telah memberi
kontribusi yang cukup besar terhadap
munculnya stereotype terhadap kelompokkelompok yang menurut nilai tersebut
berada di luar kewajaran yang disepakati.
• Bagaimana nilai-nilai tersebut
berpengaruh terhadap munculnya
stereotype bagi difabel/
• Apa saja stereotype itu?
• Bagaimana dampaknya?
Mitos yang melekat pada difabel
•
Sepenuhnya tergantung pada orang lain;
– Tidak dimandirikan/dibuat benar-benar tergantung, diberi
belas kasihan yang berlebihan
•
Harus dikasihani.
– Identik dengan penerima santunan/sumbangan
•
Tidak berguna
– Keluarga/masyarakat enggan untuk berinvestasi untuk
difabel:
• menyekolahkan
• Memberikan bekal keterampilan hidup
•
kutukan/hukuman atas dosa.
– Dijauhi oleh lingkungan
•
Takdir yang pahit.
– Disesali
Lanjutan
• Kehidupan yang tak berharga
– Banyak yang setelah menjadi difabel pingin bunuh diri
• Tak dapat bekerja.
– Penyedia lapangan kerja enggan mempekerjakan difabel
• Tak dapat berkeluarga; tak dapat menjadi orang tua
yang baik.
– Orang memilih untuk tidak menikah dengan difabel
• Asexual.
• Selalu membutuhkan pengobatan dan bantuan dari
profesional medis
Lanjutan: Mitos yang melekat pada
difabel
• Membutuhkan program pendidikan yang
khusus dan terpisah.
– Ditangani dalam sekolah luar biasa
• Orang dengan difabilitas intelektual hanya
seperti anak kecil dan tak dapat membuat
keputusan untuk dirinya sendiri.
• Dianggap bodoh
– Diperlakukan seperti anak kecil
– Dikhususkan kurikulum pembelajaran dan sekolahnya
Dampak
• Mitos-mitos tersebut telah menstimulasi
perlakuan yang tidak rasional terhadap
difabel, yang pada akhirnya menjadikan
hak difabel terlanggar.
Etiket Berinteraksi dengan
difabel
Hal-hal Dasar
• Bertanyalah terlebih dahulu sebelum membantu
Tawarkan bantuan anda hanya ketika anda melihat orang tersebut memerlukan bantuan.
Jika iya orang tersebut memerlukan bantuan, tanyakan bagaimana anda bisa membantunya
• Peka terhadap kontak fisik
Beberapa difabel bergantung kepada tangan untuk keseimbangan mereka. Hindari menyentuh
kepala, kursi roda atau tongkat tuna netra, karena itu juga merupakan bagian dari personal
mereka.
• Pertimbangkanlah
Berbicaralah dengan difabelnya langsung, jangan dengan pendampingnya. Berbicaralah seperti
ketika Anda berbicara kepada orang lain.
• Jangan berasumsi
difabel mampu mengatakan apa yang mereka bisa lakukan dan apa yang tidak bisa
mereka lakukan. Jangan membuat keputusan untuk mereka tentang mereka.
• Responlah dengan sopan permintaan mereka
Hal-hal Dasar
• Ketika menawarkan pertolongan kepada difabel, ingatlah:
 Sebagian besar difabel tidak membutuhkan pertolongan ekstra,
alasan utama mereka membutuhkan bantuan adalah karena adanya
hambatan lingkungan
 difabel juga manusia biasa sama seperti yang lain, ada yang
dengan percaya diri akan meminta pertolongan dan ada pula yang
tidak.
 Jangan pernah berasumsi bahwa pertolongan dibutuhkan dan
bagaimana melakukan pertolongan tersebut. Tawarkan
pertolongan/bantuan jika Anda merasa mereka membutuhkannya,
dengan bertanya “Anda tidak apa-apa?” atau “Apakah Anda perlu
bantuan?”
 difabel juga punya hak untuk berkata “Tidak”
PENGGUNAAN ISTILAH
• Jadikan dia orang pertama
• Hindari penggunaan istilah seperti pengkhususan
terhadap difabilitasnya “sibisu, sibuta, situli, dll atau
bentuk bentuk fisik yang menantang
• Dengan segala bentuk difabilitas hindari
istilah- istilah yang tidak bisa
memberdayakan mereka seperti “korban”, “penderita”,
dll.
Orang yang menggunakan kursi
roda atau yang mengalami
kesulitan mobilitas
• Berjalanlah dekat dengan orang tersebut
sesuai dengan irama mereka. Menawarkan
bantuan terhadap perubahan arah.
• Tempatkan diri Anda sama tinggi dengan
mereka untuk menciptakan hubungan yang
setara atau adil.
• Mereka yang menggunakan kruk
membutuhkan lengan mereka untuk menjaga
keseimbangan mereka, jangan pernah
memegang lengan mereka.
• Terjatuh adalah masalah besar ,maka
usahakan selalu memberikan peringatan
kepada mereka apabila lantai basah.
• Perhatikanlah keterbatasan jangkauan pengguna kursi roda.
Tempatkan beberapa barang sebisa mungkin agar bisa diraih oleh
mereka. Pastikan jalur yang mereka lalui bebas hambatan.
• Jangan meminta pengguna kursi roda untuk memegang/ menitipkan
beberapa barang Anda kepadanya. Hargai bagian personal mereka.
Tuna netra atau orang dengan
kesulitan penglihatan
• Kehilangan penglihatan bukan berarti melupakan kata “MELIHAT”.
• Para tuna netra menggunakan tangan mereka sebagai
penyeimbang. Berikan tangan anda - jangan tangan dia yang
diambil – jika dia memerlukan untuk dipandu.
• Berjalanlah disampingnya dan gambarkanlah keadaan sekeliling,
beritahukan perubahan arah dan rintangan- rintangan yang ada.
• Beritahukan tentang diri anda sebelum melakukan kontak fisik.
Beritahukan nama anda dan peran anda.
• Jika seorang tuna netra berkunjung ke tempat Anda maka tawarkan
kepadanya untuk berkeliling mengenali kondisi lingkungan fisik
ditempat Anda (seperti dimana saja pintunya, apakah ada tangga,
dsb) hal ini akan membuat dia merasa lebih nyaman ketika dia akan
datang lagi.
•
•
•
•
•
•
Bantu orang tersebut untuk duduk,
tunjukkan kursi kepadanya dengan cara
memegang tangannya, kemudian biarkan
dia duduk sendiri
Di tangga, beritahukan kepada mereka
posisi pegangan tangan yang ada di tangga
lalu beritahukan saat dia akan menginjak
anak tangga pertama dan saat akan
mencapai anak tangga terakhir
Jika anda bermaksud akan meninggalkan
tuna netra tadi, beritahukan hal ini
kepadanya dan beritahukan juga saat itu dia
berada dimana
Tawarkan untuk membacakannya informasi
yang tertulis
Lebih khususlah ketika memberikan
petunjuk arah (contoh: berbeloklah ke kanan
setelah Anda sampai dipintu kedua dsb)
Tetap berjalan di rute yang tidak ada
penghalang
Tuna rungu atau orang dengan
kesulitan pendengaran
• Untuk mengerti apa yang anda katakan, maka dia melihat gerak bibir
anda, bicaralah dengan saling berhadapan dan pelan- pelan. Jangan
makan permen karet atau meletakkan tangan anda didepan mulut.
• Gunakan tulisan atau gambar
• Gunakan bahasa Indonesia yang sederhana.
• Tidak perlu berteriak kepada orang yang mengalami kesulitan
pendengaran.
• Orang dengan kesulitan pendengaran perlu untuk dilibatkan dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut dengan dirinya, jangan
memutuskan sesuatu untuk mereka.
Orang yang mengalami kesulitan
berbicara
• Jika anda bermasalah untuk memahami apa yang dikatakan
maka minta untuk diulangi
• Jika anda tidak yakin apa yang telah anda pahami, anda bisa
megulangnya untuk verifikasi
• Berikan perhatian penuh kepada orang tersebut. Jangan
mengganggu atau memotong pembicaraannya
• Lingkungan yang tidak hiruk pikuk menciptakan komunikasi
lebih lancar
• Jangan tertawa atau tersenyum-senyum saat orang tersebut
berbicara.
Tuna grahita
• Berbicara secara normal dengan kalimatkalimat yang mudah dimengerti, jangan
menggunakan kalimat yang panjang
• Luangkan waktu untuk mendengar dan mengerti
apa yang orang tersebut bicarakan
• Bersabarlah
• Jangan menggunakan kata-kata yang biasa
Anda gunakan untuk komunikasi dengan balita,
ingatlah bahwa dia juga orang dewasa yang
dapat membuat keputusan sendiri.
• Mereka bergantung pada kebiasaan yang sudah
dikenal dalam mengatur tugas atau kegiatan
sehari-hari, sehingga jika terjadi perubahan
dilingkungannya mereka memerlukan tenggang
waktu tertentu untuk mampu menyesuaikan
dirinya.
difabilitas PSIKIATRIK
(Gangguan Mental)
• Jangan melakukan hal- hal
agresif, tidak sabar, ataupun
tidak menghormati
• Biarkan ia menyelesaikan
kalimat yang ingin dia utarakan
• Biarkan ia bebas kemana dia
mau.
INGAT !
• Jangan membuat keputusan bagi para difabel tentang
apa yang mereka bisa lakukan dan apa yang tidak bisa
mereka lakukan
• Para difabel adalah pribadi- pribadi dengan keluarganya,
pekerjaan, hobi, sesuatu yang disukai atau tidak, dan
juga permasalahan serta kegembiraan. Jangan
perlakukan mereka seperti korban ataupun pahlawan.
Perlakukan mereka sebagai individu.
Ingat!
– Bahwa difabel juga manusia biasa sama seperti yang
lain.
– Bahwa difabel memiliki kebutuhan individual terkait
dengan hambatan lingkungan yang mereka hadapi dan
bukan karena difabilitasnya.
– Bahwa aksesibilitas sangat penting bagi difabel.
– Sangat penting untuk bertemu dan mendengarkan apa
pendapat difabel.
Download