penyakit-penyakit unggas - sandra pratama sutrisno

advertisement
PENYAKIT-PENYAKIT UNGGAS
1. AVIAN INFLUENZA (AI)
Penyebab
: Virus famili orthomyxoviridae
Sumber infeksi
: unggas piara, spesies unggas domestikasi yang lain,
burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain.
Tanda klinis
: sangat bervariasi tergantung spesies, jenis kelamin,
infeksi ikutan, virus yang menginfeksi, factor
lingkungan dan sebagainya yaitu aktivitas menurun,
konsumsi pakan menurun, emasiasi, ayam
mengeram lebih lama, produksi telur menurun,
gangguan pernapasan dari yang ringan sampai
berat, batuk ,bersin lakrimasi yang berlebihan,
sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan
kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak
berbulu, gangguan saraf dan diare.
Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda
saja yang terlihat atau beberapa kombinasi. Pada
kasus yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa
tanda-tanda. Ayam sakit dalam keadaan komatose
sering kepalanya menyentuh lantai.
Perubahan pasca mati : terlihat kongesti, hemoragi, transudatif dan
perubahan nekrotik pada kulit, jengger, pial.
Pada penyakit berlanjut organ-organ yang lain akan
terkena sering terlihat bintik kuning abu-abu pada
hati, limpa, ginjal dan paru-paru.
Diagnosa
: Dengan pemeriksaan serologi dan virologi.
Spesimen berupa swab trakea dan kloaka.
Diagnosa banding
: ND, Chlamydia, Mycoplasmosis dan bakteri.
Pengendalian
: Tidak ada pengobatan yang spesifik, semua
pengobatan hanya menunjang secara alam untuk
melegakan alat pernapasan. Pengobatan dengan
antibiotik hanya untuk mencegah efek ikutan pada
infeksi bakteri dan mycoplasma.
2. SNOT (INFECTIOUS CORYZA)
Penyebab
: Hemophilus paragallinarum
Tanda klinis
: - Konsumsi
makanan,
produksi
telur
atau
pertumbuhan menurun cukup tajam.
- terlihat adnya leleran hidung dan mata yang
kadang-kadang disertai mata lengket / tertutup
- udema muka, gangguan pernapasan dan mungkin
disertai diare
- keadaan ini melanjut dengan ditemukannya
beberapa penderita dengan pembengkakan sinus
infra orbitalis dan / atau eksudat pada kantung
konjunctiva.
Perubahan pasca mati : peradangan yang bersifat kataral pada saluran
hidung dan sinus-sinus, seringkali disertai eksudat
pada rongga hidung. Seringkali ditemukan
pembengkakan muka dan kadang-kadang balung.
Diagnosa
: - sejarah, gejala klinis dan lesi yang menciri bisa
digunakan sebagai dasar diagnosa.
Diagnosa banding
Pencegahan
Pengobatan
- preparat ulas eksudat hidung harus dibuat dan
diwarnai,
- isolasi dan identifikasi organisme dari eksudat
sinus
- bisa juga dilakukan uji biologis terhadap eksudat
dari sinus ayam peka
- HI dan AGID test serum penderita
: mycoplasmosis, pox unggas, pasteurellosis terbatas
yang bersifat kronis
: - beli anak ayam yang bebas koriza dan pelihara
dengan sanitasi ketat
- bila ada outbreak perlu dilakukan depopulasi
kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi,
istirahatkan beberapa hari. Kemudian masukkan
ayam baru yang bebas koriza
- lakukan vaksinasi
: beberapa preparat sulfa dan antibiotik bisa
digunakan. Obat yang bisa dipakai yaitu
streptomycin, erythromycin, sulfadimethoxine
3. NEWCASTLE DISEASE (ND)
Penyebab
: Virus Paramyxo
Penularan
: Kontak dengan hewan sakit melalui eksudat, feses
dan urine atau melalui perlengkapan kandang
termasuk pakan. Penularan dari satu tempat ke
tempat yang lain melalui transportasi, pekerja
kandang, burung liar, angin, serangga dsb.
Tanda klinis
: tergantung dari virulensi virus yang menulari bisa
asimptomatis, gejala pernapasan ringan atau gejala
pernapasan disertai gangguan syaraf atau
kombinasi gangguan pernapasan dan digesti.
Perubahan pasca mati : tergantung pada strain yang menulari yaitu berupa
bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus,
nekrose pada usus, kelainan saluran pernapasan
berupa rhinitis, tracheitis, laringitis, pneumonia
dengan eksudat kataralis atau mukopurulenta.
Kelainan syaraf berupa ensefalitis, degenerasi dan
nekrose otak. Dapat pula ditemukan perdarahan
berupa ptechie pada pericard, epicard, subpleura,
tembolok dan usus.
Diagnosa
: isolasi dan identifikasi dengan uji HA (hemaglutinasi)
dan HI (Hemaglutinasi Inhibition)
Diagnosa banding
: Infectious bronchitis, infectious laryngotracheitis,
mikoplasmosis, avian encephalomielitis.
Pengendalian
: Sanitasi kandang yang baik, anak ayam harus
berasal dari peternakan yang bebas ND dan selalu
dilakukan vaksinasi pada hewan-hewan yang peka.
4. INFECTIOUS BRONCHITIS (IB)
Penyebab
: Coronaviridae
Tanda klinis
: pada ayam muda penyakit IB sangat cepat ditandai
dengan sulit bernapas, sedikit ngorok dari hidung
dan mata keluar eksudat. Produksi telur menurun
antara 10-50 %, bentuk telur abnormal, kerabang
lunak atau kasar, daya tetas menurun.
Peubahan pasca mati : trakea terlihat kemerahan mengeluarkan lendir
seromukoid, kantung hawa menebal dan buram.
Pada ayam petelur terdapat peritonitis akibat telur
pecah dan salfingitis. Kadang-kadang ditemukan
nefrosis.
Diagnosa
: Histopatologi, Virologi
Diagnosa banding
: Infectious laryngotracheitis, ND, infeksi mikoplasma.
Pengendalian
: Pemeliharaan kandang yang sehat dan vaksinasi
secara teratur
5. PULLORUM
Penyebab
Penularan
: Salmonella pullorum
: melalui air, makanan dan lingkungan yang
terkontaminasi, penularan juga dapat terjadi akibat
kanibalisme ayam yang mengalami bakterimia.
Tanda klinis
: - pada ayam dewasa tidak menunjukkan gejala
klinis.
- pada ayam yang baru menetas kelihatan lemah
dan kemudian mati.
- Anak ayam yang sakit kelihatan ngantuk dan
lemah.
- Juga terlihat penurunan nafsu makan, diare putih
yang menempel, berkelompok didekat sumber
panas dan menciap-ciap.
- Beberapa hari kemudian mungkin timbul
gangguan pernapasan pada anak ayam yang
menghirup bibit penyakit pada penetasan
Perubahan pasca mati : pada ayam dewasa biasanya tidak ada lesi, testis
yang terserang mungkin atropi. Pada anak ayam
yang mati kadang-kaadang terlihat basah, ada tinja
keputihan seperti pasta yang menempel disekitar
kloaka. Pada kasus klasik ditemukan nodul-nodul
berwarna abu-abu pada satu atau lebih organ paru,
hati, dinding gizard, limpa, peritoneum, dinding
usus / usus buntu.
Diagnosa
: isolasi dan identifikasi
Pencegahan
: dengan cara monitoring dengan uji serologi secara
rutin.
Pengobatan
: Pada ayam pedaging kadang-kadang dilakukan
pengobatan, kemudian tetap dipelihara dan dijual
tanpa kerugian yang banyak. Pada ayam petelur
dianjurkan untuk depopulasi. Penggunaan obat sulfa
atau furazolidon atau antibiotik berspektrum luas.
Obat hendaknya dicampurkan pada air minum.
6. FOWL POX (CACAR
Penyebab
Sumber penularan
Penularan
AYAM)
: Virus DNA yaitu virus pox
: nyamuk
: melalui luka pada kulit, bisa juga melalui keropeng
tertular yang dimakan, penularan langsung juga
dapat terjadi misalnya dengan mematuk-matuk
ayam sakit
Tanda klinis
: Mula-mula berupa papula kecil berwarna kelabu di
daerah kulit yang tidak berbulu, pada bagian kepala
dan kaki. Beberapa radang bergabung membentuk
radang yang besar dan akhirnya membentuk
keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan
terjadi perdarahan dilapisan bawahnya. Pada tipe
cacar basah akan terlihat bercak berwarna kuning
pada selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring,
sering menyebabkan penyumbatan saluran udara
yang mengakibatkan penderita tercekik.
Perubahan pasca mati : perubahan yang terjadi sama seperti gejala klinis.
Diagnosa
: histopatologi
Pengendalian
: Ayam yang tertular diisolasi sedangkan ayam
disekitar kandang harus divaksinasi. Untuk
mencegah infeksi sekunder diberi antibiotik dan
vitamin. Populasi nyamuk dapat ditekan dengan
menggunakan pestisida.
7. GUMBORO (INFECTIOUS BURSAL DISEASE/IBD)
Penyebab
: birnavirus
Penyebaran
: melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang,
pakan, alat angkut dan bahan-bahan lain yang
digunakan dalam kandang.
Tanda klinis
: dikenal dua bentuk penyakit gumboro yaitu subklinis
dan klinis.
a. Bentuk Subklinis
Menyerang ayam muda yang umurnya kurang
dari tiga minggu dan tidak terlihat gejala
klinisnya. Biasanya tidak menimbulkan kematian
tetapi ayam yang terserang dan sembuh dari
penyakit akan mengalami imunodepresi akibat
kerusakan sel-sel limfosit pembentuk antibodi
yang berada dalam bursa fabrisius, thymus dan
limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap
vaksinasi dan kematian terjadi akibat infeksi
penyakit lain.
b. Bentuk Klinis
Kejadiannya berjalan akut dengan tanda-tanda
klinis ayam menjadi lesu, inkoordinasi, tremor,
mencret putih dan berlendir, mematuk-matuk
kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi
sekunder, kesembuhan dapat terjadi dalm waktu
kurang dari satu minggu dan kematian tidak
lebih dari 20%.
Perubahan pascamati : perdarahan pada otot dada, otot paha, otot sayap
dan proventrikulus, sering juga perdarahan terjadi
di dalam rongga tubuh dan darahnya sulit
Diagnosa
:
Diagnosa banding
:
Pengendalian
:
Pencegahan
:
membeku. Pada kejadian penyakit yang kronis
bursanya mengecil dan berisi eksudat yang telah
mengeras.
sejarah penyakit, gejala klinis dan perubahan pasca
mati, isolasi virus, histopatologi.
Leukositozoonosis,
inclusion
body
hepatitis,
infectious bronchitis, keracunan warfarin, defisiensi
vitamin A, ND, koksidiosis.
Tidak ada obat yang efektif, kecuali hanya untuk
menekan infeksi sekunder.
Vaksinasi
8. FOWL KOLERA (KOLERA UNGGAS)
Penyebab
: Pasteurella multocida
Penularan
: Kanibalisme unggas yang menderita atau mati
karena kolera merupakan penularan yang cukup
penting.
Tanda Klinis
: - pada kolera akut dijumpai kematian yang tiba-tiba.
- Ayam yang menderita kolera nafsu makannya
turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan
kental dari mulut atau hidung, diare putih berair
atau hijau mengental.
- Pada kasus yang kronis dijumpai pembengkakan
persendian, cuping, telapak kaki atau selaput
sendi. Eksudat biasanya mengkeju dan bisa
terkumpul didalam selaput selaput mata atau
sinus infraorbitalis.
Perubahan pasca mati : - kalau penyakitnya sangat akut, mungkin tidak
ditemukan lesi.
- pada kasus akut terdapat seluruh permukaan
hatinya bergaris-garis.
- Pada kasus kronik mungkin ditemukan beberapa
peradangan terbatas pada persedian, selaput
sendi, cuping, kantung selaput mata, sinus
infraorbitalis, selaput lendir rongga hidung, telinga
tengah atau pada tulang cranial
Diagnosa
: bedah bangkai, sejarah penyakit dan tanda klinis,
isolasi dan identifikasi bakteri.
Diagnosa banding
: Influenza unggas, ND.
Pencegahan
: kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada outbreak
sebaiknya dilakukan depopulasi
Pengobatan
: obat yang sering dipakai yaitu sulfamethoxine,
sulfaquinoxaline, sulfamethazine, sulfamerazine,
tetracyclin, erythromycin, streptomycin, penicillin.
Download