Implementasi E-Government untuk Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus pada Bagian Pengelola Data Elektronik Setda Kabupaten Malang) Oleh: Annisa Maulidyah Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Armanu Thoyib, SE., M.Sc., Ph.D. RINGKASAN Kata Kunci: E-Government, Good Governance, Bag. PDE Seta Kabupaten Malang Kabupaten Malang telah mengimplementasikan E-Government sejak tahun awal tahun 2001-an lalu, sebelum Inpres No.3 Tahun 2003 yaitu tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government digulirkan. Dengan wilayah pemerintahan yang cukup luas, termasuk Kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Malang memang sudah seharusnya menerapkan pemerintahan berbasis teknologi. Utamanya untuk kemudahan dalam aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Namun pelaksanaan sistem pemerintahan yang tergolong baru tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Proses transformasi tentunya membutuhkan proses, strategi, serta faktor pendukung lainnya yang dapat menunjang kelancaran pengembangan EGovernment. Dalam penelitian kali ini, penulis ingin mengupas lebih dalam tentang implementasi E-Government pada Pemerintahan Kabupaten Malang yang dihadapkan untuk mengelola wilayah pemerintahannya yang luas dengan struktur topografi yang kurang mendukung, khususnya berkaitan dengan perluasan jaringan teknologi, yang menyebabkan sumber daya manusia di wilayah tersebut awam terhadap teknologi. Mengimplementasikan E-Government berarti menerapkan strategi pemerintahan yang baru, yang menggeser model pemerintahan konvensional. Teori-teori yang menjadi dasar pada penelitian ini antara lain teori tentang manajemen strategi oleh Wheelen dan Hunger (2003) dan Fred R. David (2008) dengan konsep manajemen strategisnya. Sebagaimana konsep yang diutarakan Sedarmayanti (2004) tentang Good Governance, salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik adalah dengan mengimplementasikan E-Government. Untuk menilai sejauh mana pencapaian implementasi E-Government di Pemerintah Kabupaten Malang dapat dilihat dari teori penerapan E-Government oleh Indrajit (2002). Prinsip-prinsip E-Government memiliki benang merah dengan prinsip-prinsip Good Governance. Pencapaian terbaik yang diperoleh sebuah instansi pemerintahan adalah apabila telah terwujud pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel, dan profesional. Sebagaimana sepuluh indikator yang dapat digunakan untuk menilai Good Governance yaitu partisipasi, penegakan hukum, efisiensi, efektivitas, transparansi, responsivitas, akuntabilitas, kesetaraan, pengawasan, dan memiliki visi strategis (Pandu Patriadi, 2004). 1 2 Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran mengenai pelaksanaan E-Government yang ada di Pemerintah Kabupaten Malang, yang dikelola oleh Bag. PDE (Pengelola Data Elektronik). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian, terkait hambatan dan strategi yang diupayakan dalam mengatasi hambatan tersebut sehingga tujuan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dapat tercapai. Pendekatan kualitatif dipilih karena bersifat luwes, tidak terpaku pada nilai atau angka tertentu, serta dinamis. Data penelitian didapatkan melalui wawancara kepada pengelola E-Government di Kabupaten Malang, yaitu Bag. PDE yang terdiri dari Sub Bagian Pengelola Data, Sub Bagian Pelayanan Data, dan Sub Bagian Teknologi Informasi. Selain itu juga dilengkapi dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen Bag. PDE, dokumentasi (foto), dan catatan pendukung lainnya. Implementasi E-Government pada Pemerintah Kabupaten Malang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintahan, baik internal maupun eksternal, khususnya dalam memberikan kualitas pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam mengelola dan melayani segala hal terkait dengan pelaksanaan EGovernment di Pemerintah Kabupaten Malang, Bag. PDE terus melakukan inovasi dan perbaikan di segala aspek, mulai dari infrastruktur jaringan, kelengkapan sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia, hingga merumuskan rencana strategi yang dilakukan dalam pengembangan pelaksanaan E-Government. Terkait dengan pengembangan tersebut, Bag. PDE juga melakukan kerja sama dengan stakeholder, institusi pendidikan, dan organisasiorganisasi lainnya. Sesuai dengan tahapan pelaksanaan E-Government yang diutarakan oleh Indrajit (2002), Pemerintah Kabupaten Malang telah melaksanakan keempat tahapan tersebut, yaitu tahap persiapan, pematangan, pemantapan, dan pemanfaatan. Namun dengan terlampauinya keempat tahapan itu bukan berarti Bag, PDE Setda Kabupaten Malang tidak menjumpai kesulitan atau hambatan dalam implementasi E-Government. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Kepala Sub Bagian Pelayanan Data Bag. PDE, hambatan yang kerap kali ditemui adalah pengembangan infrastruktur jaringan khususnya di wilayah dataran tinggi, sumber daya manusia yang minim informasi perkembangan teknologi, serta budaya dalam memanfaatkan teknologi yang belum mengakar. Strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi hambatan tersebut di antaranya dengan sosialisasi dan pelatihan terkait E-Government beserta teknologi informasi yang digunakan, juga memupuk budaya ketergantungan terhadap teknologi. Dengan demikian, apabila terbentuk keterikatan antara sumber daya manusia yang terlibat dengan sistem teknologi informasi dan komunikasi, tidak akan ada kesulitan dalam mengaplikasikan sistem tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi E-Government di Kabupaten Malang masih perlu dilakukan pembenahan secara berkelanjutan. Kabupaten Malang masih melampaui dua tahapan E-Government, yaitu publikasi dan interaksi. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan dari aspek infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, hingga sistem yang dapat menopang segala penyelenggaraan kepemerintahan. Ke depannya, diharapakan Pemerintah Kabupaten Malang mampu mewujudkan 3 swalayan pemerintahan. Pihak-pihak yang terlibat, yaitu pemerintah, pihak swasta, serta masyarakat akan dengan mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, pelayanan tanpa birokrasi yang berbelit-belit, dan dapat melakukan transaksi (tender, pembayaran pajak, jual beli, dan lain sebagainya) melalui sistem yang saling terintegrasi. Dengan demikian, pemerintah yang transparan, akuntabel, dan profesional.