Kinetika dan termodinamika

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kinetika dan Termodinamika
Para ilmuwan kimia prihatin dengan hukum-hukum pada interaksi
kimia.Teori-teori itu diuraikan untuk menjelaskan seperti interaksi dasar secara
luas
pada
haisl
percobaan.
Pendekatannya
sebagian
dengan
metoda
termodinamika atau kinetik. Pada termodinamika, kesimpulannya sampai pada
dasar perubahan energi dan entropi yang menyertai perubahan sistem. Dari
perubahan nilai energi bebas reaksi dan oleh karena tetapan kesetimbangan, itu
hal yang mungkin untuk memperkirakan secara langsung perubahan kimia yang
akan terjadi. Termodinamika tidak dapat memberikan beberapa informasi
mengenai laju perubahan yang terjadi atau mekanisme pereaksi yang dirubah
menjadi produk.
Umumnya pada keadaan sebenarnya, banyak juga informasi yang diperoleh
dari kedua pengukuran termodinamika dan kinetika. Sebagai contoh proses Haber
untuk pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen yang digambarkan dengan
persamaan
N2 + 3H2
H 298 = 92.4 kJ mol1
2NH3
Karena reaksinya eksotermik, prinsip le Chatelier’s memperkirakan produksi
amonia yang diuapkan dengan tekanan tinggi dan temperatur rendah. Pada
penanganan lain, laju produksi amonia pada 200C lambat sekali sehingga proses
tersebut pada skala industri tidak ekonomis.Pada proses Haber, kesetimbangan
ditekan pada penguapan amonia dengan menggunakan tekanan tinggi pada
temperatur 450C dan ada katalis percepatan laju hasil yang didapat pada
kesetimbangan. Pada cara termodinamika dan kinetika diperlukan faktor-faktor
khusus kondisi optimum.
Dengan cara yang sama, agar membuat mekanisme reaksi, itu berguna
untuk menganggap semua data laju termodinamika dan kinetika ada.
1
1.2 Pendahuluan untuk Kinetika
1.2.1
Stokiometri
Itu adalah konvensional untuk menuliskan reaksi imia dalam bentuk persamaan
stoikiometri. Ini menghasilkan perbandingan sederhana jumlah molekul pereaksi
dengan jumlah molekul produk. Karena itu hubungan kuantitatif antara pereaksi
dan produk. Tetapi tidak dapat diperkirakan bahwa persamaan stoikiometri perlu
menggambarkan mekanisme proses molekular antara pereaksi. Sebagai contoh
persamaan stoikiometri produksi ammonia dengan proses Haber
N2 + 3H2
2NH3
tetapi ini tidak menyatakan bahwa tiga molekul hidrogen dan satu molekul
nitrogen tumbukan secara serentak menghasilkan dua molekul amonia. Pada
reaksi
2 KMnO4 + 16HCl
2KCL + 2 MnCl2 + 8 H2O + 5Cl2
kita ketahui sangat sediki mengenai mekanisme reaksi, tetapi perubahan
digambarkan dengan persamaan stoikiometri karena itu menghasilkan hubungan
kuantitatif antara pereaksi dan produk
Pada beberapa reaksi persamaan stoikiometri memberi kesan bahwa reaksi
lebih sederhana daripada sebenarnya. Sebagai contoh dekomposisi termal pada
nitrogen oksida
2N2O
2N2 + O2
terjadi dua tahap, pertama meliputi dekomposisi nitrogen oksida menjadi atom
oksigen dan nitrogen
N2O
O: + N2
Diikuti dengan reaksi atom oksigen dengan nitrogen oksida menghasilkan satu
molekul nitrogen dan satu molekul oksigen
O: + N2O
N2 + O2
2
Ini adalah hal sederhana pada jumlah dua individu atau proses dasar menghasilkan
persamaan stoikiometr. Beberapa proses lainnya lebih komplek dan penjumlahan
secara aljabar pada proses dasar yang rumit sehingga tidak memberikan
persamaan stoikiometri.
Dekomposisi termal padaasetaldehida dapat digambarkan sebagai
CH3CHO
CH4 + CO
Tetapi masing-masing molekul asetaldehida tidak terurai dalam stu tahap
menghasilkan satu molekul metana dan satu molekul karbon monooksida.Hasil
kinetik sesuai dengan proses mekanisme yang mana molekul asetaldehida
terdekomposisi pertama menjadi radikal metil dan formil radikal. Produk yang
dibentuk berikutnya reaksi antara radikal radikal ini dengan radikal asetil dan
aseldihida itu sendiri. Mekanisme keseluruhannya secara sederhana adalah
CH3CHO
CH3 + CHO
CH3 + CH3CHO
CH4 + CH3CO
CH3CO
CH3 + CO
CH3 + CH3
C2H6
Persamaan stoikiometri untuk dekomposisi dinitrogen pentaoksida adalah
2N2O5
4NO2 + O2
Ini juga proses yang lebih komplek dari yang ditunjukkan persamaan ini dan
ditunjukan oleh Ogg melaui hasil mekanisme berikut
2N2O5
NO2 + NO3
NO2 + NO3
NO2 + O2 + NO
NO + NO3
2NO2
Studi kinetik menujukkan bahwa tahap (2) adalah tingkat sangat lambat pada
reaksi, sehingga keseluruhan reaksi tergantung pada tahap ini dan karena itu
disebut tahap penentu kecepatan atau laju
3
1.2.2
Molekularitas
Molekularitas pada reaksi kimia didefenisikan sebagai jumlah molekul pereaksi
yang ikut serta pada reaksi sederhana yang sesuai pada tahap dasar. Umumnya
reaksi dasar memiliki satu atau dua molekularitas, meskipun beberapa rreaksi
meliputi tiga molekul yang bertumbukan secara serentak mempuyai tiga
molekularitas, dan pada hal yang sangat jarang penyelesaiannya, empat
molekularitas.
1.2.3
Reaksi-reaksi Unimolekular
Reaksi unimolekular meliputi satu molekul pereaksi dan salah satunya isomerisasi
A
B
Atau dekomposisi
A
B + C
Beberapa contoh reaksi-reaksi Unimolekular
CH3NC
1.2.4
CH3CN
C2H6
2 CH3
C2H5
C2H4 + H
Reaksi-reaksi Bimolekular
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi yang sama
atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah molekul produk. Mereka
adalah reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi)
A + B
AB
2A
A2
Atau reaksi pertukaran
A + B
C + D
2A
C + D
4
Beberapa contoh reaksi-reaksi bimolekular
CH3 + C2H5
C3H8
CH3 + CH3
C2H6
C2H4 + HI
C2H5I
H + H2
H2 + H
O3 + NO
O2 + NO2
Sulivan menunjukkan bahwa seringkali diberikanreaksi bimolekular klasik
2HI
H2 + I2
adalah reaksi rantai pada temperatur tinggi (800 K) dengan penentuan laju tahap
termolekular
1.2.5
Reaksi-reaksi Termolekular
Reaksi ermolekular relatif jarang terjadi mereka termasuk tumbukan pada tiga
molekul secara serentak menghasilkan satu atau lebih produk
A + B + C
produk
Beberapa contoh reaksi-reaksi termolekular
NO + O2
2NO2
NO + Cl2
2NOCl
2I + H2
2HI
H + H + Ar
H2 + Ar
Seperti yang dapat dilihat dari contoh yang diberikan di atas, saa molekularitas
tidak dibentuk untuk proses yang melibatkan molekul stabil tetapi digunakan
ketika bereaksinya spesies atom, radikal bebas atau ion. Selanjutnya pada
dekomposisi asetaldehida, asetil radikal terurai
CH3CO
CH3 + CO
5
Adalah proses unimolekular, ketika penggabungan pada radikal metil adalah
proses bimolekular
CH3 + CH3 + M
C2H6 + M
Ini hanya tepat untuk digunakan molekularitas untuk proses yang terjadi pada
tunggal atau tahap dasar. Oleh karena menyatakan pengertian teoritical pada
reaksi molekular dinamik. Reaksi dimana molekul pereaksi atau molekul-molekul
mengaghasilkan produk atau produk-produk pada tahap sendiri atau dasar
jarang.Jika reaksi adalah reaksi komplek diperlukan molekular spesifik pada tiap
tahap individual reaksi.
1.3 Elusidasi pada mekanisme reaksi
Tugas akhir pada kinetika adalah memperkirakan laju pada beberapa reaksi di
bawah percobaan yang diberikan. Ini sulit untuk mencapai semuanya tetapi ada
beberapa hal. Yang utama mengajukan mekanisme, dimana disetujui kualitatif dan
kuantitatifnya berdasarkan ukuran percobaan kinetik.
Ketika mekanisme reaksi diusulkan untuk reaksi khusus, itu akan diuji
dengan kriteria berikut.
(i)
Konsistensi dengan hasil reaksi
Mudah untuk mengusulkan mekanisme reaksi dengan sangat sedikit informasi
percobaan yang ada. Dalam hal itu sulit untuk membuktikan atau membantah
usulan. Sebagaimana, lebih dan lebih data percobaan yang diperoleh, itu sering
kali menjadi lebih dan lebih sulit mendapatkan mekanisme yang semuanya
memuaskan hasilnya.hanya mungkin bahwa mekanisme tepat ketika sesuai
dengan semua data laju reaksi yang ada
(ii)
Energetic Feasibility
Ketika reaksi dekomposisi erjadi, ikatan molekul lemah dan putus. Karena itu
dekomposisi pada ditersial butil peroksida diawali dengan putusnya ikatan OO
menghasilkan dua ditersiarbutoksi radikal. Pada mekanismedilibatkan atom-atom
6
atau radikal bebas, prosesnya adalah isotermik dan sedikit endotermik yang
sebagian besar sepertinya tahap penting pada reaksi. Pada fotolisis hidrogen
Iodida (lihat hal 140), reaksi propagasi yang tepat adalah
H + HI
H2 + I
(1) H = 134 kJ mol
I + HI
I2 + H
(2) H = 146 kJ mol
dan
Untuk reaksi endotermik terjadi pada (2), paling sedikit 146 kJ energi yang harus
didapatkan dengan tumbukan antara atom iodin dan molekul hidrogen iodida.
Reaksi (2) mungkin lebih lambat dibandingkan reaksi (1).
Jika mekanisme meliputi dekomposisi radikal etoksil, dekomposisi berikut
semua cara yng mugkin
C2H5O
C2H5 + O
C2H5O
CH3CHO + H
C2H5O
CH3 + CH2O
C2H5O
C2H4 + OH
Panas reaksi menunjukkan reaksi (3) sepertinya proses yang penting
(iii) Prinsip mikroskopik reversibilitas
Prinsip ini menyatakan bahwa untuk reaksi dasar, pada proses reaksi balik tahap
yang dibentuk lawannya sama.oleh karena itu tidak mungkin untuk memasukkan
beberapa tahap mekanisme reaksi, yang tidak dapat terjadi pada reaksi balik.
Secara cepat pada dekomposisi termal ditersial butil peroksida, itu tidak mungkin
untuk mmpostulat si tahap awal seperti
(CH3)COOC(CH3)
CH3 + 2 CO
karena tahap balik tidak dapat ditentukan. Selanjutnya, sepertinya semua tahap
mekanisme
reaksi
masing-masing
unimolekular,
bimolekula
atau
termolekular,beberapa proses mekanisme tidak harus mengandung tahap dasar
7
yang menghasilkan lebih dari tiga jenis produk, sehingga tahap balik tidak akan
terjadi.
(iv) Konsistensi dengan reaksi yang dapat disamakan
Ini sesuai untuk memperkirakan bahwa jika mengusulkan mekanisme untuk
dekomposisi asetaldehida telah terbukti, maka mekanisme untuk dekomposisisi
aldehid yang lain dapat mirip. Bagaimanapun, saat itu orde membawa percobaan
yang serupa untuk membuktikan ini, bahaya untuk mengasumsikan bahwa
mekanisme reaksi yang dulu semata-mata sama. Tentu saja ada sejumlah contoh
reaksi dari seri yang sama pada senyawa kimia melalui proses mekanisme yang
sangat berbeda, contoh reaksi hidrogen halogen.
Dapat disadari untuk mempelajari laju reaksi yang lebih tinggi, lebih baik
yakin mengukur secara tepat kebenaran mekanisme reaksi yang diusulkan. Data
laju dapat diperoleh dengan menggunakan teknologi moderen untuk menentukan
laju reaksi yang sangat cepat dan mengukur konsentrasi yang sangat lambat
sementara spesies reakif dibentuk pada sistem reaksi. Sejumlah contoh meknisme
reaksi diberikan pada bagian akhir bab berdasarkan data kinetik yang didapat
dengan percobaan laju. Pertama sekali dibutuhkan membuktikan hukum kinetik
sederhana dan teori pada laju reaksi sebelum pemprosessan untuk mempelajari
reaksi kimia yang lebih komplek
8
Download