PENGARUH MOUTHWASH MENGGUNAKAN MADU 15% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI PADA ANAK SEKOLAH DI SDN TANDANG 03 SEMARANG Skripsi Oleh: Wilujeng Prasasti NIM: G2A214019 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 PENGARUH MOUTHWASH MENGGUNAKAN MADU 15% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI PADA ANAK SEKOLAH DI SDN TANDANG 03 SEMARANG Skripsi Oleh: Wilujeng Prasasti NIM: G2A214019 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertandatangan di bawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “ Pengaruh Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak Sekolah di SDN Tandang 03 Semarang” saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya adalah hasil jiplakan, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang kepada saya. Semarang, Februari 2016 Wilujeng Prasasti ii iii iv PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG Skripsi, Maret 2016 Wilujeng Prasasti Pengaruh Mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang x + 35 Halaman + 6 Tabel + 15 Lampiran + 3 Skema Abstrak Mouthwash adalah cara membersihkan rongga mulut dengan larutan air untuk meningkatkan kesehatan mulut. Rongga mulut terdiri dari lapisan dengan sejumlah besar bakteri. Mouthwash dilakukan untuk membersihkan bakteri, bahan yang bisa digunakan salah satunya yaitu madu. Madu telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional, berfungsi sebagai antibacterial, antioksidan, antitumor, anti inflamasi dan antiviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri dengan rancangan penelitian quasi experiment pre-posttest one group Design, dengan jumlah sample sebanyak 27. Rerata jumlah koloni bakteri pre test sebesar 84,00 CFU/ml dan post test sebesar 6,00 CFU/ml. Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh p value sebesar 0,00, sehingga disimpulkan ada pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah. Rekomendasi dari penelitian agar meningkatkan kesehatan mulut dan gigi menggunakan mouthwash dengan madu 15% setelah menggosok gigi. Kata kunci : mouthwash, koloni bakteri, madu Pustaka : 33 (2005-2015) v BACHELOR OF NURSING NURSING STUDY PROGRAM FACULTY OF NURSING AND HEALTH SCIENCES UNIVERSITY MUHAMMADIYAH SEMARANG Mini Thesis, March 2016 Wilujeng Prasasti The Effect of Mouthwash using honey 15% of the number of bacterial colonies on school children in SDN Tandang 03 Semarang x + 35 Pages + 6 Tables + 15 Appendixes + 3 Schemes Abstract Mouthwash is a way to clean the oral cavity with a solution of water to improve oral health. The oral cavity consists of a layer with a large number of bacteria. Mouthwash made to clean bacteria, materials that can be used one of them is the honey. Honey has long been used as traditional medicine, function as an antibacterial, antioxidant, antitumor, anti-inflammatory and antiviral. This study aims to determine the effect of honey mouthwash use 15% of the number of bacterial colonies with quasi experimental study design one group pre-posttest design. 27 students was participated in this study. Mean of colonies of bacteria pre-test and post test of 84,00 by 6,00. The test result of this research showed that effect mouthwash use honey 15% of the number of bacterial colonies on school children it prooven with Wilcoxon statistical (p value = 0.00). Recommendations from the study in order to omprove oral health and dental use a mouthwash with honey 15% after brushing yout teeth. Keywords : Mouthwash, bacterial colonies, honey References : 33 (2005-2015) vi KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah serta InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak Sekolah di SDN Tandang 03 Semarang”. Penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan program SI Keperawatan. Selama menyusun Skripsi ini, penulis tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa pengarahan, pemberian informasi, saran-saran serta bimbingan yang semuanya sangat berarti bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada kami selama menyusun Skripsi ini, kepada yang terhormat: 1. Edy Soesanto, S.Kep, M.Kes selaku Dekan FIKKES UNIMUS yang banyak memberikan bantuan dan dukungan pada mahasiswa. 2. Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kes, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan, yang banyak memberikan dukungan, bimbingan pada mahasiswa. 3. Ns. Mariyam, M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 4. Ns. Dera Alfiyanti, M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 5. Segenap dosen dan staff pengajar di FIKKES UNIMUS yang telah memberikan bekal pengalaman dan pendidikan yang luar biasa. vii 6. Segenap staff guru dan kariyawan SDN Tandang 03 Semarang yang telah memberikan izin untuk mengambil data dan menyediakan tempat untuk penelitian. 7. Bapak, ibu dan keluarga tercinta dengan segala pengorbanannya yang telah memberikan dukungan moril dan materil maupun ketulusan do’a sepenuhnya. 8. Rekan-rekan seperjuangan S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan proposal skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, bagi pembaca pada umumnya untuk menambah pengetahuan, dan bagi dunia keperawatan. Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Wassalamualaikum wr. wb. Semarang, 23 Februari 2016 Wilujeng Prasasti viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .....................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv ABSTRAK .........................................................................................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................vii DAFTAR ISI ......................................................................................................ix DAFTAR TABEL..............................................................................................xi DAFTAR SKEMA ............................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................5 D. Manfaat Penelitian..............................................................................5 E. Keaslian Penelitian .............................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................8 A. Bakteri Pada Mulut.............................................................................8 B. Mouthwash..........................................................................................11 D. Mouthwash Dengan Madu .................................................................12 C. Kerangka Teori ...................................................................................15 E. Kerangka Konsep................................................................................15 F. Variabel Penelitian ..............................................................................16 G. Hipotesis .............................................................................................16 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................17 A. Desain Penelitian ................................................................................17 B.Populasi dan Sampel............................................................................17 C. Definisi Operasional ...........................................................................19 D. Tempat Penelitian...............................................................................19 ix E. Waktu Penelitian.................................................................................19 F. Etika Penelitiian ..................................................................................20 G. Alat Pengumpul Data .........................................................................20 H. Prosedur Pengumpul Data ..................................................................21 I. Analisis Data ........................................................................................23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................25 A. Gambaran Umum Penelitian ..............................................................25 B. Hasil Penelitian...................................................................................25 C. Pembahasan ........................................................................................29 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................35 A. Simpulan.............................................................................................35 B. Saran ...................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37 LAMPIRAN x DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..............................................................................6 Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................19 Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Usia ..........................................24 Tabel 4.2 KarateristikBerdasarkan Jenis Kelamin, Karies Gigi, dan Stomatitis 25 Tabel 4.3 Rerata Jumlah Koloni Bakteri Pre Test dan Post Test ........................26 Tabel 4.4 Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri.......................................................27 Hal. xi DAFTAR SKEMA Hal. Skema 2.1 Kerangka Teori……………………………………………………….15 Skema 2.2 Kerangka Konsep…………………………………………………….15 Skema 3.1 Desain Penelitian……………………………………………………..17 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Observasi Lampiran 2 Kuesioner Karakteristik Responden Lampiran 3 SOP mouthwash Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6 Jadwal Penelitian Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 8 Permohonan Data Awal Penelitian Lampiran 9 Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 10 Surat Ijin Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Lampiran 11 Permohonan Ethical Clearance Lampiran 12 Etical Clearance Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 14 Data SPSS Lampiran 15 Foto-foto Kegiatan Penelitian xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut didefinisikan sebagai rongga mulut yang bersih, berfungsi baik dan nyaman ; bebas dari infeksi (Dingwall, 2013). Peranan mulut sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan dan minuman (Sariningsih, 2012). Di dalam rongga mulut berbagai macam jenis bakteri dapat ditemukan, antara lain Streptococcus, Lactobacillus, Staphylococcus, dan Corynobacteria, serta jenis bateri anaerob seperti Bacteroides. Bakteri tersebut dapat bersifat komensal, namun jika keadaan rongga mulut yang menguntungkan perkembangan bakteri maka jumlah bakteri akan meningkat, yang menjadi pencetus terjadinya penyakit dalam rongga mulut (Sugianto & Ilyas, 2013). Tujuan menjaga kesehatan gigi dan mulut menghindari lubang pada gigi karena lubang gigi adalah permasalahan utama yang bisa menjadi pusat infeksi bagi orang lain di dalam rongga mulut. Menyikat gigi sebenarnya hanya membersihkan ¼ atau 25% dari keseluruhan bagian gigi dan mulut. Masih ada pipi, lidah dan jaringan lunak lainnya yang bisa berpotensi sebagai tempat tinggal bakteri jahat dalam rongga mulut kalau tidak dibersihkan secara teratur (Erwana, 2013), sehingga beresiko untuk terjadi penyakit mulut. Penyakit mulut adalah penyakit yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Lima puluh hingga sembilan puluh persen populasi individu dewasa ini di Inggris dan Amerika Serikat menderita beberapa jenis masalah gusi. Plak terlihat jelas pada 72% penduduk inggris yang masih memiliki gigi sendiri; 43% penduduk berusia 15 hingga 18 tahun memiliki plak dan menderita gingivitis (inflamasi pada gusi) (Dingwall, 2013). 1 2 Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2012, di seluruh dunia 60-90% anak-anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki karies yang sering menimbulkan rasa sakit serta dapat mempengaruhi kualitas hidup. Menurut Indah dan Ayu (2013), anak- anak usia sekolah diseluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut sebesar 25,9%. Di antara mereka, terdapat 31% menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi, dokter gigi specialis), sementara 68,9% lainya tidak dilakukan perawatan. Secara keseluruhan kejangkauan/ kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi/ Effective Medical Demand (EMD) hanya 81%. Tiga provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah mempunyai masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi (> 35%), dengan masing-masing EMD 10,3%, 8%, 6,4%. Sedangkan di provinsi Jawa Tengah 25,4% yang bermasalah gigi dan mulut, 31,0% menerima perawatan dari tenaga medis gigi, dan 7,9 EMD. Menurut karateristik kelompok umur 5-9 tahun yang bermasalah gigi dan mulut 28,9% , menerima perawatan dari tenaga medis gigi 35,1%, EMD 10,1%, untuk umur 10-14 bermasalah gigi dan mulut 25,2%, 28,3% menerima perawatan dari tenaga medis gigi, EMD 7,1%. Menurut Dingwall (2013), pengkajian mulut terdiri atas inspeksi mulut untuk mengetahui status kesehatan mulut individu. Semua pasien harus memperoleh skrining awal yang sederhana pada rongga mulut, 2 3 dengan bekerja sama dengan pemberi asuhan pasien, jika perlu. Pandangan pemberi asuhan harus benar-benar digali ketika pasien tidak mampu berkomunikasi atau bekerjasama saat melakukan pengkajian kesehatan mulut. Akan tetapi, ketika skrining akan mengidentifikasi risiko berkembangnya masalah kesehatan mulut, pengkajian yang komprehensif diperlakukan bagi semua individu yang beresiko. Pengkajian kesehatan mulut meliputi pemeriksaan secara fisik dan secara verbal. Pemeriksaan fisik pada mulut dan gigi meliputi ada tidaknya deposit organik, sisa makanan dan kalkulus. Misalnya adanya halitosis (nafas berbau tidak sedap), xerostomia (mulut kering), gingivitis, penyakit periodontal, plak atau karang gigi, karies gigi, trush pada mulut, stomatitis, candidiasis, pH saliva dan lain-lain. Cara menjaga kesehatan mulut dan gigi salah satunya yaitu dengan oral hygiene. Oral Hygiene seringkali salah diartikan sebagai perawatan gigi atau gigi palsu bukan perawatan seluruh jaringan mulut dan mengutamakan banyak hal bukan hanya ketiadaan penyakit. Oral hygiene didefinisikan sebagai pembersihan plak dan debris yang efektif untuk memastikan stuktur dan jaringan mulut tetap dalam kondisi sehat (Dingwall, 2013). Ada beberapa agen yang digunakan untuk oral hygiene misalnya NaCl, povidone iodin 1%, chlorhexidine, air rebusan sirih dan madu. Penelitian Pithon (2014) menunjukkan bahwa penggunaan menyikat ditambah mouthwash dengan susu magnesium efektif dalam mengurangi kedalaman karies lesi dibandingkan dengan menyikat saja. Penelitian Atwa, et al (2013) menyimpulkan bahwa mouthwash dengan menggunakan madu dapat digunakan sebagai obat tradisional alternatif untuk mencegah karies gigi dan gingivitis. Penelitian Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa madu efektif untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi dan tidak hanya menurunkan mukositis dengan cara tunggal seperti agen mouthwash lainnya yaitu chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL yang hanya berfungsi sebagai agen anti bakteri tetapi madu juga berfungsi 3 4 sebagai antifungi sehingga penurunan mukositas terjadi secara signifikan. Beberapa penelitian madu terbukti memiliki efektifitas yang baik sebagai antibakteri, antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan aktivator sistim imun. Asumsi peneliti, penggunaan madu dalam oral hygine dapat menekan pertumbuhan koloni bakteri pada anak yang dirawat di PICU sehingga anak terhindar dari masalah kesehatan mulut dan terhindar dari infeksi nosokomial akibat perawatan di rumah sakit. Penelitian Mariyam & Alfiyanti (2014) tentang oral hygiene menggunakan NaCl untuk mengukur koloni bakteri pada anak di PICU menyatakan bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok intervensi adalah 4.2 dengan standar deviasi 3.42. Rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok kontrol adalah 36 dengan standar deviasi 92.87. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah jumlah koloni bakteri antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p value = 0.005, α=0.05). Kandungan zat antibakteri, zat antibiotik sekaligus desinfektan yang terdapat di dalam madu alami sangat efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam mulut dan juga kaitannya dengan pH saliva. Kandungan mineral yang tinggi di dalam madu alami terbukti mampu mengubah pH saliva yang semula asam menjadi basa sehingga secara otomatis kesehatan gigi dan mulut akan terjaga (Purbaya, 2007). Oleh sebab itu penulis tertarik meneliti tentang pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SD Tandang 03 Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat dikaji oleh penulis adalah “ apakah ada pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang? “. 4 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi jumlah koloni bakteri anak sekolah SDN Tandang 03 Semarang sebelum mouthwash menggunakan madu. b. Mengidentifikasi jumlah koloni bakteri anak sekolah SDN Tandang 03 Semarang sesudah mouthwash menggunakan madu. c. Menganalisis pengaruh jumlah koloni bakteri antara siswa yang dilakukan mouthwash sebelum dan sesudah menggunakan madu. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan teoritis dalam tindakan mouthwash pada anak dalam kondisi sehat. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai konsep serta penerapan mouthwash menggunakan madu untuk kesehatan mulut. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan menjadi manfaat untuk UKS dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan serta pemberian asuhan keperawatan terutama pada anak yang mempunyai masalah kesehatan mulut. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam penerapan mouthwash. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya 5 6 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi serta dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian sejenis ataupun modifikasi khususnya mengenai pelaksanaan mouthwash pada anak. E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian Nama Peneliti Judul penelitian Tahun penelitian Variabel yang diteliti Desain penelitian Nuniek N. F, et al Efektifitas tindakan Oral Hygiene antara Povidone Iodine 1% dan air rebusan daun sirih di Pekalongan 2012 VB : Oral hygiene antara povidone iodin 1% dan air rebusan sirih Kuasieksperimen non equivalent control group Oral hygiene care in the Pediatric Intensive Care Unit : Practice Recommend ations 2010 Koloni bakteri pada anak yang dirawat di PICU setelah Oral Hygiene dengan NaCl 2014 Johnsto ne, et al Mariya m, Dera Alfiyant i VT : jumlah bakteri klien penurunan kesadaran VB : Practice Recommenda tions VT : Oral hygiene dengan NaCl 6 Ada perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan sesudah tindakan keperawatan oral hygiene povidon iodin 1% dan air rebusan sirih serta tidak ada perbedaan signifikan selisih rata-rata jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene povidon iodin 15 dan air rebusan sirih. Dengan informasi yang lebih baik, peralatan bagus dan rekomendasi praktik, perawat anak dapat membantu anakanak mendapatkan perawatan oral hygiene yang efektif dan konsisten VT : Oral hygiene in Pediatric Intensive Care Unit VB : Koloni bakteri pada anak yang dirawat di PICU Hasil penelitian Deskriptif analitik Rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok intervensi adalah 4.2 dengan standar deviasi 3.42. Rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok kontrol adalah 36 dengan standar deviasi 7 92.87. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah jumlah koloni bakteri antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p value = 0.005, α=0.05). Sugiyan to & Ilyas Berkumur larutan madu hutan 15% efektif mengurangi jumlah koloni bakteri dalam saliva 2013 VB : Koloni Bakteri dalam saliva VT : berkumur dengan larutan madu 15% 7 Eksperimen semu dengan desain pre and posttest design with control group Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok 1 jumlah koloni bakteri rata-rata yaitu 233,3 CFU/ml sebelum berkumur menjadi 183,8 CFU/ml setelah berkumur (p<0,05), kesimpulanya bahwa berkumur dengan larutan madu hutan 15% efektif mengurangi jumlah koloni bakteri dalam saliva BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri pada Mulut Pada mulut terdapat saliva yang merupakan cairan sekresi dari berbagai kelenjar dan memegang peran penting dalam kesehatan gigi dan mulut. Saliva memiliki kandungan organik dan anorganik. Kandungan tersebut memiliki kadar tertentu. Jika melebihi kadar yang seharusnya maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam saliva (Broscy, 2007). Saliva memiliki pH dalam keadaan normal rata-rata pH 6,7. Saliva biasanya bersifat alkalis (basa), makin rendah pH saliva maka karies lebih cenderung semakin tinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva. Lebih dari 700 spesies bakteri atau phylotypes, dimana lebih dari 50% belum dibudidayakan, telah terdeteksi dalam rongga mulut. Spesies yang umum terdapat pada mulut adalah Genera Gemella, Granulicatella, Streptococcus dan Veillonella. Rongga mulut terdiri dari banyak permukaan, masing-masing dilapisi dengan sejumlah besar bakteri. Beberapa bakteri ini merupakan penyakit telah terlibat dalam penyakit mulut seperti karies dan periodontitis, yang merupakan salah satu infeksi bakteri umum pada manusia. Selain itu, bakteri dalam mulut juga dapat menyebabkan beberapa penyakit sistemik, seperti endokarditis bakteri, aspirasi pneumonia, osteomyelitis pada anak-anak, dan penyakit kardiovaskular (Aas et al, 2005). Untuk menekan jumlah koloni bakteri dalam mulut diperlukan perawatan mulut atau oral hygiene misalnya mouthwash. Bakteri rongga mulut terdiri dari Streptococcus, Lactobacillus, Staphylococcus, Corynebacterium, dan beberapa bakteri anaerob lainnya. 8 9 Rongga mulut pada bayi yang baru lahir tidak mengandung bakteri, namun secara cepat akan dihuni bakteri dari luar, seperti Streptococcus salivarius. Selama satu tahun pertama, koloni bakteri mulut akan digantikan dan 6 didominasi oleh spesies Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguis yang terutama terdapat pada permukaan gigi dan gusi. Streptococcus jenis lain melekat kuat pada permukaan gusi dan mukosa mulut, namun tidak pada permukaan gigi. Sedangkan celah-celah gusi (yang mendukung struktur gigi) merupakan habitat utama bagi bakteri-bakteri anaerob. Koloni Bacteriodes dan Spirochaeta rongga mulut muncul pada masa pubertas (Roger, 2008). Menurut Nareswari (2010) jumlah bakteri rongga mulut yang berbeda pada tiap individu dipengaruhi oleh : 1. Obat-obatan Obat-obatan yang dimaksud di sini yaitu obat apapun yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Obat antiseptik oral dan antibiotik sistemik yang digunakan oleh subjek penelitian dapat mengakibatkan penurunan sejumlah bakteri di dalam rongga mulut. 2. Usia Usia mempengaruhi kompleksitas dan distribusi flora normal mulut. Umumnya kompleksitas flora mulut meningkat seiring bertambahnya usia. Saat lahir rongga mulut yang steril kemudian terkontaminasi oleh bakteri dari ibu. Di usia remaja flora normal mulut mencapai puncak kompleksitasnya. 3. Penyakit Beberapa penyakit baik penyakit gigi dan mulut maupun penyakit sistemik mempengaruhi sekresi saliva. Gangguan pada kelenjar ludah (seperti aplasi, hipoplasi, atrofi), penyakit diabetes mellitus gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem saraf seperti multiple sclerosis, diare, demam dan radang mengakibatkan penurunan sekresi saliva. Selain penyakit di atas penurunan sekresi saliva juga dapat disebabkan oleh gangguan emosional, defisiensi vitamin dan perubahan hormonal. 9 10 Sedangkan penyakit Parkinson menaikkan sekresi saliva. 4. Kebiasaan Kebiasaan hidup seseorang mempengaruhi sekresi kelenjar ludahnya. Kebiasaan tersebut antara lain mengunyah permen karet dan makanan keras yang dapat mengakibatkan rangsangan mekanis. Sedangkan merokok, mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu asam, basa atau mengandung alkohol dapat menyebabkan rangsangan kimiawi. 5. Kebersihan gigi dan mulut Kebersihan gigi dan mulut berbeda-beda tiap individu tergantung dari kemampuan mereka dalam menjaganya, baik dalam hal waktu, frekuensi, maupun caranya. Bila kebersihan mulut tidak terjaga maka sisa makanan dan debris epitel dalam rongga mulut yang tertinggal akan menjadi nutrisi yang baik bagi bakteri. 6. Makanan Bahan makanan yang banyak mengandung sukrosa dan tertinggal dalam mulut dapat dengan mudah difermentasikan oleh bakteri, sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan bakteri. Deposit mineral sisa makanan yang tercampur ludah terutama pada gigi belakang dan gigi yang berjejal mengakibatkan akumulasi sejumlah besar bakteri membentuk karang gigi. 7. Jumlah saliva Jumlah saliva yang dihasilkan seseorang tergantung tingkat stimulasi dari kelenjar ludah. Penurunan jumlah saliva atau xerostomia dapat meningkatkan proporsi bakteri acidogenic dalam mulut. Jumlah saliva berpengaruh pada jumlah bakteri, karena selain sebagai sumber makanan bagi bakteri, saliva juga mempunyai aktivitas antibakteri. Enzim yang berperan sebagai antibakteri dalam saliva antara lain lisosim yang melemahkan dinding bakteri dan melisiskan sel, serta laktoperosidase yang membunuh bakteri dengan reaksi yang melibatkan ion Cl dan H2O2. 10 11 8. pH mulut pH saliva dikontrol oleh buffer bikarbonat dan berkisar antara 5.7 sampai 7.0 dengan rata-rata 6.7. Sebagian besar bakteri akan hidup pada pH 7.0, tetapi derajat keasaman optimum yang dibutuhkan berbeda tergantung tiap spesies. Jumlah koloni bakteri melalui pemeriksaan saliva. Saliva diambil pada sebelum dan sesudah 3 jam setelah dilakukan mouthwash. Saliva ditampung sekitar ± 1 ml dan ditampung dalam wadah. Pemeriksaan jumlah koloni bakteri dilakukan di laboratorium. B. Mouthwash Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas. Mouthwash dapat digunakan juga sebagai agen anti-inflamasi dan analgesik topikal (Farah et al., 2009). Fungsi obat kumur sama halnya seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat dikategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya. Obat kumur dapat digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar, menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik dengan meringankan infeksi atau mencegah karies. Keefektifan obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi penggunaanya tidak bisa sebagai subtitusi sikat gigi. Berkumur akan menghasilkan suatu efek pembersihan rongga mulut secara mekanis dan kimiawi. Efek mekanis didapatkan dari gerakan dinamis saat berkumur, sedangkan efek kimiawi didapatkan dari bahan aktif yang terdapat dalam obat kumur. Bahan aktif obat kumur bersifat antibakteri (Nareswari, 2010). 11 12 Menurut Sariningsih (2012), akibat tidak dilakukanya oral hygiene dengan baik akan menyebabkan muncul beberapa penyakit dan kelainan gigi yang terdapat pada anak, yaitu : 1. Penyakit gigi berlubang/karies : karies rampan/parah, dan karies botol (nursing bottle caries/baby bottle caries). 2. Penyakit periodontal, yang sering paling terjadi pada anak-anak adalah : gingvitis/ peradangan pada gusi, dan periodintitis/ peradangan pada jaringan penyangga gigi. 3. Pembengkakan pada sekitar gigi dan wajah. 4. Trauma pada gigi sulung. 5. Persistensi dan gigi sulung yang goyang. 6. Bau mulut 7. Sariawan mulut (stomatitis) 8. Lidah berjamur 9. Diskolorasi/perubahan warna pada gigi. Agar anak pada usia sekolah terhindar dari penyakit mulut dan gigi, selain menyikat gigi dibutuhkan juga tindakan oral hygiene misalnya dengan berkumur atau mouthwash dengan madu. C. Mouthwash dengan Madu Penelitian Sugianto & Ilyas (2013) menyatakan bahwa berkumur dengan larutan madu hutan 15% efektif mengurangi jumlah koloni bakteri dalam saliva. Penelitian Gupta (2011) menyatakan madu dipilih karena memiliki tingkat aktivitas antibakterial dekat median dalam survei tingkat aktivitas ratusan sampel madu yang diproduksi secara komersial. Ditemukan bahwa konsentrasi hambat minimum madu untuk Strep mitis, Strep sobrinus, dan lactobacillus casal yang masing-masing 7%, 7,58,5%, dan 8-12%. Produksi asam oleh bakteri ini juga terhambat. Dibandingkan dengan produksi dari sukrosa, madu pada konsentrasi 10% 12 13 memberikan produksi 75-80% lebih sedikit asam dari streptococcus dan 30% lebih sedikit dari L Caselli. Madu telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional. Madu adalah sebuah produk dari nektar (larutan gula) bunga yang mengalami aerodigestive di dalam saluran pencernaan lebah, selanjutnya madu dikonsentrasikan melalui dehydrating process di sarang lebah (Mottalebnejad, 2008). Madu berfungsi sebagai antibacterial, antioksidan, antitumor, anti inflamasi dan antiviral (Kucuk et al, 2007). Efek antibacterial madu dapat melawan timbulnya bakteri gram positif. Madu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena kandungan air yang rendah, terdapat enzim glukosa oksidase (mengkonversi glukosa menjadi glucose acid), memiliki osmolaritas tinggi (berfungsi mengekstrak air dari sel bakteri), kandungan asam rendah (pH:3,3-4,7) dan mengandung hydrogen peroksida) (Banaeian et al, 2013). Penelitian Bogdanov (2011) mengidentifikasi bahwa hidrogen peroksida efektif membunuh mikroba seperti staphylococcus aureus, micrococcus luteus, streptococcus aureus, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Hidrogen peroksida juga mengaktivasi protease yang dapat meningkatkan aliran darah perkutan pada jaringan iskemik sehingga menstimulasi pembentukan jaringan baru dan akan membentuk radikal bebas yang akan mengaktivasi respon antiinflamasi (Evans & Flavins, 2008). Penelitian Bogdanov (2011) menjelaskan bahwa efek madu sebagai antimikroba meliputi dua cara, yaitu secara langsung (direct antimicrobal action) dan tidak langsung (indirect antimicrobal action). Madu bersifat direct antimicrobal action melalui dua jenis mekanisme, yaitu peroxidative antibacterial dan non-peroxidative antibacterial. Sifat peroxidative antibacterial merupakan sifat antibakteri karena madu mengandung hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh enzim glukosa oksidase. Mekanisme non-peroxidative antibacterial madu adalah kandungan pH yang asam, efek osmotik gula pada madu, kandungan flavonoid dan phenol, kandungan enzim lisozim dan mikroba yang 13 14 menguntungkan (yeast) yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen (Bogdanov, 2011). Penelitian Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa madu efektif untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi dan tidak hanya menurunkan mukositis dengan cara tunggal seperti agen mouthwash lainnya yaitu chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL yang hanya berfungsi sebagai agen anti bakteri. Nurhidayah (2011) menjelaskan bahwa madu yang digunakan sebagai agen terapi adalah madu yang bersifat medical honey, yaitu madu murni, higienis, diolah secara tepat, dan telah dilakukan pemeriksaan tidak mengandung zat berbahaya atau bakteri. Penelitian ini merekomendasikan penggunaaan madu murni yang diproduksi oleh Perum Perhutani, selanjutnya madu ini akan disebut sebagai madu perhutani. Madu ini menggunakan jenis madu hutan multiflora. Madu perhutani telah mendapatkan lisensi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan telah diuji kualitasnya oleh Pusat Perlebahan Nasional Perhutani (Pusat Perlebahan Nasional Perum Perhutani, 2008). 14 15 D. Kerangka Teori Skema 2.1 Kerangka teori Jumlah koloni bakteri di mulut dipengaruhi oleh : obat-obatan, usia, penyakit, kebiasaan, kebersihan gigi dan mulut, 11 makanan, jumlah saliva, pH mulut Koloni Bakteri Mouthwash dengan madu 15% Sifat antibakteri madu : -direct antimicrobial action -indirect antimicrobial action Penurunan jumlah koloni bakteri di mulut Sumber : Nareswari (2010), Bogdanov (2011) E. Kerangka Konsep Skema 2.2 Kerangka konsep Mouthwash dengan madu 15% Jumlah koloni bakteri di mulut 15 16 F. Variabel Penelitian 1. Variabel independent pada penelitian ini yaitu mouthwash menggunakan madu. 2. Variabel dependent pada penelitian ini yaitu koloni bakteri pada anak sekolah. G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh koloni bakteri antara siswa yang dilakukan pre dan post mouthwash dengan madu. 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen, rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara pre-post test without control design, tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan tekhnik acak (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh koloni bakteri antara siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah mouthwash dengan madu. Berikut ini adalah skema desain penelitian : Mouthwash Pre Test dengan madu 15% Jumlah koloni Bakteri Post Test Jumlah Koloni Bakteri X B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian adalah subjek penelitian yang harus memenuhi kriteria yang diminati dalam penelitian. Populasi harus identik dan dapat dideskripsikan sehingga secara vertikal akan dijadikan pengambilan sampel yang sama (Wasis, 2008). Dalam penelitian ini populasinya adalah semua anak kelas 5 yang berusia 10-11 tahun (usia sekolah) di SDN Tandang 03 yaitu berjumlah 93 anak. 17 18 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Menurut Nursalam (2013), sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karateristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Jadi peneliti menentukan sampel sejumlah 27 siswa yaitu seluruh murid kelas 5A, hanya satu kelompok untuk pre test dan post test. Penentuan sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian, dalam hal ini adalah berupa kriteria inklusi. a. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikutsertakan ke dalam penelitian (Sastroasmoro, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu : 1) Anak usia sekolah 10-11 tahun baik laki-laki maupun perempuan di SDN Tandang 03 2) Bersifat kooperatif 3) Bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu: 1) Anak dalam kondisi tidak sehat dan tidak bisa melakukan aktifitas intervensi yang diberikan peneliti 2) Anak tidak hadir pada saat pemeriksaan 18 19 C. Definisi Operasional 3.1 Tabel definisi operasional Variabel penelitian Definisi operasional Mouthwash menggunak an madu merupakan suatu cara berkumur dengan larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas Jumlah Koloni bakteri mulut Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri di mulut yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni, diperiksa dengan menggunakan sampel saliva 1 ml di Cara ukur Hasil ukur Skala ukur Alat yang digunakan untuk mouthwash yaitu cairan madu dengan konsentrasi 15%, air bersih, gelas/wadah, dan tissu. - Nominal Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode plate count(hitung cawan). Untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer. Pada alat tersebut, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya pembacaan melalui cahaya yang diserap. Dengan adanya alat tersebut mempermudah penghitungan Jumlah koloni bakteri per mm3 Rasio D. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN wilayah Kota Semarang, yaitu SDN Tandang 03 Tembalang Semarang. E. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah bulan September 2015 sampai Maret 2016. Waktu penelitian 19 20 dihitung mulai dari penyusunan proposal penelitian, penyusunan laporan penelitian sampai dengan presentasi atau publikasi hasil penelitian. F. Etika Penelitian Menurut Hidayat (2008), dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi : 1. Persetujuan responden (informed consent) Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data. Setelah setuju dan bersedia menjadi responden dalam penelitian, maka wali dari responden yaitu guru wali kelas 5A menandatangani lembar persetujuan tersebut. 2. Tanpa nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasian responden dalam penelitian, maka peneliti tidak mecantumkan namanya pada lembar kuesioner data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh peneliti. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset. Kuesioner dalam penelitian ini disimpan di tempat yang aman dan pemusnahan kuesioner dilakukan dalam batas waktu yang telah ditentukan. G. Alat Pengumpul Data 1. Jenis Data a. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian, pada penelitian ini data primer berasal dari peneliti mendatangi 20 21 responden dengan wawancara langsung, pemeriksaan adanya karies, pemeriksaan stomatitis dan pemeriksaan jumlah koloni bakteri di laboratorium UNIMUS. Wawancara kepada responden berisikan tentang bagaimana praktek oral hygiene yang dilakukan oleh responden, mengenai jenis kelamin dan usia. b. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang berasal dari suatu sumber, data sekunder pada penelitian ini berasal dari mencatat data yang ada di SDN Tandang 03 Tembalang Semarang. 2. Instrumen penelitian Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu madu yang sudah diencerkan 15%. Cairan madu 15% sejumlah 60ml ditempatkan didalam botol terdiri dari madu perhutani 9ml dan Aquades 51ml. Pemeriksaan jumlah koloni bakteri menggunakan metode permukaan dengan pengenceran 10 -6. Alat-alat yang digunakan adalah mikropipet dengan tipnya, spreader, inkubator, cawan petri kosong yang steril, pembakar spirtus, dan rak tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah suspensi bakteri dalam media Lactose Broth, media Plate Count Agar dalam cawan petri, tabung-tabung berisi 9 mL larutan fisiologis (0,85% NaCl), alkohol 70%, dan Erlenmeyer yang berisi media Plate Count Agar cair bersuhu sekitar 50° C (hangat). H. Prosedur Pengumpul Data Untuk memperoleh data dari responden dalam penelitian yang dilakukan di SDN Tandang 03 Semarang, peneliti melaksanakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut : 1. Peneliti menentukan tempat untuk penelitian, setelah mendapatkan ijin dari Kepala Program Studi S1 Universitas Muhammadiyah Semarang. 21 22 2. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Universitas Muhammadiyah Semarang kemudian peneliti menyerahkan ke SDN Tandang 03 Semarang. 3. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala sekolah SDN Tandang 03 Semarang, peneliti menentukan waktu untuk penelitian. 4. Pengambilan sampel, peneliti menggunakan cara total sampling. Penelitian ini melibatkan satu kelompok responden, yaitu anak usia 10-11 tahun sejumlah 27 responden untuk pre dan post test. Peneliti mengambil seluruh anak kelas 5A yang berusia 10-11 tahun. Jumlah seluruh anak kelas 5A yaitu 30 Anak, 3 anak tidak hadir dikarenakan sakit. Peneliti tidak melakukan random untuk semua kelas 5 yaitu kelas 5A, 5B, 5C dikarenakan pihak Kepala Sekolah SD Tandang 03 Semarang hanya mengijinkan kelas 5A sebagai responden dalam penelitian ini. 5. Pada tahap awal mengumpulkan data, jenis data yang dikumpulkan berupa jenis kelamin dan usia dengan tekhnik wawancara kepada responden dan pengkajian adanya karies gigi dan stomatitis pada responden. Peneliti mendokumentasikan dalam kuisioner. Satu hari sebelum penelitian dilakukan peneliti menyampaikan kepada responden bahwa dianjurkan untuk menyikat gigi menggunakan pasta gigi sebelum berangkat ke sekolah. 6. Tahap berikutnya peneliti membagikan satu wadah saliva pada setiap responden yang sudah diberi nomor 1-27. Kemudian pengambilan saliva 1 ml (pre test), saat pagi hari pukul 07.00 WIB. Saliva diambil tanpa stimulasi, subyek penelitian diinstruksikan untuk duduk tegak diatas kursi dan bersandar. Lalu diintruksikan untuk menutup rongga mulut dan membiarkan saliva yang tersekresi agar terkumpul di dasar mulut. Setelah terkumpul, saliva dikeluarkan ke wadah saliva/pot obat. Hal ini dilakukan terus hingga mencapai saliva sebanyak yang dibutuhkan sekitar 1 ml. Segera setelah pengambilan saliva pre test dibawa ke laboratorium UNIMUS. 22 23 7. Kemudian mouthwash dengan cairan madu 15% yang sudah disiapkan didalam botol sebanyak 60ml, untuk berkumur sebanyak 3 kali berturut-turut dan setiap kali kumur 20ml. Responden tidak diperkenankan makan dan minum selama 3 jam hingga akhirnya dilakukan pengambilan saliva kembali (post test). 8. Pengambilan saliva setelah 3 jam sebanyak 1 ml, pada pukul 10.00 WIB. 9. Segera setelah pengambilan saliva post test dibawa ke laboratorium Analis Kesehatan UNIMUS untuk pemeriksaan jumlah koloni bakteri. Tekhnik yang digunakan dalam pemeriksaan jumlah koloni bakteri mulut yaitu metode permukaan dengan pengenceran 10 -6. I. Analisis Data 1. Analisis univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisa ini akan menunjukkan presentase atau proporsi dari tiap variabel. Ukuran variasi maksimal (heterogen) jika proporsi antar katagorik sama. Pada penelitian ini, gambaran karakteristik anak terdiri dari usia, jenis kelamin, karies gigi, dan stomatitis. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif (Saryono, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh mouthwash menggunakan madu terhadap jumlah koloni bakteri pada anak SDN Tandang 03 Tembalang Semarang. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Saphiro Wilk (jumlah sampel <50) dengan nilai sig > (0,05), melihat Q-Q plot, dan membagi SE (standar error) dengan skewness (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan uji Paired t-Test apabila data berdistribusi normal, jika data berdistribusi tidak normal menggunakan 23 24 uji Wilcoxon Dahlan (2009), jika p-value > tidak ada perbedaan dan jika p-value < maka Ho ditolak bahwa maka Ho gagal ditolak yang berarti ada perbedaan setelah dilakukan perlakuan. 24 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Peneliti akan menguraikan penelitian terkait pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang. Lokasi penelitian di SDN Tandang 03 kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari-Februari 2016 dengan jumlah responden sebanyak 27 responden sebagai kelompok pre test dan post test. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi berdasarkan analisis univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon. B. Hasil Penelitian 1. Karateristik Responden a. Karakteristik Responden berdasarkan usia Hasil penelitian terkait distribusi frekuensi responden anak berdasarkan usia di SDN Tandang 03 Semarang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Karateristik responden berdasarkan usia anak sekolah SDN Tandang 03 Semarang, Januari 2016 (n=27) Variabel Median Standar deviasi Frekuensi (N) Minimalmaksimal Usia responden 10,00 4,65 27 10-11 Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.1 distribusi usia dari total 27 responden (anak) menunjukkan usia terendah adalah 10 tahun 25 26 dan usia tertinggi adalah 11 tahun. Rerata usia responden secara keseluruhan adalah 10,00. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, karies gigi, dan stomatitis responden Distribusi frekuensi responden anak berdasarkan jenis kelamin, karies gigi dan stomatitis responden di SDN Tandang 03 Semarang dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin, karies gigi, dan stomatitis di SDN Tandang 03 Semarang, bulan Januari 2016 (n=27) No. 1. 2. 3. Variabel Kelompok pre test dan post test Frekuensi (N) Presentase (%) Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan Total 14 13 27 51,9 48,1 100 Karies gigi : Ya Tidak 22 5 81,5 18,5 Total 27 100 Stomatitis : Ya Tidak 2 25 7,4 92,6 Total 27 100 Total 27 (100%) 27 (100%) 27 (100%) Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.2. tersebut menunjukkan bahwa pada responden berjenis kelamin laki-laki (51,9%) lebih banyak daripada perempuan. Karies gigi lebih banyak ditemukan pada anak dibandingkan yang tidak ada karies gigi yaitu (81,5%). Sebagian besar responden tidak stomatitis (92,6%). 26 27 2. Analisis Univariat a. Rerata jumlah koloni bakteri pre test dan post test Rerata jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah diberikan mouthwash menggunakan madu 15% di SDN Tandang 03 Semarang dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Rerata Jumlah Koloni Bakteri Sebelum dan Sesudah Diberikan Mouthwash Madu 15% Di SDN Tandang 3 Semarang, Bulan Januari 2016 (n=27) Variabel Median Standar deviasi Minimalmaksimal Standar eror mean Jumlah koloni Bakteri Mulut pre test pada pengenceran 10-6 84,00 89,838 12-227 17,289 Jumlah koloni bakteri mulut post test pada pengenceran 10-6 6,00 41,536 0-166 7,944 Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, diperoleh data rerata jumlah koloni bakteri mulut pre test sebesar 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 89,838 CFU/ml dan standar eror mean sebesar 17,289 CFU/ml. Jumlah koloni bakteri mulut pre test terendah adalah 12 CFU/ml sedangkan skor tertinggi adalah 227 CFU/ml. Sedangan rerata jumlah koloni bakteri mulut post test sebesar 6,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536 CFU/ml dan standar eror mean sebesar 7,944 CFU/ml. Jumlah koloni bakteri post test terendah adalah 0 sedangkan skor tertinggi adalah 166 CFU/ml. 27 28 3. Analisis Bivariat Sebelum melakukan analisis bivariat, asumsi normalitas data harus dipenuhi untuk menentukan uji statistik sebelumnya. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Saphiro-Wilk pada variabel berskala numerik yaitu jumlah koloni bakteri. Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa variabel jumlah koloni bakteri tidak berdistribusi normal menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan hasil p value sebesar 0,00 (p value < 0,05). a. Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Pre test dan Post test Mouthwash Rerata perbedaan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah diberikan mouthwash menggunakan madu 15% di SDN Tandang 03 Semarang dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Pre Test dan Post Test Mouthwash Di SDN Tandang 03 Semarang, Bulan Januari 2016 (n=27) Variabel Jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-6 Kelompok Pre test Post test Median Standar deviasi 84,00 89,838 p value 0,00 6,00 41,536 Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, diperoleh data rerata jumlah koloni bakteri pada pre test sebesar 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 89,838 CFU/ml. Sedangkan rerata jumlah koloni bakteri pada post test sebesar 6,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536 CFU/ml, maka terlihat perbedaan rerata jumlah koloni bakteri pre test dan post test yaitu sebesar 14,00 (p value = 0,00). 28 29 Tabel 4.4 menunjukkan analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa p value = 0,00 dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 maka p<α. Hasil tersebut memiliki arti bahwa Ho ditolak, dimana ada perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum diberikan mouthwash menggunakan madu 15% dan setelah diberikan mouthwash menggunakan madu 15% pada anak usia 10-11 tahun di SDN Tandang 03 Semarang. C. Pembahasan Pembahasan mencakup tentang pembahasan hasil penelitian dan membandingkan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya serta teoriteori yang mendukung hasil penelitian. Peneliti membahas mengenai karakteristik demografi responden (usia, jenis kelamin, karies gigi, dan stomatitis) di SDN Tandang 03 Semarang. Bagian berikutnya, peneliti membahas hasil analisis uji beda rerata jumlah koloni bakteri sebelum diberikan mouthwash menggunakan madu 15% dan sesudah diberikan mouthwash menggunakan madu 15%. Peneliti juga membahas terkait dengan keterbatasan penelitian, implikasi, serta tindak lanjut hasil penelitian yang dapat diterapkan pada praktek keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan keperawatan anak terutama dalam mengatasi Kesehatan mulut dan gigi pada anak usia sekolah. 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Analisis Univariat 1) Jumlah koloni bakteri sebelum mouthwash menggunakan madu 15% Jumlah koloni bakteri sebelum mouthwash menggunakan madu 15% diperoleh data rerata jumlah sebesar 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 89,838 CFU/ml. Rongga mulut terdiri dari banyak permukaan, masing-masing dilapisi dengan sejumlah besar 29 30 bakteri. Beberapa bakteri ini merupakan penyakit telah terlibat dalam penyakit mulut seperti karies dan periodontitis, yang merupakan salah satu infeksi bakteri umum pada manusia. Selain itu, bakteri dalam mulut juga dapat menyebabkan beberapa penyakit sistemik, seperti endokarditis bakteri, aspirasi pneumonia, osteomyelitis pada anak-anak, dan penyakit kardiovaskular (Aas et al, 2005). Penelitian Sugianto & Ilyas (2013), pada kelompok larutan madu hutan 15% jumlah koloni rata-rata sebelum berkumur yaitu 233,3 CFU/ml. Penelitian Mariyam & Alfiyanti (2014), rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok kontrol adalah 36 dengan standar deviasi 92.87. 2) Jumlah koloni bakteri sesudah mouthwash menggunakan madu 15% Rerata jumlah koloni bakteri pada post test sebesar 6,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536 CFU/ml. Penelitian Gupta (2011) menyatakan madu dipilih karena memiliki tingkat aktivitas antibakterial dekat median dalam survei tingkat aktivitas ratusan sampel madu yang diproduksi secara komersial. Ditemukan bahwa konsentrasi hambat minimum madu untuk Strep mitis, Strep sobrinus, dan lactobacillus casal yang masingmasing 7%, 7,5-8,5%, dan 8-12%. Produksi asam oleh bakteri ini juga terhambat. Dibandingkan dengan produksi dari sukrosa, madu pada konsentrasi 10% memberikan produksi 75-80% lebih sedikit asam dari streptococcus dan 30% lebih sedikit dari L Caselli. Penelitian Mariyam & Alfiyanti (2014), rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok intervensi adalah 4.2 dengan standar deviasi 30 31 3.42. Penelitian Sugianto & Ilyas (2013), setelah berkumur dengan madu hutan 15% rata-rata jumlah koloni bakteri menjadi 183,8 CFU/ml, sedangkan setelah berkumur dengan povidone iodine 1% menjadi 13% CFU/ml. b. Analisis Bivariat 1) Perbedaan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mouthwash menggunakan madu 15% Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada saliva antara sebelum dan sesudah. Penelitian ini memperlihatkan adanya pengurangan jumlah koloni bakteri antara sebelum dan sesudah mouthwash menggunakan madu 15% dan dari hasil analisis statistik memperlihatkan perbedaan yang bermakna, didapatkan hasil bahwa p value = 0,00 dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 maka p<α. Hasil tersebut memiliki arti bahwa Ho ditolak, dimana ada perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum diberikan mouthwash menggunakan madu 15% dan setelah diberikan mouthwash menggunakan madu 15% pada anak usia 10-11 tahun di SDN Tandang 03 Semarang. Penelitian Aparna (2012) menjelaskan bahwa pengurangan jumlah koloni bakteri pada post test disebabkan karena adanya efek dari aktivitas antibakteri yang ada dalam madu antara lain efek osmotik madu, hydrogen peroksida, dan keasaman madu. Berdasarkan penelitian ini jumlah koloni bakteri mengalami pengurangan setelah mouthwash menggunakan madu 15% reratanya yaitu 6,00 CFU/ml, menurut penelitian Bogdanov (2011) menjelaskan bahwa efek madu sebagai antimikroba meliputi dua cara, yaitu secara 31 32 langsung (direct antimicrobal action) dan tidak langsung (indirect antimicrobal action). Madu bersifat direct antimicrobal action melalui dua jenis mekanisme, yaitu peroxidative antibacterial dan non-peroxidative antibacterial. Sifat peroxidative antibacterial merupakan sifat antibakteri karena madu mengandung hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh enzim glukosa oksidase. Penelitian Bogdanov (2011) mengidentifikasi bahwa hidrogen peroksida efektif membunuh mikroba seperti staphylococcus aureus, micrococcus luteus, streptococcus aureus, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Penelitian Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa madu efektif untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi dan tidak hanya menurunkan mukositis dengan cara tunggal seperti agen mouthwash lainnya yaitu chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL yang hanya berfungsi sebagai agen anti bakteri. Nurhidayah (2011) menjelaskan bahwa madu yang digunakan sebagai agen terapi adalah madu yang bersifat medical honey, yaitu madu murni, higienis, diolah secara tepat, dan telah dilakukan pemeriksaan tidak mengandung zat berbahaya atau bakteri. Pada penelitian ini menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mouthwash menggunakan madu 15%. Efek antibacterial madu dapat melawan timbulnya bakteri gram positif. Madu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena kandungan air yang rendah, terdapat enzim glukosa oksidase (mengkonversi glukosa menjadi glucose acid), memiliki osmolaritas tinggi 32 33 (berfungsi mengekstrak air dari sel bakteri), kandungan asam rendah (pH:3,3-4,7) dan mengandung hydrogen peroksida) (Banaeian et al, 2013). Penelitian Sugianto & Ilyas (2013) pada kelompok larutan madu hutan 15% jumlah koloni bakteri rata-rata sebelum yaitu 233,3CFU/ml dan menjadi 183,8 CFU/ml setelah berkumur dan dari hasil analisis data memperlihatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah berkumur larutan madu hutan 15% pada kelompok yang berkumur dengan larutan madu hutan, sedangkan pada kelompok yang berkumur dengan obat kumur yang mengandung povidone iodin 1% dari hasil analisis data juga menunjukan ada perbedaan antara sebelum dan sesudah berkumur larutan povidone iodin 1%. 2. Keterbatasan Penelitian Adanya faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti yaitu terkait dengan usia, kebersihan gigi dan mulut, dan makanan sehingga dapat menjadi perancu dalam penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor tersebut. 3. Implikasi Hasil Penelitian a. Bagi UKS Bagi Sekolah terutama UKS dalam penerapan kesehatan mulut dan gigi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi petugas UKS dalam menentukan tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya pada anak usia sekolah salah satunya dengan mouthwash menggunakan larutan madu 15%. 33 34 b. Bagi Pendidikan Keperawatan Institusi sebagai pendidikan keperawatan perlu mengikuti perkembangan dalam ilmu pengetahuan terutama ilmu keperawatan melalui hasil penelitian terkini. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau referensi keperawatan, khususnya terkait tindakan mandiri keperawatan berupa tindakan nonfarmakologis dalam mengurangi penyakit gigi dan mulut akibat banyaknya jumlah koloni bakteri terutama pada anak usia sekolah. Di samping itu, penelitian ini juga dapat menjadi salah satu data dasar untuk penelitian selanjutnya terkait penggunaan madu sebagai salah satu cairan untuk mouthwash. 34 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian hasil pembahasan tentang pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang sebelum mouthwash menggunakan madu 15% yaitu 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 89,838 CFU/ml. 2. Jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang sesudah mouthwash menggunakan madu 15% yaitu 6,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536 CFU/ml. 3. Hasil penelitian ini didapatkan p value= 0,00 (α) sebesar 0,05 maka p<α menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah diberikan mouthwash menggunakan madu 15% pada anak usia sekolah di SDN Tandang 03 Semarang. B. Saran 1. Bagi Sekolah Pengelola UKS diharapkan dapat meningkatkan kesehatan mulut dan gigi pada anak usia sekolah serta meningkatkan fasilitas pelayanan terutama keperawatan anak. Selain itu pengelola UKS diharapkan bisa menerapkan oral hygiene dengan sikat gigi dan menambahkan mouthwash menggunakan madu 15% untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi pada usia anak sekolah. 35 36 2. Bagi Profesi Perawat Peran perawat diharapkan bisa memberikan edukasi kepada pengelola UKS, guru sekolah dan anak-anak usia sekolah tentang kesehatan mulut dan gigi, dan menyarankan mouthwash menggunakan madu 15%. Selanjutnya bisa menjelaskan bahaya dan akibat dari tidak menjaga kesehatan mulut dan gigi, sehingga kegiatan sekolah tidak terganggu. 3. Keluarga Bagi keluarga diharapkan bisa mendampingi anak usia sekolah dalam menjaga dan merawat kesehatan mulut dan gigi dan menyediakan madu di rumah untuk mouthwash. 4. Bagi Peneliti Selanjunya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memodifikasi penelitian terutama mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah koloni bakteri pada mulut seperti obat-obatan, penyakit, kebiasaan, dan jumlah saliva. 36 37 DAFTAR PUSTAKA Aas, J., Paster, B.J., Stokes, L.N., Olsen, I., & Dewhirst, F.E. (2005). Defining the Normal Bacterial Flora of the Oral Cavity. Journal of Clinical Mikrobiology, 43(11),5721-5732. Atwa, A. A., AbuShahba, R.Y., Mostafa, M., & Hashem, M.I. (2013). Effect of Honey in Preventing Gingivitis and Dental Caries in Patients Undergoing Orthodentic treatment. The Saudi Dental Journal 26, 108114. Aparna, S., Srirangarajan, S., Malgi, V., Setlur, K. P. (2012). A Comparative Evaluation Of The Antibacterial Efficacy Of Honey in Vitro And Antiplaque Efficacy in A 4-Day Plaque Regrowth Model in Vivo : Preliminary Results. Journal Periodontology, 83 (9), 116-12. Bannaeian, B.S., Mobini, G.R., Pourgheysari, B., & Validi, M. (2013). Comparison of the effect of honey and miconazole against Candida albicans in vitro. Advanced Biomedical Research, 2 (3), 1-5. Bogdanov, S. (2011). Honey as a nutrient and functional food. Bee Product Science, 3 (2), 1-31. Diakses melalui www.bee-hexagone.net tanggal 6 November 2015. Brosky, M.E. (2007). The role of saliva in oral health: Strategies for preventionand management of Xerostomia. Journal Support Oncology, 5(5), 215-225. Dahlan. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta : Salemba Medika. Dempsey & Dempsey. (2009). Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan. Jakarta: EGC Dingwall, L. (2013). Hygiene Personal : Ketrampilan Klinis Perawat ; Alih Bahasa Barrarah Barrid, Sari Isneini ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Sapte Yanti Riskiyah. Jakarta : EGC. Erwana, A.F. (2013). Seputar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Rapha Publishing. Evans, J., & Flavin, S. (2008). Honey: a Guide For Healthcare Professionals. British Journal of Nursing, 17(15), 24-30. 37 38 Farah, C.S., et, al. (2009). Mouthwashes. Auatralian Prescriber. Volume 32 Number 6. Gupta, N., Kathuria, N., Gulati, M. (2011). Efficacy of honey to promote oral wellness. Journal of Innovative Dentistry. Vol 1, Issue 2. Hidayat, Azis. A. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2008. Indah, I. Z., & Ayu S, I. (2013). Penyakit Gigi, Mulut Dan THT. Yogyakarta : Nuha Medika. Johnstone, L., Spence, D., & Koziol-Mclain J. (2010). Oral Hygine Care In The Pediatric Intensive Care Unit : Practice Recommendations. Journal of pediatric nursing. vol 36 (no 2), 95. Kucuk, M., Kolayl, S., Karaoglu, S., Ulusoy, E., Baltac, C., & Candan, F. (2007). Biological activities and chemical composition of three honeys of different types from Anatolia. Food Chem, 100; 526-534. Laporan Riset Kesehatan dasar Nasional 2013. Jakarta : Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. 2013. www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas2013.pdf. Diunduh 10 Oktober 2015. Mariyam, Alfiyanti, D. (2014). Koloni Bakteri Pada Anak Yang Dirawat Di PICU Setelah Oral Hygiene Dengan Nacl. Diambil dari http://analisd4.unimus.ac.id. Mottalebnejad, M., Akram, S., Moghadamina., Moulana, Z., & Omidi, S. (2008). The effect of topical application of pure honey on radiationinduced mucositis: A Randomized clinical trial. The Journal of Conteporaty Dental Practice, 9 (3), 1-12. Nareswari, A. (2010). Perbedaan Efektivitas Obat Kumur Chorhexidine Tanpa Alkohol Dibandingkan dengan Chlorhexidine Beralkohol dalam Menurunkan Kuantitas Koloni Bakteri Rongga Mulut. Diambil dari eprints.uns.ac.id. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nuniek N.F., Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2012). Efektifitas Tindakan Oral Hygiene Antara Povidone Iodine 1% Dan Air Rebusan Daun Sirih Di Pekalongan. Jurnal ilmiah kesehatan, Vol IV ( no 1), 4. Nurhidayah, I. (2011). Pengaruh Pemberian Madu Dalam Tindakan Keperawatan Oral Care Terhadap Mukositis Akibat Kemoterapi Pada 38 39 Anak di RSUPN Dr. www.digilib.ui.ac.id. Cipto Mangunkusumo. Diambil dari Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Pithon, M.M., et al. (2015). Assesment Of The Effectiveness Of Mouthwashes In Reducing Cariogenic Biofilm In Ortodentic Patients : A Systematic Review. Journal Of Dentistry 43. 297-308. Purbaya, J.R. (2007). Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami. Bandung : Pinonir Jaya. Rupesh, S., Winnier, J.J., Nayak U.A., Rao, A.P., Reddy, N.V., Peter, J. (2014). Evaluation Of The Effects Of Manuka Honey On Salivary Lefels Of Mutans Streptococci In Children : A Pilot Study. Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry. Vol 32. Issue 3, 212-213. Sariningsih, E. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Gramedia. Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press. Sugianto, I., Ilyas, M. (2013). Berkumur larutan madu hutan 15% efektif mengurangi jumlah koloni bakteri dalam saliva. Diambil dari repository.unhas.ac.id. Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC. World Health Organisation. Media Centre Oral Health. (2012). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/. Diunduh 14 oktober 2015. 39 40 40 41 LAMPIRAN-LAMPIRAN 41 42 Lampiran 1 Lembar Observasi Tanggal : ...................... Jam No. : ...................... Jumlah Koloni Bakteri Responden Pre test Post test 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 42 43 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 43 44 Lampiran 2 Kuisioner Karateristik Responden (Diisi oleh peneliti) Petunjuk : Beri tanda ceklist ( √ ) pada kotak jika kondisi ditemukan pada anak. 44 45 Tanggal : ..................... Jam : ..................... Inisial anak : ..................... No Responden : ..................... Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Usia : ..................... Karies gigi : Ya Tidak Stomatitis : Ya Tidak 45 46 Lampiran 3 MOUTHWASH DENGAN MADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Membersihkan rongga mulut, lidah dan gigi dari semua PENGERTIAN kotoran/ sisa makanan dengan berkumur menggunakan madu. 1. Mencegah infeksi baik setempat maupun penularan TUJUAN melalui mulut 2. Melaksanakan kebersihan perorangan 1. Sarung tangan 2. Madu 15% PERALATAN 3. Gelas 4. Air bersih 5. Tisu A. Tahap Pra Interaksi 1. Melakukan verifikasi kegiatan yang akan dilakukan 2. Mencuci tangan PROSEDUR PELAKSANAAN 3. Menempatkan alat di dekat responden B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan menyapa nama responden 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan kesiapan responden sebelum 46 47 kegiatan dilakukan C. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy responden 2. Memakai sarung tangan 3. Intruksikan responden untuk berkumur dengan cairan mouthwash madu 15% yang sudah disiapkan sebanyak tiga kali 4. Merapikan pasien D. Tahap Terminasi 1. Mengevaluasi hasil tindakan 2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 3. Mencuci tangan Sumber : Sugianto & Ilyas (2013) 47 48 Lampiran 4 SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN Semarang, Januari 2016 Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di SDN Tandang 03 Semarang Dengan hormat, Bersama ini saya mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak Sekolah di SDN Tandang 03 Semarang” dengan mengikuti prosedur yang disampaikan oleh peneliti. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan kami jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak telah menjadi responden lalu ada hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri maka Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak diperbolehkan untuk 48 49 mengundurkan tidak ikut dalam penelitian ini. Apabila Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak menyetujui menjadi responden, maka saya mohon kesediannya untuk menandatangani persetujuan dan mengikuti prosedur tindakan yang disampaikan peneliti. Demikian atas perhatian dan pertisipasinya saya menyampaikan terima kasih. Peneliti Wilujeng Prasasti Lampiran 5 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (Informed Consent) Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama :............................................................................................................ Alamat :............................................................................................................. Pendidikan :............................................................................................................. Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan kewajiban sebagai responden. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak Sekolah Di SDN Tandang 03 Semarang”. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada paksaan pihak lain. 49 50 Semarang, Januari 2016 Responden, (...........................................) 50 48 Lampiran 6 JADWAL PENELITIAN N Kegiatan September Oktober ‘15 November ‘15 Desember ‘15 1 1 Januari ‘16 Februari ‘16 Maret ‘16 1 1 ‘15 o 1 1. Penyusunan Proposal 2. Ujian Proposal 3. Perbaikan proposal 4. Pelaksanaan penelitian dan bimbingan hasil penelitian 5. Sidang hasil penelitian 6. Perbaikan skripsi 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4 2 49 7. Pengumpulan skripsi i Lampiran 7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Wilujeng Prasasti Tempat, Tanggal Lahir : Temanggung, 18 Agustus 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Rumah : Dsn. Gunungsari RT : 02 RW : 04 Ds. Banyusari, Kec. Grabag, Kab. Magelang Nomor telpon/HP : 085643095014 RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Pendidikan SD di SD Negeri Banyusari Magelang , lulus tahun 2004 2. Pendidikan SMP di Mts Assalaam Temanggung, lulus tahun 2007 3. Pendidikan SMA di MA Assalaam Temanggung, lulus tahun 2010 4. Pendidikan D3 di D3 Keperawatan UNISSULA Semarang, lulus tahun 2013 ii iii iv v vi vii viii ix x xi xii xiii xiv