PENGARUH MOUTHWASH MENGGUNAKAN MADU 15

advertisement
PENGARUH MOUTHWASH MENGGUNAKAN MADU 15%
TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI PADA ANAK
SEKOLAH DI SDN TANDANG 03 SEMARANG
Skripsi
Oleh:
Wilujeng Prasasti
NIM: G2A214019
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
PENGARUH MOUTHWASH MENGGUNAKAN MADU 15%
TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI PADA ANAK
SEKOLAH DI SDN TANDANG 03 SEMARANG
Skripsi
Oleh:
Wilujeng Prasasti
NIM: G2A214019
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertandatangan di bawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa
skripsi dengan judul “ Pengaruh Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap
Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak Sekolah di SDN Tandang 03 Semarang” saya
susun tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari
dapat dibuktikan bahwa skripsi saya adalah hasil jiplakan, saya akan bertanggung
jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Muhammadiyah Semarang kepada saya.
Semarang, Februari 2016
Wilujeng Prasasti
ii
iii
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Skripsi, Maret 2016
Wilujeng Prasasti
Pengaruh Mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri
pada anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang
x + 35 Halaman + 6 Tabel + 15 Lampiran + 3 Skema
Abstrak
Mouthwash adalah cara membersihkan rongga mulut dengan larutan air untuk
meningkatkan kesehatan mulut. Rongga mulut terdiri dari lapisan dengan
sejumlah besar bakteri. Mouthwash dilakukan untuk membersihkan bakteri, bahan
yang bisa digunakan salah satunya yaitu madu. Madu telah lama digunakan
sebagai pengobatan tradisional, berfungsi sebagai antibacterial, antioksidan,
antitumor, anti inflamasi dan antiviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri
dengan rancangan penelitian quasi experiment pre-posttest one group Design,
dengan jumlah sample sebanyak 27. Rerata jumlah koloni bakteri pre test sebesar
84,00 CFU/ml dan post test sebesar 6,00 CFU/ml. Hasil uji statistik Wilcoxon
diperoleh p value sebesar 0,00, sehingga disimpulkan ada pengaruh mouthwash
menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah.
Rekomendasi dari penelitian agar meningkatkan kesehatan mulut dan gigi
menggunakan mouthwash dengan madu 15% setelah menggosok gigi.
Kata kunci
: mouthwash, koloni bakteri, madu
Pustaka
: 33 (2005-2015)
v
BACHELOR OF NURSING NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF NURSING AND HEALTH SCIENCES
UNIVERSITY MUHAMMADIYAH SEMARANG
Mini Thesis, March 2016
Wilujeng Prasasti
The Effect of Mouthwash using honey 15% of the number of bacterial colonies on
school children in SDN Tandang 03 Semarang
x + 35 Pages + 6 Tables + 15 Appendixes + 3 Schemes
Abstract
Mouthwash is a way to clean the oral cavity with a solution of water to improve
oral health. The oral cavity consists of a layer with a large number of bacteria.
Mouthwash made to clean bacteria, materials that can be used one of them is the
honey. Honey has long been used as traditional medicine, function as an
antibacterial, antioxidant, antitumor, anti-inflammatory and antiviral. This study
aims to determine the effect of honey mouthwash use 15% of the number of
bacterial colonies with quasi experimental study design one group pre-posttest
design. 27 students was participated in this study. Mean of colonies of bacteria
pre-test and post test of 84,00 by 6,00. The test result of this research showed that
effect mouthwash use honey 15% of the number of bacterial colonies on school
children it prooven with Wilcoxon statistical (p value = 0.00). Recommendations
from the study in order to omprove oral health and dental use a mouthwash with
honey 15% after brushing yout teeth.
Keywords
: Mouthwash, bacterial colonies, honey
References
: 33 (2005-2015)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah serta InayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Mouthwash Menggunakan Madu
15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak Sekolah di SDN Tandang 03
Semarang”.
Penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan program SI Keperawatan. Selama menyusun Skripsi
ini, penulis tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak baik itu
berupa pengarahan, pemberian informasi, saran-saran serta bimbingan yang
semuanya sangat berarti bagi penulis.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
mendalam atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada kami selama
menyusun Skripsi ini, kepada yang terhormat:
1.
Edy Soesanto, S.Kep, M.Kes selaku Dekan FIKKES UNIMUS yang banyak
memberikan bantuan dan dukungan pada mahasiswa.
2.
Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kes, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan, yang
banyak memberikan dukungan, bimbingan pada mahasiswa.
3.
Ns. Mariyam, M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
4.
Ns. Dera Alfiyanti, M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
5.
Segenap dosen dan staff pengajar di FIKKES UNIMUS yang telah
memberikan bekal pengalaman dan pendidikan yang luar biasa.
vii
6.
Segenap staff guru dan kariyawan SDN Tandang 03 Semarang yang telah
memberikan izin untuk mengambil data dan menyediakan tempat untuk
penelitian.
7.
Bapak, ibu dan keluarga tercinta dengan segala pengorbanannya yang telah
memberikan dukungan moril dan materil maupun ketulusan do’a sepenuhnya.
8.
Rekan-rekan seperjuangan S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, bagi
pembaca pada umumnya untuk menambah pengetahuan, dan bagi dunia
keperawatan. Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun untuk perbaikan skripsi ini.
Wassalamualaikum wr. wb.
Semarang, 23 Februari 2016
Wilujeng Prasasti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .....................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
DAFTAR SKEMA ............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
E. Keaslian Penelitian .............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................8
A. Bakteri Pada Mulut.............................................................................8
B. Mouthwash..........................................................................................11
D. Mouthwash Dengan Madu .................................................................12
C. Kerangka Teori ...................................................................................15
E. Kerangka Konsep................................................................................15
F. Variabel Penelitian ..............................................................................16
G. Hipotesis .............................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................17
A. Desain Penelitian ................................................................................17
B.Populasi dan Sampel............................................................................17
C. Definisi Operasional ...........................................................................19
D. Tempat Penelitian...............................................................................19
ix
E. Waktu Penelitian.................................................................................19
F. Etika Penelitiian ..................................................................................20
G. Alat Pengumpul Data .........................................................................20
H. Prosedur Pengumpul Data ..................................................................21
I. Analisis Data ........................................................................................23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................25
A. Gambaran Umum Penelitian ..............................................................25
B. Hasil Penelitian...................................................................................25
C. Pembahasan ........................................................................................29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................35
A. Simpulan.............................................................................................35
B. Saran ...................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..............................................................................6
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................19
Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Usia ..........................................24
Tabel 4.2 KarateristikBerdasarkan Jenis Kelamin, Karies Gigi, dan Stomatitis 25
Tabel 4.3 Rerata Jumlah Koloni Bakteri Pre Test dan Post Test ........................26
Tabel 4.4 Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri.......................................................27
Hal.
xi
DAFTAR SKEMA
Hal.
Skema 2.1 Kerangka Teori……………………………………………………….15
Skema 2.2 Kerangka Konsep…………………………………………………….15
Skema 3.1 Desain Penelitian……………………………………………………..17
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Observasi
Lampiran 2
Kuesioner Karakteristik Responden
Lampiran 3
SOP mouthwash
Lampiran 4
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6
Jadwal Penelitian
Lampiran 7
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 8
Permohonan Data Awal Penelitian
Lampiran 9
Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 10 Surat Ijin Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang
Lampiran 11 Permohonan Ethical Clearance
Lampiran 12 Etical Clearance
Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 14 Data SPSS
Lampiran 15 Foto-foto Kegiatan Penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mulut didefinisikan sebagai rongga mulut yang bersih,
berfungsi baik dan nyaman ; bebas dari infeksi (Dingwall, 2013). Peranan
mulut sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Mulut
merupakan pintu gerbang masuknya makanan dan minuman (Sariningsih,
2012). Di dalam rongga mulut berbagai macam jenis bakteri dapat
ditemukan, antara lain Streptococcus, Lactobacillus, Staphylococcus, dan
Corynobacteria, serta jenis bateri anaerob seperti Bacteroides. Bakteri
tersebut dapat bersifat komensal, namun jika keadaan rongga mulut yang
menguntungkan perkembangan bakteri maka jumlah bakteri akan
meningkat, yang menjadi pencetus terjadinya penyakit dalam rongga
mulut (Sugianto & Ilyas, 2013).
Tujuan menjaga kesehatan gigi dan mulut menghindari lubang
pada gigi karena lubang gigi adalah permasalahan utama yang bisa
menjadi pusat infeksi bagi orang lain di dalam rongga mulut. Menyikat
gigi sebenarnya hanya membersihkan ¼ atau 25% dari keseluruhan bagian
gigi dan mulut. Masih ada pipi, lidah dan jaringan lunak lainnya yang bisa
berpotensi sebagai tempat tinggal bakteri jahat dalam rongga mulut kalau
tidak dibersihkan secara teratur (Erwana, 2013), sehingga beresiko untuk
terjadi penyakit mulut.
Penyakit mulut adalah penyakit yang paling sering terjadi di
seluruh dunia. Lima puluh hingga sembilan puluh persen populasi individu
dewasa ini di Inggris dan Amerika Serikat menderita beberapa jenis
masalah gusi. Plak terlihat jelas pada 72% penduduk inggris yang masih
memiliki gigi sendiri; 43% penduduk berusia 15 hingga 18 tahun memiliki
plak dan menderita gingivitis (inflamasi pada gusi) (Dingwall, 2013).
1
2
Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2012,
di seluruh dunia 60-90% anak-anak sekolah dan hampir 100% orang
dewasa memiliki karies yang sering menimbulkan rasa sakit serta dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Menurut Indah dan Ayu (2013), anak- anak
usia sekolah diseluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah
menderita karies.
Karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering
terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan
penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara
29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun
mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara
berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013
prevalensi penduduk Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut
sebesar 25,9%. Di antara mereka, terdapat 31% menerima perawatan dan
pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi, dokter gigi
specialis), sementara 68,9% lainya tidak dilakukan perawatan. Secara
keseluruhan kejangkauan/ kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari
tenaga medis gigi/ Effective Medical Demand (EMD) hanya 81%. Tiga
provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah
mempunyai masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi (> 35%), dengan
masing-masing EMD 10,3%, 8%, 6,4%. Sedangkan di provinsi Jawa
Tengah 25,4% yang bermasalah gigi dan mulut, 31,0% menerima
perawatan dari tenaga medis gigi, dan 7,9 EMD. Menurut karateristik
kelompok umur 5-9 tahun yang bermasalah gigi dan mulut 28,9% ,
menerima perawatan dari tenaga medis gigi 35,1%, EMD 10,1%, untuk
umur 10-14 bermasalah gigi dan mulut 25,2%, 28,3% menerima
perawatan dari tenaga medis gigi, EMD 7,1%.
Menurut Dingwall (2013), pengkajian mulut terdiri atas inspeksi
mulut untuk mengetahui status kesehatan mulut individu. Semua pasien
harus memperoleh skrining awal yang sederhana pada rongga mulut,
2
3
dengan bekerja sama dengan pemberi asuhan pasien, jika perlu. Pandangan
pemberi asuhan harus benar-benar digali ketika pasien tidak mampu
berkomunikasi atau bekerjasama saat melakukan pengkajian kesehatan
mulut. Akan tetapi, ketika skrining akan mengidentifikasi risiko
berkembangnya masalah kesehatan mulut, pengkajian yang komprehensif
diperlakukan bagi semua individu yang beresiko. Pengkajian kesehatan
mulut meliputi pemeriksaan secara fisik dan secara verbal. Pemeriksaan
fisik pada mulut dan gigi meliputi ada tidaknya deposit organik, sisa
makanan dan kalkulus. Misalnya adanya halitosis (nafas berbau tidak
sedap), xerostomia (mulut kering), gingivitis, penyakit periodontal, plak
atau karang gigi, karies gigi, trush pada mulut, stomatitis, candidiasis, pH
saliva dan lain-lain.
Cara menjaga kesehatan mulut dan gigi salah satunya yaitu dengan
oral hygiene. Oral Hygiene seringkali salah diartikan sebagai perawatan
gigi atau gigi palsu bukan perawatan seluruh jaringan mulut dan
mengutamakan banyak hal bukan hanya ketiadaan penyakit. Oral hygiene
didefinisikan sebagai pembersihan plak dan debris yang efektif untuk
memastikan stuktur dan jaringan mulut tetap dalam kondisi sehat
(Dingwall, 2013). Ada beberapa agen yang digunakan untuk oral hygiene
misalnya NaCl, povidone iodin 1%, chlorhexidine, air rebusan sirih dan
madu. Penelitian Pithon (2014) menunjukkan bahwa penggunaan
menyikat ditambah mouthwash dengan susu magnesium efektif dalam
mengurangi kedalaman karies lesi dibandingkan dengan menyikat saja.
Penelitian Atwa, et al (2013) menyimpulkan bahwa mouthwash dengan
menggunakan madu dapat digunakan sebagai obat tradisional alternatif
untuk mencegah karies gigi dan gingivitis.
Penelitian Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa madu efektif
untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi dan tidak hanya
menurunkan mukositis dengan cara tunggal seperti agen mouthwash
lainnya yaitu chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL yang
hanya berfungsi sebagai agen anti bakteri tetapi madu juga berfungsi
3
4
sebagai antifungi sehingga penurunan mukositas terjadi secara signifikan.
Beberapa penelitian madu terbukti memiliki efektifitas yang baik sebagai
antibakteri, antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan aktivator sistim
imun. Asumsi peneliti, penggunaan madu dalam oral hygine dapat
menekan pertumbuhan koloni bakteri pada anak yang dirawat di PICU
sehingga anak terhindar dari masalah kesehatan mulut dan terhindar dari
infeksi nosokomial akibat perawatan di rumah sakit. Penelitian Mariyam
& Alfiyanti (2014) tentang oral hygiene menggunakan NaCl untuk
mengukur koloni bakteri pada anak di PICU menyatakan bahwa rata-rata
jumlah koloni bakteri pada kelompok intervensi adalah 4.2 dengan standar
deviasi 3.42. Rata-rata jumlah koloni bakteri pada kelompok kontrol
adalah 36 dengan standar deviasi 92.87. Ada perbedaan yang signifikan
rata-rata jumlah jumlah koloni bakteri antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol (p value = 0.005, α=0.05).
Kandungan zat antibakteri, zat antibiotik sekaligus desinfektan
yang terdapat di dalam madu alami sangat efektif menghambat
pertumbuhan bakteri patogen di dalam mulut dan juga kaitannya dengan
pH saliva. Kandungan mineral yang tinggi di dalam madu alami terbukti
mampu mengubah pH saliva yang semula asam menjadi basa sehingga
secara otomatis kesehatan gigi dan mulut akan terjaga (Purbaya, 2007).
Oleh sebab itu penulis tertarik meneliti tentang pengaruh
mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada
anak sekolah di SD Tandang 03 Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat
dikaji oleh penulis adalah “ apakah ada pengaruh mouthwash
menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak
sekolah di SDN Tandang 03 Semarang? “.
4
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh mouthwash menggunakan madu 15% terhadap
jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03
Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi jumlah koloni bakteri anak sekolah SDN
Tandang 03 Semarang sebelum mouthwash menggunakan madu.
b. Mengidentifikasi jumlah koloni bakteri anak sekolah SDN
Tandang 03 Semarang sesudah mouthwash menggunakan madu.
c. Menganalisis pengaruh jumlah koloni bakteri antara siswa yang
dilakukan mouthwash sebelum dan sesudah menggunakan madu.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Institusi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan
teoritis dalam tindakan mouthwash pada anak dalam kondisi sehat.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti mengenai konsep serta penerapan mouthwash
menggunakan madu untuk kesehatan mulut.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi manfaat untuk UKS dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan serta pemberian
asuhan keperawatan terutama pada anak yang mempunyai masalah
kesehatan mulut. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber informasi dalam penerapan mouthwash.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
5
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi serta
dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya untuk
melanjutkan
penelitian
sejenis
ataupun
modifikasi
khususnya
mengenai pelaksanaan mouthwash pada anak.
E. Keaslian penelitian
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
Nama
Peneliti
Judul
penelitian
Tahun
penelitian
Variabel
yang diteliti
Desain
penelitian
Nuniek
N. F, et
al
Efektifitas
tindakan
Oral
Hygiene
antara
Povidone
Iodine 1%
dan
air
rebusan
daun sirih di
Pekalongan
2012
VB : Oral
hygiene
antara
povidone
iodin 1% dan
air
rebusan
sirih
Kuasieksperimen
non
equivalent
control
group
Oral
hygiene care
in
the
Pediatric
Intensive
Care Unit :
Practice
Recommend
ations
2010
Koloni
bakteri pada
anak yang
dirawat di
PICU
setelah Oral
Hygiene
dengan
NaCl
2014
Johnsto
ne, et al
Mariya
m, Dera
Alfiyant
i
VT : jumlah
bakteri klien
penurunan
kesadaran
VB : Practice
Recommenda
tions
VT : Oral
hygiene
dengan NaCl
6
Ada perbedaan yang
signifikan antara jumlah
bakteri aerob dan
anaerob sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan oral
hygiene povidon iodin
1% dan air rebusan sirih
serta tidak ada
perbedaan signifikan
selisih rata-rata jumlah
bakteri aerob dan
anaerob sebelum dan
setelah tindakan
keperawatan oral
hygiene povidon iodin
15 dan air rebusan sirih.
Dengan informasi yang
lebih baik, peralatan
bagus dan rekomendasi
praktik, perawat anak
dapat membantu anakanak mendapatkan
perawatan oral hygiene
yang efektif dan
konsisten
VT : Oral
hygiene
in
Pediatric
Intensive
Care Unit
VB : Koloni
bakteri pada
anak
yang
dirawat
di
PICU
Hasil penelitian
Deskriptif
analitik
Rata-rata jumlah koloni
bakteri pada kelompok
intervensi adalah 4.2
dengan standar deviasi
3.42.
Rata-rata jumlah koloni
bakteri pada kelompok
kontrol adalah 36
dengan standar deviasi
7
92.87.
Ada perbedaan yang
signifikan rata-rata
jumlah jumlah koloni
bakteri antara kelompok
intervensi dengan
kelompok kontrol (p
value = 0.005, α=0.05).
Sugiyan
to &
Ilyas
Berkumur
larutan
madu hutan
15% efektif
mengurangi
jumlah
koloni
bakteri
dalam saliva
2013
VB : Koloni
Bakteri dalam
saliva
VT
:
berkumur
dengan
larutan madu
15%
7
Eksperimen
semu
dengan
desain pre
and posttest
design with
control
group
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pada
kelompok 1 jumlah
koloni bakteri rata-rata
yaitu 233,3 CFU/ml
sebelum berkumur
menjadi 183,8 CFU/ml
setelah
berkumur (p<0,05),
kesimpulanya bahwa
berkumur dengan
larutan madu hutan
15% efektif mengurangi
jumlah koloni bakteri
dalam saliva
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri pada Mulut
Pada mulut terdapat saliva yang merupakan cairan sekresi dari
berbagai kelenjar dan memegang peran penting dalam kesehatan gigi dan
mulut. Saliva memiliki kandungan organik dan anorganik. Kandungan
tersebut memiliki kadar tertentu. Jika melebihi kadar yang seharusnya
maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam saliva (Broscy, 2007). Saliva
memiliki pH dalam keadaan normal rata-rata pH 6,7. Saliva biasanya
bersifat alkalis (basa), makin rendah pH saliva maka karies lebih
cenderung semakin tinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva,
mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva.
Lebih dari 700 spesies bakteri atau phylotypes, dimana lebih dari
50% belum dibudidayakan, telah terdeteksi dalam rongga mulut. Spesies
yang umum terdapat pada mulut adalah Genera Gemella, Granulicatella,
Streptococcus dan Veillonella. Rongga mulut terdiri dari banyak
permukaan, masing-masing dilapisi dengan sejumlah besar bakteri.
Beberapa bakteri ini merupakan penyakit telah terlibat dalam penyakit
mulut seperti karies dan periodontitis, yang merupakan salah satu infeksi
bakteri umum pada manusia. Selain itu, bakteri dalam mulut juga dapat
menyebabkan beberapa penyakit sistemik, seperti endokarditis bakteri,
aspirasi pneumonia, osteomyelitis pada anak-anak, dan penyakit
kardiovaskular (Aas et al, 2005). Untuk menekan jumlah koloni bakteri
dalam mulut diperlukan perawatan mulut atau oral hygiene misalnya
mouthwash.
Bakteri rongga mulut terdiri dari Streptococcus, Lactobacillus,
Staphylococcus, Corynebacterium, dan beberapa bakteri anaerob lainnya.
8
9
Rongga mulut pada bayi yang baru lahir tidak mengandung bakteri, namun
secara cepat akan dihuni bakteri dari luar, seperti Streptococcus salivarius.
Selama satu tahun pertama, koloni bakteri mulut akan digantikan dan
6 didominasi oleh spesies Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguis
yang terutama terdapat pada permukaan gigi dan gusi. Streptococcus jenis
lain melekat kuat pada permukaan gusi dan mukosa mulut, namun tidak
pada permukaan gigi. Sedangkan celah-celah gusi (yang mendukung
struktur gigi) merupakan habitat utama bagi bakteri-bakteri anaerob.
Koloni Bacteriodes dan Spirochaeta rongga mulut muncul pada masa
pubertas (Roger, 2008).
Menurut Nareswari (2010) jumlah bakteri rongga mulut yang
berbeda pada tiap individu dipengaruhi oleh :
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang dimaksud di sini yaitu obat apapun yang dapat
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Obat antiseptik oral dan
antibiotik sistemik yang digunakan oleh subjek penelitian dapat
mengakibatkan penurunan sejumlah bakteri di dalam rongga mulut.
2. Usia
Usia mempengaruhi kompleksitas dan distribusi flora normal mulut.
Umumnya kompleksitas flora mulut meningkat seiring bertambahnya
usia. Saat lahir rongga mulut yang steril kemudian terkontaminasi oleh
bakteri dari ibu. Di usia remaja flora normal mulut mencapai puncak
kompleksitasnya.
3. Penyakit
Beberapa penyakit baik penyakit gigi dan mulut maupun penyakit
sistemik mempengaruhi sekresi saliva. Gangguan pada kelenjar ludah
(seperti aplasi, hipoplasi, atrofi), penyakit diabetes mellitus gangguan
fungsi ginjal, gangguan sistem saraf seperti multiple sclerosis, diare,
demam dan radang mengakibatkan penurunan sekresi saliva. Selain
penyakit di atas penurunan sekresi saliva juga dapat disebabkan oleh
gangguan emosional, defisiensi vitamin dan perubahan hormonal.
9
10
Sedangkan penyakit Parkinson menaikkan sekresi saliva.
4. Kebiasaan
Kebiasaan hidup seseorang mempengaruhi sekresi kelenjar ludahnya.
Kebiasaan tersebut antara lain mengunyah permen karet dan makanan
keras yang dapat mengakibatkan rangsangan mekanis. Sedangkan
merokok, mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu asam,
basa atau mengandung alkohol dapat menyebabkan rangsangan
kimiawi.
5. Kebersihan gigi dan mulut
Kebersihan gigi dan mulut berbeda-beda tiap individu tergantung dari
kemampuan mereka dalam menjaganya, baik dalam hal waktu,
frekuensi, maupun caranya. Bila kebersihan mulut tidak terjaga maka
sisa makanan dan debris epitel dalam rongga mulut yang tertinggal
akan menjadi nutrisi yang baik bagi bakteri.
6. Makanan
Bahan makanan yang banyak mengandung sukrosa dan tertinggal
dalam mulut dapat dengan mudah difermentasikan oleh bakteri,
sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan bakteri. Deposit
mineral sisa makanan yang tercampur ludah terutama pada gigi
belakang dan gigi yang berjejal mengakibatkan akumulasi sejumlah
besar bakteri membentuk karang gigi.
7. Jumlah saliva
Jumlah saliva yang dihasilkan seseorang tergantung tingkat stimulasi
dari kelenjar ludah. Penurunan jumlah saliva atau xerostomia dapat
meningkatkan proporsi bakteri acidogenic dalam mulut. Jumlah saliva
berpengaruh pada jumlah bakteri, karena selain sebagai sumber
makanan bagi bakteri, saliva juga mempunyai aktivitas antibakteri.
Enzim yang berperan sebagai antibakteri dalam saliva antara lain
lisosim yang melemahkan dinding bakteri dan melisiskan sel, serta
laktoperosidase yang membunuh bakteri dengan reaksi yang
melibatkan ion Cl dan H2O2.
10
11
8. pH mulut
pH saliva dikontrol oleh buffer bikarbonat dan berkisar antara 5.7
sampai 7.0 dengan rata-rata 6.7. Sebagian besar bakteri akan hidup
pada pH 7.0, tetapi derajat keasaman optimum yang dibutuhkan
berbeda tergantung tiap spesies.
Jumlah koloni bakteri melalui pemeriksaan saliva. Saliva diambil pada
sebelum dan sesudah 3 jam setelah dilakukan mouthwash. Saliva
ditampung sekitar ± 1 ml dan ditampung dalam wadah. Pemeriksaan
jumlah koloni bakteri dilakukan di laboratorium.
B. Mouthwash
Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai
pembersih untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan
kesegaran
nafas.
Mouthwash
dapat
digunakan
juga
sebagai
agen anti-inflamasi dan analgesik topikal (Farah et al., 2009). Fungsi obat
kumur sama halnya seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat
dikategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya. Obat kumur
dapat
digunakan
untuk
membunuh
bakteri,
sebagai
penyegar,
menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik dengan
meringankan
infeksi
atau
mencegah
karies.
Keefektifan
obat
kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling
sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak,
tetapi penggunaanya tidak bisa sebagai subtitusi sikat gigi. Berkumur akan
menghasilkan suatu efek pembersihan rongga mulut secara mekanis dan
kimiawi. Efek mekanis didapatkan dari gerakan dinamis saat berkumur,
sedangkan efek kimiawi didapatkan dari bahan aktif yang terdapat dalam
obat kumur. Bahan aktif obat kumur bersifat antibakteri (Nareswari,
2010).
11
12
Menurut Sariningsih (2012), akibat tidak dilakukanya oral hygiene
dengan baik akan menyebabkan muncul beberapa penyakit dan kelainan
gigi yang terdapat pada anak, yaitu :
1. Penyakit gigi berlubang/karies : karies rampan/parah, dan karies botol
(nursing bottle caries/baby bottle caries).
2. Penyakit periodontal, yang sering paling terjadi pada anak-anak adalah
: gingvitis/ peradangan pada gusi, dan periodintitis/ peradangan pada
jaringan penyangga gigi.
3. Pembengkakan pada sekitar gigi dan wajah.
4. Trauma pada gigi sulung.
5. Persistensi dan gigi sulung yang goyang.
6. Bau mulut
7. Sariawan mulut (stomatitis)
8. Lidah berjamur
9. Diskolorasi/perubahan warna pada gigi.
Agar anak pada usia sekolah terhindar dari penyakit mulut dan gigi,
selain menyikat gigi dibutuhkan juga tindakan oral hygiene misalnya
dengan berkumur atau mouthwash dengan madu.
C. Mouthwash dengan Madu
Penelitian Sugianto & Ilyas (2013) menyatakan bahwa berkumur
dengan larutan madu hutan 15% efektif mengurangi jumlah koloni bakteri
dalam saliva. Penelitian Gupta (2011) menyatakan madu dipilih karena
memiliki tingkat aktivitas antibakterial dekat median dalam survei tingkat
aktivitas ratusan sampel madu yang diproduksi secara komersial.
Ditemukan bahwa konsentrasi hambat minimum madu untuk Strep mitis,
Strep sobrinus, dan lactobacillus casal yang masing-masing 7%, 7,58,5%, dan 8-12%. Produksi asam oleh bakteri ini juga terhambat.
Dibandingkan dengan produksi dari sukrosa, madu pada konsentrasi 10%
12
13
memberikan produksi 75-80% lebih sedikit asam dari streptococcus dan
30% lebih sedikit dari L Caselli.
Madu telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional. Madu
adalah sebuah produk dari nektar (larutan gula) bunga yang mengalami
aerodigestive di dalam saluran pencernaan lebah, selanjutnya madu
dikonsentrasikan
melalui
dehydrating
process
di
sarang
lebah
(Mottalebnejad, 2008). Madu berfungsi sebagai antibacterial, antioksidan,
antitumor, anti inflamasi dan antiviral (Kucuk et al, 2007). Efek
antibacterial madu dapat melawan timbulnya bakteri gram positif. Madu
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena kandungan air
yang rendah, terdapat enzim glukosa oksidase (mengkonversi glukosa
menjadi glucose acid), memiliki osmolaritas tinggi (berfungsi mengekstrak
air dari sel bakteri), kandungan asam rendah (pH:3,3-4,7) dan
mengandung hydrogen peroksida) (Banaeian et al, 2013). Penelitian
Bogdanov (2011) mengidentifikasi bahwa hidrogen peroksida efektif
membunuh mikroba seperti staphylococcus aureus, micrococcus luteus,
streptococcus aureus, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Hidrogen peroksida juga mengaktivasi protease yang dapat meningkatkan
aliran darah perkutan pada jaringan iskemik sehingga menstimulasi
pembentukan jaringan baru dan akan membentuk radikal bebas yang akan
mengaktivasi respon antiinflamasi (Evans & Flavins, 2008).
Penelitian Bogdanov (2011) menjelaskan bahwa efek madu sebagai
antimikroba meliputi dua cara, yaitu secara langsung (direct antimicrobal
action) dan tidak langsung (indirect antimicrobal action). Madu bersifat
direct antimicrobal action
melalui dua jenis mekanisme, yaitu
peroxidative antibacterial dan non-peroxidative antibacterial.
Sifat peroxidative antibacterial merupakan sifat antibakteri karena
madu mengandung hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh enzim
glukosa oksidase. Mekanisme non-peroxidative antibacterial madu adalah
kandungan pH yang asam, efek osmotik gula pada madu, kandungan
flavonoid dan phenol, kandungan enzim lisozim dan mikroba yang
13
14
menguntungkan
(yeast)
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme patogen (Bogdanov, 2011).
Penelitian Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa madu efektif
untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi dan tidak hanya
menurunkan mukositis dengan cara tunggal seperti agen mouthwash
lainnya yaitu chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL yang
hanya berfungsi sebagai agen anti bakteri. Nurhidayah (2011) menjelaskan
bahwa madu yang digunakan sebagai agen terapi adalah madu yang
bersifat medical honey, yaitu madu murni, higienis, diolah secara tepat,
dan telah dilakukan pemeriksaan tidak mengandung zat berbahaya atau
bakteri. Penelitian ini merekomendasikan penggunaaan madu murni yang
diproduksi oleh Perum Perhutani, selanjutnya madu ini akan disebut
sebagai madu perhutani. Madu ini menggunakan jenis madu hutan
multiflora. Madu perhutani telah mendapatkan lisensi Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan telah diuji kualitasnya oleh Pusat Perlebahan
Nasional Perhutani (Pusat Perlebahan Nasional Perum Perhutani, 2008).
14
15
D. Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka teori
Jumlah koloni
bakteri di mulut
dipengaruhi oleh :
obat-obatan, usia,
penyakit,
kebiasaan,
kebersihan gigi
dan mulut,
11
makanan,
jumlah
saliva, pH mulut
Koloni Bakteri
Mouthwash
dengan madu
15%
Sifat antibakteri madu :
-direct antimicrobial
action
-indirect antimicrobial
action
Penurunan jumlah koloni
bakteri di mulut
Sumber : Nareswari (2010), Bogdanov (2011)
E. Kerangka Konsep
Skema 2.2
Kerangka konsep
Mouthwash dengan
madu 15%
Jumlah koloni bakteri
di mulut
15
16
F. Variabel Penelitian
1. Variabel
independent
pada
penelitian
ini
yaitu
mouthwash
menggunakan madu.
2. Variabel dependent pada penelitian ini yaitu koloni bakteri pada anak
sekolah.
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh koloni bakteri
antara siswa yang dilakukan pre dan post mouthwash dengan madu.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen, rancangan
ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
pre-post test without control design, tapi pemilihan kedua kelompok ini
tidak menggunakan tekhnik acak (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh koloni bakteri antara
siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah mouthwash dengan madu.
Berikut ini adalah skema desain penelitian :
Mouthwash
Pre Test
dengan madu 15%
Jumlah koloni
Bakteri
Post Test
Jumlah Koloni
Bakteri
X
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian adalah subjek penelitian yang harus memenuhi kriteria yang
diminati dalam penelitian. Populasi harus identik dan dapat
dideskripsikan sehingga secara vertikal akan dijadikan pengambilan
sampel yang sama (Wasis, 2008). Dalam penelitian ini populasinya
adalah semua anak kelas 5 yang berusia 10-11 tahun (usia sekolah) di
SDN Tandang 03 yaitu berjumlah 93 anak.
17
18
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi, yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Menurut Nursalam
(2013), sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karateristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Jadi peneliti
menentukan sampel sejumlah 27 siswa yaitu seluruh murid kelas 5A,
hanya satu kelompok untuk pre test dan post test.
Penentuan sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria
tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian, dalam hal ini adalah
berupa kriteria inklusi.
a. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi
oleh subyek agar dapat diikutsertakan ke dalam penelitian
(Sastroasmoro, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
1) Anak usia sekolah 10-11 tahun baik laki-laki maupun
perempuan di SDN Tandang 03
2) Bersifat kooperatif
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2013). Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Anak dalam kondisi tidak sehat dan tidak bisa melakukan
aktifitas intervensi yang diberikan peneliti
2) Anak tidak hadir pada saat pemeriksaan
18
19
C. Definisi Operasional
3.1 Tabel definisi operasional
Variabel
penelitian
Definisi
operasional
Mouthwash
menggunak
an madu
merupakan suatu
cara berkumur
dengan larutan air
yang digunakan
sebagai
pembersih untuk
meningkatkan
kesehatan rongga
mulut, estetika, dan
kesegaran nafas
Jumlah
Koloni
bakteri
mulut
Koloni bakteri
adalah sekumpulan
dari bakteri-bakteri
di mulut yang
sejenis yang
mengelompok
menjadi satu dan
membentuk suatu
koloni-koloni,
diperiksa dengan
menggunakan
sampel saliva 1 ml
di
Cara ukur
Hasil
ukur
Skala
ukur
Alat yang digunakan untuk
mouthwash yaitu cairan
madu dengan konsentrasi
15%, air bersih,
gelas/wadah, dan tissu.
-
Nominal
Untuk mengetahui
pertumbuhan suatu bakteri
dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni
bakteri. Penghitungan suatu
koloni dapat dilakukan
dengan metode plate
count(hitung cawan). Untuk
mempermudah
penghitungan jumlah koloni
bakteri digunakan alat yang
biasa disebut
spektrofotometer. Pada alat
tersebut, penghitungan
jumlah koloni bakteri
dipermudah dengan adanya
pembacaan melalui cahaya
yang diserap. Dengan
adanya alat tersebut
mempermudah
penghitungan
Jumlah
koloni
bakteri
per mm3
Rasio
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN wilayah Kota Semarang, yaitu SDN
Tandang 03 Tembalang Semarang.
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini
adalah bulan September 2015 sampai Maret 2016. Waktu penelitian
19
20
dihitung mulai dari penyusunan proposal penelitian, penyusunan laporan
penelitian sampai dengan presentasi atau publikasi hasil penelitian.
F. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2008), dalam melakukan penelitian, peneliti harus
memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Persetujuan responden (informed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan
data. Setelah setuju dan bersedia menjadi responden dalam penelitian,
maka wali dari responden yaitu guru wali kelas 5A menandatangani
lembar persetujuan tersebut.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasian responden dalam penelitian, maka
peneliti tidak mecantumkan namanya pada lembar kuesioner data,
cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang
hanya diketahui oleh peneliti.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
riset. Kuesioner dalam penelitian ini disimpan di tempat yang aman
dan pemusnahan kuesioner dilakukan dalam batas waktu yang telah
ditentukan.
G. Alat Pengumpul Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti
sendiri atau data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian,
pada penelitian ini data primer berasal dari peneliti mendatangi
20
21
responden dengan wawancara langsung, pemeriksaan adanya
karies, pemeriksaan stomatitis dan pemeriksaan jumlah koloni
bakteri di laboratorium UNIMUS. Wawancara kepada responden
berisikan tentang bagaimana praktek oral hygiene yang dilakukan
oleh responden, mengenai jenis kelamin dan usia.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang berasal dari suatu sumber,
data sekunder pada penelitian ini berasal dari mencatat data yang
ada di SDN Tandang 03 Tembalang Semarang.
2. Instrumen penelitian
Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu madu yang sudah diencerkan 15%. Cairan madu
15% sejumlah 60ml ditempatkan didalam botol terdiri dari madu
perhutani 9ml dan Aquades 51ml. Pemeriksaan jumlah koloni bakteri
menggunakan metode permukaan dengan pengenceran 10 -6. Alat-alat
yang digunakan adalah mikropipet dengan tipnya, spreader, inkubator,
cawan petri kosong yang steril, pembakar spirtus, dan rak tabung
reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah suspensi bakteri dalam
media Lactose Broth, media Plate Count Agar dalam cawan petri,
tabung-tabung berisi 9 mL larutan fisiologis (0,85% NaCl), alkohol
70%, dan Erlenmeyer yang berisi media Plate Count Agar cair bersuhu
sekitar 50° C (hangat).
H. Prosedur Pengumpul Data
Untuk memperoleh data dari responden dalam penelitian yang
dilakukan di SDN Tandang 03 Semarang, peneliti melaksanakan prosedur
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Peneliti menentukan tempat untuk penelitian, setelah mendapatkan
ijin dari Kepala Program Studi S1 Universitas Muhammadiyah
Semarang.
21
22
2. Setelah
mendapatkan
surat
ijin
penelitian
dari
Universitas
Muhammadiyah Semarang kemudian peneliti menyerahkan ke SDN
Tandang 03 Semarang.
3. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala sekolah SDN
Tandang 03 Semarang, peneliti menentukan waktu untuk penelitian.
4. Pengambilan sampel, peneliti menggunakan cara total sampling.
Penelitian ini melibatkan satu kelompok responden, yaitu anak usia
10-11 tahun sejumlah 27 responden untuk pre dan post test. Peneliti
mengambil seluruh anak kelas 5A yang berusia 10-11 tahun. Jumlah
seluruh anak kelas 5A yaitu 30 Anak, 3 anak tidak hadir dikarenakan
sakit. Peneliti tidak melakukan random untuk semua kelas 5 yaitu
kelas 5A, 5B, 5C dikarenakan pihak Kepala Sekolah SD Tandang 03
Semarang hanya mengijinkan kelas 5A sebagai responden dalam
penelitian ini.
5. Pada tahap awal mengumpulkan data, jenis data yang dikumpulkan
berupa jenis kelamin dan usia dengan tekhnik wawancara kepada
responden dan pengkajian adanya karies gigi dan stomatitis pada
responden. Peneliti mendokumentasikan dalam kuisioner. Satu hari
sebelum
penelitian
dilakukan
peneliti
menyampaikan
kepada
responden bahwa dianjurkan untuk menyikat gigi menggunakan pasta
gigi sebelum berangkat ke sekolah.
6. Tahap berikutnya peneliti membagikan satu wadah saliva pada setiap
responden yang sudah diberi nomor 1-27. Kemudian pengambilan
saliva 1 ml (pre test), saat pagi hari pukul 07.00 WIB. Saliva diambil
tanpa stimulasi, subyek penelitian diinstruksikan untuk duduk tegak
diatas kursi dan bersandar. Lalu diintruksikan untuk menutup rongga
mulut dan membiarkan saliva yang tersekresi agar terkumpul di dasar
mulut. Setelah terkumpul, saliva dikeluarkan ke wadah saliva/pot
obat. Hal ini dilakukan terus hingga mencapai saliva sebanyak yang
dibutuhkan sekitar 1 ml. Segera setelah pengambilan saliva pre test
dibawa ke laboratorium UNIMUS.
22
23
7. Kemudian mouthwash dengan cairan madu 15% yang sudah disiapkan
didalam botol sebanyak 60ml, untuk berkumur sebanyak 3 kali
berturut-turut dan setiap kali kumur 20ml. Responden tidak
diperkenankan makan dan minum selama 3 jam hingga akhirnya
dilakukan pengambilan saliva kembali (post test).
8. Pengambilan saliva setelah 3 jam sebanyak 1 ml, pada pukul 10.00
WIB.
9. Segera setelah pengambilan saliva post test dibawa ke laboratorium
Analis Kesehatan UNIMUS untuk pemeriksaan jumlah koloni bakteri.
Tekhnik yang digunakan dalam pemeriksaan jumlah koloni bakteri
mulut yaitu metode permukaan dengan pengenceran 10 -6.
I. Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisa
univariat
ini
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,
2010). Analisa ini akan menunjukkan presentase atau proporsi dari tiap
variabel. Ukuran variasi maksimal (heterogen) jika proporsi antar
katagorik sama. Pada penelitian ini, gambaran karakteristik anak terdiri
dari usia, jenis kelamin, karies gigi, dan stomatitis.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi
dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif
(Saryono, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
mouthwash menggunakan madu terhadap jumlah koloni bakteri pada
anak SDN Tandang 03 Tembalang Semarang. Uji normalitas data
dilakukan dengan menggunakan uji Saphiro Wilk (jumlah sampel <50)
dengan nilai sig > (0,05), melihat Q-Q plot, dan membagi SE (standar
error) dengan skewness (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat pada
penelitian ini dilakukan dengan uji Paired t-Test apabila data
berdistribusi normal, jika data berdistribusi tidak normal menggunakan
23
24
uji Wilcoxon Dahlan (2009), jika p-value >
tidak ada perbedaan dan jika p-value <
maka Ho ditolak bahwa
maka Ho gagal ditolak yang
berarti ada perbedaan setelah dilakukan perlakuan.
24
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Penelitian
Peneliti akan menguraikan penelitian terkait pengaruh mouthwash
menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada anak sekolah
di SDN Tandang 03 Semarang. Lokasi penelitian di SDN Tandang 03
kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan sejak bulan
Januari-Februari 2016 dengan jumlah responden sebanyak 27 responden
sebagai kelompok pre test dan post test. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi berdasarkan analisis univariat dan analisis bivariat.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon.
B.
Hasil Penelitian
1.
Karateristik Responden
a. Karakteristik Responden berdasarkan usia
Hasil penelitian terkait distribusi frekuensi responden anak
berdasarkan usia di SDN Tandang 03 Semarang dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1
Karateristik responden berdasarkan usia anak sekolah
SDN Tandang 03 Semarang, Januari 2016 (n=27)
Variabel
Median
Standar
deviasi
Frekuensi
(N)
Minimalmaksimal
Usia
responden
10,00
4,65
27
10-11
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi usia dari total 27
responden (anak) menunjukkan usia terendah adalah 10 tahun
25
26
dan usia tertinggi adalah 11 tahun. Rerata usia responden secara
keseluruhan adalah 10,00.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, karies
gigi, dan stomatitis responden
Distribusi frekuensi responden anak berdasarkan jenis
kelamin, karies gigi dan stomatitis responden di SDN Tandang 03
Semarang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Responden Anak Berdasarkan Jenis
Kelamin, karies gigi, dan stomatitis di SDN Tandang 03
Semarang, bulan Januari 2016 (n=27)
No.
1.
2.
3.
Variabel
Kelompok pre test dan post test
Frekuensi (N)
Presentase (%)
Jenis Kelamin :
Laki-Laki
Perempuan
Total
14
13
27
51,9
48,1
100
Karies gigi :
Ya
Tidak
22
5
81,5
18,5
Total
27
100
Stomatitis :
Ya
Tidak
2
25
7,4
92,6
Total
27
100
Total
27
(100%)
27
(100%)
27
(100%)
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel 4.2. tersebut menunjukkan bahwa pada
responden berjenis kelamin laki-laki (51,9%) lebih banyak
daripada perempuan. Karies gigi lebih banyak ditemukan pada
anak dibandingkan yang tidak ada karies gigi yaitu (81,5%).
Sebagian besar responden tidak stomatitis (92,6%).
26
27
2.
Analisis Univariat
a.
Rerata jumlah koloni bakteri pre test dan post test
Rerata jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah
diberikan mouthwash menggunakan madu 15% di SDN Tandang 03
Semarang dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rerata Jumlah Koloni Bakteri Sebelum dan Sesudah Diberikan
Mouthwash Madu 15% Di SDN Tandang 3 Semarang, Bulan
Januari 2016 (n=27)
Variabel
Median
Standar
deviasi
Minimalmaksimal
Standar
eror mean
Jumlah koloni Bakteri
Mulut pre test pada
pengenceran 10-6
84,00
89,838
12-227
17,289
Jumlah koloni bakteri
mulut post test pada
pengenceran 10-6
6,00
41,536
0-166
7,944
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, diperoleh data rerata jumlah koloni
bakteri mulut pre test sebesar 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi
sebesar 89,838 CFU/ml dan standar eror mean sebesar 17,289 CFU/ml.
Jumlah koloni bakteri mulut pre test terendah adalah 12 CFU/ml
sedangkan skor tertinggi adalah 227 CFU/ml. Sedangan rerata jumlah
koloni bakteri mulut post test sebesar 6,00 CFU/ml dengan standar
deviasi sebesar 41,536 CFU/ml dan standar eror mean sebesar 7,944
CFU/ml. Jumlah koloni bakteri post test terendah adalah 0 sedangkan
skor tertinggi adalah 166 CFU/ml.
27
28
3. Analisis Bivariat
Sebelum melakukan analisis bivariat, asumsi normalitas data harus
dipenuhi untuk menentukan uji statistik sebelumnya. Uji normalitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji Saphiro-Wilk pada variabel
berskala numerik yaitu jumlah koloni bakteri. Berdasarkan uji statistik
diketahui bahwa variabel jumlah koloni bakteri tidak berdistribusi normal
menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan hasil p value sebesar 0,00 (p value
< 0,05).
a. Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Pre test dan Post test Mouthwash
Rerata perbedaan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah
diberikan mouthwash menggunakan madu 15% di SDN Tandang 03
Semarang dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Pre Test dan Post Test
Mouthwash Di SDN Tandang 03 Semarang, Bulan Januari
2016 (n=27)
Variabel
Jumlah koloni
bakteri pada
pengenceran 10-6
Kelompok
Pre test
Post test
Median
Standar deviasi
84,00
89,838
p value
0,00
6,00
41,536
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, diperoleh data rerata jumlah koloni
bakteri pada pre test sebesar 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi
sebesar 89,838 CFU/ml. Sedangkan rerata jumlah koloni bakteri pada
post test sebesar 6,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536
CFU/ml, maka terlihat perbedaan rerata jumlah koloni bakteri pre test
dan post test yaitu sebesar 14,00 (p value = 0,00).
28
29
Tabel 4.4 menunjukkan analisis data dengan menggunakan uji
Wilcoxon didapatkan hasil bahwa p value = 0,00 dengan taraf
signifikansi (α) sebesar 0,05 maka p<α. Hasil tersebut memiliki arti
bahwa Ho ditolak, dimana ada perbedaan yang signifikan antara jumlah
koloni bakteri sebelum diberikan mouthwash menggunakan madu 15%
dan setelah diberikan mouthwash menggunakan madu 15% pada anak
usia 10-11 tahun di SDN Tandang 03 Semarang.
C.
Pembahasan
Pembahasan mencakup tentang pembahasan hasil penelitian dan
membandingkan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya serta teoriteori yang mendukung hasil penelitian. Peneliti membahas mengenai
karakteristik demografi responden (usia, jenis kelamin, karies gigi, dan
stomatitis) di SDN Tandang 03 Semarang. Bagian berikutnya, peneliti
membahas hasil analisis uji beda rerata jumlah koloni bakteri sebelum
diberikan mouthwash menggunakan madu 15% dan sesudah diberikan
mouthwash menggunakan madu 15%. Peneliti juga membahas terkait
dengan keterbatasan penelitian, implikasi, serta tindak lanjut hasil penelitian
yang
dapat
diterapkan
pada
praktek
keperawatan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan anak terutama dalam mengatasi
Kesehatan mulut dan gigi pada anak usia sekolah.
1.
Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Analisis Univariat
1) Jumlah
koloni
bakteri
sebelum
mouthwash
menggunakan madu 15%
Jumlah
koloni
bakteri
sebelum
mouthwash
menggunakan madu 15% diperoleh data rerata jumlah
sebesar 84,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar
89,838 CFU/ml. Rongga mulut terdiri dari banyak
permukaan, masing-masing dilapisi dengan sejumlah besar
29
30
bakteri. Beberapa bakteri ini merupakan penyakit telah
terlibat
dalam
penyakit
mulut
seperti
karies
dan
periodontitis, yang merupakan salah satu infeksi bakteri
umum pada manusia. Selain itu, bakteri dalam mulut juga
dapat menyebabkan beberapa penyakit sistemik, seperti
endokarditis bakteri, aspirasi pneumonia, osteomyelitis
pada anak-anak, dan penyakit kardiovaskular (Aas et al,
2005). Penelitian Sugianto & Ilyas (2013), pada kelompok
larutan madu hutan 15% jumlah koloni rata-rata sebelum
berkumur yaitu 233,3 CFU/ml. Penelitian Mariyam &
Alfiyanti (2014), rata-rata jumlah koloni bakteri pada
kelompok kontrol adalah 36 dengan standar deviasi 92.87.
2) Jumlah
koloni
bakteri
sesudah
mouthwash
menggunakan madu 15%
Rerata jumlah koloni bakteri pada post test sebesar
6,00 CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536
CFU/ml. Penelitian Gupta (2011) menyatakan madu dipilih
karena memiliki tingkat aktivitas antibakterial dekat
median dalam survei tingkat aktivitas ratusan sampel madu
yang diproduksi secara komersial. Ditemukan bahwa
konsentrasi hambat minimum madu untuk Strep mitis,
Strep sobrinus, dan lactobacillus casal yang masingmasing 7%, 7,5-8,5%, dan 8-12%. Produksi asam oleh
bakteri ini juga terhambat. Dibandingkan dengan produksi
dari sukrosa, madu pada konsentrasi 10% memberikan
produksi 75-80% lebih sedikit asam dari streptococcus dan
30% lebih sedikit dari L Caselli. Penelitian Mariyam &
Alfiyanti (2014), rata-rata jumlah koloni bakteri pada
kelompok intervensi adalah 4.2 dengan standar deviasi
30
31
3.42. Penelitian Sugianto & Ilyas (2013), setelah berkumur
dengan madu hutan 15% rata-rata jumlah koloni bakteri
menjadi 183,8 CFU/ml, sedangkan setelah berkumur
dengan povidone iodine 1% menjadi 13% CFU/ml.
b. Analisis Bivariat
1) Perbedaan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah
mouthwash menggunakan madu 15%
Penelitian
ini
bertujuan
melihat
pengaruh
mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah
koloni bakteri pada saliva antara sebelum dan sesudah.
Penelitian ini memperlihatkan adanya pengurangan jumlah
koloni bakteri antara sebelum dan sesudah mouthwash
menggunakan madu 15% dan dari hasil analisis statistik
memperlihatkan perbedaan yang bermakna, didapatkan
hasil bahwa p value = 0,00 dengan taraf signifikansi (α)
sebesar 0,05 maka p<α. Hasil tersebut memiliki arti bahwa
Ho ditolak, dimana ada perbedaan yang signifikan antara
jumlah koloni bakteri sebelum diberikan mouthwash
menggunakan madu 15% dan setelah diberikan mouthwash
menggunakan madu 15% pada anak usia 10-11 tahun di
SDN Tandang 03 Semarang. Penelitian Aparna (2012)
menjelaskan bahwa pengurangan jumlah koloni bakteri
pada post test disebabkan karena adanya efek dari aktivitas
antibakteri yang ada dalam madu antara lain efek osmotik
madu, hydrogen peroksida, dan keasaman madu.
Berdasarkan penelitian ini jumlah koloni bakteri
mengalami pengurangan setelah mouthwash menggunakan
madu 15% reratanya yaitu 6,00 CFU/ml, menurut
penelitian Bogdanov (2011) menjelaskan bahwa efek madu
sebagai antimikroba meliputi dua cara, yaitu secara
31
32
langsung (direct antimicrobal action) dan tidak langsung
(indirect antimicrobal action). Madu bersifat direct
antimicrobal action melalui dua jenis mekanisme, yaitu
peroxidative
antibacterial
dan
non-peroxidative
antibacterial. Sifat peroxidative antibacterial merupakan
sifat antibakteri karena madu mengandung hidrogen
peroksida yang dihasilkan oleh enzim glukosa oksidase.
Penelitian Bogdanov (2011) mengidentifikasi bahwa
hidrogen peroksida efektif membunuh mikroba seperti
staphylococcus aureus, micrococcus luteus, streptococcus
aureus, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Penelitian Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa madu
efektif untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi
dan tidak hanya menurunkan mukositis dengan cara
tunggal
seperti
agen
mouthwash
lainnya
yaitu
chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL
yang
hanya
berfungsi
sebagai
agen
anti
bakteri.
Nurhidayah (2011) menjelaskan bahwa madu yang
digunakan sebagai agen terapi adalah madu yang bersifat
medical honey, yaitu madu murni, higienis, diolah secara
tepat, dan telah dilakukan pemeriksaan tidak mengandung
zat berbahaya atau bakteri.
Pada penelitian ini menunjukan ada perbedaan yang
signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum dan
sesudah mouthwash menggunakan madu 15%. Efek
antibacterial madu dapat melawan timbulnya bakteri gram
positif.
Madu
dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme karena kandungan air yang rendah,
terdapat enzim glukosa oksidase (mengkonversi glukosa
menjadi glucose acid), memiliki osmolaritas tinggi
32
33
(berfungsi mengekstrak air dari sel bakteri), kandungan
asam rendah (pH:3,3-4,7) dan mengandung hydrogen
peroksida) (Banaeian et al, 2013). Penelitian Sugianto &
Ilyas (2013) pada kelompok larutan madu hutan 15%
jumlah koloni bakteri rata-rata sebelum yaitu 233,3CFU/ml
dan menjadi 183,8 CFU/ml setelah berkumur dan dari hasil
analisis data memperlihatkan perbedaan yang bermakna
sebelum dan sesudah berkumur larutan madu hutan 15%
pada kelompok yang berkumur dengan larutan madu hutan,
sedangkan pada kelompok yang berkumur dengan obat
kumur yang mengandung povidone iodin 1% dari hasil
analisis data juga menunjukan ada perbedaan antara
sebelum dan sesudah berkumur larutan povidone iodin 1%.
2.
Keterbatasan Penelitian
Adanya faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti
yaitu terkait dengan usia, kebersihan gigi dan mulut, dan makanan
sehingga dapat menjadi perancu dalam penelitian. Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan mengendalikan
faktor-faktor tersebut.
3. Implikasi Hasil Penelitian
a.
Bagi UKS
Bagi Sekolah terutama UKS dalam penerapan kesehatan mulut
dan gigi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
acuan
bagi
petugas
UKS
dalam
menentukan
tindakan
keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan gigi
dan mulut khususnya pada anak usia sekolah salah satunya
dengan mouthwash menggunakan larutan madu 15%.
33
34
b.
Bagi Pendidikan Keperawatan
Institusi sebagai pendidikan keperawatan perlu mengikuti
perkembangan
dalam
ilmu
pengetahuan
terutama
ilmu
keperawatan melalui hasil penelitian terkini. Oleh karena itu,
penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau
referensi keperawatan, khususnya terkait tindakan mandiri
keperawatan
berupa
tindakan
nonfarmakologis
dalam
mengurangi penyakit gigi dan mulut akibat banyaknya jumlah
koloni bakteri terutama pada anak usia sekolah. Di samping itu,
penelitian ini juga dapat menjadi salah satu data dasar untuk
penelitian selanjutnya terkait penggunaan madu sebagai salah
satu cairan untuk mouthwash.
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian hasil pembahasan tentang pengaruh
mouthwash menggunakan madu 15% terhadap jumlah koloni bakteri pada
anak sekolah di SDN Tandang 03 Semarang, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03
Semarang sebelum mouthwash menggunakan madu 15% yaitu 84,00
CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 89,838 CFU/ml.
2. Jumlah koloni bakteri pada anak sekolah di SDN Tandang 03
Semarang sesudah mouthwash menggunakan madu 15% yaitu 6,00
CFU/ml dengan standar deviasi sebesar 41,536 CFU/ml.
3. Hasil penelitian ini didapatkan p value= 0,00 (α) sebesar 0,05 maka
p<α menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah
koloni
bakteri
sebelum
dan
sesudah
diberikan
mouthwash
menggunakan madu 15% pada anak usia sekolah di SDN Tandang 03
Semarang.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Pengelola UKS diharapkan dapat meningkatkan kesehatan mulut dan
gigi pada anak usia sekolah serta meningkatkan fasilitas pelayanan
terutama keperawatan anak. Selain itu pengelola UKS diharapkan bisa
menerapkan oral hygiene dengan sikat gigi dan menambahkan
mouthwash menggunakan madu 15% untuk menjaga kesehatan mulut
dan gigi pada usia anak sekolah.
35
36
2. Bagi Profesi Perawat
Peran perawat diharapkan bisa memberikan edukasi kepada pengelola
UKS, guru sekolah dan anak-anak usia sekolah tentang kesehatan
mulut dan gigi, dan menyarankan mouthwash menggunakan madu
15%. Selanjutnya bisa menjelaskan bahaya dan akibat dari tidak
menjaga kesehatan mulut dan gigi, sehingga kegiatan sekolah tidak
terganggu.
3. Keluarga
Bagi keluarga diharapkan bisa mendampingi anak usia sekolah dalam
menjaga dan merawat kesehatan mulut dan gigi dan menyediakan
madu di rumah untuk mouthwash.
4. Bagi Peneliti Selanjunya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memodifikasi penelitian
terutama mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
jumlah koloni bakteri pada mulut seperti obat-obatan, penyakit,
kebiasaan, dan jumlah saliva.
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Aas, J., Paster, B.J., Stokes, L.N., Olsen, I., & Dewhirst, F.E. (2005). Defining
the Normal Bacterial Flora of the Oral Cavity. Journal of Clinical
Mikrobiology, 43(11),5721-5732.
Atwa, A. A., AbuShahba, R.Y., Mostafa, M., & Hashem, M.I. (2013). Effect
of Honey in Preventing Gingivitis and Dental Caries in Patients
Undergoing Orthodentic treatment. The Saudi Dental Journal 26, 108114.
Aparna, S., Srirangarajan, S., Malgi, V., Setlur, K. P. (2012). A Comparative
Evaluation Of The Antibacterial Efficacy Of Honey in Vitro And
Antiplaque Efficacy in A 4-Day Plaque Regrowth Model in Vivo :
Preliminary Results. Journal Periodontology, 83 (9), 116-12.
Bannaeian, B.S., Mobini, G.R., Pourgheysari, B., & Validi, M. (2013).
Comparison of the effect of honey and miconazole against Candida
albicans in vitro. Advanced Biomedical Research, 2 (3), 1-5.
Bogdanov, S. (2011). Honey as a nutrient and functional food. Bee Product
Science, 3 (2), 1-31. Diakses melalui www.bee-hexagone.net tanggal 6
November 2015.
Brosky, M.E. (2007). The role of saliva in oral health: Strategies for
preventionand management of Xerostomia. Journal Support Oncology,
5(5), 215-225.
Dahlan. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan
SPSS. Jakarta : Salemba Medika.
Dempsey & Dempsey. (2009). Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan.
Jakarta: EGC
Dingwall, L. (2013). Hygiene Personal : Ketrampilan Klinis Perawat ; Alih
Bahasa Barrarah Barrid, Sari Isneini ; Editor Edisi Bahasa Indonesia,
Sapte Yanti Riskiyah. Jakarta : EGC.
Erwana, A.F. (2013). Seputar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Rapha
Publishing.
Evans, J., & Flavin, S. (2008). Honey: a Guide For Healthcare Professionals.
British Journal of Nursing, 17(15), 24-30.
37
38
Farah, C.S., et, al. (2009). Mouthwashes. Auatralian Prescriber. Volume 32
Number 6.
Gupta, N., Kathuria, N., Gulati, M. (2011). Efficacy of honey to promote oral
wellness. Journal of Innovative Dentistry. Vol 1, Issue 2.
Hidayat, Azis. A. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
Indah, I. Z., & Ayu S, I. (2013). Penyakit Gigi, Mulut Dan THT. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Johnstone, L., Spence, D., & Koziol-Mclain J. (2010). Oral Hygine Care In
The Pediatric Intensive Care Unit : Practice Recommendations. Journal
of pediatric nursing. vol 36 (no 2), 95.
Kucuk, M., Kolayl, S., Karaoglu, S., Ulusoy, E., Baltac, C., & Candan, F.
(2007). Biological activities and chemical composition of three honeys
of different types from Anatolia. Food Chem, 100; 526-534.
Laporan Riset Kesehatan dasar Nasional 2013. Jakarta : Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. 2013.
www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas2013.pdf.
Diunduh 10 Oktober 2015.
Mariyam, Alfiyanti, D. (2014). Koloni Bakteri Pada Anak Yang Dirawat Di
PICU Setelah Oral Hygiene Dengan Nacl. Diambil dari
http://analisd4.unimus.ac.id.
Mottalebnejad, M., Akram, S., Moghadamina., Moulana, Z., & Omidi, S.
(2008). The effect of topical application of pure honey on radiationinduced mucositis: A Randomized clinical trial. The Journal of
Conteporaty Dental Practice, 9 (3), 1-12.
Nareswari, A. (2010). Perbedaan Efektivitas Obat Kumur Chorhexidine Tanpa
Alkohol Dibandingkan dengan Chlorhexidine Beralkohol dalam
Menurunkan Kuantitas Koloni Bakteri Rongga Mulut. Diambil dari
eprints.uns.ac.id.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nuniek N.F., Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2012). Efektifitas Tindakan Oral
Hygiene Antara Povidone Iodine 1% Dan Air Rebusan Daun Sirih Di
Pekalongan. Jurnal ilmiah kesehatan, Vol IV ( no 1), 4.
Nurhidayah, I. (2011). Pengaruh Pemberian Madu Dalam Tindakan
Keperawatan Oral Care Terhadap Mukositis Akibat Kemoterapi Pada
38
39
Anak di RSUPN Dr.
www.digilib.ui.ac.id.
Cipto
Mangunkusumo.
Diambil
dari
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Pithon, M.M., et al.
(2015). Assesment Of The Effectiveness Of
Mouthwashes In Reducing Cariogenic Biofilm In Ortodentic Patients :
A Systematic Review. Journal Of Dentistry 43. 297-308.
Purbaya, J.R. (2007). Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami.
Bandung : Pinonir Jaya.
Rupesh, S., Winnier, J.J., Nayak U.A., Rao, A.P., Reddy, N.V., Peter, J.
(2014). Evaluation Of The Effects Of Manuka Honey On Salivary
Lefels Of Mutans Streptococci In Children : A Pilot Study. Journal of
Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry. Vol 32. Issue
3, 212-213.
Sariningsih, E. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta :
Gramedia.
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
Cendekia Press.
Sugianto, I., Ilyas, M. (2013). Berkumur larutan madu hutan 15% efektif
mengurangi jumlah koloni bakteri dalam saliva. Diambil dari
repository.unhas.ac.id.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC.
World
Health Organisation. Media Centre Oral Health. (2012).
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/. Diunduh 14
oktober 2015.
39
40
40
41
LAMPIRAN-LAMPIRAN
41
42
Lampiran
1
Lembar Observasi
Tanggal
:
......................
Jam
No.
:
......................
Jumlah Koloni Bakteri
Responden
Pre test
Post test
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
42
43
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
43
44
Lampiran
2
Kuisioner Karateristik Responden
(Diisi oleh peneliti)
Petunjuk :
Beri tanda ceklist ( √ ) pada kotak jika kondisi ditemukan pada anak.
44
45
Tanggal
: .....................
Jam
: .....................
Inisial anak
: .....................
No Responden
: .....................
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia
: .....................
Karies gigi
:
Ya
Tidak
Stomatitis
:
Ya
Tidak
45
46
Lampiran
3
MOUTHWASH DENGAN MADU
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Membersihkan rongga mulut, lidah dan gigi dari semua
PENGERTIAN
kotoran/ sisa makanan dengan berkumur menggunakan
madu.
1. Mencegah infeksi baik setempat maupun penularan
TUJUAN
melalui mulut
2. Melaksanakan kebersihan perorangan
1. Sarung tangan
2. Madu 15%
PERALATAN
3. Gelas
4. Air bersih
5. Tisu
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi kegiatan yang akan
dilakukan
2. Mencuci tangan
PROSEDUR
PELAKSANAAN
3. Menempatkan alat di dekat responden
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama
responden
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
3. Menanyakan kesiapan responden sebelum
46
47
kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy responden
2. Memakai sarung tangan
3. Intruksikan responden untuk berkumur
dengan cairan mouthwash madu 15% yang
sudah disiapkan sebanyak tiga kali
4. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Membereskan dan kembalikan alat ke
tempat semula
3. Mencuci tangan
Sumber : Sugianto & Ilyas (2013)
47
48
Lampiran
4
SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN
Semarang, Januari 2016
Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di SDN Tandang 03 Semarang
Dengan hormat,
Bersama ini saya mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/ Ibu/
Saudara dan anak untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan judul “Pengaruh
Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak
Sekolah di SDN Tandang 03 Semarang” dengan mengikuti prosedur yang disampaikan
oleh peneliti.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/ Ibu/
Saudara dan anak sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
kami jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/ Ibu/ Saudara
dan anak telah menjadi responden lalu ada
hal-hal yang memungkinkan untuk
mengundurkan diri maka Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak diperbolehkan untuk
48
49
mengundurkan tidak ikut dalam penelitian ini. Apabila Bapak/ Ibu/ Saudara dan anak
menyetujui menjadi responden, maka saya mohon kesediannya untuk menandatangani
persetujuan dan mengikuti prosedur tindakan yang disampaikan peneliti. Demikian atas
perhatian dan pertisipasinya saya menyampaikan terima kasih.
Peneliti
Wilujeng Prasasti
Lampiran
5
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama
:............................................................................................................
Alamat
:.............................................................................................................
Pendidikan
:.............................................................................................................
Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan
kewajiban sebagai responden. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa
saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh
Mouthwash Menggunakan Madu 15% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Anak
Sekolah Di SDN Tandang 03 Semarang”. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
dan penuh kesadaran tanpa ada paksaan pihak lain.
49
50
Semarang,
Januari 2016
Responden,
(...........................................)
50
48
Lampiran 6
JADWAL PENELITIAN
N
Kegiatan
September
Oktober ‘15
November ‘15
Desember ‘15
1
1
Januari ‘16
Februari ‘16
Maret ‘16
1
1
‘15
o
1
1.
Penyusunan Proposal
2.
Ujian Proposal
3.
Perbaikan proposal
4.
Pelaksanaan penelitian
dan bimbingan hasil
penelitian
5.
Sidang hasil penelitian
6.
Perbaikan skripsi
2
3
4
1
2
3
4
2
3
4
2
3
4
1
2
3
4
2
3
4
2
49
7.
Pengumpulan skripsi
i
Lampiran
7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Wilujeng Prasasti
Tempat, Tanggal Lahir
: Temanggung, 18 Agustus 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Dsn. Gunungsari RT : 02 RW : 04 Ds. Banyusari, Kec.
Grabag, Kab. Magelang
Nomor telpon/HP
: 085643095014
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
Pendidikan SD di SD Negeri Banyusari Magelang , lulus tahun 2004
2.
Pendidikan SMP di Mts Assalaam Temanggung, lulus tahun 2007
3.
Pendidikan SMA di MA Assalaam Temanggung, lulus tahun 2010
4.
Pendidikan D3 di D3 Keperawatan UNISSULA Semarang, lulus tahun 2013
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
Download