Pengaruh Suku Bunga Negatif di Eropa terhadap Indonesia Selama ini kita selalu berpikir bahwa pada saat kita berinvestasi pada instrumen deposito, maka kita pasti akan mendapatkan return yang kita sebut bunga (interest). Pada dasarnya besarnya interest yang kita terima menunjukkan tingkat risiko dari instrumen tsb. Semakin tinggi interest berarti semakin tinggi tingkat risikonya. Jika kita mengingat kembali krisis moneter di Indonesia tahun 1998 di mana suku bunga deposito bisa mencapai 70% (tujuh puluh persen) p.a. dibandingkan saat ini di mana suku bunga deposito hanya berkisar 5%-6% p.a. Maka dapat dikatakan pada tahun 1998 tingkat risiko berinvestasi dalam instrumen deposito di Indonesia sangatlah tinggi, dan saat ini tahun 2012 Indonesia dianggap memiliki risiko yang rendah. Tetapi apakah mungkin suku bunga turun terus hingga negatif? Pada saat Eropa mengalami krisis, dimulai dari Yunani, maka negara yang dianggap memiliki risiko tinggi tentu harus memberikan return yang tinggi, seperti yang terjadi dengan Yunani di mana yield atas surat utang pemerintah Yunani berjangka 10 tahun bisa menghasilkan yield di atas 30% p.a. Tentu saja semakin tinggi return akan semakin tinggi pula risiko yang melekat, dan hanya investor yang memiliki toleransi risiko yang tinggi akan berani berinvestasi dalam instrumen surat utang Yunani. Di saat kondisi penuh ketidak pastian, banyak investor mencari instrumen yang aman (safe haven) dengan yield rendah. Di Eropa, instrumen surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah Switzerland dan Germany biasanya dianggap memiliki risiko yang rendah dan dianggap sebagai safe haven, di samping surat utang pemerintah Denmark dan beberapa negara kecil yang dianggap aman dari terpaan krisis. Dengan krisis Eropa yang masih belum terlihat ujung penyelesaiannya, maka akhir-akhir ini terjadi negative yield, di mana uang yang diinvestasikan tidak mendapatkan return, bahkan harus membayar negative return seperti yang terjadi di Swiss dan Denmark. Investor rela uangnya berkurang asalkan tempat mereka menempatkan uang tsb dianggap sangat aman. Lantas apa pengaruhnya terhadap Indonesia? Saat ini rating Indonesia menurut Moody’s dan Fitch sudah naik menjadi investment grade, dengan adanya rating investment grade sangat menguntungkan Indonesia. Ada banyak fund manager global yang memiliki keterbatasan antara lain harus berinvestasi pada instrumen negara yang memiliki rating sebagai investment grade. Sekarang dengan rating Indonesia menjadi investment grade, maka fund manager tsb bisa berinvestasi di Indonesia. Apalagi jika kondisi di Eropa masih belum membaik atau mungkin lebih memburuk, dan kondisi di Amerika Serikat juga tidak kunjung pulih, maka sangat memungkinkan terjadi aliran dana besar-besaran ke negara-negara yang dianggap aman dan bisa menghasilkan return, antara lain Indonesia. Aliran dana tsb bisa dalam bentuk investasi proyek yang sifatnya jangka panjang, ataupun melalui instrumen pasar uang dan pasar modal. Cara paling mudah yang bisa dilakukan oleh fund manager global adalah melalui pasar uang dan pasar modal, sehingga tidak menutup kemungkinan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia akan membentuk nilai tertinggi yang baru dalam waktu ke depan. Dan jika aliran dana masuk ke Indonesia bisa diimbangi oleh kebijakan pemerintah yang baik, tegas, jujur dan bersih maka prospek ke depan akan jauh lebih baik lagi. Selamat berinvestasi. 1 Tommy Zhu, CFA, CWM, CFP®, AEPP® www.investors-academy.co.id