Ringkasan Laxative sebagai preparasi dan terapi konstipasi Dr.dr. H. Chudahman Manan SpPD-KGEH, FINASIM Definisi konstipasi menurut American College of Gastroenterology (ACG) adalah buang air besar yang tidak lancar ditandai dengan jarang buang air besar, sulit mengeluarkan feses, atau keduanya. Kesulitan mengeluarkan feses termasuk didalamnya harus mengedan, perasaan sukar mengeluarkan feses, rasa tidak lampias, konsistensi feses keras, dan perlu waktu lama untuk mengeluarkan buang air besar, atau membutuhkan manuver untuk mengeluarkan feses. Frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu. Kondisi ini dikatakan kronik bila berlangsung minimal selama 3 bulan. Penyebab konstipasi dapat bersifat akibat kelainan organik atau fungsional. Secara klinik prevalensi kelainan fungsional lebih tinggi dibandingkan organik. Kelainan fungsional pada konstipasi terdiri dari konstipasi kronik idiopatik (KKI) dan sindroma kolon iritatif (SKI). Perbedaan dari kedua kondisi ini adalah didapatkan nyeri perut pada SKI. Prevalensi jenis kelamin pada wanita lebih tinggi. Faktor umur pada konstipasi didapatkan lebih banyak pada anak dan lansia. Diagnosis konstipasi harus memperhatikan adanya gejala alarm, yaitu bab berdarah, riwayat keluarga dengan kanker kolon dan inflammatory bowel disease (IBD), anemia atau darah samar dalam feses dengan penyebab yang tidak jelas, perubahan pola defekasi, penurunan berat badan secara cepat, tidak respons dengan pengobatan. Bila didapatkan tanda alarm harus dilakukan eksplorasi segera untuk menentukan etiologi. Dalam istilah susah buang air besar ada 2 terminologi yang dipakai yaitu konstipasi dan obstipasi. Perbedaannya adalah konstipasi kelainan terutama akibat gangguan motilitas/peristaltic, sedangkan obstipasi disebabkan konstipasi feses yang keras. Untuk membedakan kedua hal tersebut diperlukan anamnesis yang baik. Panduan anamnesis diperlukan persamaan persepsi antara dokter dan pasien tentang definisi sulit buang air besar. Pemeriksaan fisik yang didapat pada konstipasi fungsional tidak didapatkan tanda yang spesifik. Oleh sebab itu anamnesis dan pemeriksaan penunjang khususnya kolonoskopi akan memberikan konfirmasi diagnosis. Penatalaksanaan defekasi sulit bersifat kronik fungsional dapat dimulai dengan terapi empirik dengan menggunakan obat golongan laxativ yang sesuai dengan gejala klinik, dengan memperhatikan tidak didapatkan gejala alarm. Lama pengobatan dapat dilakukan selama 2-4 minggu, tergantung respon klinik yang dirasakan pasien. Edukasi pasien bahwa terapi ini akan memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan perbaikan klinik. Disamping hal tersebut perbaikan kualitas dan pola hidup merupakan faktor penting dalam membantu hasil pengobatan. Preparasi prosedur medik yang memerlukan pembersihan kolon, pemakaian laxativ yang bersifat stimulant akan meningkatkan motilitas dan melunakkan feses, merupakan cara yang dapat dilakukan dalam mencapai hasil yang optimal. Konstipasi kronik merupakan kondisi yang akan dapat mempengaruhi kualitas dan pola hidup dan berdampak pada aktifitas sehari hari. Terapi medikamentosa laxative stimulant, merupakan salah satu cara dalam mencapai perbaikan secara klinik.