Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Tembakau Tembakau merupakan komoditas perkebunan strategis dan memiliki nilai ekonomi cukup penting. Penyakit layu bakteri yang disebabkan Ralstonia solanacearum merupakan salah satu kendala yang menurunkan kualitas & kuantitas tanaman tembakau. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian tanaman tembakau hingga 50-60% Gejala Serangan Pada awal serangan, terjadi layu sepihak. Bagian yang tidak layu dapat berkembang terus sehingga daun menjadi tidak simetris. Pada awal serangan, sering terjadi daun layu pada siang hari, tapi akan kembali segar pada sore hari. Pada bagian yang layu, daging daun di antara tulangtulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian mengering, dan menjadi selaput. Akhirnya seluruh daun menjadi layu dan tanaman mati. Pada tanaman yang layu, sebagian atau seluruh akarnya berwarna coklat dan busuk. Pada serangan lanjut, jika batangnya dipotong dan ditekan, akan keluar lendir (ooze) berwarna putih kotor. Empulur batang membusuk, sehingga pada tingkat lanjut, pangkal batang menjadi berongga. Gejala tanaman tembakau yang terinfeksi penyakit layu bakteri Pengendalian Penggunaan bibit yang sehat Membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman. Rotasi tanaman Mencabut tanaman yang terserang Pengolahan lahan Penggunaan varietas tahan Penanaman tanaman Mimosa invisa sebelum penanaman Pengendalian Penggunaan pupuk organik Penggunaan pestisida nabati Penggunaan pestisida kimia (Cth. Agrept 20WP) Pengendalian hayati dengan menggunakan bakteri antagonis. Contoh. Pseudomonas putida Pseudomonas fluorescens Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (Sumatra Disease) • Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) dikenal juga sebagai Penyakit Sumatera (Sumatra Disease), Penyakit Mati Bujang/ Mati Gadis • Dapat menyebabkan kehilangan hasil 10-15% • Disebabkan oleh bakteri Ralstonia syzygii subsp. syzygii (Safni et al, 2014) • Penyakit ini hanya dijumpai di Indonesia. • Penyakit ini hanya dijumpai di Indonesia. • Muncul pertama sekali tahun 1931 dan kemudian menimbulkan eksplosif di Sumatera Barat tahun 1960-an. • Penyebaran penyakit dilakukan oleh serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (Di Jawa). • Pola penyebaran penyakit umumnya mengikuti arah angin. • Penularan penyakit dapat melalui alat-alat pertanian yang digunakan untuk memotong pohon yang terinfeksi. Gejala Serangan 1. Mati Cepat Daun-daun gugur mendadak Daun gugur dari atas ke bawah, kadang- kadang cabang atau seluruh tanaman muda layu secara mendadak, sehingga daun yang kering dan berwarna coklat tetap melekat pada pohon untuk beberapa waktu. Daun tua pada umumnya berwarna kekuningan dan cepat gugur. Cabang dapat mati kalau daun makin banyak yang gugur. Akar-akar pun mati sejalan dengan matinya bagian atas pohon. Jika kayu dipotong memanjang, sering terlihat garis-garis kelabu kecoklatan, terutama pada akar dan batang. Lendir bakteri seperti susu keluar dari potongan akar atau cabang bila bagian tanaman ini disimpan beberapa jam di tempat lembab. Gambar tanaman cengkeh yang terinfeksi BPKC 2. Mati Lambat Gejala terjadi secara bertahap, seluruh daun menguning lalu gugur. Daun-daun dewasa menjadi tua sebelum waktunya. Mati ranting dan mati cabang terjadi di seluruh pohon, tanaman mati 3-6 tahun sesudah tampak gejala. Batang dan akar pohon yang mati secara lambat ini tidak mengeluarkan lendir bakteri jika dilembabkan. Pengendalian BPKC Pemberian antibiotik oksitetrasiklin (OTC), 6 gr/100 ml air. Penginfusan dilakukan setiap 2-4 bulan sekali. Pemberian antibiotik OTC dapat menekan persentasi pembuluh kayu terinfeksi & menekan penyebaran BPKC di dalam pembuluh. Pohon-pohon terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar. Pemupukan N & K dapat meningkatkan ketahanan pohon dari serangan BPKC. Mencegah masuknya penyakit ke daerah baru. Menghindari penanaman dekat hutan. Minimal 5-10 km dari batas pinggir hutan. Pengendalian penyakit-penyakit sekunder yang muncul, dengan memakai fungisida tembaga atau karbamat. Penyemprotan insekstisida pada serangga vektor (insektisida sihalotrin, monokrotofos, aldikarb, karbofuran dan asefat dengan interval 6 minggu sekali sampai serangga vektor tidak ada lagi. Di Indonesia, telah dijumpai + 26 species nematoda parasit yang menyerang tanaman perkebunan (lada, nilam, tembakau, kopi) Nematoda Meloidogyne, Pratylenchus, dan Radopholus merupakan nematoda parasit yang paling merusak pada tanaman perkebunan di Indonesia. Nematoda Bursaphelenchus xylophylus pada tanaman pinus dan Rhadinaphelenchus cocophillus pada tanaman kelapa merupakan OPTK A1, patogen yang harus dicegah masuk ke Indonesia Di Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit kurang disadari, baik oleh para pembuat kebijakan maupun oleh petani. Masalah nematoda parasit di Indonesia baru mendapat perhatian serius pada tahun 2003, sejak dijumpainya nematoda Globodera rostochiensis (NSK) yang menyerang tanaman kentang di Jawa Timur. Kehilangan hasil akibat serangan nematoda dapat terjadi di lapangan atau tempat penyimpanan, sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas produk. kerusakan akibat seranga nematoda pada: - tanaman lada : 32% - tanaman nilam : 45% - tanaman kopi : 57% Serangan Nematoda pada Tanaman Lada Beberapa spesies nematoda yang dijumpai di pertanaman lada di Indonesia (Bangka, Lampung, Jawa Barat, dan Kalimantan barat): - Radopholus similis - Tylenchus sp. - Meloidogyne incognita - Aphelenchus sp. - M. javanica - Ditylenchus sp. - M. arenaria - Dorylaimus sp. - Pratylenchus coffeae - Macrophostonia ornata - Xiphinema insigne - X. australie Penyakit yang terserang penyakit kuning (a), gejala penyakit kuning yang telah lanjut(b); benjol pada akar yang terserang nematoda (c); dan nematoda di dalam jaringan (d). Pengendalian Nematoda pada Tanaman Lada 1. Teknik Budidaya - Sanitasi (menjaga kebersihan kebun) - Membongkar tanaman sakit - Tidak menanam tanaman inang R. similis & M. incognita - Penggunaan mulsa lalang atau serasah daun - menanam varietas tahan atau toleran terhadap nematoda Pengendalian Nematoda pada Tanaman Lada 2. Penggunaan agen hayati - Bakteri Pasteuria penetrans - Jamur Arthrobotrys, Dactylaria, dan Dactyella (Mustika,1998; Harni et al., 2000; Mustika et al., 2003). 3. Penggunaan pestisida nabati - Tepung biji nimba - Bungkil jarak (Harni dan Mustika, 2002) Serangan Nematoda pada Tanaman Nilam Beberapa spesies nematoda yang dijumpai di pertanaman nilam di Indonesia (Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Aceh): - Pratylenchus brachyurus - M. incognita - M. hapla - Scutellonema - Rotylenchulus - Helichotylenchus - Hemi-criconemoide - Xiphinema - R. similis Pengendalian Nematoda pada Tanaman Nilam 1. Teknik Budidaya - Dosis pemupukan yang tepat - Penggunaan bahan organik dan kapur pertanian 2. Penggunaan agen hayati - Bakteri Pasteuria penetrans - Jamur Arthrobotrys, Dactylaria, dan Dactyella (Mustika et al., 2000) Pengendalian Nematoda pada Tanaman Tembakau Nematoda yang dijumpai di pertanaman tembakau di Indonesia: - Meloidogyne spp. Tapi yang paling penting adalah upaya mengurangi infeksi bakteri Ralstonia solanacearum dan jamur Phytophthora nicotianae yang berasosiasi dengan nematoda Meloidogyne spp. Serangan Nematoda pada Tanaman kopi Spesies penting nematoda yang dijumpai di pertanaman kopi (Arabika) di Indonesia : - Pratylenchus coffeae - R. similis - Meloidogyne spp. Penurunan produksi kopi Robusta akibat serangan nematoda P. coffeae : 28,7 -784%. Pada kopi Arabika, tanaman hanya dapat bertahan selama 2 tahun. (Wiryadiputra dan Atmawinata, 1998). Pengendalian Nematoda pada Tanaman kopi 1. Penggunaan jenis/klon kopi yang tahan 2. Penggunaan agen hayati 3. Penggunaan pestisida nabati (ekstrak biji dan daun nimba) 4. Sanitasi 5. Penggunaan bahan organik (kulit kopi, pupuk kandang, dan kompos) Pengendalian Nematoda pada Tanaman kopi 6. Pergiliran tanaman - Dengan tanaman rumput guatemala (Trypasacum laxum), Tagetes patula, Crotalaria anagyroides, C. striata, C. usaramuensis. - Dengan menanam tanaman bukan inang P. coffeae, seperti tebu, kakao Lindak (Bulk cocoa), kakao benguk (Mucuma sp.) 7. Penggunaan nematisida Strategi Pengendalian nematoda di masa depan Pengendalian nematoda diarahkan pada bioteknologi dan pertanian berkelanjutan -Pemanfaatan faktor biotik, seperti : tanaman inang pengganti, tanaman antagonis, dan agen hayati. - Perbaikan tanaman dengan cara penyambungan, fusi protoplas, dan induksi ketahanan sistemik (induced systemic resistance). Kebijakan Mendukung Strategi Pengendalian Nematoda Kebijakan Operasional Hasil-hasil penelitian didiseminasikan melalui program pelatihan di unit-unit pelaksana teknis , sebagai pelaksana operasional, antara lain melibatkan tenaga penyuluh, etani melalui SLPHT, dan petugas karantina. Untuk menguji komponen pengendalian nematoda terpadu, diperlukan kerja sama dengan instansi pemerintah (Dinas Pertanian, Balai Penelitian Komoditas, Perguruan Tinggi, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), atau dengan pihak swasta. Kebijakan Teknis Dalam rangka menerapkan pengendalian nematoda yang sesuai dengan prinsip-prinsip PHT, maka teknik pengendalian nematod yang dapat diterapkan adalah: -Penggunaan varietas tahan - Pergiliran tanaman - Pemanfaatan agen hayati dan pestisida nabati - Manipulasi faktor fisik - Penggunaan pestisid kimia Untuk mendukung kebijakan teknis tersebut, perlu peningkatan pengawasan keberadaan dan perkembangan penyakit yang disebabkan oleh nematoda tertentu, serta pemetaan daerah sebaran untuk antisipasi pengendalian Penyakit Mosaik pada Tanaman Tembakau • Disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus (TMV) • Penyakit virus paling lama diteliti (Adolf Mayer, 1886) dan dijumpai di seluruh daerah penanaman tembakau di seluruh dunia. • Penyakit mosaik ini dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 60%. • menurunkan mutu daun, walaupun tidak menyebabkan tanaman mati. Gejala Serangan Gejala mosaik Gejala belang (mottle) Gejala Serangan nekrosis Gejala Serangan Daun mengeriting Daur Penyakit Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, karena sangat mudah menyebar. Menular secara mekanik (kontak dan sentuhan), menyebabkan infeksinya menjadi cepat dan efektif. Penyakit ini tidak diturunkan oleh tanaman terinfeksi kepada turunannya melalui biji, dan juga tidak ditularkan oleh serangga. Dapat bertahan di dalam tanah selama lebih dari 1 tahun. Memiliki banyak tanaman inang, termsuk tomat, cabai, terung, ketimun, dan semangka. Pengendalian I. Mencegah masuknya virus ke dalam kebun - Bagi karyawan yang merokok, diwajibkan mencuci tangannya dengan disenfektan. II. Mencegah meluasnya virus di dalam kebun - Tanaman yang terinfeksi harus segera dicabut - Karyawan selalu mencuci tangan sewaktu melakukan pemindahan bibit. III. Pemuliaan (seleksi) - Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang - Menggunakan varietas tahan terhadap TMV