BIOEKIVALENSI UPAYA PENAPISAN KUALITAS PRODUK OBAT Junaidi Khotib DEPARTEMEN FARMASI KLINIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA PEDOMAN UJI BIOEKIVALENSI BIOEKIVALENSI (BE) Dua produk obat yang keduanya mempunyai ekivalensi farmasetik atau merupakan alternatif farmasetik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama dalam hal efikasi maupun keamanan BPOM, Pedoman Uji Bioekivalensi, 2004 ASEAN Guideline for the Conduct of Bioavailability and Bioequivalence Studies, 2005 KAPAN UJI BIOEKIVALENSI ? Phase 1 20-100 volunteers NCE FDA Approval drug Phase 2 100-500 volunteers Phase 3 1000-5000 volunteers 250 compds 10.000 Compds 5 1,5 5 compds 6 1 Drug 2 2 Years (Modified from Burrill Report 2006) Attrition rate in the biopharmaceutical product pipelines PERKEMBANGAN KUALITAS PRODUK OBAT (1) Ketersediaan sirkulasi sistemik 1960 Persyaratan in vitro / disolusi 1948 1945 Ketersediaan Fisiologi 1940 Kemurnian API 1902 Kandungan dan Keseragaman API PERKEMBANGAN KUALITAS PRODUK OBAT (2) Biosimilaritas 2000 1986 Guideline bioekivalensi 1977 Bioekivalensi 1970 Bioavailabilitas MENGAPA PERLU BIOEKIVALENSI ?? 1. Bahan, formula dan proses produksi 2. Jaminan efficacy, quality dan safety 3. Pemenuhan standar global 1. Bahan, Formula dan Proses Produksi PERBEDAAN FAKTOR LAIN Bahan baku Formula Proses produksi Individual penderita Rute pemakaian Bentuk sediaan PERBEDAAN Jumlah obat terabsorpsi Mula kerja obat Intensitas Lama kerja PERBEDAAN Efficacy Quality Safety PEMILIHAN PRODUK YANG EKIVALEN 2. Jaminan efficacy, quality dan safety Guideline WHO, FDA, ASEAN, EMEA, BPOM Efficacy GMP Produk obat Uji BABE Pemasaran Registrasi Uji Pre Klinik Quality Safety 3. Pemenuhan standar global A. ASEAN Leader agreed on new mechanisms and measures to strengthen the implementation of its existing economic initiatives - ASEAN Free Trade Area (AFTA) - ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) B. ASEAN reached a new milestone in economic integration with signing of Framework Agreement for the integration of priority sectors 2010 - Agro-based - Air travel - Automotive products - e-ASEAN - Electronic - Fisheries - Healthcare - Rubber-based product - Textile and apparel - Tourism - Wood-based product C. Effort toward harmonization of ASEAN pharmaceutical regulation - ASEAN Common Technical Dossier (ACTD) - ASEAN Common Technical Requirements (ACTRs) - Sectoral Mutual Recognition Arrangement (GMP, Cosmetics) - Post Marketing Alert System BAGAIMANA UJI BIOEKIVALENSI ? Aspek Analisis Aspek Klinik Volunter Sehat Good Clinical Practice (ICH-GCP E6) Sampel Biologis Prosedur Bioanalisis Good Laboratory Practice (GLP) – ISO/IEC 17025 KRITERIA UJI EKIVALENSI A. UJI EKIVALENSI INVIVO 1. Produk obat oral lepas cepat yang bekerja secara sistemik a. Obat untuk kondisi serius (critical use drugs) - Antituberkulosis - Antiretroviral - Antimalaria - Antibakteri - Antihipertensi - Antiangina - Obat gagal jantung - Antiepilepsi - Antiasma b. Batas keamanan/indeks terapi sempit - Digoksin - antiaritmia - antikoagulan - Obat - obat sitostatika - Litium - Fenitoin - Siklosporin - Sulfonilurea - Teofilin c. Terbukti ada masalah bioavailabilitas - Absorpsi bervariasi (risedronat, tetrasiklin) - Eleminasi presistemik tinggi (felodipin, verapamil, nitrat organik) - Farmakokinetika non linear (difenilhidantoin) - Sifat fisikokimia yang tidak menguntungkan a. Tidak stabil (nifedipin) b. Kelarutan rendah (steroid) c. Permiabilitas rendah d. Eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi 2. Produk non-oral dan non-parenteral yang didesain untuk bekerja sistemik - Transdermal (hormon) - Supositoria (teofilin) - Gel testosteron - Permen karet nikotin 3. Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja secara sistemik (diklofenak SR, nifedipin oros) 4. Produk kombinasi tetap untuk bekerja secara sistemik, yang paling sedikit salah satu zat aktifnya memerlukan studi invivo (INH + pirazinamid+rifampisin) 5. Produk obat bukan larutan untuk penggunaan non-sistemik (oral, nasal, okular, dermal, rektal, vaginal) dan dimaksudkan untuk bekerja lokal -Studi klinik -Farmakodinamik -Dermatofarmakokinetik komparatif -Studi in vitro B. Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro (uji disolusi terbanding) a. Produk obat yang tidak nmemerlukan uji invivo b. Produk obat copy yang hanya berbeda kekuatan yang diproduksi oleh pabrik yang sama ditempat produksi yang sama. 1. Komposisi kualitatifnya sama. 2. Rasio antara zat aktif dan zat-zat tambahannya sama, atau untuk kadar zat aktif yang rendah (< 5%), rasio antara zat-zat tambahannya sama. 3. Uji bioekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan (biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan dipilih kekuatan yang lebih rendah). 4. Farmakokinetiknya linear pada kisaran dosis terapi. c. Produk obat dengan perubahan kecil (minor) d. Berdasarkan klasifikasi BCS (Biopharmaceutics Classification System) 1. BCS 1, disolusi sangat cepat, mirip pembanding 2. BCS 3, disolusi sangat cepat, tidak mengandung bahan inaktif yang mengubah motilitas dan atau permeabilitas saluran cerna 3. BCS 2, asam lemah, disolusi yang cepat pada pH 6.8, mirip dengan pembanding C. Produk obat yang tidak memerlukan uji ekivalensi 1. Produk copy untuk penggunaan intravena 2. Penggunaan parenteral lain (intramuskular, subkutan) 3. Larutan untuk penggunaan oral (sirup, eliksir, atau larutan bukan suspensi) 4. Bubuk yang dilarutkan 5. Gas (aerosol untuk lokal / sistemik ???) 6. Larutan untuk tetes mata / telinga KOMPARATOR Kriteria : 1. Produk innovator teregistrasi 2. Produk innovator import terdaftar dalam ICH dan negara asosiasinya 3. Obat copy yang terbukti bioekivalen dengan hasil paling mendekati innovator 4. Obat yang termasuk dalam daftar pra kualifikasi WHO Market leader bukan merupakan kriteria komparator Bagaimana dengan produk generik yang sudah di BE ?? PRODUK UJI 1. Sepersepuluh skala produksi 2. 100.000 unit 3. Jika produksi skala produksi kurang dari (2) sesuai dengan kapasitas produksi METODE PENILAIAN BA/BE Dosage Form Performance Dosage Form Body Production Drug in Solution Gut Wall Feedback Pharmacokinetic Measurement Blood Dose Site of Activity Clinical/PD Measurement Therapeutic Effect ln Dose A. Farmakokinetika 1. Metode langsung Kadar obat dalam darah 2. Metode tidak langsung Kadar obat dalam urine Pemilihan metoda bergantung pada : - Tujuan studi - Distribusi atau ekskresi obat / metabolitnya - Metode analisis kadar obat - Sifat aktif senyawa induk atau metabolitnya B. Farmakodinamik - Efek farmakodinamik maksimum (Emax) - Waktu untuk efek farmakodinamik maks - AUC ~ Emax vs t - Onset waktu untuk efek farmakodinamik C. Clinical Trial - ~ keamanan dan kemanjuran sediaan - Digunakan hanya bila metoda analisa tidak ada yang akurat PENILAIAN BIOEKIVALENSI a. Rasio rata-rata geometrik (AUC)t/(AUC)r = 1 dengan 90% CI = 80-125%. Untuk obat dengan indeks terapi sempit 90-111% b. Rasio rata-rata geometrik (Cmax)t/(Cmax)r = 1 dengan 90% Cl = 80-125%. Untuk obat tertentu 75133% atau 70-143% c. 90% Cl dari perbedaan tmax harus terletak dalam interval yang relevan secara klinik Approved Drug Products With Therapeutic Equivalence Evaluations. 23rd ed. 2003. FDA/CDER. Pharmacokinetic Reference Range 125% 100% 80% Product A Bioequivalent Reference Drug Product B Not Bioequivalent • Product A is bioequivalent to the reference drug; its 90% confidence interval of the AUC falls within 80% to 125% of the reference drug • Product B is not bioequivalent to the reference drug; its 90% confidence interval of the AUC falls outside of 80% to 125% of the reference drug RANCANGAN UJI BIOEKIVALENSI 1. Berdasarkan Desain Penelitian a. Cross Over Design Treatment 1 Treatment 2 Treatment 2 Treatment 1 Acak Washout Periode b. Paralel Design Treatment 1 Acak Treatment 2 Digunakan : 1. T1/2 obat panjang 2. Jumlah subyek >> 2. Berdasarkan Kondisi Pemberian Obat STUDI BIOEKIVALENSI 3 jenis studi 1. Studi pada subyek puasa 2. Studi dengan intervensi makanan = teofilin 3. Studi dosis tunggal atau ganda C 3 ss min hari berturut-turut ditentukan Kadar dalam darah Css max Css min Dosis Waktu (jam) BIOWIVER Produk-produk yang memenuhi kriteria untuk uji BE tetapi dibolehkan tidak dilakukan uji BE Kriteria : 1. BCS Class 1 2. Disolusi yang sangat cepat (lebih dari 85% pada 15 menit) pada 3 pH berbeda 1.2; 4.5; 6.8 dengan 75 rpm (paddle) atau 100 rpm (basket) untuk senyawa dalam BCS class III 3. Disolusi cepat (lebih dari 85% pada 30 menit) pada 3 pH berbeda 1.2; 4.5; 6.8 dengan 75 rpm (paddle) atau 100 rpm (basket) untuk senyawa dalam BCS class II dan bersifat asam PERMASALAHAN 1. 2. 3. 4. 5. Penentuan komparator dalam uji BE Jumlah subyek dalam uji BE CV intra subyek Penerimaan hasil uji BE AUC + C max ?? Uji disolusi terbanding Kapan diterapkan ? Produk berbasis protein Biosimilaritas JUMLAH SUBYEK CV Intra subyek (%) 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 Jumlah Subyek 12 16 20 24 28 32 40 Rancangan Uji : cross over design UJI BIOEKIVALENSI CANDESARTAN 16 MG Produk Pembanding : Blopress (PT Takeda Indonesia under licence from Takeda Pharmaceutical Company Limited, Osaka, Jepang) Desain : single dose, randomized, two periode, two sequence, cross over study Jumlah subyek : 20 subyek Kriteria Penerimaan : GMR 90% CI 80.00 – 120.00 % Parameter AUC 0-t AUC 0-inf Cmax Rata-rata rasio geometrik (%) 105.81 (77.35-144.75) 102.02 (92.80-170.53) 118.29 (88.11-158.81) CV intra subject (%) 50.31 48.86 47.30 UJI BIOEKIVALENSI VALSARTAN 160 MG (1) Produk Pembanding : Diovan (Novartis) Desain : single dose, randomized, two periode, two sequence, cross over study Jumlah subyek : 24 subyek 21 subyek 32 Subyek Kriteria Penerimaan : GMR 90% CI : 80.00 – 120.00 % Parameter Rata-rata rasio geometrik (%) 24 Subyek CV Intra subject (%) Rata-rata rasio CV intra geometrik (%) subject (%) 21 Subyek AUC 0-t 119.38 (101.56-140.33) 32.60 111.69 (98.84-126.20) 24.64 Cmax 125.53 (104.93-150.18) 36.17 125.53 (100.67-129.64) 25.50 UJI BIOEKIVALENSI VALSARTAN 160 MG (2) Parameter AUC 0-t Cmax Rata-rata rasio geometrik (%) 32 Subyek 133.88 (110.30-162.50) 148.87 (117.50-188.62) CV Intrasubject (%) 48.05 60.27 UJI BIOEKIVALENSI ATORVASTATIN 160 MG Produk Pembanding : Lipitor (Pfizer Pharmaceuticals) Desain : single dose, randomized, two periode, two sequence, cross over study Jumlah subyek : 26 subyek 38 Subyek Kriteria Penerimaan : GMR 90% CI : 80.00 – 120.00 % Parameter Rata-rata rasio CV Intra Rata-rata rasio geometrik (%) subject (%) geometrik (%) 26 Subyek 38 Subyek CV intra subject (%) AUC 0-t 102.72 (94.6-111.70) 17.66 103.41 (97.43-109.75) 15.38 AUC inf 101.41 (94.10-109.29) 15.77 98.91 (93.73-104.37) 13.87 Cmax 112.34 (99.34-127.05) 25.92 118.13 (108.01-129.19) 23.11 BIOSIMILAR Patent Expiration of Biopharmaceuticals EU patent/market exclusivity expires USA patent/market exclusivity expires Growth disorders Expired Expired Abbokinase® (eudurase urokinase) Ischaemic events Expired Expired Eli Lilly Humulin® (recombinant insulin) Diabetes Expired Expired Genzyme Ceredase® (alglucerase); Cerezyme® (imiglucerase) Streptase® (streptokinase) Gaucher disease Expired Expired Ischaemic events Expired Expired Biogen / Roche Serono Intron A® (IFN-alfa-2b) Hepatitis B and C Expired Serostim® (somatropin) AIDS wasting Expired (France) 2007 (Italy) NA Eli Lilly Humatrope® (somatropin) Growth disorders NA Expired Amgen Epogen®, Anaemia Expired 2013 Roche (erythropoietin) NeoRecormon® (erythropoietin) Anaemia Expired NA Genentech TNKase® (tenecteplase TNK-tPA) Acute myocardial infarction Expired 2005 InterMune Actimmune® (IFN-gamma-Ib) Expired 2005, 2006, 2012 Genentech Activase®, Alteplase® (tPA) Chronic granulomatous disease (CGD), malignant osteopetrosis Acute myocardial infarction Expired 2005, 2010 Chiron Proleukin® HIV Expired 2006, 2012 Amgen Neupogen® (filgrastim G-CSF) Anaemia, leukaemia, neutropenia Expired 2015 Pioneer company Product Indication(s) Genentech Nutropin® (somatropin) Abbott AstraZeneca Procrit®, EPREX® (IL-2) Expired Adapted from Schellekens H. Trends Biotechnol 2004;22:406-10. Complexity of the Biopharmaceutical Epoetin Alfa Natural human erythropoietin is a hormone Recombinant human erythropoietin (e.g. epoetin alfa) is identical Epoetin consists of several different forms These forms have different biological properties rHuEPO Receptor 1 carbohydrate side chains Receptor 2 Biosimilar Epoetins: Gaps in Quality and Potential Safety • Biosimilar versions of epoetins have been available in developing countries for many years and are widely used for economic reasons. • Despite limited data on the efficacy and safety of biosimilar epoetins, they are prescribed under the assumption that they have similar safety and efficacy profiles as the original product. • The aim of this study was – systematically evaluate the quality of biosimilar epoetins – report the potential implications of the results • for product efficacy and patient safety. Methods - Laboratory Analysis Samples : - Erythropoeitin 31 samples Analyses included: – Physical characteristics – Activity – Impurities (bacterial endotoxin) Analyses conducted at 3 laboratories: – University of Ghent, Ghent, Belgium – VA Medical Center, Little Rock, AR, USA – J&J Pharmaceutical Technology Laboratory, Raritan, NJ, USA. Results: Physical characteristics and content • 31 EPO biosimilar samples tested to date (Study is currently ongoing). – pH: 7/31 samples exceeded the specifications. – Osmolality: 16/31 samples exceeded the specifications. – Total protein and erythropoietin content: • 1 sample failed to meet the specification for total protein • 2 samples exceeded the specification for EPO content. Results: Physical Characteristics Results: Activity, potency and safety • In vitro bioassay: – 1 sample failed to meet the specification – 11 samples exceeded the specification. • In vivo potency – potency in mice ranged from 48% to 163% – 7 samples failed to meet the specification – 1 sample exceeded the specification. • Bacterial endotoxin: – 2 samples contained bacterial endotoxin. Results: Activity, potency and safety • Aggregates: – – – – 21/31 samples exceeded the specification for aggregates 4 samples had > 1% to < 2% aggregates 1 sample had 2% to 4% aggregates 16 samples had > 4% aggregates • Isoform distribution: – 22/31 samples had extra basic isoforms which can reduce clinical efficacy. – 5 had ≥ 3 additional basic isoforms Results: Activity, Potency, Safety Results: EPO Isoform profile