BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Inkuisisi Spanyol (Persekusi Terhadap Konverso Yahudi Tahun 1391-1492); Tinjauan Sosial-Politik”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan penelitian yang telah dibahas sebelumnya. Terdapat lima hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu: Pertama, sesuai dengan struktur sosial Eropa pada Abad Pertengahan yang hanya menjamin tiga kelas yaitu bangsawan, pendeta dan hamba sahaya serta terbukanya kelas perkotaan atau pedagang, Yahudi menempati status dan posisi yang penting dalam kehidupan ekonomi kerajaan Spanyol. Yahudi berkembang menjadi penguasa dalam bidang perdagangan, industri dan golongan profesional. Selain menguasai ekonomi, darah Yahudi juga telah memasuki kehidupan politik bangsawan dengan cara menikahi anggota bangsawan tersebut. Kuatnya pengaruh Yahudi dalam perekonomian masyarakat telah menimbulkan konflik dengan kelas bangsawan yang merupakan pemilik lahan terbesar di Spanyol. Konflik ini diberujung pada peristiwa kerusuhan anti Yahudi tahun 1391 di Barcelona yang menyebar ke kota-kota besar di Spanyol. Semangat Perang Salib dan politik reconquesta juga turut mempengaruhi kebijakan politik kepada Yahudi pascaperistiwa 1391. Kebijakan yang paling penting adalah kebijakan untuk berpindah agama bagi Yahudi untuk menganut agama Nasrani. Yahudi konverso (berpindah agama) inilah yang menjadi sasaran awal inkuisisi Spanyol. 125 Kedua, konflik antara bangsawan Kristen dan Yahudi yang berujung pada kerusuhan 1391 telah menimbulkan permasalahan agama baru. Sesuai dengan kebijakan pasca-peristiwa kerusuhan anti Yahudi tahun 1391, banyak Yahudi yang bersedia di baptis menjadi penganut Kristiani dengan imbalan mereka tetap menguasai perekonomian masyarakat dan mengurusi masalah keuangan kerajaan. Tetapi kebijakan konversi ini tidak menyelesaikan pertikaian antara Kristen dengan Yahudi, tapi melahirkan permasalahan baru yaitu munculnya Kristen palsu, konverso Yahudi yang masih melakukan praktek dan ritual keagamaan Yudaisme. Yahudi yang menjadi sasaran dari inkuisisi Spanyol adalah Yahudi konverso, yaitu Yahudi yang telah berpindah menjadi penganut Kristiani, namun masih menjalankan ritual Yudaisme mereka. Faktor politik juga turut mempengaruhi kebijakan ini, Ferdinand dan Isabella ingin menjadikan Spanyol sesuai dengan semangat keagamaan, yaitu agama Katolik. Kebijakan in, telah menghancurkan tatanan toleransi antara golongan mayoritas dan minoritas yang tercipta di Spanyol sejak abad ke 8 ketika masuknya bangsa Moor (Islam) ke wilayah semenajung Iberia. Ketiga, kekuatan politik terpenting di Eropa abad pertengahan adalah Gereja. Gereja menduduki status politik dan ekonomi yang kuat. Paus dianggap sebagai raja dari semua raja Eropa, begitu juga dengan penguasaan sumbersumber ekonomi. Sebagai sentral kekuatan, gereja membutuhkan penjagaan hegemoninya untuk memelihara dan menjaga kepentingan-kepentingannya. Segala sesuatu yang dianggap sebagai ancaman, harus dihancurkan. Seringkali gereja menyatukan masyarakat Kristen Eropa dengan menempatkan sesuatu 126 sebagai “common enemy”, seperti yang terjadi pada perang salib. Institusi inkuisisi juga dibentuk dalam kerangka membasmi musuh-musuh gereja yang dianggap menyimpang dari ajaran Kristus. Inkuisisi pada hakekatnya adalah lembaga peradilan yang bertugas mengawasi dan menghukum orang-orang heresy (pembid’ah) terhadap ajaran agama Katolik. Lembaga ini berada dibawah otoritas Paus dan Uskup. Tetapi hal yang berbeda terjadi di Spanyol, Inkuisisi Spanyol memiliki dua penguasa yang berbeda, yaitu Paus dan Raja. Kekuasaan Paus merupakan kekuasaan dalam hukum-hukum (canon law) yang digunakan dalam inkuisisi serta dalam masalah pengangkatan pejabat inkuisisi (grand inquisitor). Sedangkan kekuasaan Raja terletak pada pengusulan pejabat inkuisisi dan masalah keuangan lembaga tersebut. Meskipun raja terlibat dalam otoritas dan kekuasaan inkuisisi, namun kekuasaan raja hanya bersifat keduaniawian, tidak memasuki wilayah rohani dan kepentingan agama. Keempat, prosedur hukuman yang dilakukan dalam pengadilan inkuisisi terbagi dua, yaitu dalam prosedur interogasi untuk mendapatkan pengakuan bid’ah dan prosedur dalam eksekusi terdakwa yang bersalah. Prosedur interogasi pada intinya adalah untuk mendapatkan pengakuan bid’ah dari terdakwa. Teknik yang digunakan pun mulai dari teknik halus dengan wawancara atau dengan menggunakan teknik siksaan (torture). Teknik siksaan ini mulai diperkenalkan atas perintah Paus Innocent IV pada tahun 1252. Teknik penyiksaan yang sering diterapkan adalah teknik garrucha, toca, porto, strappado dan the rack. 127 Prosedur eksekusi mati yang dilakukan oleh inkuisisi Spanyol biasa disebut sebagai Auto de Fe. Proses auto ini merupakan proses yang sangat megah dan menghadirkan para penguasa (raja dan penguasa gereja Spanyol) serta ditonton oleh masyarakat. Proses ini jauh dari upaya untuk “mendamaikan” para terdakwa bid’ah dan hanya merupakan serangkaian prosesi perayaan. Proses eksekusi dan kekerasan didepan publik dalam pandangan komunikasi politik telah menjadi modal dari strategi kuasa sebagai dasar penguasaan raja terhadap masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan yang disebut sebagai a violence communication strategy (strategi komunikasi menggunakan kekerasan). Strategi komunikasi ini adalah dengan penggunaan media kekerasan yang digunakan sebagai teror dan menciptakan ketakutan dalam masyarakat. Orang yang berperan sebagai sender atau pemberi pesan adalah orang yang melakukan teror, para korban menjadi message generator, dan receiver (penerima pesan) adalah kelompok yang dianggap musuh atau publik secara luas. Strategi ini dapat dipahami dalam aspek sosial Eropa abad ke-15 ketika saat itu kekuasaan Gereja Katolik ditimpa dengan berbagai reformasi keagamaan, seperti Protestanisme dan Lutherianisme. Sehingga gereja pun harus menjaga hegemoni dan kepentingankepentingannya di Eropa. Kelima, inkuisisi telah menyebabkan dampak dalam aspek sosial dan politik masyarakat Spanyol. Dampak sosial yang ditimbulkan contohnya adalah dalam segi ekonomi. Ketika mayoritas konverso Yahudi dihukum oleh inkuisisi, maka sektor perekonomian Spanyol yang dikuasai oleh Yahudi beralih ke tangan pedagang dan pemodal asing, terutama dari Italia, Jerman dan Portugis. Selain 128 dari segi ekonomi, inkuisisi juga secara tidak langsung menghambat ilmu pengetahuan Spanyol. Hal ini disebabkan karena lembaga inkuisisi juga mengawasi peredaran buku-buku dan mensensor terhadap buku-buku yang dianggap bertentangan dengan doktrin Katolik. Akibat dari penyensoran ini, ilmu pengetahuan Spanyol mengalami stagnasi, berbeda dengan negara Eropa lainnnya yang telah mengalami kemajuan ketika mulai memasuki zaman renaissance. Dalam bidang politik, inkuisisi digunakan sebagai alat untuk membendung pengaruh-pengaruh luar yang negatif. Masyarakat Spanyol hidup dalam pengawasan dan pola yang ditetapkan oleh pemerintah kerajaan dan otoritas gereja. Berbagai kebijakan tersebut pada dasarnya adalah sebagai upaya untuk penjagaan atas hegemoni dan kepentingan-kepentingan Gereja di Eropa. 129