PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) INDUSTRI FARMASI MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER UNHAS A. TATA TERTIB 1. Tata terttib ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa yang mengikuti PKL Industri Farmasi UNHAS untuk dapat berbuat, bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturanaturan yang ada dalam lingkungan masing-masing industri farmasi, serta dapat menunjang kelancaran pelaksanaan dan keberhasilan tugas di lapangan. 2. Tata tertib ini mengatur kegiatan mahasiswa sejak pra operasional pelaksanaan PKL, yaitu sebelum mahasiswa melaksanakan PKL, selama berlangsungnya kegiatan di lokasi PKL, dan saat kembali ke kampus 3. Di samping menyusun laporan kelompok pada salah satu industri farmasi (dengan persetujuan pembimbing di pabrik), masing-masing mahasiswa harus membuat makalah individual dengan bimbingan seorang dosen yang ditunjuk oleh Koordinator PKL Industri Farmasi. Makalah individual ditandatangani oleh dosen Pembimbing Makalah Individual dan Koordinator PKL, kemudian diperbanyak untuk materi Ujian Apoteker. B. PELAKSANAAN PKL 1. PKL Industri Farmasi merupakan kegiatan kurikuler sesuai Kurikulum Program Pendidikan Profesi Apoteker dengan bobot 2 SKS. 2. Selama belum berkembangnya industri farmasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI), PKL Industri Farmasi mahasiswa UNHAS dilaksanakan di Pulau Jawa atau Bali. D. MATERI PKL INDUSTRI FARMASI 3. Lokasi pelaksanaan PKL ditentukan oleh Koordinator PKL Industri Farmasi berdasarkan kesediaan menerima oleh pabrik (industri) farmasi yang akan dikunjungi. I. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN 4. PKL dilaksanakan selama satu minggu di pabrik dan 1 minggu penyusunan laporan, atau kunjungan pendek ke beberapa pabrik obat, obat tradisional, kosmetik atau kebun percobaan tanaman obat. 5. Jadwal pelaksanaan ialah pada semester yang sedang berjalan sesuai jadwal Program Pendidikan Profesi Apoteker . 6. Peserta yang sudah mengisi KRS diharuskan mendaftar kembali pada Koordinator PKL Industri Farmasi dan membayar “Management Fee” sesuai perhitungan pembiayaan dan kesepakatan. C. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud : Seorang Apoteker, di mana pun ia menjalankan praktek profesionalnya, Apakah di Apotik, Rumah Sakit, apalagi di Industri Farmasi, perlu dibekali pengalaman kerja di Industri Farmasi sebagai penghasil sediaan farmasi (obat, obat tradisional dan kosmetika), perbekalan farmasi (obat, bahan obat dan alat kesehatan), atau perbekalan kesehatan (sedaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya). Tujuan : menjelaskan prinsip-prinsip produksi, pengendalian kualitas (quality control) dan penjaminan kualitas (quality assurance) obat, dan distribusi obat. Dalam PKL di industri farmasi perlu dipelajari : 1. Organisasi (Sejarah dan Sekilas perusahaan atau Company Profile) 2. Manajemen Personalia 3. Bangunan dan ruangan, khususnya apabila memproduksi antibiotika 4. Registrasi, menyiapkan kebutuhan untuk proses registrasi. 5. Maintenance (Pemeliharaan) II. RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) 1. Product & New Product Development (Merencanakan atau memodifikasi formula dengan mempertimbangkan segala aspek). 2. Membuat master protap (prosedur tahapan kerja) atau SOP (Standard Operation Procedure). 3. Cara Validasi (verifikasi Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk) III. PRODUKSI (PRODUCTION) 1. 2. Manajemen Material : PPIC (Planning, Production and Inventory Control) Flow of Material Pergudangan (Pengadaan barang) Proses pengolahan protap yang berlaku mulai dari penimbangan bahan obat sampai ke pengemasan primer. 3. Pengemasan (Packaging). 4. Jenis Produk yang dihasilkan 5. Marketing Management (Pemasaran) IV. QUALITY ASSURANCE (PENJAMINAN KUALITAS) DAN QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU) 1. Struktur organisasi QC. 2. Pengambilan contoh dan pengujian contoh beberapa tahap produksi tertentu sesuai protap. 3. Membuat protokol evaluasi kualitas V. SARANA PENUNJANG 1. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2. Air untuk Industri Farmasi 3. Penanganan Limbah (AMDAL) Makassar, 2005 Koordinator Praktek Kerja Lapang Industri Farmasi (Drs. Frans A. Rumate, Apt) NIP. 130 520 422 pada KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.05.3.02152 TAHUN 2002 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK . Menimbang : a. bahwa Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik yang diberlakukan pada tahun 1988 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang farmasi; b. bahwa naskah Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik hasil kerja Tim Revisi Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik; c. bahwa untuk menjamin mutu, keamanan, khasiat, dan kemanfaatan obat yang beredar, industri farmasi perlu menerapkan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik dalam setiap aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat; d. sehubungan dengan huruf a, b, dan c perlu ditetapkan Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik; Mengingat : a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781); c. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2002; d. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2002 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagai mana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2002; e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43/Menkes/ SK/II/1988 tanggal 2 Pebruari 1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. f. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM tanggal 26 Pebruari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan; g. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.3.02147 tanggal 11 Juli 2001 tentang Tim Revisi Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik; LAMPIRAN : Diambil hanya Bagian I Ketentuan Umum yang meliputi definisidefinisi MEMUTUSKAN. Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK. 1. Ketentuan Umum Pertama : Industri Farmasi wajib menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. Kedua : CPOB sebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama berpedoman kepada Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik seperti tercantum dalam lampiran keputusan ini sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan obat. Ketiga : Terhadap lndustri Farmasi yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama diberikan sertifikat CPOB yang diperinci untuk setiap bentuk sediaan. Keempat : Sertifikat CPOB sebagaimana dimaksud dalam diktum ketiga dapat dicabut dalam hal : a. Terjadi perubahan yang mengakibatkan tidak dipenuhinya persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam diktum Pertama. b. Industri Farmasi dengan sengaja melakukan tindakan yang mengakibatkan tidak terlaksananya penerapan CPOB. Kelima : Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 05411/A/SK/XII/89 tanggal 16 Desember 1989 dinyatakan tidak berlaku. Keenam : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 15 Juli 2002 Badan Pengawas Obat dan Makanan Kepala, H. SAMPURNO NIP.140087747 CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produk dan pengendalian mutu dan bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 1.1 Landasan Umum 1.1.1 Pada pembuatan obat, pengawasan menyeluruh adalah sangat esensi untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dapat dibenarkan bagi obat yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa atau memulihkan atau memelihara kesehatan. 1.1.2 Tidaklah cukup bila obat hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi sangat penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personalia yang terlibat dalam pembuatan obat. 1.1.3 Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh mengandalkan hanya pada suatu pengujian tertentu saja. Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat. 1.1.4 CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki; bila perlu dapat dilakukan penyesuaian dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan telah dicapai. 1.2 Definisi Dalam pedoman ini digunakan definisi sebagai berikut : 1.2.1 Akurasi Tingkat kedekatan hasil yang diperoleh terhadap nilai sesungguhnya dari suatu pengukuran atau analisis. 1.2.2 Bahan Awal Semua bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam produksi obat. 1.2.3 Bahan Baku Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. 1.2.7 Bank Sel Kerja Biakan sel yang berasal dari Bank Sel Induk dan dimaksudkan untuk penggunaan dalam produk biakan sel selanjutnya. Bank sel kerja lazimnya disimpan pada suhu -70oC atau kurang. 1.2.8 Bets (Batch) Sejumlah produk obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Esensi suatu bets adalah homogenitas-nya. 1.2.9 Biakan Sel Hasil pertumbuhan sel in vitro yang diisolasi dari mikroba multiselular. 1.2.10 Biogenerator Suatu sistem tertutup seperti fermentator dimana bahan biologi dimasukkan bersama bahan lain agar terjadi proses multiplikasi sel atau reaksi yang menghasilkan suatu zat baru. Biogenerator biasanya dilengkapi dengan peralatan asesori untuk mengatur, mengendalikan, menyambungkan, penambahan bahan dan pengeluaran bahan. 1.2.11 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaan produk disamping persyaratan lainnya. 1.2.12 Contoh Representatif 1.2.4 Bahan Biologi Semua mikroba, meliputi mikroba hasil rekayasa biogenetika, biakan sel dan endoparasit baik yang bersifat patogen maupun tidak. 1.2.5 Bahan Pengemas Semua bahan yang dipakai dalam proses pengemasan produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi. 1.2.6 Bank Sel Induk Biakan sel dengan ciri lengkap yang diisikan ke wadah-wadah dalam satu operasi tunggal setelah diproses sedemikian rupa untuk memastikan homogenitasnya dan disimpan pada kondisi yang tepat agar stabil. Bank sel induk lazimnya disimpan pada suhu -70oC atau kurang. Contoh yang menggambarkan secara tepat suatu lot atau bets atau sejumlah bahan yang diambil contohnya. 1.2.13 Daerah Bersih Daerah produksi dengan pengawasan dan pengendalian lingkungan terhadap cemaran partikulat dan mikrobiologi pada tingkat yang telah ditetapkan. Konstruksi dan penggunaan daerah ini ditetapkan sedemikian rupa untuk mengurangi masuknya, tumbuhnya dan tertahannya cemaran ke dalam daerah. 1.2.14 Daerah Terkendali Daerah yang dikonstruksi dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap masuknya cemaran yang akan meng-akibatkan munculnya mikroba secara tidak sengaja. Pasokan udara yang mendekati standar lingkungan kelas III atau yang lebih baik adalah tepat di daerah ini. Tingkat pengendalian lingkungan yang dilakukan hendaklah memperhitungkan sifat organisme yang digunakan dalam proses. Sekurang-kurangnya daerah ini hendaklah dipertahankan bertekanan negatif terhadap lingkungan luar langsung dan memungkinkan penghilangan cemaran dari udara sekitar meskipun dalam jumlah sedikit. 1.2.15 1.2.16 Daerah Terkurung Daerah yang dilengkapi peralatan pengendali dan saringan udara dan dikonstruksi serta dioperasikan sedemikian rupa untuk menghindarkan cemaran bahan biologi yang berasal dari dalam daerah ke lingkungan luar. Diluluskan Status bahan atau produk yang diijinkan untuk digunakan pada pengolahan, pengemasan atau distribusi. 1.2.17 Ditolak Status bahan atau produk yang tidak diijinkan untuk digunakan dalam pengolahan, pengemasan atau distribusi. 1.2.18 Dokumentasi Seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang berhubungan dengan pembuatan obat. 1.2.19 Gas Cair Gas yang tetap dalam keadaan cair di dalam tabung pada suhu dan tekanan normal saat pengisian yang normal. 1.2.20 Hasil Nyata Jumlah yang sebenarnya pada setiap tahap produksi suatu produk obat tertentu dari sejumlah bahan awal yang dipakai. 1.2.21 Hasil Standar Jumlah yang telah dibakukan oleh produsen yang hendak dicapai pada tiap tahap produksi suatu produk obat tertentu. 1.2.22 Hasil Teoritis Jumlah yang dihasilkan pada tiap tahap pembuatan produk tertentu, dihitung berdasarkan jumlah komponen yang digunakan, apabila tidak terjadi kehilangan atau kesalahan selama pembuatan. 1.2.23 Kalibrasi Serangkaian tindakan untuk menentukan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukut, atau diprepresentasikan dari pengukuran bahan, dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar. 1.2.24 Karantina Status bahan atau produk yang dipisahkan secara fisik atau dengan sistem tertentu menunggu keputusan apakah bahan atau produk tersebut ditolak atau dapat digunakan untuk pengolahan, pengemasan atau distribusi. 1.2.25 Kontaminasi Silang Pencemaran suatu bahan atau produk dengan bahan atau produk lain. 1.2.26 Kurung Primer Sistem pengurungan yang mencegah terlepasnya suatu bahan biologi ke lingkungan luar langsung. Sistem ini menggunakan wadah atau tanki tertutup atau lemari aman biologi dan prosedur untuk keamanan kerja. 1.2.27 Kurung Sekunder Sistem pengurungan yang mencegah terlepasnya suatu bahan biologi ke lingkungan luar langsung atau ke daerah kerja lain. Sistem ini meliputi penggunaan ruang kerja yang dilengkapi pengendali udara dengan rancangan khusus, ruang penyangga udara dan/atau alat untuk mensterilkan yang digunakan sebagai sarana bagi pengeluaran bahan dari ruang kerja dan prosedur kerja yang aman. Dalam banyak hal penggunaan sistem ini menambah efektivitas dari suatu kurungan primer. 1.2.28 Lot Bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat dan mutu yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan. Apabila suatu produk obat diproduksi dengan proses terus menerus, lot berarti suatu bagian tertentu yang dihasilkan dalam suatu satuan waktu atau satuan jumlah sedemikian rupa sehingga menjamin bagian ini memiliki sifat dan mutu yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan. 1.2.29 Lot Benih Induk Biakan suatu mikroorganisme dari suatu ruahan yang dipindahkan sedemikian rupa ke dalam wadah-wadah dalam suatu operasi tunggal untuk memastikan homogenitasnya, mencegah kontaminasi dan memastikan stabilnya. Sebuah Lot Benih Induk dalam bentuk cairan lazimnya disimpan pada suhu -70oC atau kurang. Lot Benih Induk yang dikeringkan melalui pembekuan (freese dried) disimpan pada suhu yang ditetapkan untuk memastikan stabilitasnya. 1.2.30 Lot Benih Kerja Biakan mikroba yang berasal dari Lot Benih Induk dan dimaksudkan untuk penggunaan dalam produksi rutin. Lot Benih Kerja didistribusikan dalam wadah-wadah dan disimpan seperti halnya dengan Lot Benih Induk. 1.2.31 Manifoid Peralatan berbentuk pipa yang dirancang khusus sehingga memungkinkan satu atau lebih wadah gas dapat diisi secara serempak dari satu sumber. 1.2.32 Nomor Bets Penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya, yang merupakan tanda pengenal suatu bets, yang memungkikan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan bets tersebut, termasuk tahap-tahap produksi, peng-awasan dan distribusi. 1.2.33 Nomor Lot Penandaan yang terdiri dari huruf atau angka tertentu atau gabungan keduanya, yang merupakan tanda pengenal suatu lot, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan lot tersebut termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi. 1.2.34 Obat Tiap bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk dijual atau disajikan untuk digunakan (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. 1.2.35 Obat Jadi Suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. 1.2.36 Obat Kembalian Obat yang dikirimkan kembali ke gudang pabrik atau penyalur. 1.2.37 Pemasok Terpilih Pemasok yang telah lama dikenal atau dipercaya memasok bahan awal yang selalu memenuhi spesifikasi serta bahan tersebut diterima dalam keadaan utuh dan dalam kemasan yang tepat. Pemasok Terpilih ditetapkan juga berdasarkan hasil Penilaian Terhadap Pemasok. 1.2.38 Pemastian Mutu Seluruh pengaturan yang dikemas dalam suatu sistem dalam rangka memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 1.2.39 Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dab pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan awal, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi untuk distribusi. 1.2.40 Pemulihan Penambahan seluruh atau sebagian produk dari suatu bets sebelumnya yang memenuhi kualitas yang ditetapkan ke bets berikut pada suatu langkah tertentu dari proses produksi. 1.2.41 Pengawasan Selama Proses Pemeriksaan dan pengujian yang dilembagakan dan dilaksanakan selama proses pembuatan obat, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan. 1.2.42 Pengawasan Mutu Semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar obat senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. 1.2.43 Pengemasan Bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk meng-hasilkan obat jadi. Catatan: Lazimnya proses pengisian steril tidak dianggap sebagai bagian dari pengemasan. Dalam hal ini produk ruahan steril adalah produk yang sudah terisi dalam kemasan primer sebelum dilanjutkan ke proses pengemasan akhir. 1.2.44 Pengolahan Bagian dari siklus mulai dari penimbangan bahan baku sampai menghasilkan produk ruahan. 1.2.45 Pengolahan Ulang 1.2.50 Uraian tugas yang harus dilaksanakan serta peringatan yang diikuti secara langsung atau tidak langsung dalam pembuatan obat. Pengerjaan kembali seluruh atau sebagian bets produk yang tidak memenuhi kualitas pada suatu langkah tertentu dari proses produksi agar kualitasnya dapat diterima sesudah melalui satu atau lebih proses tambahan. 1.2.46 1.2.51 Rekonsiliasi Perbandingan nilai ketidakcocokan jumlah bahanbahan masuk dan keluar selesai suatu proses atau serangkaian proses produksi. 1.2.52 Ruang Penyangga Udara Ruang tertutup berpintu dua atau lebih yang dihubungkan ke dua atau lebih ruang lain yang berbeda kelas kebersihan dan bertujuan untuk mengendalikan aliran udara saat pintu dari ruang lain tersebut terbuka. Suatu ruang penyangga udara dapat digunakan sebagai tempat lewatnya karyawan petugas atau bahan yang akan digunakan produksi, dalam hal terakhir ini ruang penyangga udara tersebut juga ”Kotak Penyangga”. Suatu proses penyangga udara dapat menjadi ruang untuk masuk ke ruang bersih dimana produk steril diproses. 1.2.53 Ruang Steril atau Daerah Steril Presisi Tingkat variasi (atau kecocokan) antara hasil uji dari masing-masing contoh terpisah yang diambil dari satu bets bahan atau produk yang homogen. Termasuk dalam hal ini variasi antar analis, waktu analisis, pengujian terhadap ekstraksi yang sama dari contoh yang diberikan, ekstraksi yang berbeda dan antara laboratorium yang melaksanakan uji yang sama. Persisi lazimnya terdiri dari : - Ripitabilitas (dalam laboratorium yang sama) - Reprodusibilitas (antar laboratorium yang berbeda) 1.2.47 Produksi Semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan awal, pengolahan sampai dengan pengemasan untuk menghasilkan obat jadi. 1.2.48 Produk Antara Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk ruahan. 1.2.49 Produk Ruahan Tiap bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi obat jadi. Prosedur Ruang atau daerah yang memakai kondisi lingkungan tertentu, yang pencemaran debu dan mikrobanya terkendalikan. Ruang atau daerah tersebut dibangun, diperlengkapi dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi masuknya, tumbuhnya atau tertahannya cemaran. 1.2.54 Sanitasi Segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. 1.2.55 Sistem Bank Sel Sistem dimana bets-bets berurutan dari suatu produk dibuat dengan proses pembiakan sel yang berasal dari satu bank sel induk (Lihat ’Bank Sel Induk’) yang memilik identitas lengkap serta bebas cemaran. Beberapa wadah dari bank sel induk digunakan untuk mendapatkan sebuah bank sel kerja (Lihat ’Bank Sel Kerja’). Sistem bank sel divalidasi tingkat pasasenya atau jumlah penggandaan populasinya diluar jumlah yang diperoleh selama produksi rutin. 1.2.56 1.2.57 Sistem Lot Benih Sistem lot benih adalah satu sistem dimana pembuatan bets produk dibuat dari Lot benih Induk yang sama dengan jumlah pasase yang telah ditentukan. Vaksin yang digunakan dalam uji klinis dibuat dari Lot Benih Kerja yang diperoleh dari beberapa kali pasase Lot Benih Induk. Produk akhir (vaksin dalam produksi rutin) dibuat dari Lot Benih Kerja yang diperoleh dari beberapa kali pasase Lot Benih Induk yang sama. Jumlah pasase dari Lot Benih Induk sampai menjadi produk akhir tidak boleh melebihi jumlah pasase untuk membuat vaksin yang digunakan dalam uji klinis yang telah terbukti memuaskan baik dari aspek keamanan dan kemanjuran. Asal dan riwayat pasase Lot Benih Induk dan Lot Benih Kerja hendaklah dicatat. Spesifikasi Bahan Pemberian suatu bahan awal, produk antara, produk ruahan atau obat jadi mengenai sifat-sifat kimia, fisik dan biologi jika ada. Spesifikasi tersebut menyatakan estándar dan toleransi yang diperbolehkan yang biasanya dinyatakan sevara deskriptif dan numerik. 1.2.58 Stabilitas Kemampuan produk untuk memper-tahankan sifat fisika, kimia, mikrobiologi dan biofarmasi sebelum batas daluwarsa. 1.2.59 Sterilisasi Inaktifasi atau pengurangan mikroba hidup sampai batas yang dapat diterima, yang dilakukan dengan cara yang sesuai. 1.2.60 Tabung (Gas) Tabung yang dirancang khusus untuk penyimpanan gas pada tekanan tinggi. 1.2.61 Tanggal Daluwarsa Tanggal yang menyatakan bahwa sebelum tanggal suatu bets atau lot tertentu masih memenuhi spesifikasi standar mutu yang disyaratkan. Tanggal Pembuatan Tanggal yang menunjukkan selesainya proses pembuatan suatu bets tertentu. 1.2.62 1.2.63 Tangki Kriogenik Tangki yang dirancang khusus untuk penyimpanan gas cair pada suhu yang sangat rendah. 1.2.64 Terinfeksi Kondisi pencemaran dengan bahan biologi eksternal dan dengan demikian sanggup menyebarkan infeksi. 1.2.65 Validasi Suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. PRAKTEK KERJA LAPANG MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER Buku Pedoman tanpa tanda tangan asli dari Koordinator adalah bajakan NAMA : No. MHS : DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar Telp. (0411) 585 566 Fax. (0411) 585 566