kesadaran hukum masyarakat dan pemerintah sebagai faktor

advertisement
KESADARANHUKUMMASYARAKATDANPEMERINTAHSEBAGAI
FAKTORTEGAKNYANEGARAHUKUMDIINDONESIA
AtangHermawanUsman
KaurRapkumBipkumKepolisianDaerahJawaBarat
E-mail:[email protected]
Abstract
IndonesiaistheLawState.Thisstatementidentifiesthateverythingmustbebasedonlaw.The
assertionofLawStateprincipleiscontainedinarticle1paragraph(3)of1945Constitution.
Lawhasgoals.Oneofthosegoalsistoobtainlegalcertainty.Nevertheless,lawinIndonesia
has not given legal certainty to Indonesian citizens. Some factors of the lacks of law
enforcement in Indonesia are society's law awareness and government's law awareness.
ThereshouldbesomeeffortsandhardworktoupholdthelawinIndonesia,andhardefforts
fromeveryelement,bothsocietyandgovernment.
Keywords:awareness;law;society;government;Indonesia
Abstrak
Indonesia sebagai Negara hukum. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa segala
sesuatuperbuatanharuslahdidasarkanpadahukum.penegasandianutnyaprinsipNegara
Hukumsebagaimanatertuangpadapasal1ayat(3)UUD1945.Hukumdibentukmemiliki
tujuan, salah satu tujuan dibentuknnya hukum adalah untuk memperoleh kepastian
hukum. Hukum di Indonesia ternyata belum memberikan kepastian hukum bagi
warganegara Indonesia. Beberapa faktor kurang tegaknnya hukum di Indonesia yang
dikemukakamolehbeberapaahlihukum,dapatdipengaruhiantaralainadanyakesadaran
hukum baik kesadaran hukum dari masyarakat serta kesadaran hukum dari
pemerintah.dioerlukan beberapa upaya dan kerja keras dalam meneggakan hukum di
Indonesiasertatidaklepasjugakemampuandankemauanyangcukupkerasdariberbagai
elemenbaikitudarimasyarakatsertapemerintah.
Keywords:awareness;law;society;government;Indonesia
A. PENDAHULUAN
Salah satu perubahan mendasar
setelah dilakukan Amandemen terhadap
UUD 1945 dalam suatu rangkaian yang
terdiri atas empat tahapan pada tahun
1999 sampai tahun 2002 adalah
penegasan dianutnya prinsip Negara
Hukumsebagaimanatertuangpadapasal1
ayat(3)UUD1945.
NegaraHukumyangdiidealkanadalah
negara hukum yang berdasarkan
26
pengakuan kedaulatan adalah ditangan
rakyat yaitu suatu negara hukum yang
demokratis dan sekaligus negara
demokrasi berdasarkan hukum,
sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1
ayat (2); “Kedaulatan berada ditangan
rakyatdandilaksanakanmenurutUndangundang Dasar” Jo pasal 1 ayat (3)
menyatakan, “Indonesia adalah Negara
Hukum”.
Dengan demikian UUD 1945 adalah
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
aturan hukum tertinggi yang
keberadaannya dilandasi legitimasi
kedaulatanrakyatdannegarahukum.Oleh
karena itu UUD 1945 dipandang sebagai
bentuk kesepakatan bersama (general
agreement) “seluruh rakyat Indonesia”
yangmemilikikedaulatan.Halitusekaligus
membawakonsekuensibahwaUUD1945
merupakan aturan tertinggi dalam
kehidupanberbangsadanbernegarayang
mengatur bagaimana kedaulatan rakyat
akan dilaksanakan. Inilah yang secara
teoritis disebut dengan Supremasi
Konstitusi sebagai salah satu prinsip
utama tegaknya negara hukum yang
demokratis.
Agar tujuan nasional dapat tercapai,
pelaksanaan aturan-aturan dasar
konstitusi dalam praktek kehidupan
berbangsa dan bernegara menjadi syarat
mutlak yang harus dipenuhi, oleh karena
itu konstitusi harus dikawal dengan
pengertian agar selalu benar-benar
dilaksanakan.
Sesuai dengan salah satu pengertian
negara hukum, dimana setiap tindakan
penyelenggaraan negara serta warga
negara harus dilakukan berdasarkan dan
didalamkoridorhukum,makayangharus
mengawal konsitusi adalah segenap
penyelenggara negara dan seluruh warga
n e ga ra d e n ga n c a ra m e n j a l a n ka n wewenang, hak dan kewajiban
konstitusionalnya. Apabila setiap pejabat
dan aparat penyelenggara negara telah
memahamiUUD1945sertamelaksanakan
wewenangnya berdasarkan hukum,
kebijakan dan tindakan yang dihasilkan
adalahbentukpelaksanaanUUD1945.
Hal itu harus diimbangi dengan
pelaksanaan oleh seluruh warga negara.
Untuk itu juga dibutuhkan adanya
“kesadaran berkonstitusi” warga negara,
tidaksajauntukmelaksanakanperaturan
perundang-undangan dan kebijakan yangdibuatberdasarkanUUD1945,tetapi
juga untuk dapat melakukan kontrol
pelaksanaanUUD1945baikdalambentuk
peraturan perundang - undangan,
kebijakan maupun tindakan
penyelenggaranegara.Fungsikontroldari
masyarakatdiperlukanberiringandengan
penerapan prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi dalam sistem ketata
negaraan.HalitukarenaantaraUUD1945
dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya, kebijakan serta tindakan
penyelenggaranegara,terdapatjarakyang
memungkinkan adanya bias, bahkan
pertentangan dalam pelaksanaan UUD
1945.
Untuk mewujudkan hal tersebut
diatas, kedalam hukum di Indonesia
dewasa ini masih jauh dari apa yang
diharapkan.Halinidisebabkanantaralain
karena substansi hukum (peraturan
perundang-undangan) relatif kurang
rensponsif,tumpangtindih,dankerancuan
hukum, dan kurangnya sarana dan
prasarana hukum, terbatasnya integritas
dan profesionalisme aparat penegak
hukum, kesadaraan hukum, mutu
pelayanan serta kepastian dan keadilan
hukum sehingga mengakibatkan
penegakanprinsip-prinsipnegarahukum
belumdapatdiwujudkansecaraoptimal.
Demikian pula, bahwa hukum di
negaraIndonesiatidakselaludapatdilihat
sebagai penjamin kepastian hukum,
penegak hak-hak masyarakat, atau
penjamin keadilan. Banyak sekali
peratuaran yang tumpul, tidak mempan
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
27
memotong kesewenang-wenangan, tidak
memprihatinkan, seperti dalam bentuk
mampu menegakkan keadilan dan tidak
tindak kekerasan, diskriminasi,
dapat menampilkan dirinya sebagai
penanganan dan penyelesaian kasus pedoman yang harus diikuti dalam
berlarut-larut dan kesewenangmenyelesaikan berbagai kasus yang
wenangan.
seharusnya bisa dijawab oleh hukum.
Didalamilmuhukumdikenaldengan
Bahkanbanyakprodukhukumyanglebih
adanya beberapa pendapat tentang
banyak diwarnai oleh kepentingankesadaranhukum.Diantarasekianbanyak
kepentingan politik pemegang kekuasaan
pendapat terdapat tentang kesadaran
1
dominan.
hukum.Diantarasekianbanyakpendapat,
Ternyata hukum tidak steril dari
terhadapsuaturumusanyangmenyatakan
subsistem kemasyakatan lainnya. Politik
bahwasumbersatu-satunya hukum dan kerapkali melakukan intervensi atas
kekuatan mengikatnya hukum adalah
pembuatan dan pelaksanaan hukum,
kesadaran hukum masyarakat. Dikatakan
sehingga memasuki wilayah politik
kemudian bahwa perasaan hukum dan
2
hukum. Politik hukum secara sederhana
keyakinan hukum individu di dalam
dapat dirumuskan sebagai kebijaksanaan
masyarakat yang merupakan kesadaran
politik(legalpolicy)yangakanatautelah
hukum individu merupakan pangkal dari
dilaksanakan secara nasional oleh
pada kesadaran hukum masyarakat.
pemerintah; mencakup pula pengertian Selanjutnya pendapat tersebut
tentang bagaimana politik
menyatakan bahwa kesadaran-kesadaran
mempengaruhi hukum dengan cara
hukum individu mengenai peristiwa
melihat konfigurasi kekuatan yang ada di
tertentu.
belakang pembuatan dan penegakan
Ada pula yang menyatakan bahwa
hukumitu.Disinihukumtidakdapathanya
hukum ditentukan dan tergantung pada
dipandang sebagai pasal-pasal yang
praktek-praktek sehari-hari dari pejabat
bersifat imperatif atau keharusanhukum, seperti hukum dan ketertiban
keharusan yang bersifat das sollen,
umum, selanjutnya dikatakan bahwa
melainkan harus dipandang sebagai
kesadaran hukum tersebut sejalan, akan
subsistemyangdalamkenyataan(dassein)
tetapi dalam kenyataannya tidak selalu
bukan tidak mungkin sangat ditentukan
demikian prosesnya, padahal kepastian
olehpolitik,baikdalamperumusanmateri
hukum dan ketertiban umum selalu
dan pasal-pasalnya maupun dalam menuntut agar ketentuan-ketentuan
3
implementasidanpenegakannya.
hukumtertulisditaati.
Kondisi demikian mengakibatkan
Hal tersebut diatas menyebabkan
terjadinyakrisishukumdanpenegakan
kehidupan hukum dalam masyarakat
prinsip-prinsip negara hukum masih
selalumengandungpersoalanseperti:
1
Moh.Mahfud,MD,PolitikHukumdiIndonesia,PustakaLP3ESIndonesia,Jakarta,1998,hlm1.
Ibid.
3
SoerjonoSoekanto,Pokok-PokokSosiologiHukum,PT.RajaGrafindoPersada,jakarta,2005,hlm.167.
2
28
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
1. Kesadaran hukum masyarakat
mengenaiperistiwa-peristiwatertentu
tidaksejalandengankesadaranhukum
parapejabathukum.
2. Kesadaran hukum atau pola perilaku
masyarakat mengenai peristiwaperistiwa tertentu belum sejalan
dengan ketentuan-ketentuan hukum
yang tertulis, pada khususnya yang
menyangkut kepastian hukum dan
ketertibanumum.
3. Kesadaranhukumparapejabatbelum
sejalan dengan ketentuan-ketentuan
hukumyangtertulis.
Peningkatan kesadaran hukum
seyogianyadilakukanmelaluipenerangan
danpenyuluhanhukumyangteraturatas
dasar perencanaan yang mantap.
Penyuluhanhukumbertujuanagarwarga
masyarakat mengetahui dan memahami
hukum-hukum tertentu. Penerangan dan
penyuluhan hukum harus disesuaikan
denganmasalah-masalahhukumyangada
dalammasyarakatpadasuatuwaktuyang
menjadisasaranpenyuluhanhukum.
Demokrasi adalah menyangkut
kesadaran, perilaku, dan struktur sosial
yang relatif mapan, sehingga pembaruan
terhadap hukum yang harus dilakukan
olehbangsaIndonesiaakanmembutuhkan
waktu yang relatif lama. Hal itu,
masalahnya bukan saja menyangkut
produk-produkhukumberupaperundangundangan, kebijakan administrasi atau
putusan hakim, tetapi menyangkut pula
kesadaranhukumdanstruktursosialyang
menopangnya. Hal ini berkaitan dengan
proses demokratisasi yang menyangkut
transformasisosialyanglebihluas.
Politik pembaruan hukum itu
dilaksanakan, Pertama-tama adalah
dilaksanakanmelaluievaluasihukumdan
perundang-undangan (evaluatie van
wetgeving). Evaluasi hukum, berdasarkan
pembaruanhukumuntukyanglebihbaik,
tujuannyaagarhukumitumenjadiefektif.
Seperti diketahui, efektivitas hukum
berkaitandenganperananhukumsebagai
alat atau instrument untuk tujuan politik
reformasi yang demokratis berdasarkan
UUD 1945 dengan melaksanakan nilainilai atau waarborg dari prinsip negara
hukum.
B. PEMBAHASAN
1. Masyarakat, Hukum, Kekuasaan
DanKesadaranHukum
Manusia bermasyarakat, hidup di
dalam apa yang dinamakan situasi sosial
dansituasialam.Situasisosialmerupakan
suatukeadaan,dimanaterdapathubungan
timbal balik antara manusia. Adanya
situasisosialtersebut,dapatdikembalikan
padapalingsedikittigafaktor,yaitu:4
a. Naluri manusia untuk hidup bersama
denganmanusia,
b. Keinginan untuk menyesuaikan diri
dengan orang lain, atau dengan
lingkungansosialnya.
c. Keinginan untuk menyesuaikan diri
denganalamsekelilingnya.
Situasi sosial tersebut, dapat
mengakibatkan terjadinya situasi
kebersamaan dan situasi kehidupan
berkelompok.
Situasi kebersamaan ditandai dengan
faktor, bahwa secara kebetulan orangorang berada di suatu tempat karena
4
SoerjonoSoekanto,KegunaanSosiologiHukumBagiKalanganHukum,P.T.CitraAdityaBahkti,Bandung,1989,hlm79.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
29
adanyakepentingan ataupusatperhatian yang relatif sama. Situasi kehidupan
berkelompok ditandai dengan adanya
motifyangsama,kecakapanyangberbedabeda,adanyastrukturdankaidah-kaidah.
Kecuali daripada itu, orang-orang yang
tergabung di dalamnya, merasa dirinya
sebagai bagian dari kelompok serta
melakukan interaksi sosial yang relatif
kontinue.
Jelaslah, bahwa kehidupan
bermasyarakat sebenarnya berintikan
pada interaksi sosial. Interaksi sosial tersebutmerupakanhubungan-hubungan
sosial yang dinamis, yang menyangkut
hubungan antara orang-orang sebagai
pribadi-pribadi, antara kelompokkelompokmanusia,maupunantaraorang
perorangan dengan kelompok manusia.
Suatuinteraksisosialtidakakanmungkin
terjadi, apabila tidak memenuhi syaratsyarat adanya kontak dan komunikasi.
Kontaksosialdapatterjadiantaraorangperorangan,orangdengankelompokatau
antarakelompok-kelompok.
Kehidupan sosial dianggap bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan yang tidak
identik dengan kenikmatan, kesedapan
dankemewahan.Kebahagiaantidakdapat
dibeli dengan kekayaan materiil,
kekuasaan, prestise maupun karena
termasyurnya seseorang. Usaha-usaha
untuk selalu mengaitkan tujuan interaksi
sosial dengan kekayaan materil,
kekuasaan, prestise dan ketermasyuran,
hanya akan mendatangkan kesedihan sertakekecewaanbelaka.Olehkarenaitu,
didalampergaulanhidup,seseorangharus
dapat mempertahankan kehormatan diri
dan integritasnya. Caranya adalah 5
berpegangpadaenamhal,yaitu:
a. mendasarkan pada kebutuhan yang
nyata(sabutuhe)
b. efisiensi(saperlune)
c. efektivitas(sacukupe)
d. menyesuaikan diri dengan kebenaran
(sabenere)
e. sesuai dengan kaidah-kaidah
(samestine)
f. tanpa memaksakan kemampuan fisik
danmental(sakepenake)
Salah satu hal lain yang perlu
diperhatikanadalah,apayangdinamakan
"tepa salira". Artinya suatu usaha untuk
memahamisertamengertiperasaandan
motivasiperikelakuanpihaklainmelalui
prosesidentifikasi.
Ciri-ciri tersebut di atas cenderung
untuk menghasilkan pola-pola interaksi
sosialyangbersifatasosiatif.Sifatasosiatif
tersebut cenderung menuju ke bentuk
akomodasi yang artinya suatu keadaan
seimbang dalam interaksi sosial dan
adanya usaha-usaha untuk meredakan suatu pertentangan atau perselisihan.
Dan apabila pola-pola interaksi sosial
tradisional tadi dihubungkan dengan
proseshukum,makadapatlahdimengerti
bahwa titik tolak penyelesaian sengketa
bukanlah peraturan-peraturan hukum,
akan tetapi pelenyapan dari konflik
tersebut kalau perlu dengan netralisasi
melaluikosmetikasosial.Makaparawarga
masyarakat lebih cenderung untuk
berurusandenganpejabat-pejabathukum,
dari pada mentaati peraturanperaturannyayangmengaturhak-hakdan
kewajiban-kewajibannya. Keadaan inilah
5
Ibid.,hlm.82.
30
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
merupakan suatu masalah, yang
masyarakat. Akan tctapi acapkali terjadi,
memerlukanpengarahanolehhukum.
bahwa letaknya wewenang yang diakui
Pengertian kekuasaan sebenarnya
oleh masyarakat dan letaknya kekuasaan
secaraimplisittercakupdalampengertian
yang nyata, tidak berada di dalam satu
politik, oleh karena politik merupakan
tanganatautempat.
suatu seni untuk membina kekuasaan.
Bentuk-bentuk kekuasaan pada
Kekuasaan mempunyai peranan yang
masyarakat adalah beraneka ragam
sangat penting, oleh karena menentukan
dengan masing-masing polanya. Akan
nasib warga-warga masyarakat. Baiktetapi pada umumnya ada suatu pola
buruknya kekuasaan tadi selalu harus
umum yang ada di dalam setiap
diukur dengan kegunaannya atau
masyarakat, walaupun pada -dasamya
fungsinya untuk mencapai tujuan yang
masyarakat tadi mengalami perubahanterlebih dahulu telah ditentukan atau
perubahan. Biasanya bentuk dan sistem
disadariolehmasyarakat.Walaupunselalu
kekuasaan tadi selalu menyesuaikan diri
ada,kekuasaantaditakdapatdibagisecara
dengan masyarakat beserta adat-istiadat
merata kepada semua warga masyarakat,
dan pola-pola perikelakuannya.
oleh karena justru dari pembagian yang
Kemungkinannya adalah, bahwa didalam
tidak merata tersebut timbul makna keadaan-keadaanyangkritis,makabatasp o ko k d a r i ke ku a s a a n , ya i t u batasnya dapat mengalami perubahankemampuan-kemampuan untuk
perubahan, akan tetapi pada umumnya
mempengaruhi pihak-pihak lain menurut
garis pemisah antara yang berkuasa
kehendak yang ada pada pemegang
denganyangdikuasai selalu ada. Gejala kekuasaan.
tersebut menimbulkan lapisan-lapisan
Adanya kekuasaan tergantung dari
kekuasaan yang didasarkan pada rasa
huhungan antara pihak yang memiliki
kekhawatiran dari masyarakat akan
kemampuanuntukmelancarkanpengaruh
terjadinya disintegrasi apabila tidak ada
dari pihak lain yang menerima pengaruh
kekuasaan. Oleh karena integrasi
itudenganrelaataumungkinolehkarena
masyarakatdipertahankanolehtatatertib
terpaksa. Apabila kekuasaan itu
sosial yang dijalankan oleh penguasa,
dijelmakan pada diri seseorang, maka
maka masyarakat mengakui adanya
biasanya orang tersebut dinamakan
lapisan-lapisan kekuasaan tersebut,
pemimpin, dan yang menerima
walaupun kadang-kadang hal itu
pengaruhnya adalah pengikutmerupakan beban yang berat bagi
pengikutnya. Bedanya antara kekuasaan
masyarakat yang bersangkutan. Adanya
dengan wcwenang atau wibawa adalah,
faktor pengikat antara warga-warga
b a h wa s e t i a p k e m a m p u a n u n t u k masyarakatadalah,antaralain,atasdasar
mempengaruhi pihak lain dapat
gejala bahwa ada yang memerintah dan
dinamakan kekuasaan; wewenang adalah
adayangdiperintahdidalammasyarakat
kekuasaan yang ada pada seseorang atau
yangbersangkutan.
sekelompok orang yang mendapat
Apabila kekuasaan menjelma dalam
dukungan atau pengakuan dari
diri seseorang atau sekelompok orang,
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
31
maka orang atau orang-orang tadi
dinamakan pemimpin (atau pemimpinpemimpin), sedangkan lembaganya adalah kepemimpinan. Kepemimpinan
merupakan hasil daripada organisasi
sosial yang telah terbentuk atau sebagai
hasildinamikainteraksisosial.Munculnya
seorang pemimpin merupakan suatu
proses dinamis yang sesuai dengan
kebutuhan - kebutuhan kehidupan
berkelompok. Apabila pada saat tersebut
tidakmuncul seorang pemimpin, maka
kemungkinan besar kelompok tersebut
akanmengalamisuatuintegrasi.
Seorang pemimpin di tengah-tengah
harus selalu dapat mengamat-amati
jalannya dan berkembangnya masyarakat
yang dipimpinnya. Dari dia diharapkan
agar dapat merumuskan perasaanperasaan serta keinginan-keinginan masyarakat untukmemperbaikikeadaan
yangkurangmenguntungkan.Pemimpindi
b e l a k a n g d i h a ra p k a n m e m p u nya i kemampuan-kemampuan untuk
mengikuti perkembangan masyarakat, agar masyarakat tidakmenyimpangdari
niiai-nilai serta kaidah-kaidah yang pada
snalit misi dihargai dan ditaati oleh masyarakat. Sendi-sendi
kepemimpinannya adalah keutuhan serta
harmonididalammasyarakat.
Apabila masalah kekuasaan
dihubungkandenganhukum,makapaling
sedikit terdapal dua hal yang meminta
6
perhatian utama . Pertama-tama adalah
bahwa beberapa unsur kalangan hukum adalah para warga masyarakat yang
mempunyai kedudukan-kedudukan yang
mengandung aspek-aspek kekuasaan.
Akan tetapi, kekuasaan tersebut tidak
seyogianya untuk dipergunakan secara
sewenang-wenang.
Hal ini disebabkan oleh karena ada pembatasan-pembatasan tentang
peranannya,yangditentukanolehcita-cita
keadilan masyarakat dan oleh
pembatasan-pembatasanpraktisdaripada
penggunaan kekuasaan itu sendiri.
Efektivitaspelaksanaanhukumditentukan
oleh, antara lain, sahnya hukum tadi;
artinya,apakahhukumtadidibentukserta
dilaksanakan oleh orang-orang atau
badan-badan yang benar-benar
mempunyai wewenang, yakni kekuasaan
yang diakui. Di dalam arti inilah hukum
dapat mempunyai pengaruh untuk
membatasi kekuasaan. Akan tetapi, hukumjugamerupakansuatusaranabagi
pemegang kekuasaan untuk mengadakan
tata-tertibdanketentramandalammasyarakat, atau untuk mempertahankan serta menambah kekuasaan,
walaupun penggunaan hukum untuk
maksud-maksud tersebut juga ada batasbatasnya.Halinidisebabkan,olehkarena
7
hukumitudiperlukan:
a. untuk mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang mempunyai keserasian yang bertimbal balik atas dasar kewenangan yang
terbukabagisetiaporang.
b. untuk mengatur syarat-syarat yang
diperlukan sadar akan kewenangan tersebut.
c. untuk mengatur larangan-larangan
yangbertujuanmencegahperbuatan-
6
Ibid.,hlm.74.
Hazairin,Op.Cit,hlm.75.
7
32
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
perbuatan yang menyimpang atau
berlakunyahukum.
bahkan bertentangan dengan syaratPada Rencana Pembangunan Jangka
syarat kewenangan yang telah Menengah Nasional (RPJMN) yang
ditentukan.
dikeluarkan dalam bentuk Peraturan
d. untuk mengatur larangan-larangan
Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2005
yang mencegah perbuatan-perbuatan dapat kita lihat, bahwa pemerintah yang bertentangan dengan hak-hak
Indonesia mengadakan pembenahan di
dankewajiban-kewajibanyangtimbul
bidang hukum. Karena hukum
dari kewenangan-kewenangan
memberikan batasan pada kekuasaan.
tersebut.
Dalam RPJMN dapat kita lihat beberapa
Halkeduaadalah,bahwahukumantara
programpembangunan terutama dalam lain,menciptakanhak-hakdankewajibanhal pembenahan dan politik hukum (Bab
kewajiban beserta pelaksanaannya. Di
9),yaitu:
dalam hal ini, maka ada hak-hak dan
a. programperencanaanhukum.
kewajiban-kewajiban warga-warga
b. programpembentukanhukum
masyarakat yang tidak dapat diterapkan,
c. programpeningkatankinerjalembaga
oleh karena yang bersangkutan tidak
peradilan dan lembaga penegakan
mempunyai kekuasaan untuk
hukumlainnya.
melaksanakannya.Akantetapisebaliknya,
d. program peningkatan kualitas profesi
adapulahak-hakyangdengansendirinya
hukum.
didukung oleh kekuasaan. Lagipula,
e. program peningkatan kesadaran
apabilamasyarakatmengakuiadanyahakhukumdanhakasasimanusia.
haktertentu,makahalitupadaumunnya
Padaprogaramkelimatersebutdiatas
berarti adanya kekuasaan untuk
terdapat beberapa kegiatan yang
melaksanakan hak-hak tersebut melalui
diantaranyaadalah:
lembaga-lembaga hukum tertentu, oleh
a. pemantapan metode
karena hukum tanpa kekuasaan untuk
mengembangan dan peningkatan
melaksanakannyamerupakanhukumyang
kesadaran hukum dan hak asasi
mati. Hal ini disebabkan, oleh karena
manusiayangdisusunberdasarkan
hukum tersebut tidak mungkin pendekatan dua arah agar
ditegaskan dengan semata-mata
masyarakat tidak hanya dianggap
mengandalkan pada adanya konstitusi
sebagaiobjekpembangunantetapi
tertulis atau adanya tradisi mengenai juga sebagai subjek pembangunan
supremasi hukum. Untukmelaksanakan
serta benar-benar memahami dan
penegakan hukum tersebut di perlukan
menerapkanhakdankewajibannya
lembaga-lembaga tertentu yang
sesuaiketentuanyangberlaku.
kekuasaannya diakui. Oleh karena itu
b. peningkatan penggunaan media dapatlah dikatakan, bahwa di satu pihak.
komunikasi yang lebih modern hukum, memberikan batas-batas pada
dalam rangka pencapaian sasaran
kekuasaan dan di lain pihak, kekuasaan
hukum pada berbagai lapisan
merupakan salah satu jaminan bagi
masyarakat.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
33
c. pengkayaan metode
pengembangan dan peningkatan
kesadaran hukum dan hak asasi
manusia secara terus menerus untuk mengimbangi pluralistas
sosialyangadadalammasyarakat
maupun sebagai implikasi dari
globalisasi.
d. peningkatan kemampuan dan
profesionalisme tenaga penyuluh
t i d a k s a j a d a r i ke m a m p u a n substansi hukum juga sosiologi s e r t a p e r i l a ku m a sya ra ka t setempat, sehingga komunikasi
dalammenyampaikanmateridapat
lebihtepat,dipahamidanditerima
denganbaikolehmasyarakat.
Ide tentang kesadaran warga-warga
masyarakat sebagai dasar sahnya hukum
positif tertulis ditemukan dalam ajaranajaran tentang Rechtsgefuhl atau
Rechtsbewustzijn yang intinya adalah,
hahwa tidak ada hukum yang mengikat
warga- warga masyarakat kecuali atas
dasar kesadaran hukumnya. Hal tersebut
merupakan salah satu aspek dari
kesadaran hukum, aspek lainnya adalah
bahwa kesadaran hukum sering kali
dikaitkan dengan pentaatan hukum,
pembentukan hukum, dan efektivitas
hukum.
Masalah kesadaran hukum, termasuk
pula di dalam ruang lingkup persoalan
hukum dan-nilai-nilai sosial. Apabila
ditinjau dari teori-teori modern tentang
hukum dan pendapat para ahli hukum
tentangsifatmengikatdarihukum,timbul
bermacam permasalahan. Salah satu
persoalan yang timbul, adalah mengenai
adanya suatu jurang pemisah antara
asumsi-asumsi tentang dasar keabsahan
hukum tertulis, serta kenyataan daripada
dipatuhinya hukum tersebut. Terdapat
suatupendapatyangmenyatakanbahwa
mengikatnyahukumterutamatergantung
padakeyakinanseseorang.Halinilahyang
dinamakanteorirechtsbewustzijn
Kutchinsky mengemukakan suatu
gambaran tentang keterkaitan antara
aturan-aturan hukum dengan pola
perilaku. dalam kaitannya dengan fungsi
hukumdalammasyarakat.8
Ajaran tradisional, pada umumnya
bertitiktolakpadasuatuanggapanbahwa
hukum secara jelas merumuskan perikelakuan-perikelakuan yang dilarang dan
atau yang diperbolehkan. Bahwa hukum
tersebut dengan sendirinya dipatuhi oleh
sebagian besar dari warga masyarakat.
Ajaran ini terkenal dengan nama covariance theory, yang berasumsi bahwa
ada kecocokan antara hukum dengan pola-pola perikelakuan hukum (Berl Kutchinsky, 1973 :102 ). Ajaran lain menyatakan bahwa hukum hanya
efektifapabiladidasarkanpadavolksgeist
atau rechtsbewustzijn (F.C Van savigny,
penganutmazhabkebudayaan).
Suatu hal yang perlu dicatat bahwa
ajaran atau teori tersebut
mempermasalahkan kesadaran hukum
yang dianggap sebagai mediator antara
hukum dengan pola-pola perikelakuan
manusia dalam masyarakat baik secara
individu maupun kolektif. Sebenarnya,
kesadaran hukum tersebut banyak sekali
menyangkut aspek-aspek kognitif dan
perasaanyangseringkalidianggapsebagai
8
R.OtjeSalman,BeberapaAspekSosiologiHukum,Alumni,Bandung,1989,hlm.49.
34
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
faktor-faktor yang mempengaruhi konsepsi mengenai kebudayaan hukum
hubunganantarahukumdenganpola-pula
(legal culture). Konsepsi ini secara relatif
perikelakuanmanusiadalammasyarakat.
baru dikembangkan, dan salah satu
Perhatianmengenaimasalah-masalah
keguna a nnya a da la h unt uk da pa t yangberkaitandengankesadaranhukum,
mengetahui perihal nilai-nilai terhadap
telah dimulai sejak lama, walaupun
prosedur hukum maupun substansinya.
perhatian tersebut telah lama ada, akan
Apabila ajaran-ajaran tentang kesadaran
tetapi penelitian terhadap masalah hukum dibandingkan dengan konsepsi
kesadaranhukummerupakansuatuusaha
kebudayaanhukum,konsepsikebudayaan
ilmiahyangrelatifbaru.
hukumlebihluasruanglingkupnya.Halini
Di dalam ilmu hukum, adakalanya
disebabkan hukum terdapat di dalam
dibedakan antara kesadaran hukum
setiap masyarakat manusia, betapa pun
denganperasaanhukum.Perasaanhukum
sederhana dan kecilnya ma syarakat
diartikan schagai penilaian hukum yang
tersebut.
timbulsecarasertamertadarimasyarakat
Oleh karena hukum tersebut
dalamkaitannyadenganmasalahkeadilan.
merupakanbagiandarikebudayaan,maka
Kesadaran hukum lebih banyak
hukum tidak dapat dipisahkan dari jiwa
merupakan perumusan dari kalangan
dan cara berpikir dari masyarakat yang
hukummengenaipenilaiantersebut,yang
mendukungkebudayaantersebut.Bahkan,
telah dila kukan secara ilmiah. Jadi
lebih jauh lagi, dapat dikatakan bahwa kesadaranhukumsebenarnyamerupakan
hukum merupakanpenjelmaandarijiwa
kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat
dan cara ber pikir masyarakat yang
dalam manusia tentang hukum yang ada
bersangkutan.
atautentanghokumyangdiharapkanada.
Pada umumnya kesadaran hukum
Dengan demikian yang ditekankan dalam
dikaitkan dengan ketaatan hukum atau
hal ini adalah nilai-nilai tentang fungsi
efektivitashukum.Denganperkataanlain,
hukum dan bukan terhadap kejadiankesadaran hukum menyangkut apakah
kejadian yang konkret dalam masyarakat
ketentuan hukum tertentu benar-benar
yang bersangkutan. Bila demikian,
berfungsiatautidakdalammasyarakat.
kesadaran hukum menekankan tentang
Tentang faktor-faktor yang
nilai-nilai masyarakat tentang fungsi apa
menyebabkan masyarakat mematuhi
yang hendaknya dijalankan oleh hukum
hukum,yaitu:
dalammasyarakat.Berdasarkanpendapat
Pertama,Compliance,diartikansebagai
tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa
suatu kepatuhan yang didasarkan pada
persoalannya di sini kembali kepada
harapan akan suatu imbalan dan usaha
masalah dasar dari validitas hukum yang
untukrnenghindarkandiridarihukuman
berlaku, yang akhirnya harus
atau sanksi yang mungkin dikenakan
dikembalikanpadanilai-nilaimasyarakat.
apabila seseorang melanggar ketentuan
Suatu konsepsi lain yang erat hukum. Kepatuhan ini sarna sekali tidak
kaitannya dengan kesadaran hukum atau
didasarkan pada suatu keyakinan pada
yangmencakupkesadaranhukum,adalah
tujuan kaidah hukum yang bersangkutan,
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
35
dan lebih didasarkan pada pengendalian
dari pemegang kekuasaan. Sebagai
akibatnya, kepatuhan hukum akan ada
apabila ada pengawasan yang ketat
terhadap pelaksanaan kaidah-kaidah
hukumtersebut.
Kedua, Identification, terjadi bila
kepatuhan terhadap kaidah hukum ada
bukan karena nilai intrinsiknya, akan
tetapi agar keanggotaan kelompok tetap
terjaga serta ada hubungan baik dengan
mereka yang diberi wewenang untuk
menerapkan kaidah-kaidah hukurn
tersehut. Daya tarik untuk patuh adalah
keuntungan yang diperoleh dari
hubungan-hubungan tersebut, sehingga
kepatuhan pun tergantung pada baikburuknya inter aksi tadi. Walaupun
seseorangtidakmenyukaipenegakhukum
akan tetapi proses identifikasi
terhadapnya berjalan terus dan mulai
berkernbang perasaan-perasaan positif
terhadapnya. Hal ini disebabkan, oleh
karenaorangyangbersangkutanberusaha
untuk mengatasi perasaan-perasaan
kekhawatiran-nya terhadap kekecewaan
tertentu, dengan jalan menguasai obyek
frustasi tersebut dengan rnengadakan
identifikasi.Penderitaanyangadasebagai
akibat pertentangan nilai-nilai diatasinya
dengan menerima nilai-nilai penegak
hukum.
Ketiga, Internalization, pada tahap ini
seseorang mernatuhi kaidah-kaidah
hukum dikarenakan secara intrinsik
kepatuhan tadi rnempunyai irnbalan. Isi
kaidah-kaidah tersebut adalah sesuai
dengan nilai-nilainya dari pribadi yang
bersangkutan, atau oleh karena dia
mengubahnilai-nilaiyangsemuladianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah
36
suatu konformitas yang didasarkan pada
motivasisecaraintrinsik.Titiksentraldari
kekuatan proses ini adalah kepercayaan
orang tadi terhadap tujuan dari kaidahkaidah bersangkutan, terlepas dari
pengaruh atau nilai-nilainya terhadap
kelompok atau pemegang kekuasaan
maupunpengawasannya
Keempat, Kepentingan-kepentingan
pada warga masyarakat (tambahan dari
SoerjonoSoekanto).
Di antara keempat faktor tersebut di
atas, dapat berdiri sendiri-sendiri dapat
pulamerupakangabungandarikeseluruhan atau sehagian dari keempat faktor di
atas. Jadi seseorang mematuhi hukum
dapat dikarenakan ia takut sanksi yang
akan dikenakan apabila ia melanggar
hukum. Atau mungkin juga seseorang
mematuhi hukum karena kepentingankepentingannya terjamin oleh hukum,
bahkan mungkin ia mematuhi hukum
karena ia merasa hukum yang berlaku
sesuaidengannilai-nilaiyangadadidalam
dirinya.Namundemikian,hal-haltersebut
di atas terlepas dari masalah apakah
seseorang setuju atau tidak setuju
terhadap substansi maupun prosedur
hukumyangada.
Masalah kepatuhan hukum atau
ketaatan terhadap hukum merupakan
suatuunsursajadaripersoalanyanglebih
luas,yaitukesadaranhukum.Dariberbagai
artihukum,salahsatudiantaranya,hukum
diartikansehagaijaringannilai-nilaiyang
merupakanrefleksidarisuatumasyarakat.
Masalah nilai-nilai dalam hukum erat
kaitannya dengan kesadaran hukum. Hal
itu dikarenakan kesa daran hukum
merupakan suatu penilaian terhadap
hukum yang ada serta hukum yang
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
dikehendaki atau yang seharusnya ada.
Kesadaran hukum dalam penulisan ini
diartikansebagaipersepsihukumindividu
atau masyarakat terhadap hukum. Persepsi tersebut mungkin sama mungkin
pula tidak dengan hukum yang herlaku.
Hukum dalam arti di sini menunjuk pada
hukum yang berlaku dan hukum yang
dicita-citakan.Dengandemikianhukumdi
sini meliputi baik hukum yang tertulis
maupunhukumyangtidaktertulis.
Terdapat empat indikator kesadaran
Hukum, yang masing-masing merupakan
suatu tahapan bagi tahapan berikutnya,
yaitu:
a. Pengetahuanhukum;
b. Pemahamanhukum;
c. Sikaphukum;dan
d. PolaperilakuHukum9
Kesadaran hukum berkaitan pula
dengan efektifitas hukum dan wibawa
hukum.
Salahsatusegipembicaraanmengenai
efektivitas hukum seringkali dikaitkan
dengan pengaruh hukum terhadap
masyarakat. Jika tujuan hukum tersebut
tercapai, yaitu bila warga masyarakat
berperilaku sesuai dengan yang
diharapkanataudikehendakiolehhukum
halinidinamakanhukumefektif.
Namun demikian dapat juga terjadi
bahwa wibawa hukum melemah yang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu karena hukum tidak memperoleh
dukungan yang semestinya dari normanormasosialyangbukanhukum,misalnya
karena sistem nilai dalam masyarakat
akibat modernisasi, dan atau karena
pejabat-pejabat hukum tidak sadar akan
kewajibannya yang mulia yaitu
memelihara hukum negara. sehingga
merusak negara. Dapat juga karena
pemerintah seharusnya mendukung
hukum dengan kewibawaannya malah
mengkhianatihukumyangberlaku.
2. Rendahnya Kesadaran Hukum Masyarakat Dan Pemerintah Salah
Satu Penyebab Belum Tegaknya
Prinsip-prinsip Negara Hukum Di
Indonesia
a. Prinsip-prinsipNegaraHukum
Citanegarayangdiidealkanolehpara
pendiri bangsa Indonesia adalah cita-cita
negarahukumyangdemokratisdannegara
demokratis berdasarkan hukum. Cita-cita
negara demokratis dapat dilihat dari
ketentuan pasal 1 ayat (2) UUD 1945
sebelumperubahan yang menyatakan bahwakedaulatanadalahditanganrakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
Sedangkan cita-cita negara hukum
ditegaskandalamPenjelasanyangsaatitu
menjadi salah satu bagian UUD 1945.
Didalam penjelasan yang saat itu dikenal dengan istilah “tujuh kunci pokok penyelenggaraan negara”, kunci
pertamanya menegaskan bahwa negara
Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan
kekuasaanbelaka(machtsstaat).
Pasca perubahan UUD 1945, cita-cita
negaratersebuttetapdipegangteguhdan
dipertegas keberadaannya. Walaupun
penjelasanUUD1945dihapuskan,namun
sesuai dengan kesepakatan arah
perubahan UUD 1945 yang dibuat oleh
MPR,hal-halnormatifyangterdapatdalam
9
SoerjonoSoekanto,Ibid.,hlm.140.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
37
penjelasan dipindahkan dalam pasalpasal. Hal itu dapat dilihat dengan jelas
dari ketentuan Pasal 1 ayat (2) dan (3)
UUD1945 yang menyatakan bahwa
kedaulatan berada ditangan rakyat yang
dilaksanakan menurut ketentuan UUD
serta penegasan bahwa negara Indonesia
negarahukum.
Idenegarahukumsesungguhnyatelah
telahlamadikembangkanolehparafilsuf
untuk mencapi negara yang negara yang
dicita-citakan. Plato, pada awalnya dalam
theRepublicberpendapat bahwa adalah mungkinmewujudkannegaraidealuntuk
mencapai kebaikan yang berintikan
kebaikan. Untuk itu kekuasaan harus
dipegang oleh orang yang mengetahui
kebaikan, yaitu seorang filosof (the
philosopherking).Namundalambukunya
“the Statesman” dan “the Law”, Plato
menyatakan bahwa yang dapat
diwujudkan adalah yang paling baik kedua (the second best) yang
m e n e m p a t k a n s u p re m a s i h u k u m . Pemerintahan yang mampu mencegah
kemerosotankekuasaanseseorangadalah
pemerintah oleh hukum. Senada dengan
Plato, tujuan negara menurut Aristoletes
adalah untuk mencapai kehidupan yang
paling baik (the best life possible) yang
dapat dicapai dengan supremasi hukum.
Hukum adalah wujud kebijaksanaan
kolektifwarganegara(collectivewisdom),
sehingga peran warga negara diperlukan
dalampembentukannya.
Konsep negara hukum modern di
Eropa Kontinental dikembangkan dengan menggunakan istilah Jerman yaitu “rechtsstaat“ antara lain oleh
ImmanuelKant,PaulLaband,JuliusStahl,
Fichte,danlain-lain.Sedangdalamtradisi
38
Anglo Amerika, konsep negara hukum
dikembangkandengansebutan“TheRule
of Law “ yang dipelopori oleh A.V. Dicey.
Selain itu, konsep negara hukum juga
terkait dengan istilah nomokrasi
(nomocratie) yang berarti bahwa penentu dalam penyelenggaraan
kekuasaannegaraadalahhukum.
MenurutStahl,konsepnegarahukum
yang disebut istilah “rechtsstaat”
mencakupempatelemenpenting,yaitu;1)
perlindungan hak asasi manusia; 2)
pembagian kekuasaan; 3) usaha negara.6
Sedangkan A.V. Dicey menyebut tiga ciri
penting “ The Rule of Law”, yaitu; 1)
spremacyoflaw;2)equalitybeforethelaw;
dan3)dueprocessoflaw.
Prinsip-prinsip negara hukum
senantiasa berkembang sesuai dengan
perkembanganmasyarakat.Duaisupokok
yang senantiasa menjadi inspirasi
perkembangan prinsip-prinsip negara
hukum adalah masalah pembatasan
kekuasaan dan perlindungan HAM.
Melihat kecenderungan perkembangan
negara hukum modern yang dipengaruhi
o l e h p e rke m b a n ga n ko m p l e ks i t a s kehidupan berbangsa bernegara serta kemujian teknologi, lahirlah prinsipprinsip penting baru untuk mewujudkan
negarahukum.MenurutJimlyAsshiddiqie,
terdapatduabelasprinsippokoksebagai
pilar-pilar utama yang menyangga
berdirinya negara hukum saat ini. dua
belasprinsipituadalah:
1) SupremasiHukum;
2) PersamaandalamHukum;
3) AsasLegalitas;
4) PembatasanKekuasaan;
5) Organ-Organ Pemerintahan Yang
Independen;
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
6) PeradilanBebasdanTidakMemihak;
7) PeradilanTataUsahaNegara;
8) PeradilanTataNegara;
9) PerlindunganHakAsasiManusia;
10)BersifatDemokratis;
11)Berfungsi sebagai Sarana
MewujudkanTujuanBernegara;
12)TransparansidanKontrolSosial.
Dalam sebuah negara hukum,
sesungguhnya yang memerintah adalah
hukum, bukan manusia. Dalam sebuah
negara hukum dengan sendirinya dianut
supremasi hukum. Hukum dimaknai
sebagaikesatuanhirarkistatanannorma
hukum yang berpuncak pada konstitusi
yang merupakan wujud kesepakatan
seluruhwarganegara(generalagreement).
Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara hukum dengan sendirinya
menghendaki adanya supremasi
konstitusi. Supremasi konstitusi
disamping merupakan konsekuensi dari
konsep negara hukum, sekaligus
merupakan pelaksanaan demokrasi
karenakonstitusiadalahwujudperjanjian
sosialtertinggi.
b. Penegakan Hukum dan MasalahMasalahYangTimbul
Secarakonsepsional,makaintidanarti
penegakanhukum terletakpadakegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
mantap dan mengejawantah dan sikap
tindaksebagairangkaianpenjabarannilai
tahap akhir, untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi
yang mempunyai dasar filosofis tersebut,
memerlukan penjelasan lebih lanjut,
sehinggaakantampaklebihkonkret.
Manusia di dalam pergaulan hidup,
pada dasarnya mempunyai pandanganpandangan tertentu mengenai apa yang
baik dan apa yang buruk. Pandanganpandangan tersebut senantiasa terwujud
di dalam pasangan-pasangan tertentu,
misalnya, ada pasangan nilai ketertiban
dengannilaiketenteraman,pasanganniIai
kepentingan umum dengan nilai
kepentingan pribadi, pasangan nilai
kelestarian dengan nilai inovatisme, dan
seterusnya. Di dalam penegakan hukum,
pasangan nilai-nilai tersebut perlu
diserasikan; umpamanya, perlu
penyerasian antara nilai ketertiban dengan nilai ketenteraman. Sebab, nilai
ketertibanbertitiktoIakpadaketerikatan,
sedangkan nilai ketenteraman titik tolaknya adalah kebebasan. Di dalam
kehidupannya, maka manusia
memerlukan keterikatan maupun
kebebasan di dalam wujud yang serasi.
Apakahhalitusudahcukup?
Pasangan nilai-nilai yang telah
diserasikan tersebut, me merlukan
penjabaransecaralebihkonkretlagi,oleh
karena nilai -nilai lazimnya bersifat
abstrak. Penjabaran secara lebih konkret
tcrjadi di dalam bentuk kaidah-kaidah,
dalamhalinikaidah-kaidahhukum,yang
mungkinberisikansuruhan,laranganatau
kebolehan. Di dalam bidang hukum tata
negara Indonesia, misalnya, terdapat
kaidah-kaidah tersebut yang berisikan
suruhan atau perintah untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu, atau tidak melakukannya. Di dalam kebanyakan
kaidahhukumpidanatercantumlaranganlarangan untuk melakukan perbuatanperbualan tertentu, sedangkan di dalam
bidanghukumperdataadakaidah-kaidah
yangberisikankebolehan-kebolehan.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
39
Kaidah-kaidah tersebut kemudian
menjadi pedoman atau patokan bagi
perilakuatausikaptindakyangdianggap
pantas, atau yang seharusnya. Perilaku
atausikaptindaktersebutbertujuanuntuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian. Demikianlah konkretisasi daripada penegakanhukumsecarakonsepsional.
Penegakan hukum sebagai suatu
proses, pada hakikatnya merupakan
penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara
ketat diatur oleh kaidah hukum, akan
tetapimempunyaiunsurpenilaianpribadi
(WayneLa-Favre1964).Denganmengutip
pendapat Roscoe Pound, maka La-Favre
menyatakan, bahwa pada hakikatnya
diskresiberadadiantarahukumdanmoral
(etikadalamartisempit).
Atas dasar uraian tersebut dapatlah
dikatakan, bahwa gangguan terbadap
penegakan hukum mungkin terjadi,
apabila ada ketidakserasian antara
"tritunggal"nilai,kaidahdanpolaperilaku.
Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi
ketidakserasian antara nilai-nilai yang
berpasangan, yang menjelma di dalam
kaidah-kaidahyangbersimpangsiur,dan
pola perilaku tidak terarah yang
mengganggukedamaianpergaulanhidup.
Oleh karena itu dapatlah dikatakan,
bahwa penegakan hukum bukanlah
se m a t a - m a t a b e ra rt i p e la ksa n a a n perundang-undangan,walaupundidalam
kenyataandiIndonesiakecenderungannya
adalahdemikian,sehinggapengertianlaw
enforcementbegitupopuler.Selainitu,ada
kecenderungan yang kuat untuk
mcngartikan penegakan hukum sebagai
pelaksanaankeputusan-keputusanhakim.
Perlu dicatat, bahwa pendapat-pendapat
yang agak sempit tersebut mempunyai
kelemahan-kelemahan, apabila
pelaksanaan perundang-undangan atau
keputusan-keputusan Hakim tersebut
malahanmengganggukedamaiandidalam
pergaulanhidup.
Berdasarkanpenjelasan-penjelasandi
atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
sementara, bahwa masalah pokok
penegakan hukum sebenarnya terletak
pada faktot-faktor yang mungkin
mempengaruhinya.Faktor-faktortersebut
mempunyai arti yang netral, sehingga
dampak positif atau negatifnya terletak
pada isi faktor-faktor tersebut. Faktorfaktortersebut,adalahsebagaiberikut:10
1. Faktor hukumnya sendiri, yang di
dalam tulisan ini akan dibatasi pada
undang-undangsaja.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihakpihak yang membentuk maupun
menerapkanhukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukungpenegakanhukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan
dimanahukumtersebutberlakuatau
diterapkan.
5. Faktorkebudayaan,yaknisebagaibasil
karya,cipta,danrasayangdidasarkan
pada karsa manusia di dalam
pergaulanhidup.
Kelimafaktortersebutsalingberkaitan
dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum, juga
merupakantolokukurdaripadaefektivitas
penegakan hukum. Dengan demikian,
10
SatjiptoRahardjo,Op.Cit.hlm.9
40
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
makakelimafaktortersebutakandibahas
di sini, dengan cara mengetengahkan
c o n to h - c o n to h ya n g d i a m b i l d a r i kehidupanmasyarakatIndonesia.
Ruang lingkup dari istilah "penegak
hukum" adalah luas sekali, oleh karena
mencakup mereka yang secara langsung
dan secara tidak langsung berkecimpung
di bidang penegakan hukum. Di dalam
tulisan ini, yang dimaksudkan dengai
penegak hukum akan dibatasi pada
kalangan yang secara langsung
berkecimpung dalam bidang penegakan
hukum yang tidak hanya mencakup law
enforcement, akan tetapi juga peace
maintenance.Kiranyasudahdapatdiduga
bahwa kalangan tersebut mencakup
mereka yang bertugas di bidang-bidang
Kehakiman, Kejaksaan, Kepolisian,
Kepengacaraan,danPemasyarakatan.
Secarasosiologis,makasetiappenegak
hukum tersebut mempunyai kcdudukan
(status) dan peranan (role). Kedudukan
(sosial) merupakan posisi tertentu di
dalam struktur kemasyarakatan, yang
mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau
rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya
merupakan suatu wadah yang isinya
adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban
tertentu. Hak-hak dan kewajibankewajiban tadi merupakan peranan atau
role. Oleh karena itu, seseorang yang
mempunyaikedudukantertentu,lazimnya
dinamakan pemegang peranan (role
occupant) Suatu hak sebenarnya
merupakanwewenanguntukberbuatatau
tidak berbuat, sedangkan kewajiban
adalah beban atau tugas suatu peranan
tertentu,dapatdijabarkankedalamunsurunsursebagaiberikut:
1. perananyangideal(idealrole)
2. peranan yang seharusnya (expected
role)
3. peranan yang dianggap oleh diri
sendiri(perceived,role)
4. peranan yang sebenarnya dilakukan
(actualrole).
Peranan yang sebenarnya dilakukan
kadang-kadang juga dinamakan role
performance atau role playing. Kiranya
dapatdipahami,bahwaperananyangideal
dan yang seharusnya datang dari pihak
(atau pihak-pihak) lain, sedangkan
perananyangdianggapoleh diri sendiri sertaperananyangsebenarnyadilakukan
berasal dari diri pribadi. Sudah tentu
bahwa di dalam kenyataannya, perananperanan tadiberfungsiapabila seseorang
berhubungan dengan pihak lain (disebut
role sector) atau dengan beberapa pihak
(roleset).
Seorangpenegakhukum,sebagaimana
haInya dengan warga-warga masyarakat
lainnya, lazimnya mempunyai beberapa
kedudukandanperanansekaligus.Dengan
demikiantidaklahmustahil,bahwaantara
pelbagai kedudukan dan peranan timbul
konflik(statusconflictdanconflictofroles).
Kalaudidalamkenyataannyaterjadisuatu
kesenjangan antara peranan yang seharusnya dengan peranan yang
sebenarnyadilakukanatauperananaktual,
maka terjadi suatu kesenjangan peranan
(role-distance).
Kerangka sosiologis tersebut, akan
diterapkan dalam analisis terhadap
penegakhukum,sehinggapusatperhatian
akandiarahkanpadaperanannya.Namun
demikian, di dalam hal ini ruang lingkup
hanya dibatasi pada peranan yang
seharusnyadanperananaktual.
Masalah peranan dianggap penting,
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
41
oleh karena pembahasan mengenai
penegakhukumsebenarnyalebihbanyak
tertuju pada diskresi. Sebagaimana
dikatakan di muka, maka diskresi menyangkut pengambilan keputusan yang
tidaksangatterikatolehhukum,dimana
penilaianpribadijugamemegangperanan.
dalam penegakan hukum diskresi sangat
penting,olehkarena:11
1. Tidak ada perundang-undangan yang
sedemikian lengkapnya, sehingga
dapat mengatur semua perilaku
manusia,
2. Adanya kelambatan-kelambatan
untuk menyesuaikan perundangundangan dengan perkembanganperkembangandidalammasyarakat,
sehingga menimbulkan
ketidakpastian.
3. Kurangnya biaya untuk menerapkan
perundang-undangan sebagaimana
yang dikehendaki oleh pembentuk
undang-undang.
4. Adanya kasus-kasus individual yang
memerlukanpenanganan
secara
khusus(LaFavre,1964).
Diskresidiperlukansehagaipelengkap
daripadaAsasLegalitas,yaituAsasHukum
yang menyatakan, bahwa setiap tindak
atauperbuatanAdministrasiNegaraharus
berdasarkan ketentuan undang-undang.
Pada "diskresi bebas" undang-undang
hanya menetapkan batas-batas, dan
administrasi negara bebas mengambil
keputusan apa saja asalkan tidak
melampaui/melanggar batas-batas
tersebut. Pada "diskresi terikat" undang-
undang menerapkan beberapa alternatif,
dan Administrasi Negara bebas memilih
salahsatualternatif.12
Sesuai dengan permasalahan dalam
penegakan hukum yang dikemukakan
oleh Soerjono Soekanto seperti telah
diuraikan diatas, hampir sama dengan
permasalahan yang diuraikan oleh H.R.
Agung Laksono, Ketua DPR RI, sebagai
13
berikut:
“Sinyalemen bahwa praktek
penegakan hukum menggambarkan
hukum yang menakutkan dan tidak memberikan perlindungan atau
pengayoman terhadap masyarakat,
sangatlah beralasan karena putusan
pengadilanyangdihasilkanbersifatsamarsamar atau kabur. Proses penegakan
hukum berjalan di luar rel kepastian dan
keadilan hukum. Dampaknya hasil atau
output dari penegakan hukum menjadi
kontra produktif. Ketidak pastian hukum
justru melahirkan keragu-raguan bahkan
ketakutanyangmenimpaparapengambil
keputusanpenting karena kekhawatiran akan berhadapan dengan hukum di
kemudianhari”.
Evaluasi atau penilaian yang
komprehensifterhadappenegakanhukum
haruslah dilakukan terhadap tiga elemen
penting dalam sistem hukum. Pertama,
substansi peraturan perundangundangan. Kedua, lembaga atau struktur
serta sarana dan prasarana hukum dan
ketiga adalah masalah budaya hukum
(legal culture) masyarakat kita. Ketiga
elemen tersebut saling terkait dan tidak
11
Ibid.,hlm.21.
AtmoSudirdjo,Op.Cit,hlm.22.
13
HarianUmumSINDO,21Januari2014
12
42
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
dapatdipisahkandalamsistempenegakan
hukum.
Substansi hukum menggambarkan
bahwa faktor penting dalam penegakan
hukum adalah mengenai rumusan dari
peraturanperundang-undangan. Aspek ini mempersoalkan apakah lembaga
pembuat undang-undang sudah
menghasilkan hukum (undang-undang)
yangjelas,mudahdipahami,sertabenarbenar memberikan jawaban terhadap
persoalanyangdihadapimasyarakatatau
apakah produk hukum yang dihasilkan
sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
menunjang pembangunan bidang politik,
ekonomi, maupun sosial. Dari aspek ini,
lembaga pembuat undang-undang, yaitu
DPR dan pemerintah diharapkan tidak
hanya menghasilkan tumpukkan kertas
yang memuat pasal-pasal yang tidak
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Sebab,apabilaperaturanyangdirumuskan
tidak bersifat responsif terhadap
kebutuhan masyarakat, besar
kemungkinanuntukditolakataudiabaikan
masyarakat.
Persoalan utama yang terkait dengan
aspeksubstansiadalahkekaburan,bahkan
disharmonis antara undang-undang yang
satu dan undang-undang yang lainnya.
Bahkan,terjadiinkonsistensinormadalam
satuundang-undang.
Disharmonisdaninkonsistensinorma
hukumyangmengakibatkantidakadanya
kepastian hukum. Dalam keadaan
demikiani, peluang terjadinya
penyimpangan pada tataran
pelaksanaannya, baik oleh polisi, jaksa,
hakim,maupunpengacarasangatlahbesar.
Normahukumyangditawarkanberaneka
ragam sehingga aparat penegak hukum
berdasarkan kewenangan yang
dimilikinya melakukan pilihan sesuai seleradankepentingannya.
Keduaadalahaspekstruktur.Aspekini
berkaitan dengan kapasitas aparatur
penegak hukum serta sarana dan
prasarana penegak hukum. Aspek ini
sangat menentukan karena walaupun
peraturan perundang-undangnya sudah
baik, namun apabila aparatur penegak
hukumnya tidak memiliki kemampuan
serta integritas moral yang andal, maka
prosespenegakanhukumakanmengalami
berbagai bentuk penyimpangan yang
sangat merugikan bahkan menohok rasa
keadilanmasyarakat.
Demikian juga sarana dan prasarana
hukum, seperti perlengkapan
perkantoran, serta gaji para aparatur
penegak hukum haruslah memandai.
Minimnya gaji yang diterima berpotensi
untuk terjadinya berbagai bentuk
penyimpangan dalam penegakan hukum,
sepertikasussuap.
Beberapapermasalahanyangdihadapi
olehlembagahukumkitaadalahminimnya
saranadanprasarana,kurangmemadainya
kapasitasatautingkatkecakapanaparatur
penegak hukum, rendahnya gaji para
penegak hukum, lunturnya komitmen
terhadap integritas, dan moral para
penegak hukum. Secara keseluruhan,
persoalan yang terdapat dalam aspek
strukturhukumtidaksajapadapersoalan
individu, tetapi menyangkut sistem
kelembagaanyangada.Krisisyangterjadi
antara Komisi Yudisial dan Mahkamah
Agung merupakan contoh rapuhnya sistem kelembagaan dari penegakan hukum. Demikian pula, persoalan klasik
mengenaiwewenangpenyelidikanantara
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
43
Kejaksaan dan Kepolisian dalam kasuskasus korupsi merupakan contoh betapa
aspek kelembagaan ini merupakan salah
satufaktormelemahnyasistempenegakan
hukumdiIndonesia.
Dalamkasuspenegakanhukumkasuskasus korupsi di Indonesia misalnya,
hambatan penegakan hukum tidak saja
bersifat individu aparatur penegakan
hokum, tetapi juga perpaduan dengan
faktor struktural kelembagaan: Misalnya,
ketikaaksipemberantasankorupsidiMahkamah Agung sedang dilakukan, ternyata
masih ada hakim dan panitera yang nekadmelakukanpemerasan.
Persoalan lain yang dihadapi dalam
penegakan hu kum masalah-masalah
korupsiadalahkemampuandarilembaga
penegakan hukum yang belum seimbang
dengan persoalan korupsi yang ada.
Misalnya, kemampuan Komisi
PemberantasanKorupsimasih jauh dari memadai untuk menyelesaikan semua kasus korupsi, sementara lembagalembagapenegakanhukumlainnyaberada
padasistemyangkorup.
Ketiga adalah aspek budaya hukum
masyarakat. Aspek ini penting karena
menyangkut apresiasi, harapan, serta
pandangan masyarakat terhadap hukum
secarakeseluruhan.Masyarakatyangtidak
percayakepadasistempenegakanhukum
yang ada, cenderung tidak menghargai
proses hukum yang sedang berjalan,
bahkan cenderung memaksakan
kehendak. Dampak buruk keadaan
demikianadalahprosespenegakanhukum
dipengaruhi pandangan-pandangan dan
pemikiran yang berkembang di luar
konteks pengadilan.Dalam keadaan yang
demikian,adaketakutanbagihakimuntuk
mengeluarkanputusanyangberlawanan
dengan opini masyara kat. Hal ini
mengarahkepadahilangnya"kewibawaan
lembagaperadilandandapatsajaputusan
yang dihasilkan hanya mengikuti selera
publik, walaupun bertentangan dengan
hukumdankeadilanyangsesungguhnya.
Persoalan penting yang perlu
disampaikan adalah bagaimana
seharusnya proses penegakan hukum itu
dilakukan?
14
Disampingitubahwa:
1. Tekad untuk memberantas segala
b e n t u k p e nye l e we n g a n s e s u a i tuntutan reformasi seperti korupsi,
kolusi dan nepotisme serta kejahatan
ekonomi keuangan dan
penyalahgunaan kekuasaan belum
disertai langkah-Iangkah konkrit dan
kesungguhanpemerintahsertaaparat
penegak hukum dalam menerapkan
dan menegakkan hukum dan masih
terjadi campur tangan kekuasaan
dalamprosesperadilan.
2. Hukum sebagai instrumen untuk
mewujudkan kebenaran berkeadilan
dalam pelaksanaannya cenderung
disalahgunakan untuk melegitimasi
kekuasaan sedemikian rupa sehingga
perlindungan dan kepastian hukum
sulittercapai.
3. Pelaksanaan dan penerapan norma
hukum yang tidak konsisten serta
bertentangan dengan prinsip-prinsip
negara hukum mengakibatkan
masyarakat kurang percaya terhadap
hukum dan aparat penegak hukum,
14
www.bappedasultra.go.id,diakses14Februari2014
44
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
sehingga masyarakat cenderung
hak untuk bebas menjalankan syariat
bertindakanarkis.
agamayangdianut.Diberbagaitempatdi
4. Te g a k nya s i s t e m h u k u m ya n g Indonesia, khususnya di daerah konflik
didasarkan pada nilai filosofis yang
danrawankonf1ikseperti,diAceh,Papua,
berorientasi pada kebenaran
Poso, Maluku, untuk menyebut beberapa
b e rke a d i l a n , n i l a i s o s i a l ya n g tempatyangterusterjadikekerasanyang
berorientasi pada tata nilai yang
menelanjiwadanragamanusia.Kekerasan
berlaku dan bermanfaat bagi
dapathorizontal,dimanakelompokyang
masyarakat dan nilai yuridis yang
secara cultural dan politik lebih kuat
bertumpu pada ketentuan peraturan
melakukan kekerasan kepada pihak yang
perundang-undangan yang menjamin
lebih1emah.Takkalahserunyakekerasan
ketertiban dan kepatuhan hukum
yang bersifat vertical yang melibatkan
masih merupakan tantangan dalam
aparat Polisi dan TNI. Kita menyaksikan
penegakan prinsip-prinsip negara
berbagai kekerasan yang melibatkan
hukum.
Polisi, misalnya yang kita saksikan di
Untukmemperkokohlandasanformal
berbagai tempat di Aceh, Papua, Jakarta,
negara hukum wakil-wakil rakyat di
Makasar, Manggarai, dan tempat-tempat
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
laindiIndonesia.
meng-amandemenkan UUD 1945 empat
Pada saat yang sama kemiskinan dan
ka l i . A m a n d e m e n - a m a n d e m e n i t u pemiskinan sebagai wujud lain dari
d i m a k s u d k a n , P e r t a m a , u n t u k kekerasanterusberlanjut.Sebagajakibat
mempertajam dan memperkuat sistem
daripemiskinandankemiskinaninijelas,
chekandbalancediantaracabang-cabang
yaitu merosotnya kemampuan rakyat
kekuasaan negara, yaitu, Legislatif,
untuk memenuhi hak-hak ekonominya,
YudikatifdanEksekutif,misalmemperkuat
seperti, hak atas pekerjaan, hak atas
posisi DPR, mendirikan Mahkamah
pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas
Konstitusi, Komisi Yudisial. Kedua,
p e r u m a h a n , d a n l a i n s e b a ga i nya . mereposisi secara lebih seimbang
Sesungguhnya negara merupakan pihak
hubungan pemerintah pusat dengan
yang paling bertanggungjawab bagi
daerah, dan ketiga, memberikan
pemenuhan hak-hak ekonomi tersebut.
pengakuan yang 1ebih tegas dan rinci
Namunolehkarenapenyakitkorupsiyang
terhadaphakasasimanusia(HAM).
terns menggerogoti kemampuan negara
Perkembangan positif di domain
untuk membangun berbagai fasilitas politik yang ditandai adanya pengakuan
yangdiperlakukanuntukmemenuhihakdan penghargaan setidaknya di wilayah
hakekonomiitumenjadisangatterbatas.
tiga kebebasan dasar tidak diimbangi
Padatitikinikitamelihatkorelasikorupsi
dengan perlindungan yang semestinya
dengan ketidak-berdayaan negara untuk
padasebagaianhak-haksipil,seperti,hak
m e n j a la n ka n ke wa j i b a n nya u n t u k hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan
memenuhihak-hakekonomirakyat.
danperhambaan,hakuntukdiperlakukan
Kekerasan baik yang bersifat
samadidepanhukumdanpemerintahan,
horizontal maupun vertical dan
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
45
kemiskinandanpemiskinanyangsemakin
luas, korupsi yang terus menggerogoti
kemampuan negara, serta disintegrasi
organisasi kemasyarakatan dan
kepartaian,danketidak-berdayaanhukum
untuk menyelesaikan kasus-kasus
tersebut dipandang oleh sebagian orang
sebagai sisi gelap yang mengundang
pesimisme prospek Negara Hukum
Indonesia. Negara Hukum dimanapun
tidak semata kerangka bangunan fonnal
yang terdiri atas Konstitusi, UndangUndang, Peraturan-peraturan, kebiasaan,
dan badan-badan seperti, pengadilan,
parlemen,danpemerintah.
Tapi1ebihdaripadaituNegaraHukum
dimanapun memerlukan landasan sosial,
budayadanekonomiyangmernadaiyang
diperlukan bagi kelangsungan hidup
NegaraHukumitu.Padatahapinibenarlah
yangdikatakanJamesColemanketikadia
berbicara tentang "social capital". Sosial
kapital menurut Coleman adalah
"kemampuan masyarakat untuk
melakukan asosiasi (berhubungan) satu
sarna lain. Kemampuan berasosiasi ini
menjadimodalyangsangatpentingbukan
hanyabagikehidupanekonomi,tetapijuga
bagi setiap aspek eksistensi sosial lain".
Namun lanjut Coleman, "kemampuan ini
sangat tergantung pada suatu kondisi di
mana komunitas itu mau saling berbagi
untuk mencari titik temu norma-norma
dannilai-nilaibersarna.Jikatitiktemuetisnormatif ini ditemukan maka pada
gilirannya kepentingan-kepentingan
individualakantundukpadakepentigan-
kepentingan komunitas kelompok. Dari
nilai-nilai bersama ini akan bangkit apa
yangdisebutkepercayaan".
Negara Hukum Indonesia jelas bukan
46
sekedar kerangka bangunan formal tapi
lebih daripada itu ia merupakan
manifestasi dari nilai-nilai dan normanorma,seperti,kebersamaan,kesetaraan,
keseimbangan, keadilan yang sepakat
dianutbangsaIndonesia.Nilai-nilailuhur
itu berasal berbagai sumber seperti,
agama.budaya,danberbagaiajaranfiIsafat
sosial, serta pengalarnan hidup bangsa
Indonesia. Kalau begitu masalah yang
dihadapiNegaraHukumIndonesiabukan
pada ketiadaan nilai dan norma yang
disepakati bersarna yang mendasari eksistensi Negara Hukum Indonesia
tersebut. Tapi masalahnya terletak pada
belum terwujudnya tata hubungan
kekuasaan yang simetris dan adanya
elemen-elemen kultural yang menghambatperwujudanhalitu.
Sebagaimana dikatakan oleh Ralf
Dahrendorf, bahwa Negara Hukum yang
Demokratis mensyaratkan empat
perangkat kondisi sosiaI, yaitu, pertama,
perwujudanyang nyata atas persamaan status kewarganegaraan bagi semua
peserta dalam proses politik; kedua,
kehadiran kelompok-kelompok
kepentingandanelitedimanataksatupun
mampu memonopoli jalan menuju
kekuasaan; ketiga, berlakunya nilai-nilai
yang boleh disebut sebagai kebajikan
pubIik; keempat, menerima perbedaan
pendapatdankonflikkepentingansebagai
sesuatuyangtakterhindarkandanelemen
kreatif dalam kehidupan sosial. Di
Indonesiasaatinisecaraformalkitatelah
mempunyaiKonstitusiyangmengakuidan
menjaminpersamaanhak,kedudukan,dan
tanggungjawabbagisetiappesertadalam
prosespolitik.Namunsecaramaterialtak
dapat dibantah masih adanya kelompok-
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
kelompok dominan, baik itu domestik
maupun intemasional yang mampu
memonopoli jalan menuju kekuasaan.
Ke l o m p o k - ke l o m p o k d o m i n a n i n i mempunyaiaksesyangluaspadasumber
daya ekonomi dan politik yang acap
memustahilkan perwujudan kedaulatan
hukum(theAutonomyofLaw).
Selainitu,elemen-elemenbudayayang
belum tercerahkan dan terbebaskan
merupakanhambatannyatabagitegaknya
Negara Hukum Indonesia. Menurut
Dahrendorf dalam negara hukum konflik
bukanIah sesuatu yang harus dihindari
dan diharamkan. Memang betul
kemampuan masyarakat untuk berorganisasi atau bekeljasarna
diperlukan bagi perwujudan Negara
Hukum, namun itu tidak berarti harus
menghilangkan konflik. Dalam negara
hukum konflik akan tetap ada, namun
bagaimana mengelola konflik melalui
pranata hukum yang mampu
menampilkandirinyasebagaizonanetral
danberdaulatsehinggamengandungTrust
dan konfiden bagi para pihak yang
bersengketa, yaitu bahwa konflik mereka
itudapatdiputuskansecaraadil.
DiIndonesiasebagaiakibatdarimasa
Otoritarianisme yang panjang dimana
hukum untuk waktu yang panjang
digunakan sebagai alat kekuasaan, serta
birokrasi pemerintah dan militer yang belurn sepenuhnya tereformasi, serta adanya kelornpok-kelompok ekonomi
politik dominan yang masih terus
memelihara akses istimewa pada negara,
pranatahukummasihtidakberdayauntuk
mewujudkan jati dirinya sebagai institusi
yang harus bersikap netraI, otonom, dan
adildalammenyelesaikanberbagaikonflik
ditanahair.
c. Upaya-UpayaYangDilakukanUntuk
Meningkatkan Kesadaran Hukum
M a s ya ra k a t d a n Pe m e r i n t a h Sehingga Penegakan PrinsipPrinsip Negara Hukum Dapat
Berjalan.
Pada umumnya orang berpendapat
bahwa kesadaran warga masyarakat
terhadap hukum yang tinggi
mengakibatkan para warga masyarakat
mematuhi ketentuan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
Sebaliknya apabila kesadaran warga
masyarakatterhadaphukumrendah,maka
derajat kepatuhannya juga rendah.
Pernyataan yang demikian berkaitan
denganfungsihukumdalammasyarakat.
Peningkatan kesadaran seyogianya
dilakukan melalui penerangan dan
penyuluhanhukumyangteraturatasdasar
perencanaan yang mantap. Penyuluhan
hukum bertujuan agar warga masyarakat
mengetahui dan memahami hukumhukum tertentu. Penerangan dan
penyuluhan hukum harus disesuaikan
denganmasalah-masalahhukumyangada
dalammasyarakatpadasuatuwaktuyang
menjadisasaranpenyuluhanhukum.
Disisi lain bahwa kondisi penegak
hukum di Indonesia yang sangat lemah menjadi sumber utama konflik dan
kekerasan di berbagai daerah Indonesia.
ApayangterjadidiSampit, Maluku, dan Poso misalnya, merupakan refleksi dari
miskinnya kreativitas sosial dalam
menyelesaikan konflik di antara mereka.
Sekalipun telah dikenal adanya kearifan
tradisionaluntukmeneyelesaikankonflik,
seperti prinsip sintuvu maroso pada
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
47
penduduk yang mendiami Poso atau
prinsip kita semua basaudara pada
masyarakat Poso. Kesadaran perilaku
sosial serta struktur sosial yang
dikenalinyahanyamenyediakankekerasan
sebagai cara yang efektif untuk
menyelesaikan konflik. Model-model
rekonsiliasi, negosiasi, atau mediasi yang
umumnyatersediadalamkhazanahtradisi
sebagai bentuk kearifan lokal menjadi
tumpul dan tidak dikenali dengan baik
sehinggasulituntukdipraktekkankembali
secarautuh.
Perilakukekerasanjustrudihidupkan
kembaliolehberbagaiaturandanpraktek
hukumnegarayangmengenalkankembali
pola-pola kekerasan sebagai cara
penyelesaiankonflik,Aturanhukumyang
disuplaiolehnegaratelahmenghancurkan
kesadaran dan norma-norma sosial
masyarakatlokalyangselama bertahuntahun telah berhasil mempertahankan
tatanansosialdiantaramereka.
Semuanya itu telah menghilangkan
kapasitas dan kreativitas sosial yang
merekamilikipadasaatharusberhadapan
dengan konflik yang setiap saat dapat
timbul dalam kehidupan sosial mereka.
Mereka hanya mengenal kekerasan
sebagai satu-satunya cara yang disuplai
dan dilembagakan oleh berbagai aturan
danpraktekhukumnegara.Dalamkondisi
seperti ini, tidak sepenuhnya dapat
disalahkan bila mereka menggunakan
kekerasan sebagai cara penyelesaian
konflik. Dalam hal ini yang terjadi bukan
hanya karena adanya ketidakpercayaan
pada hukum dan aparat hukum, tetapi
lebih jauh dari itu, yaitu masyarakat
memang tidak terlatih untuk
mengembangkan kreativitas sosial dan
48
imajinasi hukum dalam menyelesaikan
berbagai konflik yang dihadapinya selain
denganjalankekerasan.
Demokrasi adalah menyangkut
kesadaran, perilaku, dan struktur sosial
yang relatif mapan, sehingga pembaruan
terhadap hukum yang harus dilakukan
olehbangsaIndonesiaakanmembutuhkan
waktu yang relatif lama. Hal itu,
masalahnya bukan saja menyangkut
produk-produk hukum berupa
perundang-undangan, kebijakan
administrasi atau putusan hakim, tetapi
menyangkut pula kesadaran hukum dan
struktursosialyangmenopangnya.Halini
berkaitan dengan proses demokratisasi
yangmenyangkuttransformasisosialyang
lebihluas.
Kaitan pokok antara pembaruan
hukum dengan demokratisasi adalah
pemahaman bahwa pembaruan hukum
merupakan bagian dari proses
institusionalisasi nilai-nilai dan perilaku
demokratis. Masalah yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia adalah hilangnya
kapasitas dan kreativitas masyarakat
dalammenyelesaikankonflikmelaluicamcaradamaidandemokratis.Dalamhalini.
pembaruanhukumharusdilakukanuntuk
melembagakan prosedur demokratis
sebagai pola pengaturan, pengambilan
keputusan, dan penyelesaian konflik di
tengahmasyarakat.
Bangsa Indonesia harus menjadikan
hukumsebagaimekanismebersamayang
mcmungkinkan adanya partisipasi
masyarakat dalam setiap prosesnya.
Dalam hal ini, hukum tidak lagi sematamata dipandang sebagai norma atau
aturanbelaka,melainkanlebihjauhdanitu
sebagai mekanisme pragmatik untuk
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
menyelesaikankonfliksecaradamai.Oleh
masyarakat.
karena itu. hukum harus terbuka pada
Karena itu, harus dipahami bahwa
kemungkinan adanya self-regulation atau
reformasi hukum untuk yang lebih baik
social agreement baru di tengah
sangateratdengandinamikakebutuhan
masyarakat sebagai cara untuk
dimasyarakat.Kitaketahuibahwahukum
menghidupkan kembali kapasitas dan
ituhidupditengah-tengahrakyat.Menurut
kreativitas masyarakat dalam mengatur
ahli hukum Jerman Eugen Ehrlich, living
dan menyelesaikan konflik yang
law of the people yang sesuai dengan
dialaminyasecaradamai.
perasaan hukum atau rechstsgefuhl dan
Selain itu, pembaruan hukum pun
kesadaran hukum rechstsbewustsein dari
harus diletakkan dalam konteks
rakyat.
transformasi sosial yang lebih luas.
Bagaimanacaranyapolitikpembaruan
Pembaruan hukum bukan hanya untuk
hukum itu dilaksanakan? Pertama-tama
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
adalah dilaksanakan melalui evaluasi
bersifat temporal atau aktual semata,
hukum dan perundang-undangan
seperti demi stabilitas politik atau
(evaluatievanwetgeving).
pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih dari
Evaluasi hukum, berdasarkan
itu harus dipandang sehagai bagian dari
pembaruanhukumuntukyanglebihbaik,
upaya untuk mentransformasikan sistem
tujuannyaagarhukumitumenjadiefektif.
sosial yang timpang dan diskriminatif.
Seperti diketahui, efektivitas hukum
Hukum harus dioperasikan sebagai berkaitandenganperananhukumsebagai
strategi untuk membongkar kekerasan
alat atau instrument untuk tujuan politik
yangtersembunyididalamkesadarandan
reformasi yang demokratis berdasarkan
struktur sosial masyarakat Indonesia UUD 1945 dengan melaksanakan nilaiserta merekonstruksikannya kembali ke
nilai atau waarborg dari prinsip negara
dalam bentuk yang lebih adil dan
hukum.
demokratis.
Apa pelaksanaan nilai-nilai prinsip
Secara konkret, ada hubungan erat
negara hukum itu ? Atau, secara lebih
antarapolitikreformasiyangdemokratis
spesifik, apa nilai-nilai dari ketentuan
berdasarkan UUD 1945, yang
konstitusionalPasal1ayat(3)UUD1945
dipraktekkansekarangini,denganproses
Nilai-nilai itu: "Negara Indonesia adalah
pembaruanhukum.
NegaraHukum".
Dengan perkataan lain, politik
Dariberbagaikonseprumusantentang
pembaruan atau reformasi yang
rechtsstat atau negara hukum, maka
demokratisberdasarkanUUD1945selalu
konsepnegarahukumdariFriedrichJulius
mendorong lahirnya politik pembaruan
Stahl-lah yang sesuai dengan nilai-nilai
hukum yang bertujuan agar reformasi
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. "Negara
hukumberlangsungsecaralebihbaik(law
IndonesiaadalahNegaraHukum".Karena,
reform for the better). Kenapa ? Sebab,
pertama,menyangkuthak-hakdasarasasi
keduanya sama-sama didorong oleh
manusia. Kedua, mengatur tentang
dinamika perkembangan dan kebutuhan
pembagian kekuasaan. Ketiga,
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
49
menegaskan pemerintahan yang
berdasarkan hukum atau peraturan
perundang-undangan.Keempat,mengatur
peradi1antatausaha.
Alhasil, dengan mengambil dan
melaksanakan nilai-nilai prinsip negara
hukumtersebut,ditambahdenganhukum
yanghidupditengahrakyat(Livinglawof
the people), rnaka evaluasi hukum dan
perundang-undanganakanmenghasilkan
politik pembaruan hukum untuk yang
lebih baik, sesuai keadilan dan hak asasi
manusia, persamaan, pluralisme, dan
sebagainya.
Badan-badanapayangmelaksanakan
(secaraformal)politikpembaruanhukum
itu ? Pertama, adalah DPR sebagai badan
legislatif yang membuat undang-undang
(lawmakingbody):Pasal20ayat(1)UUD
1945yangmenyatakan perlunya lebih banyakmendengarsuara-suarakritisdari
perasaan dan kesadaran hukum
(rechtsgefuhl dan rechtsbewustsein) dari
masyarakat tentang mana hukum dan
undang-undang yang masih relevan dan
mana yang sudah tidak lagi diterima.
Kemudian DPR mengadakan peninjauan
kembali atau legislative review.
DiharapkanadacukupkesadarandariDPR
terhadap kegiatan peninjauan kembali
undang-undangyangsudahtidakditerima
oleh masyarakat, di samping tugasnya
sebagai badan pembuatan undangundang.Kedua,MahkamahKonstitusiyang
antara lain, mempunyai fungsi
memperbarui undang-undang dengan
jalan pengujian kembali atau judicial
reviewdanconstitutionalreviewterhadap
Undang-UndangDasar,dalamhaliniUUD
1945:Pasa124Cayat(1)UUD1945.Yakni,
dengan melakukan penafsiran dan
interpretasi ketentuan-ketentuan UUD
1945. Ketiga, Mahkamah Agung yang juga mempunyai wewenang untuk
melakukan peninjauan kembali terhadap
peraturanperundang-undangandibawah
undang-undang: Pasal 31 ayat (1) UU No
14Tahun1985.
Berdasarkan ini semua, dengan
dilaksanakan politik pembaruan hukum
tersebut, diharapkan setiap hukum atau
undang-undang yang tidak relevan dan
bertentangan perasaan dan kesadaran
hukum masyarakat diperbaharui dan
direformasi untuk dinamika kemajuan
masyarakatkita15.
Berdasarkan kerangka pemikiran
tentang sistem hukum, maka secara
komprehensif penegakan hukum yang
mengedepankan pengayoman, keadilan,
dan kepastian hukum perlu dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal
berikut:
Pertama, proses hukum tidak dapat
didasarkanpadamotivasipolitik.Artinya,
pemeriksaan terhadap seseorang yang
diduga nelakukan tindakan pelanggaran
hukum bukan karena didasarkan
perbedaangarispolitikdengankelompok
yanglainnya.Kesanyangterjadiselamaini,
isu pelanggaran hukum justru digunakan
untuk membangun image yang buruk
terhadapseseorang.Dampaklanjutannya,
penegakan hukum menjadi bersifat
diskriminatif, atau "tebang pilih".
Penegakan hukum yang demikian,
tujuannya bukan menciptakan kepastian
dan keadilan hukum, melainkan untuk
15
www.goodgovernance.bappenas.go.id,diaksestgl6Februari2014
50
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
mematikankarierpolitik atau karakter seseorang.Pemberantasan korupsi yang
tidak diskriminatif sangat penting dalam
rangka membangun kepercayaan
masyarakat terhadap institusi penegak
hukum.Praktekpemerasanterhadapsaksi
agar tidak dialihkan statusnya menjadi
tersangka merupakan peluang korupsi
yang terkait dengan sikap diskriminatif
atau "tindakan tebang pilih" dalam
pemberantasankorupsi.
Kedua, menjunjung tinggi asas-asas
hukum.Salahsatuasaspentingadalahasas
pradugatakbersalah(presumptionofinnocence). Dalam hal ini, semua pihak tidak
memberikan vonis sebelum adanya
putusan pengadilan sehingga asas
kemandirianhakimdalammemeriksadan
memutuskan perkara bisa dilaksanakan
dengan baik: Hakirn memeriksa dan
memutus suatu perkara, bukan karena
tekanan dari pihak-pihak lain di luar
pengadilan.
Ketiga, konsistensi dan ketegasan
aparatur penegak hukum: Sikap ini
penting untuk menjamin kesinambungan
logika keadilan yang dibangun oleh
masyarakat berdasarkan putusan -
putusanyangdikeluarkanpengadilan.Di
sampingitu,perlunyaprosesyangobjektif
dalam setiap tahap-tahap penegakan
hukum. Objektivitas dalam penegakan
hukum hanya dapat dilakukan oleh para
aparatur yang profesional dan memiliki
integritas moral yang tinggi. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan pula prioritas
pembenahanyangperludilakukanadalah
pada lembaga peradilan. Pembenahan
sama sekali tidak dimaksudkan untuk
membatasi, bahkan mengurangi
kewenangan dan kemandirian hakim.
Namun, yang dimaksud kan adalah
pembenahandalamrangka memperkuat institusi (institutional capacity building)
dalam rangka menghadirkan suatu
lembagapenegakanhukumyangsungguhsungguhmengabdikepadakebenarandan
keadil an hukum tanpa dipengaruhi
intervensidalambentukapapundariluar,
termasukmotif-motifuangdanpolitik.
Hukummerupakanwujuddariproduk
sistem politik dan berguna untuk
kepentingan pengendalian sosial dalam
suatu sistem sosial. Di sini hukum akan
berfungsi sebagai instrumen untuk menjaga keserasian hubungan
masyarakat dalam proses interaksi sosial
dengan kelompok solidaritas sosial
lainnya. Menurut Weber hukum yang
rasionaldanformilmerupakandasarbagi
suatu negara modern yang didasarkan
pada hubungan fungsional (solidaritas
mekanis) dengan spesifikasi pembagian
tugasberdasarkanproseduradministrasi.
Dalam rangka penegakan hokum,
maka pemerintah telah mengeluarkan
beberapa instrumen hukum, baik yang
b e r s i fa t n a s i o n a l m a u p u n h a s i l meratifikasi hukum internasional. Di
samping secara positivisme dalam penegakan hukumnya,makapemerintah
juga menggiatkan peranan dari pranatapranataadatatauhukumadatsetempat.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berkaitan dengan pembahasan
tersebutdiatas,makadapat ditariksuatu
kesimpulansebagaiberikut:
a. Denganmemperhatikanprisip-prinsip
negara hukum yang dianut di
Indonesia, ternyata dalam fakta
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
51
pelaksanaanya masih sangat
yang sungguh-sungguh mengabdi
memprihatinkan
sebab masih
kepada kebenaran, keadilan dan
sangatjauhdariyangseharusnya.Hal
kepastianhukum.
ini diakibatkan dari 2 arah yaitu dari
2. Saran
sisi masyarakat dan dari sisi
a. Diharapkan ditegakannya sistem
pemerintah.
hukum yang didasarkan pada nilai
Ternyata kesadaran hukum
filosofi yang berorientasi pada
masyarakat maupun pemerintah
kebenaran, keadilan nilai sosial yang
masihrendahdapatmenjadisalahsatu
berorientasi pada tata nilai yang
sebabbelumtegaknyaprinsip-prinsip
berlaku dan bermanfaat bagi
negara hukum Indonesia. Hal ini
masyarakat dan nilai yuridis yang
disebabkanantaralain:
bertumpupadaperaturanperundang1) Kurang mengetahui adanya
undangan yang menjamin pada
ketentuan hukum dan kurang
peraturanhukum/kesadaranhukum.
memahamihukum.
b. Untuk mewujudkan sistem hukum
2) Cenderungkurangmenghargaidan
yang dimaksud tersebut di atas
mempercayai proses penegakan
diperlukankemampuandankemauan
hukumyangsedangberlangsung.
yang sungguh-sungguh untuk
3) Faktor integritas dan moral yang
menegakkan prinsip-prinsip negara
rendah.
hukumyangsesuaidenganketentuan 4) Faktor sarana dan prasarana yang
hukum dan peraturan perundangmasihbelummemadai.
undangan uang berlaku serta
b. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
pengembangan sikap perilaku patuh
untuk meningkatkan kesadaran hukum. Kepatuhan hukum bukan
hukum masyarakat dan pemerintah
sekedar kewajiban tetapi merupakan
sehingga penegakan prinsip-prinsip
kebutuhan dalam penyelenggaraan
negara hukum dapat berjalan
pemerintahan maupun dalam
denganbaikyaitu:
masyarakat.
1) Melakukan penyuluhan hukum
DAFTARPUSTAKA
kepada masyarakat secara
menyeluruh dan
Moh. Mahfud, MD, Politik Hukum di
berkesinambungan.
Indonesia,PustakaLP3ESIndonesia,
2) Melakukanpembaharuanhukum.
Jakarta,1998.
3) Proses hukum tidak boleh
didasarkanpadamotifasipolitik.
SoerjonoSoekanto,Pokok-PokokSosiologi
4) Menjunjung tinggi hak asasi
Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
manusiasertatidakdiskriminatif.
Jakarta,2005.
5) Melakukan pembenahan dalam
Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi
rangka memperkuat institusi
Hukum Bagi Kalangan Hukum, P.T.
pemerintahan yang menghadirkan
CitraAdityaBahkti,Bandung,1989.
lembaga-lembaga penegak hukum
52
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
R. Otje Salman, Beberapa Aspek Sosiologi
Hukum,Alumni,Bandung,1989.
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
MempepengaruhiPenegakanHukum,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1983.
Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. Februari 2014
53
Download