November 2014

advertisement
November 2014
Kontributor Tetap
………………………………………………………………..
Ryan Kiryanto
Chief Economist BNI
Telp: 0812-1079864
Ruddy N. Sasadara
AVP Riset Bisnis & Ekonomi
Telp: 0818-955033
Dedi Arianto
AVP Investor Relations
Telp: 0818-904400
Dr. Ir. Parulian Simanjuntak, MA
Regional Chief Economist Wil. Medan
Telp: 0811-604094
Dr. Emrinaldi Nur DP, SE, M.Si, Akt, CA
Regional Chief Economist Wil. Padang
Telp: 0812-7602876
Prof. Dr. Bernadette Robiani, MSc
Regional Chief Economist Wil. Palembang
Telp: 0812-7121223
Prof. Dr. Rina Indiastuti, SE, MSIE
Regional Chief Economist Wil. Bandung
Telp: 0812-2379092
Dr. Alimuddin Rizal Riva’i
Regional Chief Economist Wil. Semarang
Telp: 0813-25359081
Dr. Rudi Purwono, SE, MSE
Regional Chief Economist Wil. Surabaya
Telp: 0815-9407311
Dr. Marsuki, SE, DEA
Regional Chief Economist Wil. Makassar
Telp: 0878-80999444
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, MM, Ak,CPA
Regional Chief Economist Wil. Denpasar
Telp: 0812-3801880
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE, MSi
Regional Chief Economist Wil. Banjarmasin;
Telp: 0813-55499568
Dr. Agus Tony Poputra, SE, Ak, MM, MA
Regional Chief Economist Wil. Manado
Telp: 0811-4301999
Dr. Sidik Budiono, ME
Regional Chief Economist Wil. Papua
Telp: 0812-25784968
Ekonomi Global
Ruddy N. Sasadara
Riset Bisnis & Ekonomi
KAWASAN EROPA STAGNAN,
PEREKONOMIAN CINA MELAMBAN
Perekonomian global dalam kondisi
yang kurang bagus. Prospek ekonomi
zona Euro nampak suram, sedangkan
perekonomian Jepang nampaknya
harus menaklukkan dampak dari kenaikan pajak berikutnya tahun depan.
Dengan jatuhnya harga komoditas dan
perlambatan ekonomi Cina, sangat
sulit melihat bagaimana negaranegara berkembang lainnya akan
terakselerasi.
Perekonomian Amerika Serikat (AS)
dan Inggris mulai membaik. Tingkat
pengangguran AS turun di bawah 6
persen pada bulan September. Sedangkan Inggris yang hingga kuartal
kedua tahun ini ekonominya tumbuh
3,2 persen merupakan yang terbaik
dibanding negara maju lainnya. Para
pejabat bank sentral Inggris hanya
tinggal menunggu waktu hingga
mereka dapat menaikkan suku bunga
acuan. Namun, pertumbuhan ekonomi
Cina pada kuartal ketiga tahun ini
merupakan yang terlemah sejak 2009.
Saat ini pertumbuhan Jerman
tersendat, sehingga menyebabkan
zona Euro berada pada ambang resesi
yang ketiga dalam enam tahun. Harga
-harga jatuh di delapan negara Eropa
yang menggiring inflasi zona Euro
tergelincir ke level 0,3 persen pada
September lalu dan mungkin akan
sekaligus turun tahun depan. Zona
Euro yang menyumbang seperlima
pertumbuhan ekonomi global, saat ini
menuju stagnasi dan deflasi.
Perekonomian
benua
Eropa
memiliki banyak kelemahan pokok,
dari penduduk miskin sampai hutang
yang besar dan pasar tenaga kerja
yang kaku. Prancis, Italia, dan Jerman
telah menghindari reformasi struktural dalam peningkatan pertumbuhan ekonominya. Zona Euro rentan
terhadap deflasi karena kengototan
Jerman pada penghematan fiskal
serta keragu-raguan ECB. Walaupun
sekarang sudah dalam kondisi ekonomi yang terkontraksi, Jerman masih
terobsesi dengan pengurangan defisit
untuk semua pemerintahan negara
zona Euro. Di lain pihak, dalam hal
pelonggaran moneter, ECB telah melakukan sedikit lebih besar dibanding
bank sentral lain dalam hal pelonggaran kuantitatif.
Saat ini investor masih menunggu
seberapa agresif ECB masuk ke pasar
finansial dan melanjutkan pembelian
obligasi demi menjauhkan Eropa dari
deflasi. Pada pekan ketiga Oktober
lalu, ECB telah menghabiskan 800
juta euro (1 miliar dollar AS) dalam
menginfiltrasi pasar sejak program
kucuran stimulus lanjutan diluncurkan
pada 20 Oktober 2014. Sebelumnya,
ECB mengumumkan akan menyiapkan
dana hingga 1 triliun euro untuk operasi ini. Sejauh ini ada pertentangan
dari kepala bank sentral Jerman, Jens
Weidmann, yang menyatakan bahwa
langkah quantitative easing ini sangat
berisiko. Menurutnya, pembelian obligasi baik swasta maupun berupa surat
utang negara (SUN), tidak akan berdampak besar bagi perekonomian
kecuali jika pemerintah masingmasing negara di kawasan Eropa menyelesaikan masalah struktural.
Perekonomian AS makin membaik,
salah satunya ditandai dengan penurunan tingkat pengangguran hingga
level 5,9 persen pada September lalu.
Angka tersebut sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar
November 2014
6,1 persen. Penurunan tingkat pengangguran ini sekaligus menepis kekhawatiran akan potensi pelambatan
pertumbuhan ekonomi AS. Mengingat
pada rilis minutes of meeting hasil
FOMC bulan September, menunjukkan para pejabat bank sentral AS,
The Fed, khawatir bahwa pelambatan ekonomi global dan penguatan
mata uang dollar akan menimbulkan
risiko terhadap prospek ekonomi AS.
Peningkatan pada pasar tenaga
kerja telah membuat The Fed memutuskan untuk mengakhiri program
pembelian obligasi (quantitative
easing) pada akhir Oktober lalu,
selain itu bank sentral juga tetap
pada jalan menuju kenaikan tingkat
suku bunga tahun mendatang. Selain
itu, pertumbuhan ekonomi AS pada
kuartal ketiga sebesar 3,5 persen
(quarter on quarter) merupakan
yang kedua berturut pertumbuhan
terkuat, sejak semester kedua 2003.
Pada kuartal kedua lalu, AS tumbuh
4,6 persen (quarter on quarter).
Sementara itu, tingkat inflasi pada
September naik 1,7 persen (year on
year), stagnan dibanding bulan sebelumnya. Tingkat inflasi telah turun
pada beberapa bulan terakhir, setelah pada kuartal kedua lalu tingkat
inflasi dalam laju yang cukup tinggi.
Rendahnya tingkat inflasi seharusnya
memberi bank sentral cukup ruang
untuk menjaga tingkat suku bunga
acuan pada level rendah untuk beberapa waktu.
Gubernur Bank of Japan (BOJ),
Haruhiko Kuroda, menegaskan bahwa
bank sentral akan menyesuaikan kebijakan moneter jika diperlukan untuk
mencapai target inflasi 2 persen. Pendapat Kuroda tersebut muncul di tengah keraguan pada BOJ tentang pencapaian target inflasi. Kuroda juga
menegaskan
pendiriannya
untuk
mempertahankan stimulus besarnya
untuk jangka waktu yang lebih lama,
namun ia belum mengetahui kapan
waktu yang tepat untuk menambah
stimulus tersebut. Beberapa ekonom
memperkirakan BOJ akan menambah
stimulus pada Januari tahun depan.
Sementara itu, defisit perdagangan
Jepang melebar untuk bulan September lalu, di saat ekspor naik 6,9 persen. Defisit neraca perdagangan
Jepang sebesar 958,3 miliar yen (8,96
miliar dollar AS), salah satunya
karena impor naik sebesar 6,2 persen.
Melebarnya
defisit
perdagangan
tersebut karena kenaikan ekspor belum memenuhi ekspektasi bank sentral, serta permintaan domestik yang
lemah. Oleh karena itu, BOJ kemungkinan akan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal
2014/2015 dalam waktu dekat. Hal ini
mempertimbangkan adanya potensi
laju inflasi hanya akan tumbuh moderat, salah satunya karena jatuhnya
harga minyak.
Dari kawasan Asia lainnya, Cina
mengalami perlambatan perekonomian sepanjang kuartal ketiga tahun
ini. Perekonomian hanya tumbuh 7,3
persen (year on year), merupakan
laju pertumbuhan terlemah sejak
2009, dan juga menjadi yang pertama
di bawah target sejak 1999. Angka
pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga
ini masih di bawah target pemerintah
Cina sebesar 7,5 persen.
Beberapa ekonom berpendapat
bahwa otoritas di Cina akan menggunakan langkah stimulus lain seperti
pemangkasan suku bunga acuan. Perdana Menteri Cina, Li Keqiang, telah
menyatakan berulang kali bahwa pemerintah akan mentolerir pertumbuhan ekonomi yang sedikit di bawah
target, di saat Cina mencoba membentuk
kembali
perekonomian
mereka yang lebih banyak didorong
oleh konsumsi domestik serta sedikit
oleh ekspor dan investasi.
Selain itu, tingkat inflasi yang melemah di Cina, menambah kekhawatiran pada pelambatan pertumbuhan
ekonomi global. Tingkat inflasi Cina
naik 1,6 persen (year on year), lebih
rendah dari bulan Agustus sebesar 2
persen Dengan demikian, pemerintah
Cina kemungkinan akan melakukan
langkah-langkah baru untuk memperbaiki perekonomian. Salah satunya
dengan stimulus tambahan beberapa
bulan mendatang untuk mencegah
risiko-risiko pertumbuhan dan deflasi.
(*)
“Kondisi perekonomian dunia relatif kurang memuaskan saat ini.
Namun, dengan membaiknya ekonomi AS memberi harapan akan
terhindarnya dunia dari resesi
berkepanjangan karena dari data
empiris
ekonomi
AS
adalah
penghela
pertumbuhan
dunia.
Situasi ini akan berdampak pada
lambatnya akselerasi pertumbuhan
ekonomi
negara
berkembang
seperti Indonesia”
Berita Domestik
Ryan Kiryanto
Chief Economist
JOKOWI-JK DAN KABINETNYA
RESMI DILANTIK, TANTANGAN
EKONOMI SUDAH MENANTI
Setelah resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia periode 2014-2019 pada
tanggal 20 Oktober 2014, Jokowi dan
Jusuf Kalla mengumumkan namanama menteri yang akan bekerja
2
November 2014
dalam Kabinet Kerja yang disusunnya
pada tanggal 26 Oktober 2014. Susunan kabinet ini diharapkan memperkuat respons positif bukan hanya
pasar, tetapi juga mampu membangkitkan partisipasi rakyat. Euforia dukungan dalam perjalanan pencalonan
hingga pesta rakyat yang mengantar
presidennya sampai ke Istana setelah
pelantikan kita harapkan berlanjut
konsisten sebagai fokus bekerja,
bekerja, dan bekerja.
Proses seleksi melalui beragam
filter, termasuk catatan dari Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan
wujud komitmen membentuk kabinet
yang kredibel tak hanya kompetensinya, namun juga moralitas. Untuk
mendukung visi revolusi mental, pemerintahan dengan para menteri yang
tak punya beban persoalan hukum,
terutama kasus korupsi, merupakan
syarat mutlak. Ketidakterhindaran
“kompromi” dalam konstelasi peta
koalisi merupakan refleksi dari realitas politik. Tak terlalu bijak menuntut otonomi prerogatif yang absolut
dari Jokowi, karena keberhasilannya
memenangkan pemilihan presiden
tidak lepas dari dukungan beragam
elemen masyarakat. Sesungguhnya
Presiden Jokowi sudah berusaha mewujudkan
kabinet
kerja
yang
kredibel, yang akan menyelenggarakan negara dan pemerintahan hingga
lima tahun mendatang.
Reaksi terhadap kabinet dengan
berbagai latar kepentingan tentu wajar di tengah kehidupan politik yang
terbuka. Yang harus dijaga dalam
jangka pendek dan ke depan adalah
kepercayaan pasar yang pasti merespons kebijakan-kebijakan pemerintahan baru, terutama reaksi masyarakat ketika Presiden Jokowi mau tidak
mau menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) subsidi. Dalam hal ini,
esensi program kebijakan pemerintahan baru tetap mengacu kepada
Trisakti Bung Karno sebagai ajaran,
yang sejatinya merupakan pijakan
kuat menuju ke revolusi mental.
Yaitu, berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Maka semua elemen bangsa seyogyanya turut
mengawal agar Kabinet Kerja ini
mampu bekerja optimal. Tidak ada
masa bulan madu bagi pemerintahan
baru, karena yang lebih menantang
adalah bagaimana efektivitas langkah, arah, dan perumusan kebijakan
untuk mewujudkan konsep-konsep
penyejahteraan rakyat.
Kini publik menunggu kebijakankebijakan prioritas yang akan diambil
pemerintahan Presiden Jokowi dan
Wapres Jusuf Kalla (JK) dalam waktu
dekat. Selain antisipasi rencana
kenaikan
suku
bunga Fed di
pertengahan 2015, maka di antara
kebijakan yang ditunggu-tunggu dan
juga sudah ramai diperbincangkan
dalam beberapa bulan terakhir adalah
penaikan
harga
BBM
subsidi.
Pemerintahan
baru
tidak
bisa
menghindar dari kebijakan penaikan
harga BBM subsidi. Selain karena
sudah pernah ditegaskan Jokowi
sebelum dilantik jadi presiden,
penaikan harga BBM subsidi menjadi
keniscayaan
di
tengah
kondisi
anggaran negara yang terbatas akibat
terus membengkaknya subsidi energi,
termasuk
subsidi
BBM,
yang
mendominasi total subsidi dalam
anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN).
Kebijakan penaikan harga BBM subsidi diperlukan untuk menyehatkan
APBN dalam artian untuk mengurangi
dana subsidi dan anggarannya di-
alihkan untuk pembangunan infrastuktur, kesehatan, dan pendidikan
yang langsung menyentuh kebutuhan
masyarakat
banyak. Terbatasnya
belanja modal pemerintah--yang jumlahnya lebih kecil dari total subsidi
dalam APBN-- menyebabkan pemerintahan baru akan sulit merealisasikan
sejumlah program untuk menggerakkan perekonomian yang berujung
pada kesejahteraan rakyat. Kebijakan
ini juga diperlukan karena selama ini
subsidi BBM tidak tepat sasaran. Sekitar 70 persen subsidi BBM dinikmati
oleh pemilik kendaraan roda empat
yang notabene adalah masyarakat
mampu.
Dalam
postur
APBN-Perubahan
2014, subsidi energi tercatat Rp350,3
triliun dengan rincian subsidi BBM
(sudah termasuk subsidi LPG dan BBN)
sebesar Rp246,5 triliun dan subsidi
listrik Rp103,8 triliun. Tahun depan,
APBN 2015 mencantumkan anggaran
pengeluaran untuk subsidi energi sebesar Rp344,7 triliun, masing-masing
subsidi BBM naik menjadi Rp276,01
triliun dan subsidi listrik diturunkan
menjadi Rp68,68 triliun seiring kenaikan harga tarif tenaga listrik (TTL).
Pemerintahan Jokowi-JK juga harus
menanggung beban defisit anggaran.
Jika pada APBN-Perubahan 2014 defisit anggaran tercatat Rp241,5 triliun
atau 2,40% dari produk domestik
bruto (PDB), pada APBN 2015 defisit
anggaran mencapai Rp245,9 triliun
atau 2,21% dari PDB. Defisit anggaran
tersebut harus ditutup dengan cara
menerbitkan surat utang negara (SUN)
yang bunganya cukup besar. Khusus
tahun ini, pemerintah mengalokasikan
pembayaran bunga utang sebesar
Rp136 triliun dalam APBN. Sedangkan
hingga Agustus 2014 lalu, total outstanding utang pemerintah mencapai
Rp2.531,81 triliun. Angka tersebut
3
November 2014
meningkat Rp1.232,31 triliun atau
94,82% dari posisi utang pada Desember 2004 sebesar Rp1.299,5 triliun. Di
tengah defisit anggaran tersebut, pos
penerimaan negara dari sektor pajak,
minyak dan gas bumi (migas), dan
mineral batubara (minerba) masih
belum optimal. Sementara itu, hingga
pertengahan Oktober 2014, produksi
(lifting) minyak sebesar 798 ribu
barel per hari (bph) atau di bawah
target APB-P 2014 sebesar 818 ribu
bph. Dengan bagian minyak milik negara sebesar 500 ribu bph, negara ini
harus mengimpor sekitar 1 juta bph
untuk memenuhi konsumsi yang mencapai 1,5 juta bph. Maka, penaikan
harga BBM subsidi diharapkan berdampak pada penurunan konsumsi
BBM subsidi. Selanjutnya, impor minyak dan BBM yang selama ini menjadi
penyebab defisit neraca perdagangan
Indonesia juga akan berkurang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan, per Agustus 2014
neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat defisit 318,1 juta dolar
AS. Defisit tersebut disebabkan besarnya impor komponen minyak dan
gas bumi (migas), terutama impor
hasil minyak senilai 2,04 miliar dolar
AS yang mayoritas adalah BBM dan
impor minyak mentah 314,5 juta
dolar AS. Nilai defisit migas mencapai
801,1 juta dolar AS, sementara non
migas mencatat surplus. Akibat konsumsi yang tinggi, pemerintahan
Jokowi-JK juga akan menghadapi
makin menipisnya kuota BBM bersubsidi tahun ini. Dari total kuota 46 juta
kilo liter (kl), hingga 30 September
2014, realisasi penyaluran BBM bersubsidi sudah mencapai 34,9 juta
kiloliter atau lebih tinggi 1,7% dibandingkan periode sama tahun lalu. Dari
jumlah itu, penyaluran BBM bersubsidi jenis premium sudah mencapai
22,24 juta kl atau lebih tinggi 1,9%
dibandingkan periode sama 2013.
Sedangkan realisasi penyaluran BBM
bersubsidi jenis solar sudah mencapai
11,94 juta kl atau lebih tinggi 3,9%
dari periode sama tahun lalu. Dengan
laju konsumsi sebesar itu dan jika
tanpa dilakukan upaya mengeremnya,
menurut hitungan Pertamina, konsumsi BBM bersubsidi tahun ini akan
over kuota sebanyak 1,61 juta kl.
Artinya, pemerintahan baru harus
mengajukan permohonan tambahan
subsidi BBM ke parlemen untuk menutup kekurangannya dan tentu saja ini
bukan pekerjaan mudah.
Jika pemerintahan baru menaikkan
harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000
per liter pada November tahun ini,
akan dihasilkan penghematan APBN-P
2014 sebesar Rp21 triliun. Dalam setahun, dengan kuota BBM bersubsidi
sebesar 46 juta kiloliter, penaikan
harga BBM bersubsidi sebesar Rp3.000
per liter akan menghemat anggaran
Rp138 triliun. Setelah berhasil
menaikkan harga BBM, pemerintahan
baru harus membelanjakan penghematan anggaran tersebut untuk pospos lain. Jika tidak dilakukan, akan
menambah beban masyarakat tanpa
memberikan manfaat peningkatan
produktivitas serta daya beli masyarakat. Namun, kebijakan penaikan
harga BBM subsidi tidak bebas risiko.
Sebesar apa pun besaran kenaikannya, pasti akan memicu lonjakan
harga barang sehingga berdampak
menggerus pendapatan masyarakat
karena terkena efek lonjakan inflasi.
(*)
Pojok Regional
Parulian Simanjuntak
RCE Wilayah Medan
PENETAPAN UMP 2015 SUMUT
DAN ACEH MASIH BERLIKU
Pada awal November 2014, UMP
Provinsi harus telah diputuskan sehingga kenaikannya akan bisa diantisipasi pengusaha dan buruh. Penentuan
UMP 2015 bagi Sumatera Utara, kelihatannya akan mengalami pengunduran waktu dikarenakan masih belum
sepakatnya besaran kenaikan dan
jumlah item Komponen Hidup Layak
(KHL) antara kedua belah pihak yang
berunding. Buruh menuntut kenaikan
UMP sebesar 30% yang dianggap masih
terlalu tinggi oleh pengusaha karena
kondisi perekonomian yang dihadapi
saat ini masih belum bertumbuh dengan baik. Aliansi Pekerja Buruh Sumatera Utara (APBSU) dalam aksi
unjuk rasa di depan Kantor Gubsu,
Jalan Diponegoro Medan, Selasa
(28/10), menuntut kenaikan UMP
hingga mencapai 40% atau berkirsar
Rp600.000 dari UMP Sumut tahun
2014 sebesar Rp1.505.850. Selain itu,
untuk menghadapi naiknya hargaharga kebutuhan di masa yang akan
datang, buruh juga menginginkan
kenaikan dalam jumlah item yang ada
di KHL. Belum terdapatnya kesepakatan antar pihak-pihak yang berunding
menyebabkan masih panjangnya
waktu yang dibutuhkan agar tercapai
kesepakatan di antara pihak buruh
dan pengusaha.
Sementara di Aceh, buruh juga
menggelar unjuk rasa karena tidak
setuju dengan kenaikan UMP Aceh
yang hanya berkisar 2% saja. Aliansi
Pekerja/Buruh Aceh mendesak Gubernur menolak rekomendasi Dewan Pen-
4
November 2014
gupahan Daerah (Depeda) Aceh tentang Upah Minimum Provinsi (UMP)
2015 yang diduga hanya mengalami
kenaikan Rp50.000 atau sekitar 2,6%
dari UMP 2014. Aliansi Pekerja/Buruh
Aceh mendesak gubernur mempertimbangkan kondisi ekonomi, dengan
menaikkan UMP 2015 sebesar 20%
atau Rp350.000 dari UMP 2014. (*)
Emrinaldi Nur DP
RCE Wilayah Padang
TOURISM, DRIVER ALTERNATIF
UNGKITAN PERTUMBUHAN
EKONOMI WILAYAH
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
yang tetap positif pada saat krisis
ekonomi dunia tahap 2 di tahun 2008
dan terus bergerak hingga 2013, telah
membuktikan secara ekonomi bahwa
konsumsi mampu menjadi pengungkit
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Salah satu bagian penggerak dari
akumulasi
konsumsi
masyarakat
tersebut adalah pergerakan manusia
dari satu tempat ketempat lain
melalui kunjungan muhibah dan
wisata. Pergerakan wisata atau
tourism tersebut secara umum
terutama untuk wilayah Sumatera
Barat, Riau dan Kepulauan Riau
dipengaruhi oleh dua komponen,
yaitu atraksi dalam bentuk event atau
kegiatan dan yang kedua daya pikat
daerah, baik dikarenakan fasilitas
atas sara prasarana maupun oleh
keelokan alamnya.
Berdasarkan
kajian
Ekonomi
Regional Bank Indonesia untuk
kwartal pertama dan kedua tercatat
dua event besar terjadi pada dua
Provinsi, yaitu Musabah Tilawatil
Quran Tingkat Nasional yang diadakan
di Batam-Kepulauan Riau dan “Tour
De Singkarak” di Sumatera Barat.
Kedua
event
ini
dinilai
ikut
mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui
pariwisata.
Kemampuan
kedua
event
untuk
men-drive
pertumbuhan ekonomi wilayah dan
memancing
munculnya
investor
menyebabkan daerah dan wilayah lain
di tiga Provinsi ini berlomba-lomba
mengadakan event wisata yang sama.
Kabupaten Siak Provinsi Riau di Bulan
September 2014 meluncurkan event
berupa “Tour de Siak”. Event yang
digadang oleh Pemerintah kabupaten
Siak
sebagai
event
olahraga
internasional besar ini sudah masuk
kali kedua, dengan 19 negara
berpartisipasi penuh. Kesuksesan
dalam
menyelenggarakan
event
tersebut telah memberikan harapan
baru bagi pemerintah Kabupaten Siak
untuk menjadikan event tersebut
sebagai
pemancing investasi dan
bisnis, serta pariwisata di Kabupaten
Siak.
Jumlah
penginapan
di
Kabupaten Siak saat ini telah mampu
menampung potensi turis dengan 506
kamar dan 886 tempat tidur.
Kesuksesan event Tour de Siak juga
telah
mendorong
Pemerintah
Kabupaten Siak untuk mempersiapkan
diri menjadi tuan Rumah “Kejuaraan
BMX Asia” yang akan digelar pada
tanggal 9-11 November dan diikuti
oleh 12 Negara.
Selain keberadaan event nasional
dan internasional yang dilakukan di
Riau, fasilitas dan sarana prasarana
yang
tersedia
dalam
rangka
mendukung
wisata
juga
telah
mendorong percepatan investasi di
Riau. Berdasarkan data BPTPM dan
BPMPD hingga akhir September 2014,
nilai investasi yang sudah masuk ke
Pekanbaru melalui Badan Pelayanan
Terpadu dan Penanaman Modal
(BPTPM) sudah mencapai Rp5,5 triliun
dan akan terus meningkat jika
investasi di bawah nilai Rp.500 juta
menjadi perhitungan serta masih
tersisanya waktu hingga akhir tahun.
Sementara investasi asing berupa
Penanaman Modal Asing (PMA) di
Provinsi Riau untuk semester pertama
saja sudah mencapai US$946,05 juta.
Sektor
terbesar
yang
menjadi
pengumpul investasi adalah jasa
perhotelan,
otomotif,
dan
perdagangan.
Event akbar lain yang dilaksanakan
oleh Provinsi Sumatera Barat adalah
“Mandeh Joy Sailing 2014”. Event
dalam bentuk wisata bahari ini
diharapkan akan mendorong investasi
wisata di wilayah Pesisir Sumatera
Barat dan lebih mendorong eksplorasi
wisata kabaharian. Dalam mendukung
pariwisata
Sumatera
Barat,
setidaknya telah tersedia 40 hotel
dengan 2.562 kamar dengan kelas
bintang 2 hingga 5 dibangun guna
menopang pariwisata Sumbar. Tidak
sampai pada sarana dan prasarana
hotel saja yang terdorong oleh geliat
pariwisata, namun juga sarana
transportasi yang menghubungkan
destinasi wisata. Oleh karenanya,
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
selain membangun Tol di wilayah
Kota Padang, pada tahun 2015 juga
akan
dibangun
suatu
Proyek
Monumental berupa “Terowongan
Balingka” yang menelan dana Rp1,1
Triliun. Proyek monumental ini
dilaksanakan guna memperlancar
mobilitas ke dan dari Bukittinggi serta
mobilitas Padang-Pekanbaru yang
selalu mengalami kemacetan pada
saat peak sesion destinasi wisata.
Terowongan Balingka ini memiliki
jarak 1,1 Km dan berawal dari daerah
Balingka
di
Kabupaten
Agam,
menyebrangi
perbukitan
Ngarai
Sianok dan Tembus hingga ke Bukit
Tinggi.
Sedikit perbedaan dengan Provinsi
5
November 2014
Kepulauan Riau,
selain event
nasional berupa MTQ, Batam telah
menjadi ujung tombak wisata dan
pintu masuk investasi di Kepulauan
Riau serta pintu transit ke negara lain
seperti Singapura dan kawasan Asia
Tenggara lainnya. Oleh karenanya,
lalu lintas manusia yang memasuki
Kepulauan Riau dari Batam memiliki
intensitas yang sangat tinggi atau naik
13% pertahun dari alur udara.
Berdasarkan data BP Batam, pada
2012, jumlah penumpang Bandara
Internasional Hang Nadim mencapai
3,8
juta
orang
dengan
84
penerbangan per hari, kemudian naik
pada 2013 menjadi 4,1 juta
penumpang dengan 104 penerbangan
reguler per hari. Pada tahun 2014
diperkirakan mencapai 4,3 juta
penumpang. Besarnya lalu lintas
manusia yang masuk dari Bandara
Internasional Hang Nadim Batam tidak
hanya menjadikan Batam sebagai
destinasi tunggal,
namun juga
memberikan
kontribusi
pada
peningkatan
arus
manusia
ke
kepulauan dan destinasi wisata
eksotis yang berada disekitaran Pulan
Batam. Besarnya lalu lintas manusia
melalui bandara Hang Nadim Batam
juga telah mendorong BP Batam
untuk melakukan perluasan terminal
dan apron Bandara.
143.703 m2. Selain perluasan bandara
lama, BP Batam juga berencana
membuat terminal baru yang mampu
menampung penumpang hingga 8 juta
penumpang.
Bernadette Robiani
RCE Wilayah Palembang
INVESTASI DAN PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI PROVINSI
SUMSEL DAN LAMPUNG
penanaman modal asing (PMA)
sebesar Rp3,94 triliun dengan 75
perusahaan yang menyerap 22.931
tenaga kerja Indonesia dan 214
tenaga kerja asing. Nilai realisasi
penanaman modal dalam negeri
(PMDN) sebesar Rp2,58 triliun,
dengan jumlah investor sebanyak 38
perusahaan dan menyerap 18.512
tenaga kerja Indonesia dan 131
tenaga kerja asing.
Jika
dibandingkan dengan data pada
Triwulan II, terjadi kenaikan jumlah
perusahaan dan jumlah tenaga kerja
yang terserap. Pada Triwulan II, nilai
investasi PMA sebesar Rp1,78 triliun
de n g a n 5 0 pe r u sa h a an y a n g
menyerap 16.198 tenaga kerja
Indonesia dan 195 tenaga kerja asing.
Nilai investasi PMDN sebesar Rp2,24
triliun dengan 31 perusahaan yang
menyerap
18.509 tenaga kerja
Indonesia dan 131 tenaga kerja asing.
Pada Triwulan II, dominasi invetasi
(80%) masih di sektor perkebunan
seperti kelapa sawit dan turunannya
serta karet. Kendala yang dihadapi
oleh BP3M Sumsel antara lain masih
minimnya kesadaran para pengusaha
untu k mela por kan ke giat an
penanaman modalnya tepat waktu,
yang akan dijadikan acuan bagi
pemerintah dalam membuat LKPM
terkait investasi negara.
Perluasan tersebut nantinya akan
menambah kapasitas terminal dan
apron sekitar 30 persen dibandingkan
kapasitas sebelumnya. Saat ini
kapasitas terminal Bandara Hang
Nadim sekitar 5 juta penumpang,
dengan luas total terminal 30.600
meter persegi. Sedangkan kapasitas
apron 110.541 meter persegi. Dengan
perluasan, diharapkan akan terjadi
peningkatan
daya
tampung
penumpang hingga 8 juta penumpang
dan luas areal baru akan menjadi
Meskipun realisasi investasi di
Sumatera Selatan (Sumsel) pada
Triwulan III/2014 masih belum
mencapai target yang ditentukan,
yakni baru sebesar Rp6,52 triliun dari
target Rp15,6 triliun, namun terjadi
kenaikan jumlah perusahaan dan
jumlah tenaga kerja yang terserap.
Menurut Kepala Badan Promosi dan
Perizinan Penanaman Modal (BP3M)
Sumsel melalui Kepala Bidang
Pengendalian dan Pelaksanaan, dari
total realisasi sebesar 41,79% , nilai
Di Provinsi Lampung, Badan
Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu (BPMPT)
mencatat total
investasi yang masuk ke daerah ini
hingga Triwulan III 2014 mencapai
Rp4,64 triliun.
Sampai dengan
Triwulan III, Investasi tersebut
mampu menyerap 3.761 tenaga kerja,
baik dalam bentuk PMA maupun
PMDN. Secara rinci investasi PMA
sebesar Rp309 miliar dengan serapan
tenaga kerja sebanyak 2.796 orang,
adapun investasi
PMDN sebesar
Selain bandara Internasional Hang
Nadim-Batam, perluasan akses turis,
bisnis, dan pariwisata melalui udara
juga dilakukan untuk pulau lainnya.
Pada tahun 2015 dua bandara di
Kepulauan Riau akan direalisasikan,
yaitu Bandara Kepulauan Anambas
dan Tambelan di Bintan. Dua bandara
di Kepulauan Riau ini menjadi bagian
dari lima bandara baru yang akan
dibangun
oleh
Kementrian
Perhubungan. Total dana yang
dianggarkan untuk kelima bandara
tersebut adalah Rp6,8 Triliun. Narasi
dan statement diatas adalah bukti
bagaimana wisata mampu men-drive
pertumbuhan ekonomi dari suatu
wilayah,
dan
dapat
dijadikan
alternatif pengembangan potensi
wilayah, termasuk wilayah Riau,
Sumatera Barat dan Kepulauan Riau.
(*)
6
November 2014
Rp3,12 triliun dengan serapan tenaga
kerja sebanyak 965 orang. Menurut
Kepala BPMPT Provinsi Lampung, jika
dibandingkan dengan Triwulan I,
jumlah penyerapan tenaga kerja pada
PM A m e n ca p a i 2 . 2 4 7 or an g ,
sementara PMDN hanya menyerap 10
tenaga kerja. Di
Triwulan II
penyerapan tenaga kerja PMA sebesar
66 orang dan PMDN sebesar 454
orang.
Adanya investasi yang disertai
dengan penyerapan tenaga kerja akan
memberikan dampak positif yang
besar bagi perekonomian daerah
dalam bentuk peningkatan
pendapatan,
pengurangan
pengangguran, dan pengurangan
kemiskinan. Peningkatan investasi
akan menciptakan efek berganda
(multi pli er effect)
bagi
perekonomian dengan timbulnya
aktivitas – aktivitas ekonomi lainnya.
Peningkatan investasi dalam bentuk
PMA akan memberikan manfaat
positif lainnya seperti alih teknologi
dan transfer knowledge. Peningkatan
investasi di Sumsel merupakan salah
satu solusi untuk mengurangi
pengangguran, mengingat
pengangguran terbuka di provinsi
Sumsel pada Triwulan II 2014 masih
sebesar 3,84 persen, meskipun
menurun jika dibandingkan dengan
periode Agustus yang sebesar 4,84%.
Peningkatan investasi di Lampung
merupakan salah satu solusi untuk
mengurangi kemiskinan yang masih
sebesar 14,28 persen di Triwulan II
2014, dan jumlah tenaga kerja
Indonesia (yang bekerja di luar
negeri) asal lampung yang mengalami
kenaikan sebesar 94,24 persen di
Triwulan II 2014. Bagi perbankan,
adanya peningkatan investasi dan
meningkatnya penyerapan tenaga
kerja,
merupakan peluang untuk
menyalurkan Kredit dan
meningkatkan Dana Pihak Ketiga.
Trend peningkatan investasi di
provinsi Sumsel dan lampung yang
disertai
dengan
peningkatan
penyerapan tenaga kerja menuntut
keseriusan
dan
komitmen
dari
pemerintah daerah di semua level
dan peran serta masyarakat. Masih
tingginya minat investasi ke sektor
perkebunan, seyogyanya mendorong
pemerintah
daerah
untuk
mempercepat hilirisasi yang akan
menciptakan nilai tambah yang lebih
tinggi. Meningkatnya investasi PMA,
seyogyanya mendorong pemerintah
daerah untuk mempersiapkan SDM
yang berkualitas baik dari aspek
pendidikan,
keahlian
dan
TABEL 1. PERANAN SUBSEKTOR UNGGULAN
mental, serta etos
DAN PROSPEKTIF KABUPATEN BANDUNG
kerja. Perlu adanya
Share
Share
komitmen
yang
Subsektor/Industri
PDRB (%)
Pinjaman (%)
tinggi
dari
Tanaman bahan makanan
5.2
3.3
pemerintah daerah
Makanan, minuman dan Tembakau
17.4
2.2
untuk mendorong
lebih
banyaknya
Tekstil, Brg. Kulit dan Alas kaki
36.5
11.5
PMDN
dengan
Pupuk, Kimia dan Brg dari Karet
2.6
0.2
meningkatkan
Perdagangan besar dan eceran
13.9
45.7
kualitas pelayanan
publik
(termasuk
Angkutan jalan raya
3
0.4
infrastruktur),
Restoran
2.8
0.7
membuka
akses
Jumlah
81.4
64
untuk terciptanya keterkaitan antar
skala usaha dan akses pasar, dan
melakukan
kemitraan
dengan
perbankan untuk akses pembiayaan.
(*)
Rina Indiastuti
RCE Wilayah Bandung
SUBSEKTOR UNGGULAN AGRO,
INDUSTRI, DAN JASA KABUPATEN
BANDUNG
Kabupaten Bandung yang lokasinya
mengitari Kota Bandung mempunyai
potensi ekonomi dan bisnis yang
lengkap, mulai dari Pertanian,
Industri Pengolahan dan Jasa.
Ekonomi dan bisnis Kabupaten
Bandung berkembang sebagai respon
terhadap efek sebar kemajuan
ekonomi kota Bandung.
Hasil analisis terhadap
perkembangan PDRB subsektor dan
akumulasi pinjaman perbankan yang
disalurkan menggunakan data tahun
2011-2013 dan menggunakan 4
(empat) ukuran yaitu kinerja
pertumbuhan PDRB subsektor, share
PDRB subsektor, kinerja pertumbuhan
pinjaman perbankan subsektor, dan
share pinjaman subsektor
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kinerja pertumbuhan dan share
baik PDRB subsektor maupun
pinjaman perbankan di atas ratarata, menyimpulkan subsektor
unggulan dan prospektif yaitu
subsektor Perdagangan Besar dan
Eceran. Subsektor ini menempati
urutan pertama untuk kontribusi
terhadap perekonomian serta
menarik pembiayaan perbankan.
2. Share PDRB subsektor, share
pi nj ama n dan per tum bu han
pinjaman perbankan diatas ratarata, menyimpulkan subsektor
Tanaman Bahan Makanan sebagai
7
November 2014
subsektor unggulan dan prospektif
namun mencatat pertumbuhan
produksi yang melambat.
3. Kinerja pertumbuhan subsektor,
share PDRB sub sektor, dan
pertumbuhan pinjaman perbankan
diatas rata-rata, menyimpulkan
industri Makanan Minuman, industri
Tekstil dan Alas Kaki, industri
Pupuk, subsektor Restoran, dan
subsektor Angkutan Jalan sebagai
subsektor unggulan dan prospektif
namun belum mampu menarik
minat perbankan.
Ada 7 (tujuh) subsektor atau
industri unggulan yang prospektif
seperti dijelaskan di atas. Kontribusi
ketujuh subsektor terhadap PDRB
Kabupaten Bandung sebesar 81,4%
dan menyerap 64% dari total
pinjaman perbankan. Share pinjaman
lebih rendah dibandingkan share
PDRB karena ada 5 (lima) subsektor
y an g be lum m amp u me na ri k
perbankan untuk menyalurkan
pinjaman.
Sebagai penutup,
1. Kabupaten Bandung memiliki
potensi lengkap mulai sektor primer
yaitu Tanaman Bahan Makanan,
Industri Pengolahan sebagai sektor
sekunder dan sektor tersier. Ada 7
(tujuh) subsektor atau industri
unggulan dan prospektif serta
mampu berkontribusi sekitar 81,4%
pada perekonomian Kabupaten
Bandung.
2. S u b s e k t o r u n g g u l a n y a n g
direkomendasikan menjadi daya
tarik perbankan untuk menyalurkan
pinjaman adalah industri Makanan
Minuman, industri Tekstil dan Alas
Kaki, industri Pupuk, subsektor
Restoran, dan subsektor Angkutan
Jalan. (*)
Alimuddin Rizal Riva’i
RCE Wilayah Semarang
OBSESI MENINGKATKAN DAYA
SAING DAERAH MELALUI
PEMBANGUNAN KAWASAN
INDUSTRI DI KENDAL
Berbagai permasalahan di Jawa
Tengah yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2013-2018 salah satunya adalah masalah belum optimalnya ketersediaan
infrastruktur baik fisik maupun non
fisik. Permasalahan yang dihadapi
Jawa Tengah dalam pembangunan
infrastruktur adalah belum optimalnya kualitas pelayanan infrastruktur
sejalan dengan dinamika aktivitas
kehidupan masyarakat baik sosial,
ekonomi, budaya,
politik,
dan
pengembangan
wilayah.
Oleh
karenanya sangat positif yang dilakukan oleh Gubernur Jateng untuk fokus
(memperioritaskan) pada pembangunan infrastruktur Tahun 2014 ini
dan 2015 nanti dengan mengajukan
tambahan anggaran menjadi 2,1 triliun untuk tahun 2015.
Sementara itu, untuk pembangunan
infrastruktur ini juga digiatkan oleh
berbagai daerah di kabupaten/Kota di
Jawa Tengah, seperti yang dilakukan
oleh Bupati Kendal. Bupati ini sangat
agresif dan berobsesi untuk menyegerakan proyek pembangunan Kawasan Industri Kendal (Kawasan Ekonomi Khusus-MP3EI). Obsesi ini sangatlah beralasan, karena dengan
pembangunan itu maka Kendal yang
letaknya strategis dapat memiliki
daya saing tinggi, baik sebagai kawasan industri maupun perdagangan,
jasa dan transportasi.
Kendal dan potensinya yang luar
biasa menjadi bagian dari “Greater
Semarang, The Investment Gate of
Central Java”. Memang sudah saatnya
Kendal dan juga Jawa Tengah secara
menyeluruh menjadi tujuan investor
dan target next development. Kendal
memiliki sumber daya manusia (SDM)
yang berlimpah untuk ditawarkan
kepada para pengusaha. Keunggulan
SDM Kendal antara lain tenaga kerja
berusia muda dan terlatih, serta labour cost yang kompetitif dibandingkan provinsi Jawa Barat maupun Jawa
Timur. Didukung pula oleh banyaknya
lulusan sarjana-sarjana dari perguruan tinggi dan lulusan-lulusan tenaga
ahli (skilled labor) yang siap pakai
dari sekolah kejuruan setempat
(dekat dengan Semarang). Saat ini
Kendal memiliki potensi bisnis yang
lebih banyak bertumpu pada sektor
industri Agrobisnis, Tekstil, Makanan,
Jamu dan Industri UKM / Rumah
Tangga. Beberapa komoditas unggulan Kendal adalah kopi, jagung, tembakau, cengkeh, dan karet. Sedangkan potensi-potensi lainnya meliputi
batik tulis, bordir, kerupuk rambak,
dan ikan bandeng. Lokasi yang strategis ini menjadikan Kendal ditetapkan
sebagai salah satu zona Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia.
Kendal Industrial Park tidak hanya
menjadi kawasan industri namun juga
akan dikembangkan menjadi kota
mandiri
dan
areal
komersial.
PT.Jababeka mengkonsepnya sama
seperti konsep dari Jababeka yang di
Cikarang. Harapannya adalah menjadikan Kendal kota yang hebat melebihi Jababeka City. Selain itu kehadiran Kawasan Industri Kendal (KIK)
yang dikelola oleh PT. Kawasan Industri Jababeka (KIJA) Cikarang diharapkan dapat mengurangi pengangguran
di daerah ini yang per tahunnya mencapai 30.000 orang. Kebutuhan
tenaga kerja di KIK nantinya
diperkirakan
mencapai
600.000
orang.
8
November 2014
Pembangunan Kawasan Industri
Kendal (KIK) masih mengalami banyak
kendala terutama masalah pembebasan lahan, namun sampai dengan
saat ini pemerintah kabupaten maupun provinsi Jateng masih terus berupaya untuk menyelesaikan masalah
ini. KIK memiliki luas 2.700 hektar,
dan tahap pertama tanah milik warga
yang sudah ditebus KIK luasnya mencapai 1.100 meter persegi. Proses
pembelian tanah warga sudah melalui
tahapan-tahapan yang benar, yakni
dengan mematuhi harga yang dipatok
warga.
Kawasan Industri Kendal rencananya akan dibuka pada Kuartal I
2015 mendatang. Sutedja Sidarta
Darmono selaku Presiden Direktur PT.
Graha Buana Cikarang, memastikan
hal tersebut pada Kompas.com,
Selasa (2/9/2014). "Kami menargetkan membuka Kawasan Industri Kendal pada kuartal I 2015. Saat ini sebagian besar lahannya sedang dipasarkan. Banyak industri manufaktur
yang meminati kawasan industri ini.
Terutama
perusahaan-perusahaan
multinasional, karena Kawasan Industri Kendal dirancang untuk perusahaan yang berorientasi ekspor ke
mancanegara," ungkap Sutedja. Sementara Bupati Kendal menjelaskan
bahwa terdapat sekitar 100 investor
baik domestik maupun mancanegara
berminat untuk menanamkan investasi di KIK. Para investor akan
memilih lokasi atau zonasi sesuai dengan aturan dari PT KIK. Zonasi industri yang dipersiapkan yakni industri
Kimia dan Non Kimia, industri Tekstil,
industri Furniture, industri Manufaktur dan sejumlah industri Makanan.
Konsep yang dipakai adalah kawasan industri modern yang memungkinkan perusahaan multinasional skala
besar membuka usahanya di sini.
Mereka melengkapinya dengan infrastruktur, utilitas, serta teknologi
modern. Kota mandiri Kawasan Industri Kendal adalah kolaborasi strategis
antara PT Jababeka Tbk, dan raksasa
investasi Singapura yaitu Temasek
Holdings. Temasek sendiri masuk melalui Sembawang Corporation, sedangkan Jababeka melalui PT. Graha
Buana Cikarang.
Baik PT. Graha
Buana Cikarang ataupun Sembawang
Corporation memberikan modal sebesar masing-masing 51 persen dan 49
persen dari jumlah Rp1,2 triliun yang
diserahkan melalui PT Kawasan Industri Kendal.
Sedianya, kawasan ini akan diresmikan pada bulan Oktober ini, yang peletakan batu pertamanya akan dihadiri oleh Presiden terpilih Joko
Widodo, namun belum dapat dilaksanakan karena kawasan ini masih
dalam proses penimbunan tanah
(pengurukan).
Dengan ditetapkannya beberapa
kawasan industri dan perdagangan/
jasa ini kedalam RTRW, dan RPJMP
Provinsi dan Kabupaten/Kota, maka
Pemerintah dapat mengharuskan investor baru masuk kawasan sehingga
tidak mengganggu rencana tata ruang
tata wilayah (RTRW) kota. Pemerintah Kabupaten Kendal menyadari dan
memberikan kesadaran kepada aparatur dan masyarakatnya bahwa sebagai
daerah strategis untuk industri,
perdagangan dan jasa, konteks industri sudah diatur melalui sentralisasi
dalam kawasan sehingga diharapkan
investor baru atau pengembangan
perusahaan bisa bekerja sama dengan
menaati aturan. Harapannya, Kendal
dan jateng dapat membangun namun
tetap dapat melestarikan alam, tanpa
merusak lingkungan dan UU atau Hukum/Peraturan yang berlaku. (*)
Rudi Purwono
RCE Wilayah Surabaya
TANJUNG PERAK SEBAGAI
INTERNATIONAL HUB PORT DAN
KEKUATAN SENTRAL PENDULUM
NUSANTARA : PENDORONG DAYA
SAING DAN PENINGKATAN
KINERJA PEREKONOMIAN
Pelaksanaan free trade area termasuk dalam waktu dekat yaitu
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015 menuntut Indonesia untuk
berdaya saing tinggi. Daya saing yang
tinggi memberikan dampak positif
bagi kinerja perekonomian baik
nasional maupun daerah. Efisiensi
biaya logistik menjadi aspek penting
dalam pengukuran daya saing. Biaya
logistik di Indonesia masih tergolong
tinggi di kawasan ASEAN, hal ini
menunjukkan bahwa efisiensi dalam
distribusi
barang
masih
belum
tercipta.
Berdasarkan Logistic Performance
Index, Indonesia menduduki peringkat
ke-59 dari 155 negara, dengan rasio
biaya logistik terhadap PDB masih
sekitar 24% selama 3 tahun terakhir.
Hal ini juga tercermin dari tingginya
biaya dan lamanya proses pengiriman
barang melalui pelabuhan yang harus
ditanggung oleh pelaku bisnis. Selama
ini
Indonesia
masih
belum
memperhatikan sistem pengangkutan
barang
yang
efisien.
Untuk
mewujudkan efisiensi sistem logistik,
satu-satunya
jalan
adalah
membangun infrastruktur logistik
yang baik (Sumber : Jawa Pos, 22
Oktober 2014).
Aspek penting dalam efisiensi
sistem logistik adalah tersedianya
fasilitas
pelabuhan
yang
baik.
Perbaikan
dan
pengembangan
infrastruktur
pelabuhan
untuk
menciptakan efisiensi sistem logistik
9
November 2014
di Indonesia “digebrak” sejalan
dengan visi dari Presiden Joko Widodo
- Wakil Presiden Jusuf Kalla, di mana
membangun
kekuatan
maritim
merupakan wujud Indonesia sebagai
negara kepulauan. Sebagai wujud visi
tersebut, digagas Tol Laut atau ada
menyebut
sebagai
Pendulum
Nusantara. Dalam gagasan Pendulum
Nusantara
terdapat
beberapa
pelabuhan yang akan menjadi poros
utama jalur logistik di Indonesia
seperti Pelabuhan Tanjung PriokJakarta, Pelabuhan Tanjung PerakSurabaya dan Pelabuhan Makasar.
Pelabuhan Tanjung Perak menjadi
poros
sentral
dalam
gagasan
Pendulum
Nusantara,
di
mana
keberadaannya
penting
sebagai
penghubung rute logistik barang dari
barat ke timur Indonesia.
Provinsi
Jawa
Timur
untuk
meningkatkan kinerja perekonomian
dengan mendorong berkembangnya
industri strategis. Industri strategis
Jawa Timur merupakan industri yang
menguasai hidup orang banyak serta
mampu mempertahankan eksistensi
Indonesia di dalam percaturan
industri dunia, seperti PT. Semen
Indonesia-Gresik, PT. PAL-Surabaya,
PT. Petro Kimia-Gresik, PT. PindadMalang, PT.Perkebunan Negara, dan
beberapa industri strategis lainnya.
Pengembangan industri strategis di
Jawa Timur diwujudkan dengan
melakukan
kerjasama
dengan
beberapa negara, seperti dengan
negara-negara Timur Tengah yang
tergabung dalam Middle East Update
on Strategic Industries in Indonesia
(MEUSINDO).
Beberapa
tahun
terakhir
pengembangan Pelabuhan Tanjung
Perak telah dilakukan untuk siap
menjadi salah satu poros pelabuhan
di gagasan Pendulum Nusantara.
Pembangunan
dan
beroperasinya
Pelabuhan Teluk Lamong di dekat
Pelabuhan
Tanjung
Perak,
dilakukannya proyek pelebaran dan
pendalaman Alur Pelayaran Barat
Surabaya (APBS), hingga rencana
peningkatan daya tampung kapal di
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan
langkah riil dalam mewujudkan
Pelabuhan Tanjung Perak sebagai
International Hub Port.
Kondisi industri manufaktur di Jawa
Timur Tahun 2014 berpotensi untuk
berkembang. Pada Triwulan II 2014
produksi industri manufaktur mikro
dan kecil mengalami pertumbuhan
1,97 (yoy) dan produksi industri
manufaktur
besar
dan
sedang
mengalami
pertumbuhan
sekitar
15,82% (yoy). Potensi ini akan
berkembang ke depannya sejalan
dengan
berkembangnya
fasilitas
infrastruktur
pendukung
industri
seperti pelabuhan. (*)
Selain pentingnya peran Pelabuhan
Tanjung Perak dalam Pendulum
Nusantara, keberadaan pelabuhan
tersebut akan berdampak pada
peningkatan kinerja ekonomi di Jawa
Timur.
Siapnya
infrastruktur
pendukung industri tentu saja akan
menarik minat investor menanamkan
modalnya di Jawa Timur. Peluang ini
dimanfaatkan oleh Pemerintahan
Marsuki
RCE Wilayah Makassar
SULSEL DAN JATIM MENJALIN
KERJASAMA PERDAGANGAN DAN
BISNIS MENGHADAPI MEA 2015
Menghadapi MEA 2015 beberapa
daerah di Indonesia terus melakukan
jalinan kerjasama yang semakin intensif, terutama daerah- yang mempunyai kekuatan yang dapat saling
mendukung dalam pembangunan eko-
nomi, khsusunya perdagangan bagi
daerah-daerah masing-masing.
Salah satu kegiatan tersebut telah
dilakukan di Makassar hari Jumat lalu
dalam bentuk temu bisnis yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim). Tujuan utama adalah untuk mengembangkan serta memanfaatkan peluang
pasar dalam negeri, mendorong
pengembangan jaringan pasar dalam
negeri, serta meningkatkan akselerasi
perdagangan antar kedua provinsi.
Kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dan implementasi kerjasama
bisnis yang diinisiasi oleh Kadin kedua
provinsi beberapa bulan lalu.
Kerjasama
perdagangan
antar
provinsi tersebut sangat diperlukan
mengingat setiap provinsi memiliki
kebutuhan yang berbeda, sehingga
nantinya diharapkan kebutuhan tersebut dapat saling melengkapi dan menguntungkan. Hal ini dinilai dapat menekan angka impor produk atau
barang dari negara lain. Dengan
demikian, maka akan menguatkan
pangsa pasar produk dalam negeri
dan akselerasi untuk perdagangan
antara kedua provinsi, yang selama
ini memang sangat baik dan terkait
karena kondisi historis dan geografis
yang telah terjalin kuat dalam hubungan perdagangan dan bisnis antar
pulau.
Kegiatan dihadiri oleh para pelaku
usaha dari kedua provinsi. Diharapkan
bahwa kegiatan tersebut kembali
akan memotivasi dan memberi semangat kepada para pelaku usaha
kedua provinsi dalam menghadapi
MEA 2015. Sehingga para pedagang
dan pebisnis berjuang bersama-sama
untuk berkampanye mencintai produk
dalam negeri dan tidak putus asa,
sehingga masuknya barang asing da-
10
November 2014
pat diantisipasi.
Pemerintah Provinsi Sulsel sangat
mendukung pertemuan bisnis tersebut
guna mempererat hubungan dagang
dan bisnis antara kedua provinsi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulsel menjelaskan
kegiatan ini dimaksudkan untuk mempertemukan secara langsung produsen
dan konsumen potensial, dengan sasaran dikenalnya produksi dalam
negeri dan produk kreatif nusantara
oleh masyarakat dalam dan luar
negeri. Selain itu, kegiatan ini untuk
mendorong pengembangan produksi
dalam negeri agar mampu menembus
pasar ekspor. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim
menambahkan bahwa produk industri
kreatif yang dimiliki Jatim sangat
besar potensinya untuk dikembangkan
sehingga dapat dimanfaatkan daerah
lain di Indonesia, khususnya Sulsel.
Saat ini kedua provinsi dapat dikatakan mempunyai karakter kegiatan
ekonomi yang kurang lebih sama,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi
walaupun perekonomian daerah lainnya, umumnya melemah, perekonomian banyak didukung oleh sektor
jasa, pariwisata dan industri. Selain
itu sektor perdagangan antar pulau
dari kedua provinsi menyumbang
andil yang besar dalam kegiatan perekonomian. Perdagangan antar pulau
kedua provinsi tersebut terus meningkat dan mengalami surplus, sehingga
kedua provinsi terus akan mengembangkan perdagangan antar pulau
dengan provinsi lainnya, diantaranya
Kalimantan Utara dan Kalimantan
Barat. Selama ini kegiatan perdagangan antar pulau di KTI harus melintasi
Jawa Timur karena secara historis dan
geografis selama ini Jatim dan Sulsel
merupakan pintu gerbang perdagangan bagi Kawasan Timur Indonesia. (*)
I Wayan Ramantha
RCE Wilayah Denpasar
BERAGAM TANTANGAN
PEMERATAAN EKONOMI
BALI-NUSRA
Pe r t u m bu h a n e kon om i B a li
diprediksi 5,40 – 6,40 persen, sementara Nusa Tenggara Barat (NTB) dan
Nusa Tenggara Timur (NTT) masingmasing diprediksi 4,63 – 5,63 persen
dan 4,90 – 5,30 persen pada tahun
2014 ini. Tapi di lain sisi, proyeksi
angka inflasi di ketiga provinsi ini
tidak kalah besarnya yang masingmasing mencapai 5,30 – 6,30 persen
untuk Bali dan 6,5 persen untuk NTB,
bahkan mencapai 7,78 persen untuk
NTT. Kondisi ini jelas menunjukkan
kurang berkualitasnya pertumbuhan
pada masing-masing wilayah, apalagi
angka-angka tersebut juga dibarengi
dengan meningkatnya persentase
penduduk miskin.
Menjadi sangat wajar dan bahkan
merupakan kebutuhan yang mendesak, agar pernyataan Presiden RI saat
rapat Kabinet beserta seluruh Gubernur dan Ketua DPRD se Indonesia di
Tampaksiring Bali, 19 April 2010, yang
menginginkan growth with equity
atau pertumbuhan tinggi yang disertai
pemerataan yang baik, segera diimplementasikan. Harapan itu kiranya
menjadi pekerjaan rumah prioritas
untuk dikerjakan oleh Presiden
sekarang dengan seluruh jajaran kabinetnya yang baru terbentuk. Agar
tercapai harapan tersebut, memang
tantangan yang dihadapi oleh BaliNusra tidaklah sedikit.
Mengurangi pengangguran dan
upaya meningkatkan lapangan kerja
bukanlah merupakan tantangan yang
ringan. Walaupun data pengangguran,
khususnya di Bali menunjukkan penurun, tetapi di antara mereka cukup
banyak yang tercatat sebagai pengangguran intelek. Untuk meningkatkan lapangan kerja, Bali-Nusra memerlukan pembangunan infrastruktur
yang lebih banyak dibandingkan dengan apa yang telah dicapai saat ini.
Pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) yang padat karya,
harus dilakukan dengan lebih serius,
agar pada saatnya nanti ada yang
berubah status menjadi usaha besar
yang bisa dibanggakan.
Pengurangan angka kemiskinan
memerlukan bantuan pemerintah
yang lebih sungguh-sungguh, baik
pemerintah pusat, provinsi, maupun
kabupaten/kota. Juga tidak kalah
pentingnya adalah program Corporate
Social Responsibility (CSR) swasta dan
badan usaha milik negara/daerah
untuk pemberdayaan masyarakat.
Program-program pro rakyat yang
lain, seperti bantuan pendidikan dan
kesehatan untuk kelompok tidak
mampu, perlu dilakukan secara merata dan berkesinambungan. Prinsip
dasar yang perlu dianut dalam mengatasi kemiskinan adalah lebih baik
memberikan “kail” daripada “ikan”.
Prinsip tersebut akan lebih mendidik
masyarakat dan mengurangi ketergantungannya dalam jangka panjang.
Untuk pembiayaan pembangunan
regional, kemandirian keuangan
daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota harus ditingkatkan. Penerimaan pajak-pajak dan retribusi
daerah harus dioptimalkan dengan
cara memperbaiki sistem pemungutannya. Di sektor swasta dan rumah
tangga, tabungan masyarakat harus
terus meningkat dan dapat diinvestasikan kembali di daerah masingmasing. Saat ini rasio kredit perbankan terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) baru mencapai 30 persen, padahal idealnya
11
November 2014
adalah ada pada kisaran 50-60 persen.
Dalam meningkatkan daya saing
ekonomi, lagi-lagi peningkatan infrastruktur ekonomi di seluruh BaliNusra sangat diperlukan. Iklim investasi yang semakin baik dan merata di
seluruh kabupaten/kota dan peningkatan produktivitas masyarakat juga
demikian. Di samping tantangan internal, tantangan eksternal berupa
Asean Economic Community (AEC)
yang akan berlaku tahun 2015, harus
diantisipasi dari sejak sekarang. Pengalaman buruk yang sangat mengagetkan, berupa berlakunya ACFTA
tentu tidak perlu terulang lagi saat
berlakunya AEC nanti. (*)
Ahmad Alim Bachri
RCE Wilayah Banjarmasin
PERCEPATAN PENERAPAN
PERTANIAN MODERN BERBASIS
MEKANISASI DI KALIMANTAN
TIMUR
Menyongsong
diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015, Kalimantan Timur mendorong
percepatan
penerapan
pertanian
modern berbasis mekanisasi guna
menjawab
tantangan
persaingan
pertanian ke depan. Pemerintah
Provinsi
Kalimantan
Timur
menargetkan
alokasi
anggaran
sebesar 10% untuk sektor Pertanian
bisa terealisasi dalam waktu dekat
seiring dengan target program
kemandirian pangan melalui 10 juta
ton beras. Alokasi dana tersebut
ditujukan untuk pembelian beberapa
alat
pertanian
yang
dapat
memudahkan pekerjaan para petani.
Pengadaan peralatan pertanian untuk
membantu petani mengoptimalkan
produksinya,
merupakan
upaya
pemerintah
menuju
pertanian
berbasis modernisasi yang tercermin
dengan alat kelengkapan teknologi
yang ramah lingkungan dan tidak
berdampak
terhadap
kualitas
pertanian. Sementara itu, sektor
Pertanian sangat berperan besar bagi
kelangsungan
hidup
masyarakat
Kalimantan Timur. Secara bertahap,
alokasi
anggaran
untuk
sektor
Pertanian diharapkan bisa mencapai
minimal 10% dari APBD Provinsi
Kalimantan Timur. APBD Kalimantan
Timur 2015 alokasi anggaran untuk
sektor pertanian baru mencapai 5,26%
dari total anggaran belanja Rp9,3
triliun. Alokasi ini merupakan yang
terbesar kelima setelah sektor
pekerjaan umum yang mencapai
41,63%, sektor kesehatan 14,82%,
pendidikan 7,55%, dan perhubungan
sebesar 6,23%.
Pembangunan pertanian dalam arti
luas merupakan salah satu prioritas
pembangunan
Kaltim
selain
peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dan infrastruktur,
karena Kaltim memiliki potensi yang
cukup besar khususnya pada lahan
pertanian yang dapat dimaksimalkan
untuk
pengembangan
tanaman
pangan dan hortikultura. Tingkat
pemenuhan konsumsi beras di Kaltim
saat ini mencapai 95,48 persen dan
jagung
sebesar
71,53
persen.
Sedangkan laju pertumbuhan sektor
pertanian pada Triwulan II 2014
tampaknya melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu dari 7,35%
menjadi
hanya
4,52%
(yoy).
Penurunan tersebut disebabkan oleh
menurunnya kontribusi subsektor
tanaman bahan makanan yaitu
produksi padi dan jagung.
Memperhatikan
perkembangan
produksi Tabama (Tanaman Bahan
Makanan) di Kalimantan Timur yang
mengalami
penurunan
cukup
signifikan menjadi perhatian kusus
bagi pemerintah daerah Kalimantan
Timur untuk mendorong peningkatan
produksi padi dan
jagung di
Kalimantan Timur. Oleh karena itu,
pemerintah
daerah
memlalui
kebijakan anggaran pembangunan
daerah
yang
diarahkan
pada
penguatan sektor pertanian tanaman
pangan yang difokuskan pada salah
satu kabupaten yaitu kabupaten
Penajam Paser Utara, yang selama ini
telah menjadi salah satu wilayah
penyangga
kebutuhan
pangan
Kalimantan Timur. Untuk jangka
panjang ditargetkan petani di wilayah
tersebut
diharapkan
telah
mendapatkan dukungan peralatan
teknologi pertanian modern pada
2018 sebagai upaya meningkatkan
kualitas dan produktivitas sektor
pertanian tanaman pangan.
Petani Kalimantan Timur untuk saat
ini secara umum sudah mampu
menghasilkan produksi gabah sekitar
7 - 8 ton/hektare, akan tetapi hanya
bisa panen sekali dalam setahun.
Untuk masa yang akan datang
pemerintah daerah Kalimantan Timur
menargetkan para petani bisa panen
dua kali dalam setahun. Seiring
dengan
kebijakan
penganggaran
sektor Pertanian untuk percepatan
penerapan pertanian modern berbasis
mekanisasi pada 50 kecamatan
strategis di Kalimantan Timur yang
menjadi sentra produksi pertanian
sebagai perluasan pengembangan
wilyah yang tidak hanya terfokus di
satu
Kabupaten
akan
tetapi
difokuskan
pada
wilayah-wilayah
strategis pertanian yang didukung
oleh strategi pengembangan sektor
pertanian
melalui
pendekatan
Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu
(KUAT).
12
November 2014
Integrasi kebijakan makro ekonomi
dengan industri pertanian untuk
mencapai
pertanian
modern
dimaksudkan untuk mempercepat
kemandirian kedaulatan pangan di
Kalimantan Timur yang sekaligus
untuk
mendukung
program
pemerintahan Presiden Jokowi-JK.
Pertanian modern diharapkan dapat
meningkatkan
produktivitas
dan
efisiensi usaha pertanian sehingga
dapat meningkatnya perekonomian
daerah
berbasis
pertanian
berkelanjutan,
sekaligus
untuk
mendorong
menurunnya
tingkat
kemiskinan
dan
menurunkan
pengangguran. Terbukanya lapangan
kerja pada sektor pertanian melalui
perwujudan penerapan pertanian
modern diharapkan dapat menjamin
stabilitas nilai Tukar Petani (NTP)
yang selama ini mengalami fluktuasi
yang sangat tajam sebagai akibat dari
fluktuasi harga komoditas pertanian.
(*)
Agus Tony Poputra
RCE Wilayah Manado
PERSOALAN LOAN TO DEPOSIT
RATIO DI DAERAH
Provinsi-provinsi yang menjadi area
kerja BNI Wilayah Manado, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Gorontalo,
dan
Maluku
Utara,
memiliki loan to deposit ratio (LDR)
yang relatif tinggi diikuti pertumbuhannya yang tinggi pula pada beberapa tahun terakhir. Pada periode
2011-2013, kondisi LDR di masingmasing provinsi tersebut sebagai berikut: (1) Sulawesi Utara sebesar
137,59 persen pada 2011 dan meningkat menjadi 149,45 persen pada 2013
atau meningkat rata-rata 4,22 persen
per tahun; (2) Sulawesi Tengah pada
2011 sebesar 159,31 persen menjadi
179,50 persen pada 2013 atau men-
ingkat rata-rata 6.15 persen per tahun; (3) Gorontalo pada 2011 sebesar
206,29 persen menjadi 272,34 persen
pada 2013 atau naik rata-rata 14,89
persen per tahun; dan (4) Maluku
Utara sebesar 94,36 persen pada 2011
menjadi 101,57 persen pada 2013
atau meningkat rata-rata 3,74 persen
per tahun. Ini mengindikasikan pertumbuhan kredit jauh melampaui
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK).
Tingginya loan to deposit ratio
(LDR) di daerah bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, tingginya
Kredit relatif terhadap DPK mencerminkan
pembangunan
ekonomi
daerah yang pesat yang membutuhkan tambahan kredit serta adanya
aliran dana yang masuk ke daerah. Di
sisi lain, kondisi ini juga menunjukkan
masalah likuiditas perbankan di
daerah. Sepanjang posisi DPK secara
nasional melebihi Kredit, hal tersebut
bukan masalah besar karena kesenjangan tersebut ditutup lewat aliran
dana dari daerah lain. Namun, kondisi
pertumbuhan kredit secara nasional
saat ini cukup memprihatinkan yang
ke depan dapat mengancam proses
penutupan kesenjangan tersebut.
Walaupun posisi DPK nasional
hingga bulan Agustus 2014 yang sebesar Rp3.733,78 triliun di mana relatif
lebih tinggi dibanding posisi Kredit
pada bulan yang sama, yaitu sebesar
Rp3.520,59 triliun, namun disparitas
ini tipis, yaitu “hanya” Rp213,19 triliun. Bila mengacu pada rata-rata pertumbuhan kredit perbankan Indonesia
sebesar 23,11 per tahun pada 20102013 dan rata-rata pertumbuhan DPK
yang jauh lebih rendah yaitu sebesar
16,95 persen per tahun untuk kurun
waktu yang sama, maka diperkirakan
sekitar 3 tahun ke depan perbankan
Indonesia akan menghadapi krisis
likuiditas. Ini terjadi jika pemerintah
dan Bank Indonesia tidak melakukan
kebijakan strategis untuk mengantisipasi masalah ini secara dini.
Dengan meningkatnya LDR, maka
upaya perbankan untuk mendapatkan
DPK semakin sengit. Untuk maksud
tersebut, perbankan akan melakukan
berbagai usaha persuasif menarik
dana dari pemilik dana. Usaha tersebut akan meningkatkan biaya perbankan tidak sekedar bunga yang dibayarkan untuk DPK. Ini menyebabkan perbankan sulit menurunkan tingkat bunga kredit apalagi BI rate sebagai tingkat bunga acuan masih relatif
tinggi
Pada beberapa tahun terkahir secara
implisit
otoritas
moneter
cenderung mengatasi masalah LDR
lewat sisi Kredit, yaitu mengurangi
pertumbuhan kredit. Kebijakan ini
cenderung menghambat pertumbuhan
ekonomi karena kurangnya pembiayaan dunia usaha. Selain itu,
kredit konsumsi sering dijadikan
kambing hitam dalam percepatan
pertumbuhan kredit, terutama di luar
Jawa. Pandangan ini perlu dicermati
kembali dengan melihat akar masalah
mengapa kredit konsumsi mendominasi portofolio kredit di luar Jawa.
Sebagian besar daerah di luar Jawa
kaya akan sumber daya alam, namun
minimnya infrastruktur terutama energi listrik membuat sulit bagi dunia
usaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam lewat
kegiatan manufaktur atau kegiatan
produktif lainnya. Ini mengakibatkan
permintaan kredit produktif menjadi
sangat terbatas. Di samping itu, dari
perspektif nasional, kredit konsumsi
yang besar di daerah memiliki peran
dalam menyerap hasil produksi yang
ada di pulau Jawa, dan mazhab ekonomi manapun menjelaskan bahwa
13
November 2014
peningkatan konsumsi masyarakat
merupakan tujuan akhir dari kegiatan
perekonomian sehingga kredit konsumsi tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Justru di sini butuh dukungan
infrastruktur.
Ke depan pemerintah dan Bank
Indonesia (BI) seharusnya melakukan
kebijakan untuk meningkatkan sisi
DPK perbankan. Beberapa tindakan
yang dapat dilakukan dilakukan di
antarnya sebagai berikut. (1) Membuat kampanye yang intensif untuk
mendorong masyarakat menyimpan
uang di bank serta menumbuhkan
kebiasaan berhemat; (2) BI membuat
regulasi tentang hasil ekspor dari
perusahaan asing yang ada di Indonesia, khususnya pertambangan agar
menanamkan dana mereka pada perbankan domestik dalam waktu yang
relatif lama; dan (3) mempercepat
pembangunan infrastruktur terutama
listrik di daerah agar kegiatan manufaktur bisa berkembang sehingga nilai
ekspor daerah bertambah seiring
meningkatnya nilai tambah sumber
daya alam di daerah.
Berbagai kebijakan pemerintah dan
BI untuk mengantisipasi krisis likuiditas perbankan seharusnya dilakukan
secara serius dan berkesinambungan.
Ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa krisis likuiditas pada sektor
perbankan merupakan mimpi buruk
bagi perekonomian suatu Negara.
Krisis likuiditas yang disebabkan oleh
kondisi fundamental akan sulit diperbaiki kembali dibanding krisis likuiditas yang disebabkan oleh faktor sporadis.
Kondisi
tersebut
akan
menghancurkan sendi-sendi perekonomian Negara serta kemandekan
dalam pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang di masa mendatang.
(*)
Sidik Budiono
RCE Wilayah Papua
ANALISIS MATRIKS BCG
PEREKONOMIAN DI PAPUA &
PAPUA BARAT
Papua dan Papua Barat sangat potensial untuk pengembangan perekonomian karena sumber daya ekonomi
yang tersedia sangat besar. Oleh
karenanya, beberapa analisa yang
komprehensif
sangat
diperlukan.
Salah satu metode untuk melakukan
pemetaan sektoral adalah Analisis
Matriks Boston Consulting Group
(BCG).
Analisis Boston Consulting Group
(BCG) merupakan teknik anailis yang
sangat komprehensif dalam menggambarkan potensi ekonomi sektoral.
Matriks BCG adalah perangkat strategi
untuk memberi pedoman pada keputusan alokasi sumber daya berdasarkan Pasar dan Pertumbuhan Pasar.
Matriks BCG mencakup empat kelompok bisnis, yaitu :
▪ Tanda
Tanya
(Question
Mark) memiliki posisi LQ<1, dan
bertumbuh PDRB ADHB tinggi (>6%).
Kita harus memutuskan apakah
akan memperkuat untuk strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan
produk) atau menjualnya. Perbankan dapat mempertimbangkan
untuk mengembangkan kredit pada
wilayah bisnis ini karena pertumbuhan yang tinggi akan diikuti investasi yang tinggi pula.
▪ Bintang (Star) mewakili peluang
jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan (>6%) dan profitabilitas
(LQ>1). Keputusan pelaku usaha
untuk investasi yang besar untuk
mempertahankan dan memperkuat
posisi ekonomi. Bagi perbankan,
wilayah bisnis ini cocok tidak hanya
untuk pengembangan kredit tetapi
juga pengembangan DPK.
▪ Sapi Perah (Cash Cow) memiliki
LQ>1, tetapi pertumbuhannya lambat (<6%). Disebut sapi perah
karena menghasilkan output lebih
dari kebutuhan lokal. Sektor ini
seringkali digunakan sebagai penyokong untuk membiayai sektor
lain. Bagi perbankan, wilayah bisinis Cash Cow lebih sesuai untuk
pengembangan/ pertumbuhan DPK.
▪ Anjing (Dog), sektor ini memiliki
LQ<1 dan pertumbuhannya rendah
atau tidak tumbuh. Karena posisi
internal dan eksternalnya lemah,
bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan retrenchment. Bagi perbankan tidak
direkomendasikan untuk memasuki
wilayah bisnis ini.
Analisis BCG untuk Provinsi Papua
menggunakan Data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) Tahun 20112013 Tanpa Pertambangan.
Berdasarkan data yang tersedia
maka Metode Matriks Boston Consulting Group (BCG) didasarkan 2 acuan
yaitu Growth dan Location Quotation
(LQ). Pertumbuhan ekonomi adalah
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi yaitu
PDRB(t) dikurangi PDRB(t-1) dibagi
PDRB(t-1). Oleh karena tersedia data
tahun 2011 – 2013 maka kami memperoleh rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 2011-2013 (tertimbang).
Location quotation (LQ) diperoleh
dari
PDRB tertimbang Sektoral
Provinsi per Total PDRB tertimbang
Kab/Kota dibagi PDRB tertimbang
Sektoral Nasional per Total PDB tertimbang (nasional) selama periode
observasi 2011-2013.
14
November 2014
GAMBAR 1. ANALISA MATRIKS BCG UNTUK PROPINSI PAPUA
STAR
CASH COW
QUESTION
MARK
DOG
GAMBAR 2. ANALISA MATRIKS BCG UNTUK PROPINSI PAPUA BARAT
CASH COW
DOG
STAR
QUESTION MARK
PAPUA:
Tanaman Bahan
Makanan (TBM),
Perkebunan (TBP),
Peternakan (PTR),
Kehutanan (KHT),
Perikanan (PRK),
Penggalian (PGL),
Industri Sedang dan
Besar (ISB), Industri
Kecil Kerajinan
Rumah Tangga (IKK),
Industri Pengilangan
Minyak (IPM), Listrik
(LST), Air Bersih
(ABR), Konstruksi
(KTP), Perdagangan
Besar & Eceran
(PBE), Hotel (HTL),
Restoran (RES),
Angkutan Jalan Raya
(AJR), Angkutan
Laut (ALT), Angkutan Sungai, Danau &
Penyeberangan
(ASD), Angkutan
Udara (AUD), Jasa
Penunjang Angkutan
(JP), Komunikasi
(KOM), Bank (BNK),
Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKB),
Sewa Bangunan
(SBG), Jasa Perusahaan (JPS), Jasa
Pemerintahan Umum
(JPU), Jasa Sosiak
Kemasyarakatan
(JSK), Jasa Hiburan
& Rekreasi (JHR),
Jasa Perorangan dan
Rumah Tangga
(JPR).
PAPUA BARAT:
Pertanian (PRT),
Pertambangan &
Penggalian (PPG),
Industri Pengolahan
(IPL), Listrik dan Air
Bersih (LDA), Bangunan (KTR), Perdagangan, Hotel &
Restoan (PHR),
Pengangkutan dan
Komunikasi (PDK),
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (KSJ), JasaJasa (JJS).
Sumber data: BPS
15
November 2014
▪ Nilai LQ>1 menjelaskan bahwa sektor tersebut dapat memenuhi permintaan lokal (provinsi) maupun
nasional (pangsa pasar tinggi).
▪ Nilai LQ=1 menjelaskan bahwa sektor perekonomian hanya bisa memenuhi permintaan lokal (provinsi).
▪ Nilai LQ<1 merupakan sektor dengan output di bawah permintaan
lokal (provinsi) atau dikenal juga
sektor ekonomi pada pangsa pasar
rendah.
Berdasarkan matriks BCG Papua
(Gambar 1), ada 13 sektor/lapangan
usaha yang berada di daerah Question
Mark (QM) yang berarti sektor-sektor
ini sedang bertumbuh pesat tetapi
belum dapat memenuhi seluruh permintaan lokal (provinsi) maupun permintaan provinsi lain. Sektor-sektor
ini masih memerlukan investasi untuk
bertumbuh. Selanjutnya, ada 13 sektor/lapangan usaha berada di daerah
Star (Unggulan), sektor ini disamping
sedang bertumbuh tetapi juga tidak
hanya bisa memenuhi permintaan
lokal tetapi juga permintaan provinsi
lain. Sebaliknya, hanya ada 1 sektor/
lapangan usaha yang berada di daerah
Dog yaitu sektor Industri Pengolahan
(Manufaktur). Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Industri Manufaktur
Papua belum bisa bersaing dengan
industri nasional. Barang-barang industri manufaktur di Papua lebih banyak didatangkan dari luar Papua.
Berbeda dengan Papua, karena
keterbatasan data, maka PDRB Papua
Barat hanya bisa dipilah ke dalam 9
sektor/lapangan usaha dan data
tersedia hanya sampai dengan tahun
2012.
Berdasarkan matriks BCG Papua
Barat (Gambar 2), hanya ada satu
sektor/lapangan usaha yang merupakan sektor unggulan (di daerah
Star). Industri ini didominasi oleh
Industri Pengolahan Migas pada salah
satu perusahaan asing terkenal. Sektor ini harus dipertahankan. Mayoritas
sektor/lapangan usaha berada di
daerah Question Mark (QM) yang berarti sektor-sektor ini sedang bertumbuh pesat tetapi belum dapat memenuhi seluruh permintaan lokal
(provinsi)
maupun
permintaan
provinsi lain (nasional). Sektor-sektor
ini masih memerlukan investasi untuk
bertumbuh. Sektor Pertambangan &
Penggalian (PPG) berada di daerah
Cash Cow yang berarti bertumbuh
sangat lambat tetapi sektor ini
mampu memenuhi tidak hanya permintaan lokal (provinsi) saja tetapi
juga permintaan provinsi lain.
Sektor Pertanian berada di daerah
Dog yang menjelaskan bahwa Sektor
Pertanian belum dapat memenuhi
permintaan lokal (provinsi) sendiri
dan pertumbuhanya juga rendah.
Ternyata Sektor Pertanian di Papua
Barat belum dapat bersaing dengan
provinsi lain di Indonesia. (*)
Analisis Pasar Saham & Kinerja BUMN
1 Oktober – 30 Oktober 2014
Pergerakan indeks saham baik
kawasan global maupun regional
kompak melalui bulan ke sepuluh
ini dengan penuh volatilitas. Namun demikian secara smoothening kedua kawasan indeks tersebut membentuk pola kurva terbuka.
INDEKS SAHAM GLOBAL
Indeks saham di Amerika Serikat
Dow Jones memulai pergerakan bulan
Oktober dari titik 16.805 dan
menutupnya pada titik 17.195. Dow
Jones menyentuh titik terendahnya
pada pertengahan bulan. Perlemahan
pergerakan indeks acuan di Amerika
ini dipicu oleh proyeksi pertumbuhan
ekonomi dunia yang lebih rendah dari
perkiraan semula. Hal tersebut dikarenakan survey pertumbuhan perekonomian Jerman, negara dengan
ekonomi terkuat di Eropa, turun dari
6,9 menjadi -3,6. Pada saat yang bersamaan pemerintah Amerika merilis
data penjualan retail di bulan September yang lebih rendah daripada
bulan Agustus juga lebih rendah dari
perkiraan analis. Pada bulan Agustus
penjualan retail Amerka tumbuh 0,6%
dan analis memperkirakan pertumbuhan akan hanya kontraksi -0,1% ternyata kontraksi tersebut mencapai 0,3%.
Dengan data tersebut terbit kekhawatiran pertumbuhan ekonomi
Amerika akan lebih lambat dari yang
diperkirakan karena ekspor Amerika
akan lemah dan inflasi yang diharapkan masih jauh dari kenyataan. Kekhawatiran ini menyebar dari Eropa
lalu Amerika dan Jepang serta berlanjut pada indeks kawasan regional.
Indeks saham di Amerika diikuti
oleh indeks negara lain dari kawasan
global berlahan meninggalkan titik
terendah pada pertengahan bulan dan
mendaki mencapai titik tertinggi baru
dalam sebulan pada akhir bulan. Kenaikan ini didorong oleh baiknya laporan keuangan yang dipublikasikan
emiten terdaftar pada bursa setem-
16
November 2014
pat dan spekulasi pertumbuhan ekonomi Amerika yang membaik pada
kwartal III 2014 yang akan diumumkan
dalam waktu dekat. Selain itu keputusan otoritas moneter Amerika pada
akhir bulan Oktober yang menahan
suku bunga acuan memberikan keyakinan bagi investor di kawasan global
untuk kembali berinvestasi di pasar
saham.
INDEKS SAHAM DI REGIONAL
Indeks saham di kawasan regional
pada dasarnya lebih mengikuti pergerakan rekannya dari kawasan global
sehingga turut membentuk pola pergerakan kurva terbuka. Indeks re-
gional turut menyentuh titik terendah
pada pertengahan bulan dan kembali
merangkak naik menjelang penutupan
bulan.
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) bergerak dengan riak yang
cukup besar namun secara garis besar
masih mengikuti sentimen dari kawasan global. Data perekonomian yang
dirilis secara regular tidak memberikan banyak pengaruh bagi keputusan
investasi investor. Pelantikan dan
pengumuman Kabinet Kerja, bentukan pemerintah terpilih, tidak banyak
memberikan riak bagi IHSG. Investor
sepertinya lebih menunjukan sikap
yang datar setelah para mentrik baru
diumumkan.
IHSG memulai perjalanannya dari
titik 5.141 dan menutup pada titik
5.090 sehingga secara bulanan IHSG
ditutup melemah -1,0%. IHSG menyentuh titik terendah pada pertenganan bulan yakni pada titik 4.963 terbawa sentimen negatif dari kawasan
regional. Laporan keuangan yang diumumkan pada bulan ini juga tidak
memberikan pengaruh bagi para investor. IHSG banyak ditinggalkan investor asing pada bulan ini dimana
total nilai penjualan bersih asing selama bulan ini mencapai Rp 3,2 triliun.
Dow Jones
FTSE
S&P
Nikkei
17
November 2014
Perbankan
Saham sektor ini ditutup variatif.
Beberapa saham ditutup secara bulanan dalam teritori positif seperti
Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan
kenaikan 6,7% diikuti oleh Bank Danamon (BDMN), Bank Rakyat Indonesia
(BBRI), Bank Mandiri (BMRI) dan Bank
Central Asia (BBCA) dengan kenaikan
4,3%, 3,0%, 2,3% dan 0,2%. Sementara
beberapa bank menutup pekan ini
pada harga yang lebih rendah daripada awal bulan seperti yang dialami
oleh
Bank Tabungan Negara (BBTN) dan
Bank CIMB Niaga (BNGA) dengan saham yang turun sebesar -5,1% dan -
4,3%.
Meski perbankan telah mengumumkan laporan keuangannya dimana
beberapa melaporkan kenaikan laba
bersih dan beberapa lainnya melaporkan laba bersih yang lebih rendah,
namun tampaknya investor tidak
memperhatikan laporan keuangan.
Investor sepertinya telah mengantisipasi bank-bank akan mengalami kenaikan cost of fund atau biaya bunga
nasabah juga penurunan kualitas aset
sebagai dampak kenaikan suku bunga
kredit. Kenaikan harga saham perbankan dan juga penurunannya lebih
dikaitkan dengan teknikal correction
dan rebound.
Infrastruktur
Saham sektor infrastruktur bidang
telekomunikasi menutup bulan Oktober ini pada teritori negatif sementara saham infrastruktur bidang distribusi gas masih mampu ditutup pada
harga lebih tinggi daripada awal bulan.
Pergerakan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang melemah -4,0% lebih bersifat teknikal dibandingkan dengan pergerakan harga
saham PT Indosat (ISAT) yang juga
melemah -4,1% yang juga bergerak di
bidang telekomunikasi. Penurunan
harga saham ISAT yang lebih terus
tergerus sepanjang bulan ini lebih
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Thailand
Strait Times
Hang Seng
18
November 2014
dikaitkan kekhawatiran investor akan
performa keuangan ISAT pada kwartal
III 2014. Nilai rupiah yang melemah
dipercaya akan menggerus laba bersih
perusahaan.
harga BBM yang akan dilakukan sebelum 2014 memberikan dampak positif
bagi PGAS. Penutupan pada batas
atas mengakhiri perjalanan PGAS
pada zona positif.
Saham PT Perusahaan Gas Negara
(PGAS) masih berayun dalam rentang
Rp 5.725 hingga Rp 6.000 meski para
analis banyak yang menilai kenaikan
Konstruksi
Saham-saham konstruksi juga
menutup bulan ini dengan variatif.
Saham PT Pembangunan Perumahan
(PTPP) memimpin kenaikan dengan
penguatan harga saham sebesar
15,4%. PT Waskita Karya (WSKT) dan
PT Wijaya Karya (WIKA) mengikuti
penguatan PTPP dengan kenaikan
harga saham sebesar 10,9% dan 5,3%.
Hanya harga saham PT Adhi Karya
(ADHI) yang menutup bulan ini den-
Pergerakan Beberapa Harga Saham Perbankan
Bank
Closing Price
IHSG / JCI
BNI
BRI
BCA
Niaga
Danamon
BTN
1-Oct-2014
5,575
10,100
10,750
13,025
955
3,935
1,180
5,141
2-Oct-2014
5,200
9,900
10,350
12,400
945
3,905
1,140
5,001
3-Oct-2014
5,125
9,650
10,025
12,125
945
3,940
1,095
4,949
6-Oct-2014
5,400
9,825
10,525
12,300
955
3,895
1,120
5,000
7-Oct-2014
5,450
9,750
10,475
12,475
935
3,920
1,115
5,033
8-Oct-2014
5,275
9,500
10,100
12,500
925
3,900
1,085
4,959
9-Oct-2014
5,400
9,550
10,250
12,750
930
3,900
1,095
4,994
10-Oct-2014
5,350
9,550
10,100
12,800
925
3,900
1,085
4,963
13-Oct-2014
5,275
9,400
10,050
12,600
915
3,900
1,080
4,913
14-Oct-2014
5,275
9,450
10,100
12,625
920
3,900
1,100
4,923
15-Oct-2014
5,525
9,650
10,350
12,675
900
3,900
1,110
4,963
16-Oct-2014
5,600
9,650
10,225
12,600
915
3,900
1,150
4,952
17-Oct-2014
5,675
9,925
10,700
12,575
915
3,955
1,175
5,029
20-Oct-2014
5,700
10,125
10,700
12,625
925
3,910
1,160
5,041
21-Oct-2014
5,700
10,025
10,575
12,750
915
3,940
1,155
5,029
22-Oct-2014
5,800
10,100
10,725
13,025
925
4,000
1,155
5,074
23-Oct-2014
5,800
10,175
10,850
13,275
915
4,000
1,160
5,104
24-Oct-2014
5,800
10,100
10,800
13,325
915
4,010
1,150
5,073
27-Oct-2014
5,700
9,975
10,550
13,175
915
4,060
1,135
5,024
28-Oct-2014
5,625
10,000
10,500
13,325
910
4,040
1,105
5,001
29-Oct-2014
5,725
10,175
10,825
13,375
920
4,030
1,110
5,074
30-Oct-2014
5,800
10,200
10,825
13,000
910
4,050
1,120
5,059
31-Oct-2014
5,950
10,350
11,075
13,050
915
4,110
1,120
5,090
Growth
6.7%
>> Volume [Thousand]
Average
Transaction >> Value [Rp Million]
Valuation
Ratio
Mandiri
2.5%
3.0%
0.2%
-4.2%
4.4%
-5.1%
-1.0%
26,934
25,922
32,103
12,627
186.226
2,900
26,862
24,396
126,305
254,815
337,296
161,541
171.159
11,576
30,467
90,236
>> PER
10.9
37.2
32.0
55.5
50.2
47.9
41.0
20.0
>> PBV
2.0
2.5
3.0
4.6
0.8
1.2
1.0
2.6
19
November 2014
gan pelemahan. Berita penolakan
investasi dari Pemda DKI Jakarta pada
proyek Monorel yang berhembus pada
akhir bulan ini memberikan sentimen
yang kurang baik bagi ADHI. Saham
ADHI ditutup pada harga -3,0% lebih
rendah dari pergerakan awal bulan.
Asam (PTBA) dengan pelemahan 0,4%. Hanya saham PT Timah (TINS)
yang mencatat kenaikan harga dari
harga awal bulan. Meski demikian
pergerakan saham PTBA masih relatif
melemah. Kenaikan saham PTBA pun
hanya mencapai 1,6%.
Pertambangan
Harga saham sektor pertambangan
mayoritas ditutup melemah. Harga
saham PT Aneka Tambang (ANTM)
terkoreksi paling dalam sebesar 10,6% diikuti dengan saham PT Bukit
Masih minimnya keyakinan akan
pemulihan ekonomi global mendasari
keyakinan harga komoditas akan masih lemah. Investor lebih memilih
berinvestasi pada jangka waktu
dekat. Keuntungan yang terlah terbentuk segera direalisasikan.
Industri Dasar Semen
Saham sektor industri dasar semen
menutup bulan Oktober ini dengan
variatif. Saham PT Semen Baturaja
ditutup melemah tipis atau -0,8% saja
sementara PT Semen Indonesia
(SMGR) dan PT Wika Beton (WTON)
ditutup menguat -4,8% dan 2,7%.
Program pemerintah baru yang
menitik beratkan pembangunan infrastruktur akan menyerap produksi semen. Sehingga diharapkan konsumsi
semen pada tahun depan akan membaik. Untuk itu, investor kembali
mengumpulkan saham semen. (*)
Pergerakan Beberapa Harga Saham BUMN Berbagai Sektor
INFRASTRUCTURE
CONSTRUCTION
MINING
CEMENT
Closing Price
TLKM
PGAS
WIKA
ADHI
PTPP
WSKT
PTBA
TINS
ANTM
SMGR
SMBR
WTON
2,865
3,820
5,900
2,715
2,840
2,280
875
13,000
1,215
1,085
15,150
377
1,125
2-Oct-2014
2,760
3,835
5,750
2,610
2,695
2,200
850
12,875
1,265
1,045
14,700
367
1,070
3-Oct-2014
2,790
3,880
5,850
2,490
2,620
2,180
805
12,875
1,235
1,025
14,625
359
1,010
6-Oct-2014
2,845
3,925
5,825
2,490
2,585
2,205
815
12,800
1,240
1,020
15,050
364
1,010
7-Oct-2014
2,860
3,905
5,800
2,555
2,630
2,300
830
13,300
1,250
1,025
15,400
369
1,040
8-Oct-2014
2,800
3,895
5,725
2,500
2,550
2,245
815
13,300
1,230
1,015
14,750
362
1,010
9-Oct-2014
2,800
3,850
5,775
2,590
2,525
2,270
845
13,000
1,235
1,020
14,825
367
1,045
10-Oct-2014
2,775
3,900
5,750
2,560
2,415
2,225
835
12,800
1,215
990
14,850
363
1,055
13-Oct-2014
2,775
3,820
5,700
2,590
2,350
2,240
835
12,175
1,200
985
15,100
364
1,050
14-Oct-2014
2,775
3,860
5,800
2,675
2,405
2,285
855
11,975
1,195
990
15,100
365
1,075
15-Oct-2014
2,855
3,825
5,800
2,760
2,575
2,375
875
11,375
1,175
1,000
15,625
366
1,110
16-Oct-2014
2,805
3,815
5,800
2,800
2,705
2,395
900
11,975
1,150
990
15,500
365
1,155
17-Oct-2014
2,805
3,790
5,775
2,870
2,810
2,460
920
12,650
1,120
950
16,000
372
1,185
20-Oct-2014
2,845
3,770
5,725
2,880
2,805
2,430
925
12,300
1,155
955
16,000
377
1,160
21-Oct-2014
2,850
3,735
5,675
2,905
2,820
2,465
945
12,075
1,145
950
15,700
373
1,180
22-Oct-2014
2,860
3,735
5,725
2,915
2,840
2,475
940
12,500
1,180
960
16,100
374
1,180
23-Oct-2014
2,880
3,730
5,800
2,915
2,860
2,490
965
12,450
1,165
960
16,100
377
1,185
24-Oct-2014
2,870
3,725
5,800
2,895
2,810
2,445
950
12,275
1,160
960
15,900
377
1,170
27-Oct-2014
2,805
3,725
5,825
2,895
2,765
2,500
950
12,325
1,125
945
15,800
372
1,155
28-Oct-2014
2,685
3,695
5,850
2,855
2,680
2,500
935
11,875
1,120
945
15,575
369
1,140
29-Oct-2014
2,720
3,690
5,925
2,900
2,730
2,570
965
12,550
1,165
940
16,025
377
1,170
30-Oct-2014
2,760
3,665
5,875
2,890
2,745
2,620
970
12,625
1,225
960
15,700
373
1,150
31-Oct-2014
2,750
3,665
5,950
2,860
2,755
2,630
970
12,950
1,235
970
15,875
374
1,155
15.4%
10.9%
Growth
-4.0%
>> Volume [Thousand]
Average
Transaction >> Value [Rp Million]
Valuation
Ratio
ISAT
1-Oct-2014
-4.1%
0.8%
5.3%
-3.0%
-0.4%
1.6%
-10.6%
4.8%
-0.8%
2.7%
107,936
301
17,637
20,834
17,983
16,562
62,186
1,956
12,288
17,008
6,667
4,337
31,294
302,515
1,135
102,569
56,190
48,449
39,172
55,646
24,454
14,557
16,561
102,764
1,607
33,927
>> PER
50.2
(17.4)
41.5
76.3
120.7
88.8
103
49.6
55.2
12.6
55.95
28.33
54.66
>> PBV
4.2
1.3
5.1
4.3
3.8
5.9
3.9
3.5
1.9
0.8
4.2
1.4
5.0
20
Download