Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 PERANAN HARUN AL-RASYID DALAM KEKHALIFAHAN ABBASIYAH TAHUN 786 - 809 Nani Ismiyati, Sutjitro, Nurul Umamah. Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected] ABSTRAK Harun al-Rasyid adalah salah seorang figure pemimpin yang berada pada pemerintahan dinasti Abbasiyah, suatu dinasti yang tumbuh dan berkembang setelah dinasti Umayyah runtuh pada tahun 750. Dinasti Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam yang berkuasa di Baghdad. Harun al-Rasyid juga seorang khalifah yang mampu mengembangkan dinasti Abbasiyah secara menyeluruh dalam komponen pemerintahannya. Dalam mengembangkan kekhalifahan Abbasiyah Harun al-Rasyid telah mampu meletakkan fondasi dan prinsip-prinsip dengan kokoh seperti dibidang politik, ekonomi, sosial sehingga tercipta kerja sama yang baik antar komponen pemerintahan dan masyarakat. Harun al-Rasyid selain terkenal sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan, juga dikenal sebagai seorang khalifah yang gemar mencintai ilmu pengetahuan. Akan tetapi dalam masa pemerintahannya hal yang paling menonjol ialah dalam bidang ilmu pengetahuan. Kecintaan para khalifah kepada ilmu pengetahuan sangat mendukung bahkan rakyat pun sangat berminat dan memiliki peranan penting. Hal ini menunjukkan bahwa dinasti Abbasiyah sangat menekankan pembinaan pada peradaban dan kebudayaan Islam . Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih mendalam tentang peranan Harun al-Rasyid dalam kekhalifahan Abbasiyah tahun 786 - 809. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Sejarah dengan metode penelitian sejarah. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan atau jejak-jejak sejarah (sumber). Kata kunci: Peranan, Harun al-Rasyid, khalifah Abbasiyah ABSTRACT Harun al-Rashid is one of the figures who are leaders in the Abbasid rule, a dynasty that grows and develops Umayyad dynasty after dynasty collapsed in 750. Abbasid caliphate Islamic ruling is in Baghdad. Harun al-Rashid also a caliph who is able to develop a comprehensive Abbasid dynasty in the administration component. In developing the Abbasid caliphate of Harun al-Rashid was able to lay the foundations and principles firmly as in the political, economic, social so as to create good cooperation between the components of government and society. Harun al-Rashid in addition to well-known as a caliph who loves to love science. However in the reign of the most prominent thing is that in the field of science. Love of the caliphs to the knowledge of the people were very supportive even very interested and have an important role. This suggest that the Abbasid dynasty emphasis on the development of civilization and Islamic culture. The purpose of this study was to analyze more deeply about the role of Harun al-Rashid in the Abbasid caliphate in 786 – 809. this type of research is the study of history with historical research methods. Collecting data in this study is to find and materials or trances of history (source). Keywords: role, Harun al-Rashid, Abbasid caliph ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 1 Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 pemikiran PENDAHULUAN Berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah berawal dari dan budayanya. muncul sebagian 2 Kebangkitan intelektual besar disebabkan oleh masuknya adanya pemberontakan yang terjadi antara bani Umayyah berbagai pengaruh asing seperti Indo-Persia dan Suriah, dan namun yang paling unggul ialah pengaruh Yunani. bani Abbas di daerah Khurasan. Dalam pemberontakan ini bani Abbas dikomandoi oleh Abu Gerakan intelektual Muslim sedangkan bani Umayyah dikomandoi oleh Nasar penerjemahan karya-karya berbahasa Persia, Sansekerta, ibn Sayyar. Pemberontakan antar kedua kubu ini di Suriah dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada era itu menangkan oleh Abu Muslim dari dinasti Abbasiyah. pula Mendengar kekalahan ini Marwan ibn Muhammad peradaban yang ditandai dengan berdirinya Bait Al- merasa terdesak sebagai khalifa ke-XIV dinasti Umayyah, Hikmah atau perpustakaan raksasa, tempat ini sekaligus hal ini dikarenaka semua wilayah atau daerah yang dijadikan pusat kajian ilmu pengetahuan dan tempat menentangnya mendukung dinasti Abbasiyah. Akhirnya penerjemah karya-karya Yunani ke bahasa Arab. berkembang ini disiplin ditandai ilmu oleh proyek pengetahuan dan Marwan pun terbunuh dalam peperangan di Dzab oleh Di masa pemerintahannya Harun Ar-Rasyid dapat Abu Abbas as-Saffah, kemudian di baiatlah as-Saffah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi rakyatnya sebagai khalifa pertama dinasti Abbasiyah. Seiring seperti: berjalannya waktu Islam mencapai zaman keemasan pada kesejahteraan rakyat, membangun kota Baghdad yang masa kekhalifahan Harun al-Rasyid pada tahun 786 – terletak di antara sungai Eufrat dan Tigris dengan 809. Harun al-Rasyid merupakan khalifah kelima dalam bangunan-bangunan megah, membangun tempat-tempat dinasti Abbasiyah (Karim, 2007: 143). peribadatan, membangun sarana pendidikan, kesenian, mewujudkan keamanan, kedamaian serta Harun al-Rasyid adalah seorang penguasa yang kesehatan, dan perdagangan, mendirikan Baitul Hikmah, paling cakap dan bijaksana di antara pemimpin yang lain. sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai Hal ini dikarenakan Harun Al-Rasyid memiliki kerja perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian serta keras membangun yang tinggi untuk mengembangkan dinasti majelis Al-Muzakarah, lembaga Abbasiyah menuju masa keemasan. Khalifah Harun Al- pengkajian Rasyid memerintah selama 23 tahun, pemerintahannya diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan penuh dengan peristiwa-peristiwa dan keagungan Islam istana, di samping itu juga dibangun pemandian- (Mahmudunnasir, 1991:259). pemandian. Pada masa inilah negara Islam menempatkan Meskipun usia pemerintahannya kurang dari setengah abad kota Baghdad pada saat itu muncul menjadi masalah-masalah yakni keagamaan yang dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi (Yatim, 2000: 52). pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional memasuki yang luar biasa. tatanan yang sangat Dinasti besar Abbasiyah di dalam Permasalahan yang dibahas adalah. 1. Bagaimana latar belakang Harun al-Rasyid pemerintahan terutama dalam sistem perpajakan dan menjadi khalifah di dinasti tahun 779 - 786? administrasi peradilan. Kejayaan ini berjalan seiring 2. Bagaimana peranan Harun al-Rasyid dalam dengan kemakmuran kerajaan terutama ibukotanya. Istana kerajaan dengan bangunan-bangunan pertemuan yang dilengkapi dengan karpet, gorden, dan bantal terbaik dari Timur. Selain itu pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid kekhalifahan Abbasiyah tahun 786 - 809? seperti ruang muncul gerakan intelektual dalam sejarah Islam terkait dengan sejarah ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Tujuan penelitian ini adalah. Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 1. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang latar belakang Harun al-Rasyid menjadi khalifah di 3 sejarah yaitu: 1) Heuristik, 2) Kritik, 3) Interpretasi, 4) Historiografi. dinasti Abbasiyah tahun 779 - 786 2. Untuk mendeskripsikan dan mengkaji peranan Harun al-Rasyid sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan dalam kekhalifahan Abbasiyah tahun 786 - 809 1. Heuristik Langkah pertama dalam penelitian ini, adalah heuristik. heuristik yaitu langkah untuk mencari dan menemukan berbagai sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Penelitian yang penulis lakukan dapat digolongkan dalam penelitian Manfaat penelitian ini adalah. 1. 2. studi bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat kepustakaan, sehingga sumber-sumber yang digunakan dijadikan melakukan adalah sumber pustaka atau sumber tertulis. Sumber yang penelitian dan karya ilmiah, latihan berfikir dan digunakan penulis berkaitan dengan materi yang akan memecahkan masalah secara kritik dan logis. diteliti bagi mahasiswa calon guru sejarah, dapat Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 – 809 berupa: skripsi, memberikan sumbangan dalam mengembangkan jurnal-jurnal, laporan penelitian, buku-buku, dan sumber studi ilmu sejarah sebagai suatu cabang ilmu dari internet. sarana latihan dalam yaitu Peranan Harun Ar-Rasyid Dalam pengetahuan khususnya yang menyangkut studi 2. Kritik sejarah Asia Barat. 3. Jember, Setelah penulis menemukan dan mengumpulkan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber-sumber sejarah, maka langkah kedua adalah informasi dalam rangka pengembangan ilmu melakukan kritik sumber baik kritik intern maupun kritik pengetahuan sebagai wujud nyata dalam rangka ekstern. Kritik ekstern dilakukan untuk menilai keaslian pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu dari sumber dan kritik intern sebagai kelanjutan dari dharma kritik ekstern dilakukan untuk kesaksian yang diberikan bagi almamater FKIP penelitian serta Universitas dapat menambah khasanah kepustakaan Universitas Jember. oleh suatu sumber memang dapat dipercaya, sehingga akan diperoleh fakta sejarah. Data-data yang sudah METODE PENELITIAN diperoleh dipilah-pilah dilihat penilaian bentuk bentuk metode penelitian luar, penilaian isinya, siapa yang menulis, apa tujuan sejarah dikarenakan data-data yang dipergunakan ialah penulisnya, sehingga mendapatkan fakta yang benar dan data-data sejarah mengenai khalifah Harun al-Rasyid valid. Fakta-fakta yang sudah penulis temukan dari dalam kekhalifahan Abbasiyah. Metode penelitian sejarah kegiatan kritik ini menyangkut fakta tentang pendiri adalah proses menguji dan menganalisis secara kritik Kekhalifahan Abbasiyah menyangkut mengenai suasana rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan sosial politik di Baghdad, latar belakang sosio kultural rekontruksi yang imajinatif. Penelitian ini menggunakan Harun Al-Rasyid, muncul dan runtuhnya keluarga metode penelitian sejarah untuk membuat rekontruksi Barmakid, masa pemerintahan Harun Al-Rasyid serta masa lampau yang memperhatikan kausalitas seluruh perkembangan pendidikan pada masa Harun Al-Rasyid. Penelitian ini menggunakan aktivitas manusia dalam urutan kejadian dan latar waktu tertentu (Gottschalk, 1988:32). Berkaitan dengan metode sejarah ada empat langkah dalam melakukan penelitian 3. Interpretasi Dalam langkah ini setelah memperoleh fakta-fakta yang dibutuhkan, penulis berusaha melakukan analisis ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 4 dan menafsirkan yang dirangkai secara kronologis, interpretasi, dan historiografi. Bab 4 berisi tentang latar rasional, aspek belakang Harun al-Rasyid menjadi khalifah dinasti pembahasan. Interpretasi dilakukan karena berbagai fakta Abbasiyah terkait mengenai: suasana sosial politik di yang telah ditemukan dalam kegiatan kritik tersebut Baghdad Bab 5 memaparkan mengenai dinasti Abbasiyah masih terpisah dan berdiri sendiri. Oleh karena itu di bawah pemerintahan Harun Ar-Rasyid terkait dengan berbagai harus pemikiran Harun al-Rasyid tentang dinasti Abbasiyah, diinterpretasikan dengan cara menghubungkan antara visi dan misi Harun al-Rasyid dalam mengembangkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, sehingga dinasti Abbasiyah, tindakan-tindakan Harun al-Rasyid menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. dalam bidang keagamaan dan pemerintahan, serta Dalam hal ini penulis melakukan interpretasi terhadap perkembangan pendidikan Islam pada masa kekhalifahan fakta-fakta sejarah mengenai latar belakang berdirinya Harun al-Rasyid. Sedangkan Bab 6 merupakan bagian Kekhalifahan Abbasiyah, Harun Al-Rasyid dalam wilayah penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. dan kausalitas berdasarkan pada fakta yang lepas satu sama lain Abbasiyah, dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid dengan cara membandingkan dan HASIL DAN PEMBAHASAN menghubungkan fakta-fakta sejarah yang berhubungan Pada bagian ini dipaparkan mengenai hasil dengan kajian penelitian kemudian fakta-fakta tersebut penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan dirangkai secara sistematis. selama penelitian. A. latar belakang Harun al-Rasyid menjadi khalifah di 4. Historiografi dinasti Abbasiyah tahun 779 – 786 Langkah terakhir dalam penelitian sejarah adalah Latar belakang Harun al-Rasyid menjadi khalifah di historiografi atau penulisan sejarah. Historiografi adalah dinasti Abbasiyah berawal dari wafatnya al-Hadi pada cara lampau tahun 786, maka tidak lama kemudian saudaranya yaitu berdasarkan data yang diperoleh dan merupakan langkah Harun al-Rasyid yang dibaiat oleh pendukungnya menjadi akhir dalam penelitian yang digunakan untuk penyajian Khalifah di Dinasti Abbasiyah. Setelah kuat posisinya sejarah serta hasilnya disajikan dalam bentuk cerita Harun memaksa Ja’far untuk meninggalkan kekuasaannya sejarah yang ditulis secara kronologis. Dalam tahap ini dan akhirnya Harun al-Rasyid yang menjadi Khalifah penulis berusaha merekonstruksikan fakta sejarah menjadi kelima dalam Dinasti Abbasiyah. merekontruksi suatu gambaran masa kisah. Kegiatan ini dilakukan secara kronologis, logis, sistematis, dan menarik. Penyajian dari penelitian ini 1. Situasi dan Kondisi Sosial Politik di Baghdad adalah penyusunan kisah sejarah dalam bentuk karya tulis Pemerintahan dinasti Abbasiyah dipegang oleh ilmiah skripsi dengan sistematika penulisan yang terdiri seorang khalifah yang memiliki wewenang sebagai dari: Bab 1 pendahuluan yang berisi tentang: sub bab latar pemegang semua kekuasaan. Kepala Negara atau seorang belakang masalah; penegasan pengertian judul; ruang khalifah dapat melimpahkan otoritas sipilnya kepada lingkup penelitian; rumusan masalah; tujuan penelitian; seorang wasir, misalkan otoritas pengadilan dilimpahkan dan manfaat penelitian. Bab 2 tinjauan pustaka yang kepada seorang hakim (qadhi) dan otoritas militer berisi tentang pendapat para ahli dan penelitian terdahulu dilimpahkan kepada seorang jenderal (amir). Kedudukan yang ada korelasinya dengan permasalahan di atas. Bab 3 khalifah yaitu sebagai kepala negara tetap dibutuhkan metode penelitian yang di dalamnya berisi tentang metode atau yang digunakan dalam penelitian yaitu metode penelitian keputusan akhir dalam semua urusan pemerintahan sejarah yang berisi empat tahap meliputi: heuristik, kritik, (Karim, 2007: 143). ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 dinomor satukan yaitu sebagai pengambilan Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 5 Dalam menjalankan roda pemerintahan khalifah juga yang memadai, Harun al-Rasyid pun tumbuh menjadi dibantu oleh seorang pejabat rumah tangga istana (hajib) seorang yang terpelajar. Harun al-Rasyid memang yang bertugas memperkenalkan para utusan dan pejabat diciptakan oleh Allah sebagai pria yang pandai, memiliki yang akan mengunjungi khalifah. Di samping itu ada juga kepribadian kuat dan fasih dalam berbicara. Ketika seorang eksekutor yang menjadi tokoh penting di istana tumbuh menjadi seorang remaja, Baghdad. Pada masa ini ada pula ruang bawah tanah yang Harun al-Rasyid sudah mulai diterjunkan oleh ayahnya digunakan sebagai tempat penyiksaan, dimana tempat ini dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun al- muncul pertama kali dalam sejarah Arab, sedangkan Rasyid dimulai ketika sang ayah al-Mahdi memberikan ruang pengamatan bintang terletak berdampingan dengan kepercayaan istana khalifah. menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi Pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid sistem memimpin ekspedisi militer untuk militer pertama dipimpinnya pada tahun 779-780. Dalam telah ekspedisi kedua yang dilakukan pada tahun 781-782, diinginkannya. Dimana kota Baghdad sebagai ibu kota Harun al-Rasyid memimpin pasukannya hingga ke pantai Negara telah menjadi pusat kegiatan sosial, politik, dan Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun al-Rasyid budaya. Kota Bghdad disebut juga sebagai kota intelektual yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 sekaligus sebagai berkumpulnya masyarakat Islam. Hal ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal ini di karenakan Baghdad merupakan wadah atau tempat veteran. Harun al-Rasyid banyak belajar tentang strategi berkembangnya ilmu pengetahuan. pertempuran karena langsung terjun kelapangan. pemerintahan telah mencapai target yang Selain itu kota Baghdad juga menjadi kota internasional yang terbuka untuk segala bangsa dan keyakinan sehingga semua bangsa berkumpul seperti bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi, Qibthi, Hindi, Barbari, Kurdi dan sebagainya. 2. Latar Belakang Sosio Kultural Harun Al-Rasyid Harun al-Rasyid adalah seorang putra dari al-Mahdi Semenjak keterlibatannya dalam urusan pemerintahan dengan usia yang relatif muda dan selama menjadi khalifah, Harun al-Rasyid menjalin hubungan yang akrab dengan para ulama, ahli hukum, hakim, qori’, penulis dan seniman. Harun al-Rasyid sering mengundang cendikiawan-cendikawan ke istana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun al-Rasyid sangat menghargai para tamunya dan memposisikan pada tempat yang terhormat. bin Abu Ja’far al-Mansur yang merupaka khalifah ketiga dinasti Abbasiyah, sedangkan ibunya bernama al- Khayzuran seorang wanita sahaya dari Yaman. Ibu Harun 3. Berkembangnya Keluarga Barmak Di Dinasti Abbasiyah al-Rasyid ini merupakan perempuan pertama yang Ketika gerakan dakwah Abbasiyah menyebar di memiliki pengaruh penting dalam urusan kenegaraan Khurasan, Khalid ibn Barmak menjadi salah satu kepala dinasti Abbasiyah. Harun al-Rasyid mempersunting juru dakwahnya. Lalu ketika al-Saffah menjadi khalifah seorang gadis Arab yang cantik bernama Zubaidah Khalid ibn Barmak ditunjuk sebagai menterinya. Setelah sebagai istrinya, kemudian dikaruniai seorang anak laki- itu, Khalid ibn Barmak terus berpindah-pindah jabatan laki yang bernama Al-Ma’mun, Al-Amin, dan Al- tetapi tetap setia dan tidak menyalagunakan wewenang Mu’tashim (Suwito, 2005: 97). hingga meninggal dunia. Khalid ibn Barmak Khalifah Harun al-Rasyid pertama kali mendapat meninggalkan seorang anak yang bernama Yahya ibn pendidikan di Istana, baik pendidikan agama maupun Khalid ibn Barmak , dimana Yahya ibn Khalid termasuk ilmu pemerintahan. Harun al-Rasyid banyak mendapat lelaki mulia dan berakhlak baik. Yahya ibn Khalid mulai pendidikan dari Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan menduduki jabatan di pemerintahan pada tahun 774. ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 6 Yahya ibn Khalid juga menjadi pembimbing Harun al- keluarga yang istimewah dan berbakat dalam dinasti Rasyid Abbasiyah, namun akhirnya pada tahun 805 Yahya ibn di waktu muda hingga Harun al-Rasyid memanggilnya dengan sebutan ayah. Berkat jasa Yahya ibn Khalid dalam hal memantapkan posisi Harun al- Khalid meninggal dunia. Kedekatan tidak Harun al-Rasyid berlangsung lama dengan sehingga keluarga Rasyid sebagai khalifah meskipun al-Hadi saudara Harun Barmak timbul al-Rasyid tidak menyetujuinya. keretakan. Hal ini dilatarbelakangi oleh ulah Ja’far ibn Ketika menduduki kursi khalifah Harun al-Rasyid Yahya yang membantu kabur Yahya ibn Abdillah ibn menunjuk Yahya ibn Khalid sebagai menteri yang Hasan (saudara Indris, pendiri dinasti al-Idarisah) dari bertugas menjalankan pemerintahan dengan kekuasaan penjara. Ja’far ibn Yahya membantu Yahya ibn Abdillah tak terbatas. Yahya ibn Khalid merupakan seorang kabur karena merasa kasihan terhadapnya, selain itu pemimpin yang memiliki sifat yang sangat bijaksana, karena Yahya ibn Abdillah merupakan Ahlul bait. Berita tegas, dan penuh kebajikan. Dalam tugasnya sebagai tentang Ja’far membebaskan Yahya ibn Abdillah akhirnya menteri Yahya ibn Khalid tidak pernah mengabaikan sampai ke telinga Fadhl ibn Rabi’ lewat mata-mata. perkara kecil sekalipun bahkan yahya ibn Khalid selalu Dimana Fadhl ibn Rabi’ merupakan anak dari Rabi’ ibn mengedepankan Yunus. kesejahteraan rakyatnya. Kaum Harun al-Rasyid sangat terkesan dengan cendikiawan yang datang ke kota Baghdad membawa kecakapan dan kemampuan Fadhl ibn Rabi’, sehingga beragam aliran dan ide-ide, serta berbagai macam disiplin diberi jabatan kekuasaan. Disisi lain Fadhl ibn Rabi’ ilmu pengetahuan dalam pengembangan intelektual yang adalah orang yang membenci Yahya ibn Abdillah ibn Ali. terletak di kota Baghdad. Pada zaman khalifa Harun al- Fadhl ibn Rabi’ selalu memperingatkan khalifah Harun Rasyid Barmak al-Rasyid tentang Yahya ibn Abdillah yang menurutnya zaman bisa mengancam kursi kekuasaan khalifah kapan saja. pencerahan Islam. Daya tarik zaman pencerahan itu Fadhl ibn Rabi’ tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dilukiskan dalam sebuah syair yang dibuat oleh penyair yang di tunggu sejak lama demi bisa mengadu domba istana yang bernama Ibrahim al-Mosuli. Harun al-Rasyid dengan keluarga Barmak. Fadhl ibn Adakah kau saksikan surya memudar Rabi’ langsung menyampaikan berita tersebut kepada Dan cahaya kembali takkala Harun berkuasa? khalifah Harun al-Rasyid, namun Harun al-Rasyid tidak Bergiranglah karena Allah memilih Harun mempercayai mungkin semua yang dilakukan Ja’far ibn Sang penyejuk, murah hati Yahya semata-mata ingin melindunginya. beserta kemajuan penasehatnya intelektual Yahya memicu ibn bangkitnya Dan cahaya Yahya sahabatnya ( Freely, 2011: 101) Untuk membuktikan berita yang disampaikan Fadhl Keluarga Barmak memiliki hubungan sangat dekat ibn Rabi’ khalifah Harun al-Rasyid mengundang Ja’far dengan Harun al-Rasyid. Keluarga Barmak banyak ibn Yahya untuk makan malam bersamanya, kemudian membantu Harun al-Rasyid dalam menjalankan roda khalifah Harun al-Rasyid menanyakan kabar tentang pemerintahan secara baik. Yahya ibn Khalid dikarunia Yahya ibn Abdillah di penjara. Ja’far ibn Yahya empat Musa, langsung terdiam dan menjawab pertanyaan khalifah Muhammad. Dikemudian hari ketika Yahya ibn Khalid Harun al-Rasyid bahwa Yahya ibn Abdillah sudah tidak di mengundurkan diri karena sudah berusia lanjut maka penjara. orang anak yaitu Fudhal, Ja’far, Ja’far ibn Yahya yang dipercayai memegang jabatan ayahnya yaitu sebagai melaksanakan tugasnya menteri. Ja’far ibn Yahya dengan keberhasilan Kejadian ini menjadi awal mula diembuskannya fitnah perseteruan antara Harun al-Rasyid dengan yang keluarga Barmak. Akibat bisikan-bisikan fitnah Harun al- gemilang. Selama 17 tahun keluarga Barmak menjadi Rasyid menuduh keluarga Barmak lebih mengutamakan ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 7 kepentingan pendukung Ali (syiah) dari pada kepentingan sebagai pengikut khalifah. Terputuslah kepercayaan 1. antara khalifah Harun al-Rasyid dengan keluarga Barmak, Mengembangkan Dinasti Abbasiyah padahal sebelumnya Harun al-Rasyid sangat mencintai Para keluarga Barmak dan mengangkatnya menjadi tangan menduduki tahta kerajaan berdasarkan keturunan. Begitu kanannya. pula pada diri Harun al-Rasyid, Harun al-Rasyid menjadi Kejadian ini menjadi awal mula diembuskannya fitnah perseteruan khalifah Misi Harun dalam Al-Rasyid pemerintahan Dalam Bani Abbas khalifah karena ayahnya seorang khalifah dan juga pengganti Harun al-Rasyid adalah anak keturunannya. keluarga Barmak. Akibat bisikan-bisikan fitnah Harun al- Pada pemerintahan Harun al-Rasyid pengelola keuangan Rasyid menuduh keluarga Barmak lebih mengutamakan dan penyelenggaraan keadilan Harun al-Rasyid serahkan kepentingan pendukung Ali (syiah) dari pada kepentingan kepada yang lain, namun pengambilan keputusan tetap sebagai pengikut khalifah. Terputuslah kepercayaan berada pada tangan khalifah. Dalam urusan masyarakat antara khalifah Harun al-Rasyid dengan keluarga Barmak, sang khalifah yang terdepan untuk mengatasi dan padahal sebelumnya Harun al-Rasyid sangat mencintai memimpin rakyatnya. Demikian pula dalam menyalurkan keluarga Barmak dan mengangkatnya menjadi tangan kekayaan sebagai pengayom bagi seni kemewahan dan kanannya. Begitu pula keluarga Barmak yang sebenarnya ilmu pengetahuan. sangat setia terhadap sang khalifah, namun karena alasan Abbasiyah sepele Harun al-Rasyid mulai meragukan kesetiaannya. membebaskan Kesalahan-kesalahan kecil keluarga Barmak seketika penyebaran ilmu, pemahaman seta pemikiran yang tampak sebagai kesalahan yang sangat besar di mata berdasarkan al-qur’an. Keseluruhan keturunan Harun al- Harun al-Rasyid. Akhirnya pada tahun 803 keluarga Rasyid ialah dari Bani Abbas secara umum dan khususnya Barmak dieksekusi mati oleh Harun al-Rasyid. Ja’far ibn keluarga dekat mengkonsentrasikan pengeluaran terbesar Yahya ibn Khalid dibunuh secara keji, rumah-rumah ditangan oleh keturunan bani Abbas. Barmak Harun dan al-Rasyid dengan keluarga antara Visi dihancurkan dan seluruh Harun Dalam mengembangkan al-Rasyid memilik dan memperbaiki Harun Dinasti tujuan manusia melalui harta Khalifah bendanya disita. Khalifah Harun al-Rasyid menyesali meninggalkan tindakan-tindakan yang dilakukannya itu serta melaknat Baghdad, orang yang menghasudnya (Ibrahim, 2014: 345). memberikan keadilan dan meringankan penderitaan istana al-Rasyid untuk menjelajahi sering keluar sepanjang jalan hal ini Harun al-Rasyid lakukan untuk rakyatnya. Sering kali khalifah Harun al-Rasyid B. Dinasti Abbasiyah Dibawah Pemerintahan Harun mengunjungi wilayah jajahannya untuk melenyapkan al-Rasyid Tahun 786 – 809 hukum rimba dan untuk mengetahui keadaan rakyatnya, Dalam sejarah Arab-Islam masa pemerintahan Harun meninjau langsung perbatasan dan tidak pernah al-Rasyid adalah masa paling gemilang dan indah. Ketika menghindarkan diri dari kesukaran dan tugas-tugas itu, negara memiliki wilayah yang paling luas sekali. pemerintahan. Dengan segudang pengalaman yang telah dimilikinya itu dalamnya telah terjadi dua sisi yang berbeda, di satu sisi membuat Harun al-Rasyid paham dan mampu memimpin kesejahteraan pemerintahannya sampai menjadikan masa pemerintahan dibenarkan seseorang menyamai kekayaannya. Selain itu yang brilian yang merupakan keemasan dan puncak Khalifah Harun al-Rasyid juga telah mampu meletakkan peradaban sebelumnya pondasi dan prinsip dengan kokoh seperti di bidang menjadi cambuk untuk membawa pemerintahannya lebih politik, ekonomi, sosial dan ilmu pengetahuan sehingga jaya dan bernilai guna. tercipta Islam. Liku-liku pengalamn ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 kerja Sungguh suatu pemerintahan yang di ditingkatkan sama yang dan di sisi lain baik antar tidak komponen Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 pemerintahan dan masyarakat. Semua ini 8 akan Lembaga al-wizarat (kementrian) dipimpin oleh seorang mendukung dan menciptakan terobosan yang baru bagi wazir seperti halnya menteri pada zaman sekarang. kenyamanan serta mensejahterakan kehidupan ummat Lembaga Islam. pemerintahan Islam yang diciptakan oleh Khalifah Abu dan jabatan ini baru dalam sejarah Pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid Ja’far al-Mansur. Lembaga al-kitabat terdiri dari beberapa Baghdad pada saat itu muncul menjadi pusat dunia katib (sekertaris). Lembaga al-hijabat dipimpin oleh al- dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang hajib, tugas al-hajib ialah mengawal serta mengatur siapa luar biasa. Kejayaan berjalan seiring dengan kemakmuran saja yang ingin bertemu dengan khalifah. Pada zaman kerajaan terutama ibukotanya. Pada saat itulah Baghdad Khalifah Abbasiyah birokrasi diperketat hanya rakyat dan menjadi kota yang tiada bandingannya di seluruh dunia. pejabat yang mempunyai urusan penting yang boleh Selain bertemu langsung dengan khalifah. itu posisi Kekhalifahan Abbasiyah sangat menguntungkan sebagai pusat bongkar muat kapal laut semua penjuru negara dapat masuk kesana. Di sepanjang pelabuhan ditambatkan ratusan kapal termasuk kapal perang maupun kapal pesiar, mulai dari buatan Cina hingga rakitan dari kulit binatang milik penduduk setempat. Sarana perhubungan antara bagian timur dan bagian barat kota dilayani oleh tiga jembatan seperti jembatan-jembatan di Baghdad saat ini. 2. Peranan Harun al-Rasyid Sebagai Pemimpin Agama dan Kepala Pemerintahan Menurut ajaran Nabi Muhammad SAW agama dan negara merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan agama merupakan pengontrol serta pengatur batasan-batasan aturan yang dilakukan dalam pemerintahan (Werf, 1953: 144). Sistem dan bentuk pemerintahan dinasti Abbasiyah pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari dinasti Umayyah. Sistem dan bentuk pemerintahan monarki yang di pelopori oleh Muawiyaah bin Abi Sufyan diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah dan memakai gelar khalifah, namun gelar khalifah pada zaman Dinasti Abbasiyah derajatnya lebih tinggi dari gelar khalifah di zaman Dinasti Umayyah. Struktur organisasi Dinasti Abbasiyah terdiri dari alkhilafat, al-wizarat (kementrian), al-kitabat dan al-hijabat. Lembaga al-khilafat dijabat oleh seorang khalifah sebagai mana telah disebutkan diatas jabatan khalifah berjalan secara turun temurun dilingkungan Dinasti Abbasiyah. ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Dalam mengembangkan dinasti Abbasiyah khalifah Harun al-Rasyid memiliki peranan yang sangat penting. Dimana pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid penuh dengan kemewahan, dan keindahan serta dikenal sebagai zaman kegemilangan. Kemurahan hati khalifah Harun alRasyid menarik berbagai orang untuk datang ke Ibukota seperti ahli pengetahuan, pujangga, ahli seni musik dan lain-lain. Barang siapa yang pandai menarik hati khalifah Harun al-Rasyid akan menjadi pegawai istana. Khalifah Harun al-Rasyid merupakan seorang khalifah yang halus budinya lagi peramah. Ada dua sifat yang dimiliki oleh khalifah Harun al-Rasyid, dimana kedua sifat ini sangat selalu menarik minat rakyatnya yaitu sebagai seorang khalifah yang pemberani dan pemurah. Khalifah Harun al-Rasyid memiliki pembendaharaan yang melipah seperti mata uang emas, perak, berlian dan permata. Selain itu, beribu-ribu ekor binatang peliharaan diberikan kepada rakyat serta hamba sahaya. Amat murah hati khalifah Harun al-Rasyid dan permaisurinya Zubaidha yang menganugerahkan uang kepada pemerintah dikota-kota suci yang berada ditanah Arab, sering kali khalifah Harun al-Rasyid turut serta bersembahyang bersama rakyatnya. Delapan sampai sembilan kali khalifah Harun al-Rasyid menunaikan ibadah haji, bila berhalangan khalifah menyuruh alim-ulama untuk menggantikannya pergi berhaji ke Makkah. Ururan agama pun telah menjadi kokoh, hal ini terbukti dengan orang-orang zindik yang telah tiada sehingga tidak bisa bergerak dan muncul kembali. Agama memiliki peranan yang sangat penting serta memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Penghinaan terhadap orang-orang yang beragama pun semakin berkurang tidak seperti yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk mensejahterahkan rakyatnya khalifah Harun al-Rasyid rela melakukan apapun, salah satu contoh keadaan aman yang diberikan khalifah Harun al-Rasyid Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 9 untuk rakyatnya sehingga membuat pedagang, saudagar, Pada masa kejayaan Islam banyak khalifah mencintai kaum terpelajar dan jamaah dapat melakukan perjalanan dan mendukung penuh aktivitas ilmu pengetahuan yang di seluruh wilayah kekuasaannya. Selain itu dalam hal paling menonjol dan besar melalui penerjemahan. Para peningkatan kesejahteraan rakyat dan Negara Harun al- khalifah menerjemahkan dari buku-buku bahasa asing Rasyid juga memajukan ekonomi, perdagangan dan seperti bahasa Sansekerta dan Yunani ke dalam bahasa pertanian dengan sisitem irigasi. Kemajuan sektor-sektor Arab. Jasa-jasa ilmuwan muslim dalam ilmu pengetahuan ini menjadikan Baghdad ibu kota pemerintahan Bani dan ilmu-ilmu lain tidak ternilai. Pada awalnya, para Abbas sebagai pusat perdagangan terbesar dan teramai di ulama memelihara dan mentransfer ilmu yang didapat dunia. Pada saat itu banyak terjadi pertukaran barang melalui hafalan atau lembaran-lembaran yang tidak serta valuta dari berbagai penjuru. Dengan demikian, teratur. Kemudian barulah pada abad ke-7 para ulama Negara banyak memperoleh pendapatan dari kegiatan menulis hadis, fikih, tafsir, dan banyak buku dari berbagai perdagangan tersebut lewat sektor pajak sehingga Negara bahasa meliputi segala bidang ilmu yang telah berhasil mampu membiayai pembangunan sektor-sektor lain. diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan menjadi buku- Harun al-Rasyid juga membangun sarana dan prasarana buku yang disusun secara sistematis. Kegiatan ini berjalan di kota Baghdad seperti masjid, sekolah, perguruan tinggi, melalui tiga periode. Pertama, pencatatan pemikiran, rumah sakit, toko obat, jembatan dan lain sebagainya. hadis dan hal-hal lain pada kertas kemudian dirangkap. Tidak lupa pula Harun al-Rasyid juga membiayai Kedua, pembukuan pemikiran-pemikiran atau hadis-hadis pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penerjemahan nabi dalam satu buku, misalnya menghimpun hukum- dan penelitian. Sebagai imbalannya negara mampu hukum fikih dalam buku tertentu dan sejarah dalam buku memberikan gaji yang tinggi kepada para ulama dan tertentu pula. Ketiga, penyusunan dan pengaturan kembali ilmuan. Di samping pembangunan untuk masyarakat juga buku yang telah ada ke dalam pasal-pasal dan bab-bab didirikan tertentu, beberapa istana yang mencerminkan kemewahan pada saat itu salah satunya adalah istana alKhuldi. semua hal ini berlangsung pada masa budaya serta kekhalifahan Abbasiyah. Kestabilan politik, sosial dan kemampuan ekonomi pada masa kekhalifah Harun al3. Peranan Harun al-Rasyid Dalam Mengembangkan Ilmu Rasyid tampaknya benar-benar membuat kondisi yang Pengetahuan kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini Pada masa Kekhalifah Abbasiyah umat Islam juga di imbangi dengan lahirnya tokoh-tokoh brilian di mengalami suatu masa yang sangat gemilau yaitu berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti Jabir ibn perubahan baru tentang ilmu pengetahuan dan akal. Hal Hayyan dengan karyanya yang berjudul The Father of ini merupakan hasil logis dari zaman Khalifah Abbasiyah Arabic Alchemy, Ali al-Tabari, al-Razi, Ali ibn al-Abbas, setelah tentang al-Majusi, dan ibn Sina. Pakar-pakar ilmuan di bidang perkembangan pemikiran dari berbagai bangsa terutama kedokteran seperti al-Rusyd, al-Kindi, al-Farabi, ibn bangsa Persia. Kecintaan para khalifah kepada ilmu Tufail. Sedangkan para filsuf maupun tokoh-tokoh dalam pengetahuan sangat mendukung bahkan rakyat pun sangat bidang hukum (fikih) seperti Imam Abu Hanifah (700 – berminat Hal ini 765), Imam Maliki (713 – 795), Imam Syafi’i (765 – sangat 870), dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780 – 855) (Suwito, mengalami dan menunjukkan perubahan memiliki bahwa peranan Dinasti sejarah penting. Abbasiyah menekankan pembinaan pada peradaban dan kebudayaan Islam. 2005: 97). Harun al-Rasyid mencapai puncak kemasyuran karena perhatian yang tinggi terhadap pengembangan ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan taraf yang Metode belum pernah dicapai sebelumnya oleh pemimpin- keberlangsungan kestabilan negara.” pemimpin yang lain. administrasi yang tidak 10 kondusif pagi Harun al-Rasyid mendirikan Eksploitasi dan pajak berlebihan menjadi kebijakan beberapa lembaga pendidikan seperti Bait al-Hikmah favorit yang dibebankan kepada rakyat. Garis perpecahan (lembaga penerjemah), ialah antara Arab dan non Arab, muslim Arab dan mawali, lembaga yang masalah-masalah tetap terlihat tajam. Seiring dengan lintas waktu atau keagamaan. Majelis ini sering dilakukan di rumah-rumah, zaman darah penakluk telah bercampur dengan darah masjid-masjid, istana khalifah, dan rumah sakit. Lembaga taklukan bersama dengan hilangnya kualitas dan posisi pendidikan di rumah itu telah ada lebih dahulu, bedanya dominan pada masa Harun al-Rasyid banyak menunjuk rumah- kehidupan bangsa Arab, maka huncur pula stamina dan rumah dan masjid sebagai tempat belajar. Berikut ini semangat juangnya (Hitti, 2005: 617-618). Hal-hal merupakan lembaga pendidikan yang berkembang pada tersebut juga menyebabkan wilayah-wilayah yang kaya masa dinasti Abbasiyah yaitu pada masa Harun al-Rasyid satu persatu melepaskan diri dari pusat sehingga di antaranya: kuttab, pendidikan rendah di istana, toko- berdampak pula kendornya kekuatan pusat secara drastic toko buku, majelis, rumah sakit, perpustakaan masjid dan yang sangat mempengaruhi kekuatan bangsa. Majelis mengkaji al-Muzakarah tentang yang mereka miliki. Dengan hancurnya rumah-rumah para ulama. 2. Faktor Eksteren 4. Kemunduran dan Berakhirnya Kekhalifahan Harun alRasyid Wilayah Arab sulit untuk menyatu dengan kondisi geografi negara yang ketika itu membentang sangat luas. Secara umum, ada dua hal yang menyebabkan Khalifah dan para menteri tidak bisa mengawasi Adarisah kemunduran dan berakhirnya kekhalifahan Harun al- (Maroko) dan Andalusia karena kedua tempat tersebut Rasyid yaitu faktor internal dan faktor eksternal. letaknya sangat jauh dari Baghdad. Khalifah Harun alRasyid mengirim pasukan ke daerah tersebut. Akan tetapi 1. Faktor Interen pasukan tersebut tidak bisa mencapai tempat tersebut Wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah yang sangat kecuali harus menghabiskan waktu berbulan-bulan. luas tidak mudah dikendalikan oleh para khalifah yang Meskipun khalifah Harun al-Rasyid ingin mengontrol lemah. Disamping itu pada masa dinasti Abbasiyah sistem situasi di kedua tempat tersebut dengan perantara mata- komunikasi masih sangat lemah dan tidak maju sehingga mata, kabar tersebut tidak bisa sampai kepada khalifah menyebabkan tidak dapat dengan cepat mendapatkan Harun al-Rasyid kecuali setelah waktu yang sangat lama. informasi yang akurat apabila suatu daerah ada masalah, Dengan demikian, pusat khalifah yang jauh dari beberapa konflik, atau terjadi pemberontakan. Oleh karena itu wilayah mengakibatkan penerapan sisitem sentralisasi di terjadi banyak wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah yang tempat tersebut menjadi sulit dijalankan. Pengangkatan melepaskan diri satu persatu dan membangun kekuasaan Ibrahim bin Aqlab sebagi gubernur turun temurun pada sendiri. Daerah yang melepaskan diri dari kekuasaan tahun 800 yang kemudian menjadi Dinasti Aqlabiah di dinasti Abbasiyah misalnya di Barat seperti diantaranya Afrika utara (Magribi). Adanya pemberontakan pada Syi’ah Idrisiah di Maroko, Umayah II di Andalusia dan masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid. Fatimiah di Afrika. Di samping itu catatan Hitti (2005: 617) “…terjadinya disentralisasi dan Pada saat perjalanan untuk menumpas kaum pembagian pemberontak di Khurasan Khalifa Harun al-Rasyid kekuasaan di daerah-daerah selalu mengiringi setiap mengalami suatu musibah dimana beliau terkena penyakit penaklukkan yang dilakukan tergesa-gesa dan tidak usai. dan terpaksa berhenti bersama rombongan di desa ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 Sanabat di dekat Tus, ditempat itu pula beliau wafat pada tahun 809M. Dalam menjalankan roda pemerintahan seorang khalifah harus mampu memimpin suatu negara dengan semaksimal mungkin, Harun al-Rasyid memerintah dinasti Abbasiyah dilatar belakangi oleh kecerdasan dan keberaniannya dalam peperangan. Khalifah Harun al-Rasyid memiliki bekal wawasan serta pengalaman yang memadai dalam urusan pemerintahan mulai remaja, sehingga setelah memangku jabatan sebagai seorang khalifah Harun alRasyid mampu mengontrol situasi dan kondisi dinasti Abbasiyah. Selain itu yang melatar belakangi Harun alRasyid menjadi khalifah ialah untuk menggantikan kedudukan saudaranya al-Hadi sebagai khalifah. Dalam pemerintahan dinasti Abbasiyah pemerintah dipegang oleh seorang khalifah yang memiliki wewenang sebagai Pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid sistem telah mencapai target yang telah diinginkannya. Dimana kota Baghdad sebagai ibu kota negara telah menjadi pusat kegiatan sosial, politik dan Sistem administrasi dibuat dalam bentuk kementerian dan dewan dengan sistem yang rapi. Aktivitas-aktivitas kementerian menjadi jelas dan masa jabatan seorang menteri dibatasi. Khalifah Harun alRasyid juga memiliki pembendaharaan yang melipah seperti mata uang emas, perak, berlian dan permata. Dalam masa pemerintahannya Harun al-Rasyid juga mencapai masa keemasan sampai negara yang budaya serta kemantapan ekonomi pada masa khalifah Harun al-Rasyid membuat pemerintahan kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal yang paling menonjol dalam dinasti Abbasiyah ialah dalam bidang pendidikan, dimana Harun al-Rasyid mencapai puncak kemasyuran karena perhatian yang tinggi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan taraf yang belum pernah dicapai sebelumnya oleh pemimpin-pemimpin yang lain. Harun al-Rasyid mendirikan beberapa lembaga pendidikan seperti Bait alHikmah (lembaga penerjemah), Majelis al-Muzakarah ialah lembaga yang mengkaji tentang masalah-masalah keagamaan. Majelis ini sering dilakukan di rumah-rumah, pemegang semua kekuasaan. pemerintahan jangan dipimpinnya terpecah belah. Kestabilan politik, sosial dan SIMPULAN DAN SARAN budaya. 11 dalam bidang ilmu pengetahuan, hal ini terbukti dengan berdirinya lembaga penerjemah (Bait al-Hikmah). Kota Bghdad disebut juga sebagai kota intelektual sekaligus sebagai berkumpulnya masyarakat Islam. Hal ini di karenakan Baghdad merupakan wadah atau tempat berkembangnya ilmu pengetahuan. Selain itu kota Baghdad juga menjadi kota internasional yang terbuka untuk segala bangsa dan keyakinan sehingga semua bangsa berkumpul seperti bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi dan lain-lain. masjid-masjid, istana khalifah, dan rumah sakit. Institusi pendidikan pada masa Harun al-Rasyid kemajuan yang pesat dari fase-fase sebelumnya. Hal ini terjadi karena di dukung oleh kemampuan seorang pemimpin yang tangguh dan andal yang memiliki banyak pengalaman dalam memimpin disertai dengan rasa keberagaman yang tinggi. Seiring berjalannya waktu pemerintahan Harun al-Rasyid mengalami kemunduran hal ini dikarenakan luasnya wilayah kekuasaan yang tidak dapat dijangkau. Untuk mengontrol suatu wilayah yang sangat luas sistem komunikasi pada saat itu masih sangat lemah. Sehingga situasi dan kondisi di setiap wilayah kekuasaan khalifah Harun al-Rasyid yang mengalami permasalahan seperti terjadi pemberontakan atau konflik tidak dapat di terima secara cepat. Selain itu, yang menyebabkan runtuh dan berakhirnya pemerintahn Harun al-Rasyid ialah pajak yang dibebankan pada rakyat tidak seimbang dengan pendapatan rakyat hal ini dilakukan oleh pejabat-pejabat negara tanpa sepengetahuan khalifah Harun al-Rasyid, sehingga rakyatpun memberontak dan ingin mendirikan dinasti sendiri. ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 mengalami Ismiyati et al., Peranan Harun al-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786 - 809 12 Dari permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, maka penelitian memberikan sarana untuk beberapa pihak yaitu: 1. Bagi peneliti berikutnya hendaknya di jadikan salah satu bahan perbandingan apabila ada penelitian yang sama di waktu-waktu mendatang dan mengkaji lebih dalam substansi mengenai [3] Hitti, Philip K. 2005. History of the Arab. Terj. R. Cecep Lukman Yasin, Dedi Selamet Riyadi. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta [4] Ibrahim, Qasim A. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam (Jejak langkah peradaban Islam dari masa Nabi hingga masa kini). Jakarta: Zaman [5] tokoh Harun al-Rasyid. Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher 2. Bagi mahasiswa calon guru sejarah sebagai generasi penerus bangsa hendaklah tidak [6] Mahmudunnasir, Syed. 1991. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya melupakan sejarah tokoh-tokoh besar zaman dahulu dalam Islam seperti Harun al-Rasyid serta dapat mempelajari pemerintahannya. generasi sisi Oleh penerus positif karena bangsa dari itu untuk masa kepada mampu mencontoh segi positif kepribadian dari khalifah Harun al-Rasyid. Dimana khalifah Harun alRasyid sudah dihandalkan [7] Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media [8] Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [9] Werf, J. Van Der. 1953. Sejarah Umum. Djakarta: Noordhoff-Kolff N.V mengenai strategi berperang , ilmu agama, ilmu pengetahuan dan pemerintahan mulai remaja. 3. Bagi almamater dapat menambah materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama tentang sejarah asia selatan yakni tentang salah satu pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Dharma pendidikan. UCAPAN TERIMA KASIH Nani Ismiyati mengucapkan terimakasih kepada Drs. H. Sutjitro, M.Si dan Dr. Nurul Umamah, M.Pd yang telah meluangkan waktunya demi terselesaikannya jurnal ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan semangat untuk terselesainya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Al-Isy, Yusuf. 2007. Dinasti Abbasiyah. Jakarta. Pustaka al-Kautsar [2] Freely, John. 2011. Cahaya dari Timur. Terj. Noviatri. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-12 .