lembar informasi usul penelitian kebijakan

advertisement
POLA PEMBELAJARAN PATRIOT UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH KEUANGAN DAN BISNIS
oleh
Naswan Suharsono
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan IPS, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini lakukan untuk mengetahui sejauh mana pola pembelajaran
PATRIOT dapat meningkatkan kualitas PBM dan hasil belajar mahasiswa.
Penelitian dilakukan terhadap 33 mahasiswa Komputer Akuntansi di Jurusan
Pendidikan Ekonomi IKIP Negeri Singaraja pada tahun akademik 2001/2002. Data
yang terkumpul dianalisis dengan Anava satu jalur, uji-t, dan Analisis Isi untuk
mengetahui sejauh mana pola pembelajaran itu berpengaruh terhadap PBM dan
hasil belajar. Hasil Analisis Varian menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar
yang sangat signifikan setelah pola PATRIOT dilaksanakan. Artinya, pola
pembelajaran PATRIOT
bisa menjadi salah satu alternatif pembelajaran
pemecahan masalah yang efektif pada level kognitif tingkat tinggi, namun
demikian hasil uji-t terhadap skor perolehan belajar menunjukkan bahwa tingkat
kesulitan materi pelajaran dapat mengurangi keefektifan penerapan pola
pembelajaran.
Kata Kunci: belajar, pembelajaran, hasil belajar, struktur isi
ABSTRACT
The purpose of this research is to see whether PATRIOT as a mode of
instruction could be applied to improve quality of instruction and student’s
achievement. This quasy-experimental research was conducted to 33 students of
the Komputer Akuntansi course in Economic Education Department of IKIP
Negeri Singaraja in the academinc year 2001/2002. The collected data was
analyzed by using one way Anava, t-test, and Content Analysis to kow to what
extent PATRIOT as the mode of instruction could improve the quality of
instruction and student’s achievement. The result of one way analysis of variance
showed that threre were singnificant defferences before and after practising the
PATRIOT. It means that the PATRIOT could be used as one of the alternative
modes of instruction and learning in high level of cognitive process. But the result
ISSN 0215-8250
of t-test showed that the difficulties of course content would decrease instructional
effectiveness and learning.
Keywords: learning, instruction, learning achievement, structure of content.
1. Pendahuluan
Hingga saat ini sudah banyak penelitian yang memfokuskan kajiannya pada
upaya mengembangkan kemampuan intelektual tingkat tinggi manusia berdasarkan
tingkatan usia perkembangan mental-intelektual dari masa anak-anak sampai dengan
masa dewasa. Kemampuan intelektual tingkat tinggi itu secara teoritik dapat
dipelajari melalui dua fase belajar yang berkesinambungan yaitu fase belajar
mendapatkan pengetahuan dan fase memanfaatkan pengetahuan yang ada untuk
mengatasi atau memecahkan masalah-masalah aktual yang relevan. Jika usaha ini
berhasil, seseorang bisa berharap kemampuan intelektual atau keterpelajarannya
secara signifikan dapat meningkat karena mereka memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memraktekkan ilmunya dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Untuk menuju keberhasilan itu, setiap pelajar perlu mendapatkan kesempatan
belajar yang cukup agar kedua hal itu dapat dikuasai sesuai dengan tahapan
prosesnya. Proses belajar yang dimaksud bukan dilihat sebagai perolehan informasi
yang terjadi secara satu arah dari luar ke dalam diri pelajar, melainkan sebagai
pemberian makna oleh pelajar kepada pengalamannya sendiri melalui serangkaian
proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakiran struktur kognitif
dalam memori (Suharsono, 2001)
Para ahli pembelajaran umumnya sependapat bahwa kemampuan intelektual
itu dalam batas-batas tertentu dapat dikembangkan melalui bidang studi dan disiplin
ilmu yang diajarkan (Wood, 1987:66). Akan tetapi, bagaimana mempelajari dan
mengajarkannya? Di sinilah letak persoalan yang hingga kini belum terselesaikan.
Persoalan tentang bagaimana mengajarkan pemecahan masalah sangat erat kaitannya
dengan variabel materi pelajaran, jenis masalah yang ingin dipecahkan, pola
pembelajaran yang dipakai, dan variabel-variabel pembawaan yang ada pada diri
subjek pelajar
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu pola
pembelajaran bisa dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan tingginya kegagalan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
belajar pemecahan masalah dalam disiplin ilmu yang karakteristik struktur dasarnya
sejenis. Perangkat alternatif pola yang dimaksud, selanjutnya disebut dengan Pola
Pembelajaran PATRIOT. Pola pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan konstruk
teoretik tentang femomena terjadinya kesempatan belajar yang dikembangkan
berdasarkan sejumlah penelitian yang relevan dengan masalah pembelajaran
(Suharsono, 2001).
PATRIOT itu secara epistimologis adalah akronim dari prinsip (P), aturan (A),
teori (T), realitas (R), informasi (I), obyek (O), dan tindakan atau transaksi (T), yakni
suatu urutan kegiatan pembelajaran yang disusun dari seperangkat prinsip ‘mini
teori’ kesempatan belajar yang dikembangkan Suharsono (1999) berdasarkan
sejumlah hasil-hasil penelitian pembelajaran dalam sepuluh tahun terakhir di
lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
Dari aspek struktur, akronim PATRIOT mengacu pada dua komponen sistem
pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu pola kegiatan belajar-mengajar (KBM) dan
pola penstrukturan materi pelajaran. Materi pelajaran dalam hal ini dikembangkan
berdasarkan substansi satuan pokok bahasan atas dasar pertimbangan bahwa
kemampuan memecahkan masalah memerlukan sejumlah syarat minimal yang harus
sudah dikuasai melalui aktivitas-aktivitas belajar pokok-pokok bahasan sebelumnya.
Dengan demikian, maka pembentukan kemampuan pemecahan masalah melalui
disiplin bidang-bidang studi juga berarti pembentukan kemampuan yang bersifat
khusus.
Apa yang telah dijelaskan tersebut merupakan rangkaian tahapan proses kerja
yang dilalui para pembelajar untuk mendapatkan suatu pola pembelajaran tertentu
yang sudah teruji keterlaksanaannya di lapangan. Rangkaian tahapan proses
penelitian yang dilalui untuk mendapatkan suatu pola pembelajaran itu dapat
dilakukan dengan menemukan jawaban atas permasalahan operasional yang
sekaligus menjadi masalah penelitian ini dengan rumusan sebagai berikut.
1. Sejauh mana kegiatan orientasi yang diskenariokan dalam KBM dapat
meningkatkan perolehan pengetahuan mahasiswa? Indikator pencapaian akan
diukur dari tingkat penguasaan prinsip (P), aturan (A), dan teori (T) yang bisa
dicapai mahasiswa setelah kegiatan orientasi selesai dilakukan dosen.
2. Sejauh mana presentasi yang diberikan dosen dan media yang digunakan dalam
perkuliahan dapat meningkatkan kesiapan belajar mahasiswa? Indikator kesiapan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
belajar akan diukur dari kemampuan mahasiswa untuk memahami realitas (R)
dan informasi (I) di seputar pokok bahasan yang menjadi fokus perkuliahan.
3. Sejauh mana kegiatan latihan pembahasan kasus-kasus yang diberikan kepada
mahasiswa dapat ditransformasikan menjadi suatu bentuk kemampuan tindakan
memecahkan masalah?. Indikator kemampuan itu adalah peningkatan
kemampuan mengidentifikasi dan manganalisis transaksi keuangan yang menjadi
obyek (O) kajian, serta kemampuan mahasiswa dalam menemukan alternatif
tindakan (T) pemecahan masalah yang relevan dengan pokok bahasannya.
4. Sejauh mana interaksi ketujuh langkah pembelajaran yang dipolakan dalam
PATRIOT itu dapat mempengaruhi perubahan pola struktur kognitif mahasiswa?
Indikator perubahan pola struktur itu adalah adanya perbedaan hasil-hasil belajar
yang terjadi pada setiap pergantian pokok bahasa, dengan memperhatikan variasi
tingkat kesulitan materi kuliah yang dibahas.
Secara teoritik, persoalan mendasar pada proses pengembangan
kemampuan memecahkan masalah-masalah bisnis selama ini adalah, sejauh ini
belum ditemukan format yang terbukti mampu mengatasi perbedaan latar belakang
lingkungan individu dan kedekatan mereka dengan dunia usaha di lingkungan
bisnis lokal. Pada hal, saat ini proses pengembangan wirausaha baru di Perguruan
tinggi sudah sampai pada aplikasi, sejalan dengan program pemerintah melalui
Dirjen Dikti, dalam program percepatan pengembangan wirausaha baru.
Kenyataan tersebut seharusnya menyadarkan kalangan perguruan tinggi agar
segera melakukan upaya penemuan pola struktur materi bahan ajar dan strategistrategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan produktif di kemudian hari.
Sebagaimana telah diungkapkan Bruner (1974) dan Gagne dkk. (1988),
belajar dan berpikir berada dalam suatu rangkaian kerja kognitif yang menuntut
penguasaan sejumlah pengetahuan awal (prerequisite) yang memadai. Produk
informasi dan kemampuan intelektual yang diolah berdasarkan stimulus dari
dalam memori otak dan stimulus dari interaksi dengan dunia luar ini akan menjadi
bahan dasar untuk melakukan upaya pengembangan penalaran dan memproduk
pemikiran menuju kesadaran diri.
Aktivitas kerja memori otak itu dalam kerangka teori pemrosesan
informasi ini diawali dari tahapan proses perolehan informasi, proses
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
transformasi ke dalam memori, serta proses konfirmasi melalui pengujian pada
situasi baru. Situasi belajar itu bisa berupa pertanyaan, argumen atau gagasangagasan pembanding, realitas sosial serta persoalan yang bisa menantang daya
nalar. Dengan demikian, maka KBM yang disiapkan guru seharusnya dapat
mengkondisi ke arah terjadinya konflik dalam diri siswa dan mampu
menggerakkan proses kerja memori otak sedemikian rupa sehingga pada akhirnya
bisa mencari dan menemukan jalan atau alternatif cara pemecahannya.
Implikasi praktis yang dapat disintesiskan dari konsepsi tentang belajar
tersebut adalah bahwa hasil belajar sesuatu harus bermakna. Belajar bisa bermakna
bagi seseorang jika dengan belajar itu ia bisa memanfaatkan kapasitas pikiran serta
segenap pengetahuan dan kemampuan yang tersimpan dalam memori otaknya
sedemikian rupa sehingga apa yang sedang dipelajari sekarang bisa terkait dengan
upaya pembaruan makna atas hasil belajarnya terdahulu.
Pertanyaannya adalah apakah yang bisa digunakan sebagai dasar
pertimbangan di dalam menentukan pola KBM agar hasil belajarnya bisa optimal?
Hasil penelitian Suharsono dkk. (1994) menunjukkan bahwa, variasi respons dan
tindakan mahasiswa di kelas pada saat perkuliahan berlangsung ternyata sangat
menentukan keefektivan pemberian balikan yang terkait dengan tindak belajar
berikutnya. Variasi tindak belajar (learning actions) itu ternyata dipengaruhi oleh
perbedaan perolehan belajar terdahulu, jenis pokok bahasan yang dibahas, dan
tingkat pengendalian diri mahasiswa (Suharsono, 1989). Tingkat pengendalian diri
ini berkaitan dengan ketahanan emosi (EQ) dan kualitas interaksi sosial antara
para mahasiswa dengan dosen dan antar sesama mahasiswa dalam dinamika
kelompok yang bersifat situasional dan kondisional.
Sejalan dengan upaya pemberian kemudahan belajar, maka materi bahan
ajar juga perlu disusun dalam fase-fase urutan proses kerja memori otak dalam
upaya memecahkan suatu masalah, yang dimulai dari proses pemerolehan
informasi, transformasi, dan pengaktifan kembali untuk menghadapi situasi aktual
yang perlu ditangani. Di dalam konteks pendidikan formal, pemerolehan informasi
itu ditandai oleh penguasaan prinsip-prinsip (P), aturan (A), dan teori (T) yang
relevan dengan bidang disiplin ilmu yang dipelajari. Setelah itu, pelajar perlu
mengenali lebih jauh tentang realitas kehidupan (R) yang terkait dengan aplikasi
‘dunia nyata’ dengan dukungan referensi dalam bentuk informasi-informasi (I)
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
yang relevan dengan realitas fenomena masalah kehidupan yang menjadi obyek
(O) kajian. Keenam unsur tersebut merupakan syarat awal yang diperlukan untuk
memahami ruang lingkup masalah (problem space) dan mendapatkan gambaran
mental (mental representation) tentang sosok persoalan yang mungkin timbul
dalam dunia nyata.
Keenam unsur tersebut, dalam proses belajar pemecahan masalah,
dimaksudkan untuk membentuk kesiapan mental memasuki ruang lingkup
permasalahan (problem space). Tugas pembelajar pada tahapan ini adalah
memberikan stimulus bahan ajar berupa persoalan atau kasus-kasus yang menjadi
‘pemicu’ ke arah terjadinya keaktifan kognisi untuk melakukan tindakan-tindakan
mental (T) tertentu agar persoalan bisa dipecahkan. Oleh karena itu, maka pola
struktur bahan ajar hendaknya disusun dalam urutan PATRIOT agar lebih sesuai
dengan fungsinya sebagai ‘stimulus materials’ ke arah terjadinya tidak belajar
(learning actions). Demikian juga halnya dengan struktur kegiatan belajarmengajar (KBM) yang harus ditransaksikan di kelas pada saat proses belajar
pemecahan masalah sedang berlangsung.
Akronim PATRIOT dalam konteks pola pembelajaran mengandung dua
sisi yang saling berkaitan, yaitu mengacu pada pola struktur materi ajaran dan
struktur kegiatan belajar-mengajarnya. Skenario urutan materi bahan ajar dan
skenario KBM itu disusun dalam akronim PATRIOT sebagai operasionalisasi dari
prinsip-prinsip ‘mini-teori’ kesempatan belajar yang telah diformulasikan oleh
Suharsono (1999) dalam lima prinsip pembelajaran yang membahas tentang
organisasi materi tugas belajar, kemampuan awal, rancangan skenario kegiatan
belajar-mengajar (KBM), alternatif pengelolaan belajar, dan komunikasi
interpersonal sebagai bentuk penguatan.
Kelima variabel tersebut selanjutnya diintegrasikan dalam suatu formula
pembelajaran untuk memberi kesempatan belajar setiap individu berdasarkan
konsepsi teori belajar, pendekatan sistem, dan teori balikan. Sebagai sarana
komunikasi antar semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran,
kesempatan belajar yang diciptakan bisa dipengaruhi oleh banyak factor.
Pertanyaan selanjutnya adalah, sejauh mana kesempatan belajar yang dipolakan
dalam struktur bahan ajar dan KBM tersebut benar-benar dapat memberikan
sumbangan positif yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan kognitif
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
tingkat tinggi? Jawabannya masih perlu dibuktikan melalui penelitian dengan
menempatkan kesempatan dan balikan sebagai variabel bebas dan tingkat
kefektivan pembelajaran sebagai variabel bergantung.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental-semu dengan pola
‘pretest-postest non-control group design’ yang dilakukan terhadap 33 mahasiswa
peserta kuliah Komputer Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ekonomi IKIP Negeri
Singaraja pada tahun akademik 2001/2002, dengan menggunakan pokok bahasan
sebagai satuan studi. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah satu
kelas perkuliahan yang diprogramkan untuk masa semesteran. Kelas perkuliahan
itu disiapkan dan dikondisikan untuk mengembangkan kemampuan menjalankan
program-program aplikasi pengolahan data bisnis di Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Komputer.
Kegiatan perkuliahan dirancang secara khusus ke arah terjadinya tindak
belajar mahasiswa dengan dukungan tim dosen, perangkat komputer, perangkat
lunak, dan teknisi sumber belajar yang mendukung PBM. Adapun rancangan
penelitian ini dipolakan sebagai berikut.
Tes Awal
(O1)
.
Penerapan
Pola
PATRIOT
(X3456)
Tes Akhir
(O2)
Bagan 1. Rancangan Penelitian
One Group Pretest-postest design.
Dari 'fact finding' yang didapatkan dan bahan ajar yang ada, rencana
tindakan umum (general plan) KBM PATRIOT diskenariokan dalam SAP dengan
menerapkan empat langkah pembelajaran sebagaimana dipreskripsikan dalam
Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Suharsono, 1991). Keempat langkah
skenario KBM itu diawali dari fase orientasi, kemudian dilanjutkan dengan fase
sajian informasi, latihan, dan pemberian balikan kepada mahasiswa tentang proses
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
belajar yang telah dilalui dan hasil belajar yang didapatkan. langkah tindakan yang
saling berkaitan.
Sesuai rumusan masalah yang ada, pola pembelajaran PATRIOT di kelas
dilakukan tiga kali tindakan dalam setiap pokok bahasan. Dari ketiga tahap
pelaksanaan penelitian itu diharapkan bisa diukur seberapa jauh perubahan yang
terjadi dalam tiga kali perlakuan itu, dan bagaimana kecenderungan (trends) yang
terjadi dalam diri setiap pelajar. Apakah ada perbedaan yang signifikan atas hasilhasil belajar sebelum dan sesudan perlakuan diberikan? Apakah tingkat kesulitan
materi ajaran juga berpengaruh terhadap perubahan perilaku belajar (learning
behaviour) dari tiga jenis atau tipe materi bahasan yang ditransaksikan dalam
perkuliahan? Apakah hasil-hasil latihan dapat meningkatkan kesiapan belajar
pokok bahasan dan materi ajaran berikutnya? Ketiga pertanyaan operasional itu
dicari pada saat perkuliahan berlangsung dengan jenis data kuantitatif dan data
kualitatif yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian.
Untuk keperluan pengumpulan dan pamanfaatan data sesuai dengan
sasaran, dosen pembina dan teknisi bekerja secara kolaboratif dalam tiga jenis
kegiatan belajar yang berangkai. Ketiga kegiatan belajar-mengajar itu adalah: (1)
sesi kuliah orientasi, (2) kuliah terjadwal, dan (3) latihan praktek di laboratorium
dengan bantuan program komputer akuntansi dan Tugas Proyek Mahasiswa
(TPM) yang telah disiapkan menjadi instrumen penelitian ini.
Data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu kelompok data kualitatif
dalam bentuk rekaman inventori tentang tanggapan mahasiswa terhadap pola
struktur materi ajar yang diberikan, jenis tugas-tugas yang digarap, dan
pelaksanaan KBM dengan pola PATRIOT yang diberikan dosen. Adapun data
kuantitatif yang didapatkan adalah hasil-hasil belajar tiga pokok bahasan sebelum
dan sesudah pola pembelajaran PATRIOT diberlakukan.
Ketiga pokok bahasan itu adalah komputerisasi data akuntansi usaha jasa,
usaha dagang, dan usaha industri atau serbausaha. Ketiga pokok bahasan ini
dirancang dengan topik atau obyek materi yang sama sehingga tidak ada
pembelokan (bias) proses dan hasil belajar akibat digunakannya bahasan yang
berbeda. Dengan demikian diharapkan jika memang terdapat perbedaan skor
efektivitas PBM dan perbedaan hasil belajar, maka dapat diharapkan karena
adanya perbedaan pola struktur bahan ajar dan pola kegiatan belajar-mengajar
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
yang diskenariokan dalam penelitian ini. Data yang terkumpul dianalisis dengan
anava satu jalur, uji-t, dan analisis isi untuk mengetahui sejauh mana pola
pembelajaran PATRIOT berpengaruh terhadap PBM dan hasil belajar.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini merupakan bagian dari upaya pengujian terhadap berlakunya
satu atau beberapa komponen dasar penstrukturan materi pelajaran menurut
konsepsi ‘mini-teori’ kesempatan belajar yang sedang dikembangkan dewasa ini.
Sebagai suatu kegiatan uji teoretik, fokus perhatian diarahkan pada proses
pengujian komponen dengan bantuan alat uji yang memadai agar hasilnya dapat
meningkatkan kualitas PBM dan bisa menjadi informasi terbaru di bidang
pembelajaran.
Hasil analisis data skor perolehan (gain scores) dengan teknik analisis
varian satu jalur ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada ketiga kali
hasil pengujian pola pembelajaran PATRIOT. Dalam bentuk angka statistik F0:
14,739 > Ft0,01 3,4586 pada taraf signifikansi 5% dan 1%. Dengan demikian, maka
secara umum dapat dinyatakan bahwa pada batas-batas tertentu, pola pembelajaran
yang diuji dapat meningkatkan perolehan belajar secara signifikan.
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana sebaran skor perolehan pada
setiap akhir perkuliahan pokok bahasan? Dalam tiga kali pengambilan tes pada
akhir pelajaran pokok bahasan ditemukan adanya pengaruh tingkat kesulitan
materi pelajaran terhadap hasil belajar akhir pembelajaran PATRIOT. Pada tingkat
kesulitan belajar berada pada level aplikasi dan analisis (C3-4) dan level analisissintesis (C4-5), menurut taksonomi Bloom, pola pembelajaran PATRIOT terbukti
memiliki pengaruh positif yang sangat sifnifikan. Akan tetapi, pengaruhnya
menjadi makin kecil pada saat tingkat kesulitan materi pelajaran dinaikkan ke
level sintesis-evaluasi (C5-6). Uji perbedaan skor antar kelompok belajar
dilakukan dengan menggunakan program Statistik SPSS for Windows Release 6.0
dalam program uji-t untuk sampel berhubungan. Ringkasan hasil analisis data itu
dapat digambarkan sebagai berikut.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
Tabel 1 : Uji Perbedaan Variasi Skor Antar Siklus Tindakan Pokok Bahasan
Sumber Variasi
Variabel PB 01 vs.
Variabel PB 02
Variabel PB 01 vs.
Nilai-t
-6,32
-5,36
Db
32
0,0000
Signifikansi 0,1%
32
0,0000
Variabel PB 03
Variabel PB 02 vs.
Variabel PB 03
Signifikansi
Signitikansi 0,1%
0,78
32
0,4410
Non-Signifikan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan kognitif tingkat tinggi mahasiswa berkembang mengikuti tahapan
proses belajar berbarengan dengan meningkatnya taraf penguasaan materi kuliah
yang berpola struktur prosedural dengan urutan penyajian PAT. Mekanisme kerja
aplikasi PAT bertumpu pada variasi latihan yang diatur menurut jenjang
kemampuan dan struktur materi keilmuan yang dibahas, sesuai dengan tuntutan
realitas (R) dan ketersediaan informasi (I) pendukung yang didapatkan, serta
kesesuaian obyek (O) yang dijadikan topik tugas-tugas latihan mahasiswa. Variasi
PAT dan RIO itu selanjutnya akan mempengaruhi kualitas alternatif tindakan
pemecahan dan variasi hasil belajar individu setiap mahasiswa.
Dari temuan eksperimen ini dapat diinterpretasikan bahwa perangkat dasar
pengetahuan prosedural dengan pola PAT yang disusun secara terpadu dan
disesuaikan dengan kemampuan awal dari hasil belajar terdahulu dapat
meningkatkan kesiapan belajar pada level program aplikasi komputer yang
berbasis penalaran dan praktek kerja. Di samping itu, kegian belajar penalaran
dengan menggunakan data bisnis yang dirancang dalam Tugas Proyek RIO secara
individual bisa meningkatkan keaktivan belajar mahasiswa di kelas dalam tugas
penyelesaian kasus-kasus keuangan mahasiswa melalui penguasaan materi dasar
belajar bidang studi. Tahapan dan proses pembentukan kemampuan bidang
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
aplikasi itu terjadi secara bertahap, namun kadang-kadang tidak beraturan pada
proses pembentukannya dalam memori sehingga yang bisa diamati hanyalah
perubahan hasil yang tertuang dalam tes hasil belajar.
Pengalaman mendapatkan balikan dosen pada saat mahasiswa berlatih
mengenali obyek permasalahan terbukti bisa meningkatkan ketahanan kerja dan
kesiapan belajar selanjutnya. Oleh karena itulah maka sebaiknya tindakan yang
bisa dilakukan para dosen adalah meningkatkan kualitas interaksi antara dosenmahasiswa dengan perangkat media yang ada. Kegiatan belajar yang dipandu
dengan materi pola PATRIOT itu sebduru ternyata bisa lebih efektif jika ada
kontrol internal yang jelas dan berkesinambungan. Pola dan mekanisme kerja
monitoring dan perbaikan dilakukan di kelas dalam perkuliahan tatap muka secara
berkelanjutan dari pertemuan awal sampai akhir, dengan tingkat kesulitan yang
tidak terlalu kompleks. Kesulitam materi yang terlalu tinggi berakibat pada
menurunnya efektivitas belajar mahasiswa.
Bagi para dosen bidang studi yang memiliki pola struktur proseduran dan
yang ingin mencoba memperbaiki praktek-praktek kemitraan pembelajarannya,
hendaknya mencoba merestrukturkan materi kuliahnya dengan pola PAT. Namun
perlu diingat bahwa instrumen penelitian yang hendak digunakan sebisa bisanya
melalui uji-coba dan revisi yang memadai. Uji-coba tes awal dan tes akhir juga
merupakan hal yang rawan karena bisa mengundang terjadinya gangguan validitas
dan reliabilitas tes. Jika titik lemah pengganggu kualitas eksperimen bisa dibenahi,
maka hasil akhir penelitian itu diharapkan bisa ikut memberikan sumbangan bagi
kemajuan bidang ilmu pembelajaran (instructional sciences) di kemudian hari.
Temuan penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan penulisan Bahan Ajar
dan Buku Pegangan (handout) dosen bersama para mahasiswa. Prototipa dua
sampel Bahan Ajar yang dihasilkan penelitian ini akan diuji-cobakan ulang dan
diperbaiki struktur dan sistematikanya agar lebih bisa memberikan kemudahan
belajar para mahasiswa. Hasil-hasil uji-coba ini akan dikomunikasikan dan
dipublikasikan kemudian dalam jurnal-jurnal dan terbitan ilmiah bidang
kependidikan dan pembelajaran yang sesuai..
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
DAFTAR PUSTAKA
Dillard, Jesse F.; Bhaskar R; dan Stephens, Ray G. (1982). "Using first order
cognitive analysis to understand problem solving behaviour: an example from
accounting", Instructional Science, 11, 71-92.
Fisher, K.M. dan Lipson, J.I. (1985). "Information processing interpretation of
errors in
colleges science learning", Instructional Science, 14, 49-74.
Gagne, R M.; Briggs, Leslie J.; dan Wager, W.W. (1993). Principles of Instructional
Design. 3rd. Edition, New York: Holt Rinehart and Winston, Inc..
Landa, Lev N. (1987). "A Pragment of a lesson based on the algo-heuristic theory of
instruction", dalam C.M. Reigeluth (ed), Instructional Theories in Action,
Hillsdale: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher, 113-160.
Krippendorff, K. (1991). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi
(terjemahan), Jakarta: Penerbit CV Rajawali
Suharsono, Naswan (2001). Belajar dan Pembelajaran. Pendekatan Proses dari
Teori ke Aplikasi. Buku Teks Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat Dirjen Pendidikan Tinggi.
Suharsono, Naswan (1991). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah:
Penerapan di Bidang Akuntansi. Disertasi tak diterbitkan. Program
Pascasarjana IKIP Malang.
Suharsono, N., Ketut Rindjin, Made Japa. (1994). Respons dan Tindakan
Mahasiswa di Kelas. Studi Eksploratoris di STKIP Singaraja. Laporan
Hasil Penelitian. tidak diterbitkan.
Suharsono, Naswan (1997). Pengaruh Variasi Pola Struktur Interaksi Terhadap
Keefektivan Proses Belajar-mengajar. Aneka Widya. 5(30), Oktober 1997
19-29
Suharsono, Naswan (1998). Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir dan Bernalar Mahasiswa.
Laporan Hasil Penelitian, tidak diterbitkan.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
Suharsono, Naswan (1999). Pemakaian TPM untuk Meningkatkan Kemampuan
Menjalankan Program Aplikasi dalam Perkuliahan Komputerisasi Data
Bisnis. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian
RII.Proyek PGSM Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional di
Jogjakarta: Oktober 1999
Woods, Donald R. (1987). "How might I teach problem- solving?" dalam James E.
Stice (Ed). Developing Critical Thinking and Problem-Solving Abilities,. San
Francisco, Jossey-Bass Inc., 55-72.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
Download