AtsilahdanAditya|WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis AtsilahUlfah, MuhammadAditya FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Glaukomafakomorfikadalahsuatuglaukomasuduttertutupsekunderyangdisebabkanolehlensaintumesens.Glaukoma fakomorfikdisebabkanolehpenutupansudutolehgayamekaniklensaterhadapdiafragmairislensakeanteriordanoleh blokadepupilkarenalensa.Sedangkan,proptosisataupenonjolanbolamataadalahsalahsatutandautamapenyakitpada orbita.Lesi-lesiekspansifdapatbersifatjinakatauganasdandapatberasaldaritulang,otot,saraf,pembuluhdarah,atau jaringanikat.Padalaporankasusinidipaparkanpasienperempuanusia63tahunyangdatangdengankeluhanpenglihatan mata kanan kabur disertai mata merah dengan mata kanan yang menonjol secara perlahan. Pada pemeriksaan fisik oftalmologis okuli dekstra didapatkan visus 1/300, kedudukan bola mata lagoftalmus, injeksi konjungtiva, injeksi siliar, kameraokulianteriordangkal,pupilmid-dilatasidenganreflekscahayanegatif,lensakeruhtidakmeratadenganshadow testpositifdantekananintraokuler35mmHg.Pasiendidiagnosisglaukomafakomorfikokulidekstra(OD)e.ckataraksenilis intumesens OD dengan proptosis OD ec. suspek massa retrobulbar. Pasien diberikan obat antiglaukoma dan tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler OD dengan visus post operasi 6/12. Simpulan, Glaukoma fakomorfik meskipun akut dan berbahaya,tapidapatdikenalidenganmudahdandicegah.Proptosismerupakansuatutandautamapenyakitorbitayang membutuhkanpemeriksaanmendalamuntukmenentukanpenyebabnyadandilakukantatalaksanadengantepat. Katakunci:glaukomafakomorfik,kataraksenilis,lansia,proptosis ElderlyWomanwithPhacomorphicGlaucomaandProptosis Abstract Phacomorphic glaucoma refers to secondary angle closure glaucoma which is caused by lens intumesens. Phacomorphic glaucoma is caused by the closure of angle by the lens mechanical force to lens iris diaphragm anteriorly and by lens blockade the pupil. Meanwhile, proptosis or eyeball’s protrusion is one of the major signs of the disease in orbital. Expansivelesionscanbebenignormalignantandcancomefromthebones,muscles,nerves,bloodvesselsorconnective tissues.Inthiscasereport,afemalepatientaged63yearsoldwhopresentwithblurredvisioninherrighteyewithredright eye and slowly protruding right eye. On ophthalmological examination of right eye, we obtained the visual acuity was 1/300,eyeballposition:lagophtalmus,conjunctivalinjection,ciliaryinjection,shallowanteriorchamber,mid-dilatedpupil and negative light reflex, cloudy lens with positive test shadow and intraocular pressure of 35 mmHg. This patient was diagnosed phacomorphic glaucoma oculi dextra (OD) ec. senile cataract with proptosis OD ec. suspect retrobulbar mass. Patient was given antiglaucoma drugs, and extracapsular cataract extraction OD and the visual acuity postoperative was 6/12.Conclusion,Althoughphacomorphicglaucomaisacuteandthreaten,butitcanbediagnosedeasily.Proptosisisone ofmajorsignoforbitaldisorderswhichneedcompleteexaminationstodeterminetheetiologyandappropriatetherapy. Keywords:elderly,phacomorphicglaucoma,proptosis,senilecataract Korespondensi:AtsilahUlfah,alamatPerumahanWayHalimPermai,Jl.SanurC-1,BandarLampung,HP089603999996,[email protected] Pendahuluan Glaukoma fakomorfik adalah glaukoma suduttertutupsekunderyangdisebabkanoleh lensa intumesens.1,2 Glaukoma fakomorfik disebabkan oleh 2 hal, yaitu penutupan sudut oleh gaya mekanik lensa terhadap diafragma iris lensa ke anterior dan oleh blokade pupil pada lensa. Gejala klinis glaukoma fakomorfik terbatas pada gangguan penglihatan karena katarak.Akantetapipasienlebihseringdatang dalam keadaan akut dengan keluhan yang menonjol berupa nyeri mata dan kepala, muntah dan penurunan tajam penglihatan yangterjadisecaratiba-tiba.3,4 Penanganan glaukoma fakomorfik dilakukan pada 2 tahap, yaitu menurunkan JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|34 5 tekananintraokuler(TIO)danoperasikatarak. Penurunan TIO dapat dicapai dengan mengatasiblokpupil,menekanproduksiakuos, dan membuka sudut yang tertutup. Operasi katarak sedini mungkin menurunkan morbiditas dan memungkinkan kontrol tekananyanglebihbaikpadapasienglaukoma fakomorfik. Glaukoma fakomorfik meskipun dapat akut dalam onset dan berbahaya dalam perjalanannya, tapi dapat dikenal dengan mudah dalam klinik serta dapat ditangani dan dapatdicegah.6 Penonjolan bola mata adalah salah satu tanda utama penyakit pada orbita. Lesi-lesi ekspansif dapat bersifat jinak atau ganas dan dapat berasal dari tulang, otot, saraf, AtsilahdanAditya|WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis pembuluh darah, atau jaringan ikat. Massa dapat bersifat radang, neoplastik, kistik, atau vaskular. Anamnesis dan pemeriksaan fisik memberikan banyak petunjuk mengenai penyebab proptosis. Kelainan bilateral umumnyamengindikasikanpenyakitsistemik.7 Pada laporan kasus ini dipaparkan seorangpasienperempuanusia63tahunyang datang dengan keluhan penglihatan mata kanankaburdisertaimatamerahdenganmata kanan yang menonjol secara perlahan. Publikasi laporan kasus ini telah mendapat persetujuandaripasien. Kasus Seorang wanita, umur 63 tahun, datang dengankeluhanpenglihatanmatakanankabur disertai mata merah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan penglihatan mata kanan kabur sebenarnya sudah dialami pasien sejak2tahunsebelummasukrumahsakitdan semakin lama semakin kabur. Keluhan mata merah dialami pasien bersamaan dengan penglihatanmatakanannyayangsangatkabur. Pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat dan mual. Pasien juga mengatakan seperti melihat pelangidisekitarcahayadanmerasasilausaat melihatcahaya.Pasienjugamengeluhkanmata kanannya menonjol sejak 24 tahun yang lalu. Semakin lama terasa semakin menonjol. Mata kanan terasa mengganjal dan pegal. Pasien tidak ada keluhan mata berair ataupun penglihatan ganda. Riwayat trauma, penggunaan kacamata, operasi mata, hipertensidandiabetesmelitusdisangkal. Daripemeriksaanfisikoftalmologisokuli dekstra didapatkan visus 1/300, kedudukan bola mata lagoftalmus, injeksi konjungtiva, injeksi siliar, kornea keruh, camera oculi anterior(COA)dangkal,pupilbulat,mid-dilatasi Æ 7 mm, anisokor dengan refleks cahaya negatif, lensa keruh tidak merata dengan shadow test positif dan TIO 35 mmHg. Okuli sinistradalambatasnormal. Pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan adanya sedikit peningkatan LED (20 mm/jam), sedangkan penunjang yang dianjurkan untuk dilakukan pada pasien ini adalah slit lamp biomikroskop, funduskopi, gonioskopi,perimetri,eksoftalmometridanCTScanorbita. Gambar1.StatusOftalmologisPasien Pasien didiagnosis glaukoma fakomorfik okuli dekstra (OD) e.c katarak senilis intumesens OD dengan proptosis OD ec. suspek massa retrobulbar. Pasien diberikan terapi medikamentosa berupa timolol 0,5% tetes mata 2x1 tetes, asetazolamid tablet 3x250 mg, KSR tablet 1x600 mg, dan atropin sulfat 1% tetes mata 2x1 tetes. Pada pasien juga dilakukan tindakan operatif yaitu trabekulektomi OD setelah TIO normal dan ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK) fakoemulsifikasi OD dengan lensa tanam OD. VisusODpostoperatifadalah6/12. Prognosis pada pasien ini adalah dubia adbonam(advitam)dandubiaadmalam(ad fungsionamdanadsanationam). Pembahasan Glaukoma fakomorfik adalah glaukoma yang berkembang sekunder terhadap perubahan bentuk lensa. Perubahan bentuk lensa yang terjadi dalam hal ini adalah pertambahankurvaturaanteroposteriorakibat proses katarak intumesens. Dalam proses tersebut terjadi penyerapan cairan ke dalam lensasehinggaukuranlensabertambah.Tajam penglihatan akan menurun drastis sampai 1/300 atau lebih buruk. Akan ditemukan bilik mata depan yang dangkal. Pada katarak yang asimetris, kedalaman bilik mata depan yang sangat berbeda antara kedua mata, sangat membantu dalam diagnostik glaukoma fakomorfik. Nyeri merupakan gejala yang sering dikeluhkan. Tekanan intraokuler sangat meningkatdapatmencapai30-40mmHg.7,8 Pasien dalam kasus datang dengan keluhanpenurunanpenglihatantiba-tiba,nyeri pada mata dan kepala yang disertai mual. Gejala-gejala tersebut menunjukkan adanya serangan glaukoma akut. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan kornea keruh, pupil mid dilatasi, COA dangkal, lensa keruh dengan shadow test positif dan TIO yang tinggi (pengukurantonometrididapatkan35mmHg). JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|35 AtsilahdanAditya|WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis Penebalan lensa pada proses katarak menyebabkan blok pupil relatif yang mengakibatkan iris bombae sehingga terjadi glaukoma sudut tertutup. Hal ini dapat terjadi pada mata yang yang sebelumnya sudah memiliki predisposisi sudut sempit (misalnya mata hiperopia atau memang memiliki COA yang dangkal) dan proses katarak memperberatkeadaantersebut.7,8 Pasieninididugamemillikimatadengan COA dangkal karena pada pemeriksaan terhadapmatakiripasienjugadidapatkanCOA dangkal namun TIO bola mata sebelah kiri dalam batas normal (pengukuran tonometri didapatkan 14 mmHg). Kondisi ini merupakan faktor predisposisi dan proses katarak akan meningkatkanrisikoterjadinyaglaukomasudut tertutup. Terapi yang digunakan pada pasien ini dibagidalam2tahap,yaituuntukmenurunkan TIO dan operasi katarak. Obat-obatan yang digunakanuntukmenurunkanTIOpadapasien iniantaralainbetablokertopikal(timolol0,5% 2x1 tetes), inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid 3x250 mg), kalium (KSR 1x600 mg), dan sikloplegik (atropin sulfat 1% 2x1 tetes). Beta bloker dan inhibitor karbonik anhidrase dapat menurunkan TIO melalui supresi pembentukan aqueous humor. Pemberian sikloplegik berfungsi untuk dilatasi pupil melalui kerja sikloplegik yang melumpuhkan otot siliaris. Dilatasi pupil penting dalam terapi penutupan sudut akibat iris bombae karena sinekia posterior. Pengendalian TIO yang baik preoperatif dan pencegahan serangan akut sangat diperlukan untukmenjaminhasilvisusyangoptimal.4,11 Pemberian obat-obatan pada glaukoma bertujuan untuk menurunkan TIO dan penggunaan kombinasi direkomendasikan karenaresponterapiindividualyangseringkali berbeda-beda terhadap satu jenis obat. Akan tetapi pengendalian tekanan dengan obatobatanseringkalimemakanwaktudanhasilnya kurangbisadiperkirakan.9-14 PemberianKSRatautabletkaliumuntuk mencegah hipokalemi akibat pemberian inhibitor karbonik anhidrase. Pada pasien ini dengan pemberian obat-obatan ini memberikan respon yang baik selama hari pertama.15,16 Pada pasien ini juga dipertimbangkan JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|36 rencana tindakan operatif, yaitu trabekulektomi dan ekstraksi katarak. Penderita glaukoma yang berumur lebih dari 40 tahun umumnya juga menderita katarak. Padatingkatawalglaukoma,tindakanekstraksi katarak primer tanpa iridektomi dapat menurunkan TIO, namun pada stadium lanjut dengan TIO sangat tinggi, kombinasi ekstraksi katarak dan trabekulektomi memberikan hasil yanglebihmemuaskan.17 Terdapat dua pemilihan tindakan bedah padapenderitaglaukomayangdisertaikatarak, yakni bedah dua tahap (bedah filtrasi lalu dilanjutkan dengan bedah katarak atau sebaliknya) dan bedah satu tahap (bedah katarak saja atau bedah kombinasi: trabekulektomi dengan fakoemulsifikasi disertailensatanam/IOL).17,18 Tindakan operasi untuk mengeluarkan lensa katarak merupakan terapi definitif pada glaukoma fakomorfik. Ekstraksi katarak pada glaukoma fakomorfik bertujuan untuk mencapai tajam penglihatan yang baik, menurunkan TIO, mencegah kerusakan saraf optik dan menghindarkan pasien dari keluhan sakit pada mata dan kepala. Akan tetapi operasi katarak pada pasien glaukoma fakomorfik sangat menyulitkan. Tekanan yang tinggi menyebabkan kornea edema sehingga menyulitkan untuk melihat lapangan operasi, bilik mata depan yang dangkal juga menyulitkan manuver dalam lapangan operasi.19 Pasien juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan perimetri setelah glaukoma dan katarak pasien diatasi untuk mengetahui apakah sudah terjadi defek lapang pandang akibatglaukomayangdialamiolehpasien. Selain itu, pasien juga memiliki masalah lain, yaitu mata kanan menonjol secara perlahansejak24tahunyanglalutanpaadanya masalah penglihatan. Pasien juga mengeluh mataterasapegaldanmengganjal.Keluhanini terjadi akibat terdorongnya orbita keluar dari rongga orbita sehingga menekan palpebra. Proptosis pada pasien ini terjadi unilateral sehingga dapat menyingkirkan diagnosa banding eksoftalmus Graves yang umumnya terjadisecarabilateralakibatpenyakitsistemik melalui peningkatan hormon tiroid. Pada pasien terdapat keluhan penglihatan kabur/penurunan visus, nyeri kepala hebat disertai mual, tidak ada keluhan mata berair AtsilahdanAditya|WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis dan tidak ada riwayat trauma sehingga dapat disingkirkan diagnosa banding konjungtivitis. Pasien juga dianjurkan menjalani pemeriksaan eksoftalmometri dan CT-Scan orbita untuk mencari penyebab terjadinya proptosis OD. Pemeriksaan eksoftalmometri dengan menggunakan eksofaltmometer Hertel yang mengukur jarak kornea ke tepian orbita. Sedangkan CT-Scan mampu mengevaluasi orbita dan intrakranial yang dapat menunjukkan penyebab proptosis (misal, adanyamassaretrobulbar).9 Pasien belum diberikan tatalaksana untukkeluhanmatamenonjolinikarenaharus menunggu hasil dari pemeriksaan penunjang. Tatalaksanasaatinidifokuskanpadaglaukoma fakomorfik yang dialami pasien karena tingkat kebutaanyangdapatterjadisebagaikomplikasi dariglaukomaakutyangtidakditanganisangat tinggi. Hasil pemeriksaan CT-Scan diharapkan mampu menunjukkan kelainan orbita atau intrakranial yang diderita pasien sehingga dapatditentukantatalaksanaselanjutnya. Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita sehingga dapat merusak struktur dalam orbita, seperti otot mata, nervus dan sistem lakrimalis.20 Tumor orbita meningkatkan volume intraokular. Ketajaman visual atau lapangan pandang, diplopia, atau kelainan pupil dapat terjadi sebagai hasil dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Disfungsi palpebra yang tidak dapatmenutupataulagoftalmosdandisfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati paparan, keratitis, dan penipisan kornea.21 Proptosis dapat disebabkan berbagai macam proses dalam rongga orbita dan mengganggu kosmetik.22 Etiologi proptosis dapat mencakup inflamasi, pembuluh darah, infeksi, kistik, neoplasma, serta faktor traumatik.23,24 Pemeriksaan fisik dilakukan menggunakan eksoftalmometer Hertel25, sedangkan pemeriksaan penunjang CT scan dapatmenghasilkanaksialrincidanpandangan koronal jaringan lunak dan struktur tulang. Gambar dengan ketebalan 1-3 mm memungkinkan untuk evaluasi rinci massa orbital. Gambar kontras yang ditingkatkan dapat diperoleh dan dapat membantu mengidentifikasi proses inflamasi, tumor pembuluh darah, dan pembuluh yang membesar. Lesi kalsifikasi yang dilihat tanpa penambahankontras.26 22 Tabel1.GejalapadaTumorOrbita Gejala Frekuensi(%) Proptosis 92 Gangguanlapangpandang, 74 penurunanvisus Diplopia,strabismus 66 Nyeri 34 Lakrimasi 23 Edemakonjunctiva 22 Inflamasi 13 Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena kecurigaan massa yang menimbulkan proptosis okuli dekstra. Penentuan secara pasti (jinak atau ganas) hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan histopatologis dari eksisi tumor melaluiprosedurpembedahan.21 Glaukomafakomorfikmemilikihasilyang baikuntuktajampenglihatansetelahekstraksi katarak, yaitu pasien yang mencapai visus 20/20-20/50sekitar50%27,28,namunpasienini memilikipenyakitpenyertalainnya(kecurigaan tumor intraorbita). Prognosis ad fungsionam dan ad sanationam adalah dubia ad malam karena tidak didapatkan refleks cahaya pada okuli dekstra secara langsung maupun tidak langsung yang menunjukkan telah terjadi lesi pada nervus okulomotorius yang mengatur konstriksidandilatasipupil.29 Simpulan Glaukoma fakomorfik meskipun dapat akut dalam onset, berbahaya dalam perjalanannya, tapi dapat dikenal dengan mudahdalamklinik,dapatditanganidandapat dicegah. Tatalaksana dengan menurukan TIO dan tindakan operatif. Proptosis atau penonjolan bola mata adalah salah satu tanda utama penyakit pada orbita yang membutuhkan pemeriksaan secara mendalam untuk menentukan penyebabnya, terlebih bila proptosis terjadi unilateral, sehingga dapat dilakukantatalaksanadengantepat. DaftarPustaka 1. Sowka J. Phacomorphic glaucoma: case and review. Optometry. 2006;77(12):5869. 2. Gressel MG. Lens induced glaucoma. JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|37 AtsilahdanAditya|WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Dalam: Tasman W, Jaeger E, editors. Duane’sclinicalophthalmology.Edisike-6. Philadelphia: Lippicot Williams & Wilkins; 2006. MorrisonJC,PollackIP.Glaucoma:science andpractice.NewYork:Thieme;2011. Gamero GE. Glaucoma associated with lens. Dalam: Zimmerman TJ, Kooner KS, editors. Clinical pathway in glaucoma. NewYork:Thieme;2011. Qamar AR. Phacomorphic glaucoma: an easy approach. Pak J Ophthalmol. 2007;23(2):77-9. Bhartiya S, Kumar HM, Jain M. Phacomorphic glaucoma evolving management strategies. J Curr Glaucom Pract.2009;3(2):39-46. Kaplowitz KB, Kapoor KG. An evidencebased approach to phacomorphic glaucoma. J Clin Exp Ophthalmol. 2012; S1:006. Papaconstantinou D, Georgalas I, Kourtis N, Krassas A, Diagnourtas A, Koutsandrea C, et al. Lens-induced glaucoma in the elderly.ClinIntervAging.2009;4:331-6. Ilyas S. Ilmu penyakit mata.Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2009. Noecker RJ, Kahook MY. Acute angle closure glaucoma [internet]. New York: WebMD LLC.; 2013 [diakses tanggal 18 Maret 2015]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/1 206956-overview. Singh K, Shrivastava A. Medical management of glaucoma: principles and practice.Indian J Ophthalmol. 2011;59(1):88-92. Singh K, Lee BL, Wilson MR. A panel assessment of glaucoma management: modification of existing RAND-like methodology for consensus in ophthalmology. Part II: results and interpretation.Am J Ophthalmol. 2008;145:575-81. FeldmanRM,TannaAP,GrossRL,Chuang AZ,BakerL,ReynoldsA,etal.Comparison of the ocular hypotensive efficacy of adjunctive brimonidine 0.15% or brinzolamide 1% in combination with travoprost 0.004%. Ophthalmology.2007;114:1248-54. Bagga H, Liu JH, Weinreb RN. Intraocular JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|38 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. pressure measurements throughout the 24 h. Curr Opin Ophthalmol. 2009;20(2):79-83. Matthews E, Portaro S, Ke Q, Sud R, Haworth A, Davis MB, et al. Acetazolamide efficacy in hypokalemic periodic paralysis and the predictive role of genotype.Neurology. 2011;77(22):1960-4. Levitt JO. Practical aspects in the management of hypokalemic periodic paralysis.JTranslMed.2008;6:18. Artini W. Hasil tata laksana glaukoma primer sudut tertutup pada ras melayu Indonesia. J Indon Med Assoc. 2011;61(7):280-4. LawSK,RiddleJ.Managementofcataract inpatientswithglaucoma.IntOphthalmol Clin.2011;51(3):1-18. Gill H, Juzych MS, Goyal A. Glaucoma phacomorphic [internet]. New York: WebMD LLC.; 2014 [diakses tanggal 18 Maret 2015]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article. Sindou M. Practical handbook of neurosurgery: from leading neurosurgeons volume 1. New York: SpringerWien;2009. Mercandetti M, Cohen A. Orbital tumors [internet].NewYork:WebMEDLLC.;2013 [diaksestanggal18Maret2015].Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/1 218892-overview. Hassler W, Schick U. Orbitachirurgie aus neurochirurgischerSicht.Dalam:Moskopp D, Wassmann H, editors. NeurochirurgieFachwissen in einem band. New York: Springer;2004. Ahmadi H, Shams PN, Davies NP, Joshi N, Kelly MH. Age-related changes in the normal sagittal relationship between globe and orbit.J Plast Reconstr Aesthet Surg.2007;60(3):246-50. MaheshwariR,WeisE.Thyroidassociated orbitopathy.Indian J Ophthalmol. 2012;60(2):87-93. Kanski JJ, Bowling B. Cinical ophthalmology:asystemicapproach.Edisi ke-7.NewYork:ElsevierSaunders;2011. Ramakrishanan R, Maheswari D, Kader MA,SinghR,PawarN,BharathiMJ.Visual prognosis, intraocular pressure control AtsilahdanAditya‫׀‬WanitaLansiadenganGlaukomaFakomorfikdanProptosis and complications in phacomorphic glaucomafollowingmanualsmallincision cataract surgery. Indian J Ophthalmol. 2010;58(4):303-6. 27. Lee SJ, Lee CK, Kim WS. Long-term therapetutic efficacy of phacoemulsificationwithintraocularlens implantation in patients with phacomorphic glaucoma. J Cataract RefractSurg.2010;36(5):783-9. 28. RaoAA,NaheedyJH,ChenJY,RobbinsSL, Ramkumar HL. A clinical update and radiologicreviewofpediatricorbitaland ocular tumors. J Oncol. 2013;2013:975908. 29. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand GM. Fundamentals and principles of ophthalmology. Washington DC: The Foundation of the American Academy of Ophthalmology; 2010. JAgromedUnila|Volume2|Nomor2|Agustus2015|39