TELAAH YURIDIS PEMBUATAN WEB BLOG

advertisement
TELAAH YURIDIS PEMBUATAN WEB BLOG (BLOG) NOTARIS DI INTERNET
BERDASARKAN PASAL 4 ANGKA 3 KODE ETIK NOTARIS JO
PASAL 18 HURUF d KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN
DAN HAM NOMOR: M-01.HT.03.01 TAHUN 2003
TENTANG KENOTARISAN
A. Latar Belakang Masalah
Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling
ketergantungan antara orang - orang di dunia global. Sebuah dunia dimana
peluang terbuka bagi jutaan orang melalui teknologi - teknologi baru,
perluasan
akses
informasi
dan
pengetahuan
esensial
yang
dapat
mengembangkan kehidupan masyarakat secara signifikan.
Fenomena globalisasi ini mampu membawa dampak positif yang sangat
besar bagi perubahan masyarakat, diantaranya adalah perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akibat teknologi informasi.
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan teknologi informasi
adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memproses, mengumumkan, menganalisa, dan / atau menyebarkan
informasi.5 Berkaitan dengan hal tersebut, dalam era globalisasi ini informasi
dapat dikatakan sebagai suatu komoditi yang sangat berharga karena
informasi dapat menjadi komponen yang digunakan untuk mengambil
keputusan, disamping itu interaksi antar manusia sudah berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
Daya penggerak globalisasi adalah teknologi informasi dan komunikasi.
Tanpa disadari keberadaannya telah memberikan peranan yang penting dan
5
Seminar Cyber Notary dalam Perspektif Hukum dan Teknologi di Jakarta, 1 Desember 2010.
2
strategis serta memberikan pengaruh yang besar dalam semua aspek
kehidupan modern termasuk di dalamnya adalah bidang profesi hukum, serta
mempengaruhi kinerja semua sektor jasa untuk mengungkap data dan fakta
secara lengkap, cepat, dan mutakhir menjadi sebuah informasi yang bisa
dimanfaatkan. Hal ini memberikan dampak pada hampir semua aktivitas saat
ini yang telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi dan
komunikasi dalam rangka dokumentasi dan penyebarluasan informasi hukum.
Tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini salah
satunya adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.
Pemanfaatannya telah menjadi bagian terpenting terutama untuk kapasitas
profesi hukum khususnya bagi notaris dalam menjalankan fungsi dan
jabatannya
sebagai
pejabat
publik,
antara
lain
digunakan
untuk
penyebarluasan dokumentasi hukum, informasi hukum, bahkan untuk
memecahkan suatu persoalan hukum yang terkait dengan profesi notaris,
demi tercapainya keadilan dan kepastian hukum. Dalam Undang - Undang
Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1 tentang Perubahan Atas Undang –
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang
Jabatan Notaris.6
Notaris merupakan profesi hukum dan dengan demikian profesi notaris
adalah suatu profesi yang mulia (officium nobile) hal tersebut dikarenakan
profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan.7
6
Indonesia Legal Center Publishing, 2014, Suplemen Jabatan Notaris, Indonesia Legal Center
Publishing, Jakarta, Hlm. 2.
7
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, UII Press, Yogyakarta, Hlm. 25.
3
Profesi mulia (officium nobile) yang melekat pada notaris merupakan
suatu hal yang harus diperhatikan karena notaris merupakan pejabat umum
yang diharapkan untuk memberikan jasa hukum kepada masyarakat. Menurut
Abdul Ghofur Anshori dalam bukunya yang berjudul Lembaga Kenotariatan
Indonesia menjelaskan bahwa pemahaman notaris terhadap aspek profesi,
aspek etis, dan aspek yuridis akan menjadikan notaris sebagai profesional
yang
mampu
mengikuti
perkembangan
hukum
dalam
menjawab
permasalahan hukum aktual yang terjadi dalam masyarakat. Pada aspek
yuridis, notaris perlu memahami semua bidang hukum, baik hukum publik
maupun hukum privat. Pada aspek etis, notaris harus memahami dan
menjalankan nilai - nilai etik yang terkandung dalam Kode Etik Notaris dan
nilai - nilai yang tertuang dalam Undang - Undang Jabatan Notaris (UUJN)
dan peraturan pelaksanaannya. 8
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, notaris sebagai ahli hukum yang
bekerja dalam praktiknya seringkali menghadapi permasalahan yang tidak
sederhana. Mereka tidak saja harus membiasakan diri dengan mengikuti
perkembangan aneka peraturan perundang - undangan dan dinamika hukum
dalam praktek. Akan tetapi, bersamaan dengan itu, para notaris juga perlu
dibantu oleh peralatan yang memadai dengan sistem otomatisasi agar dapat
mengikuti dinamika perkembangan yang begitu cepat. Mereka tidak mungkin
dapat melayani kebutuhan akan layanan hukum yang sangat cepat
berkembang sebagai akibat revolusi teknologi informasi dan komunikasi,
serta memberikan pendapat - pendapat hukum yang cepat dan tepat, tanpa
memanfaatkan jasa teknologi informasi dan komunikasi itu sendiri.
8
Ibid., Hlm. 5-6.
4
Terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat dalam arti pelayanan
yang murah, cepat, tepat, dan akuntabel, merupakan harapan bagi setiap
profesi notaris itu sendiri. Namun demikian pelayanan publik yang prima ke
depan bukan sekedar mengikuti trend global, melainkan merupakan suatu
langkah strategis di dalam upaya meningkatkan akses dan mutu layanan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlu melakukan penyempurnaan sistem
pelayanan publik yang menyangkut perbaikan metoda dan prosedur
pelayanan publik. Sehingga dengan penerapan dan pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi ini dapat membantu memfasilitasi terhadap
harapan tersebut.
Salah satu manfaat dalam penerapan teknologi informasi dan
komunikasi adalah dengan ditemukannya teknologi internet. Seiring dengan
perkembangan
internet
yang
begitu
pesat
dengan
segala
fasilitas
penunjangnya dalam peradaban manusia modern saat ini telah membawa kita
memasuki era baru yang disebut sebagai era digital (digital age). Dimana
manusia semakin banyak menggunakan alat teknologi digital, termasuk dalam
berinteraksi antara sesamanya. Disini manusia dihadapkan pada suatu dunia
maya (virtual) yang semakin tidak terbatas secara ruang dan waktu
(boarderless). Meskipun bersifat virtual, kegiatannya dapat dikategorikan
sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata, sedangkan subyek
pelakunya dikualifikasikan sebagai orang yang telah melakukan perbuatan
hukum secara nyata. Seperti penerapan sistem administrasi badan hukum
sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Kehakiman dan
HAM RI Nomor: M-01.HT.01.01 Tahun 2000 tentang Pemberlakuan Sistem
Administrasi Badan Hukum di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
5
yang berbunyi: “penerapan Sistem Administrasi Badan Hukum adalah
penerapan prosedur permohonan pengesahan Perseroan Terbatas dengan
menggunakan komputer atau dengan fasilitas home page / web site.”9 Sebagai
contoh dalam praktik hukum sehari - hari notaris diantaranya, mendaftarkan
permohonan pengesahan atau pendirian badan usaha melalui layanan internet,
sebagaimana dalam Pasal 9 ayat (1) Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi:
“untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), pendiri
bersama – sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi
informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada
Menteri dengan mengisi format isian yang memuat ….”.10
Oleh karena itu, semakin lama semakin kuat desakan terhadap hukum
untuk menghadapi kenyataan perkembangan masyarakat seperti itu. Hal ini
memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan hukum di Indonesia.
Hukum di Indonesia dituntut untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan
sosial yang terjadi. Dengan keadaan seperti ini, seakan - akan mendapati
suatu peluang dunia baru dalam perkembangan profesi notaris yaitu cyber
notary. Dalam konsep cyber notary ini merupakan suatu perangkat untuk
membantu notaris melakukan pekerjaannya dan mengorganisir komunikasi
antara notaris dengan pihak - pihak yang melakukan transaksi yaitu digital
notary services.11 Tiga layanan utama yang bisa dilakukan notaris pada era
cyber notary ini adalah layanan sertifikasi, layanan penyimpanan dokumen
(repository), dan layanan berbagi (share).
9
Seminar Cyber Notary dalam Perspektif Hukum dan Teknologi di Jakarta, Op., cit.
Ibid.,
11
Ibid.,
10
6
Dalam perkembangannya era cyber notry ini, internet banyak
dimanfaatkan oleh notaris untuk membuat web blog (blog) pribadi. Tujuan
pembuatan web blog (blog) ini di kalangan para profesional salah satunya
untuk mempermudah masyarakat baik yang aktual maupun yang potensial
(calon klien) agar dapat berkomunikasi langsung dengan para profesional
dibidangnya tersebut. Namun dengan kemudahan yang ditawarkannya, hal ini
tentu saja dapat menimbulkan bermacam persepsi tentang tujuan dan isi
pembuatan web blog (blog) itu sendiri, yang ditengarai sebagai awal
munculnya pelanggaran larangan notaris.
Adapun salah satu bentuk larangan sebagaimana diatur dalam Pasal 4
angka 3 Kode Etik Notaris yang menyatakan bahwa:
“Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan
jabatan Notaris dilarang melakukan publikasi atau promosi diri,
baik sendiri maupun secara bersama - sama, dengan
mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana
media cetak dan / atau elektronik, dalam bentuk: iklan, ucapan
selamat, ucapan belasungkawa, ucapan terimakasih, kegiatan
pemasaran, kegiatan sponsor baik dalam bidang sosial,
keagamaan maupun olahraga. Disamping itu juga terdapat
ketentuan di dalam Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M-01.HT.03.01
Tahun 2003 tentang Kenotarisan, yang mengatur tentang:
“larangan Notaris yaitu mengadakan promosi yang menyangkut
jabatan Notaris melalui media cetak maupun media
elektronik”.12
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, notaris yang seharusnya dalam
melaksanakan jabatannya dengan penuh tanggung jawab dengan menghayati
keluhuran martabatnya, jabatannnya menjadi sebuah dilema. Disatu sisi
notaris diminta menjaga idealismenya sebagai pejabat umum yang
profesional yaitu mampu mengaktualisasikan perkembangan hukum sesuai
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, namun disisi lain notaris
12
Ibid.,
7
dihimpit oleh kehidupan materialisme yang merobohkan benteng nurani,
sehingga kadang membawa persaingan tidak sehat antara rekan - rekan
seprofesi. Dengan situasi dan kondisi seperti ini, secara sadar web blog (blog)
pribadi yang dibuat oleh notaris, yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun
oleh semua orang di internet ini dapat menimbulkan terjadinya pelanggaran.
Dampak dari pelanggaran yang dilakukan oleh notaris tersebut dapat
menjatuhkan nama baik dari perkumpulan, sehingga dapat mengakibatkan
munculnya anggapan bahwa profesi jabatan mulia dari seorang notaris tidak
lebih dari sebuah agen biro jasa.
Notaris dalam menjalankan profesinya dibatasi oleh Kode Etik Notaris
dan UUJN, untuk memaksakan berlakunya peraturan tersebut dibentuk suatu
lembaga yaitu, Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Notaris
yang bertugas mengawasi tindakan - tindakan yang dilakukan oleh notaris
dalam melaksanakan tugas dan kewajiban profesinya sebagai notaris.13
Pengawasan terhadap notaris tidak hanya ditujukan kepada pentaatan
terhadap peraturan perundang - undangan tetapi meliputi juga pentaatan
terhadap Kode Etik Notaris, sehingga terlaksananya kode etik dan peraturan
jabatan notaris ini dapat terkontrol di lapangan di internal perkumpulan.
Namun dalam era cyber notary ini ternyata kontradiksi dengan
kenyataan yang ada, selama ini pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh
Dewan Kehormatan Notaris belum mampu bertindak secara tegas dalam
menangani pelanggaran mengenai larangan notaris tersebut. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu Dewan Kehormatan
Notaris itu sendiri beranggapan bahwa peraturan perundang – undangan dan
13
Pengurusan Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2009, Jati Diri Notaris Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka, Jakarta, Hlm. 194.
8
Kode Etik Notaris tidak mengatur secara tegas dan jelas mengenai larangan
notaris.14
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis beranggapan sangat
perlu dilakukannya pengkajian yang lebih mendalam dengan dilakukannya
penelitian yang berjudul “Telaah Yuridis Pembuatan Web blog (blog) Notaris
di Internet Berdasarkan Pasal 4 angka 3 Kode Etik Notaris Jo Pasal 18 huruf
d Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Nomor: M-01.HT.03.01 Tahun
2003 tentang Kenotarisan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Seperti apakah muatan web blog (log) yang telah dibuat oleh para notaris
di internet yang dilarang oleh Kode Etik Notaris?
2.
Bagaimanakah penegakan Kode Etik Notaris oleh Dewan Kehormatan
Daerah Notaris terhadap pelanggaran notaris terkait dengan web blog
(blog) notaris?
C. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran perpustakaan yang ada di lingkungan
Universitas Gadjah Mada, khususnya yang ada di Fakultas Hukum, sampai
saat ini baru penulis temukan dua penelitian yang menyangkut tema yang
serupa yaitu tentang pengiklanan diri notaris yang melanggar Kode Etik
Notaris dan Undang - Undang Jabatan Notaris. Adapun penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan:
14
Dessyiria, 2011, Pemahaman notaris mengenai “publikasi atau promosi diri” dalam pasal 4
ayat (3) Kode Etik Notaris sebagai akibat perkembangan teknologi informasi, Hlm. 86.
9
1. Larangan Promosi Notaris Di Media Elektronik (Internet) Dalam
Kaitannya dengan Kode Etik Kenotariatan dan Undang - Undang Jabatan
Notaris.15
Permasalahan yang diteliti adalah tentang:16
a.
Apa saja bentuk - bentuk larangan promosi notaris di media
elektronik (internet) yang termasuk pelanggaran terhadap Kode Etik
Notaris dan Undang - Undang Jabatan Notaris?
b.
Bagaimanakah sanksi terhadap larangan promosi notaris di media
elektronik (internet) yang termasuk pelanggaran Kode Etik Notaris
dan Undang - Undang Jabatan Notaris?
Dengan kesimpulan adalah sebagai berikut:17
a.
Bentuk - bentuk larangan promosi notaris di media elektronik
(internet) yang termasuk pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris
dan Undang - Undang Jabatan Notaris adalah sebagai berikut:
mencantumkan nama dan jabatan di media internet, baik melalui
alamat situs atau website nya maupun dalam suatu blog di media
internet, sehingga dapat diketahui oleh seluruh warga dunia.
Memberikan informasi di media elektronik (internet) di dalam blog
seorang notaris atau dalam website nya yang bersifat mengarah pada
kantor seorang notaris, seperti mencantumkan nama, alamat, serta
nomor telepone kantor Notaris. Selanjutrnya adalah mempergunakan
bahasa - bahasa iklan dengan mencantumkan nama dan jabatan
notaris dengan tujuan untuk “mendorong” atau “membujuk” agar
orang lain memilih notaris yang bersangkutan.
15
Mursyid Hidayat, 2009, Larangan Promosi Notaris Di Media Elektronik (Internet) dalam
Kaitannya dengan Kode Etik Kenotariatan dan Undang - Undang Jabatan Notaris.
16
Ibid., Hlm. 11
17
Ibid., Hlm. 80
10
b.
Sanksi terhadap larangan promosi notaris di media elektronik
(internet) yang termasuk pelanggaran Kode Etik Notaris dan Undang
Undang Jabatan Notaris sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (1)
adalah sebagai berikut:
1) Teguran;
2) Peringatan;
3) Schorsing
(pemecatan
sementara)
dari
keanggotaan
perkumpulan;
4) Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan;
5) Pemberhentian dengan tidak hormat dari anggota perkumpulan.
Namun, sejauh ini belum ada penerapan sanksi terhadap pelanggaran
larangan promosi notaris di media elektronik (internet) sebagaimana
diatur dalam pasal 6 ayat (1) Kode Etik Notaris.
2. Tinjauan Yuridis Pengiklanan Diri Notaris Di Kota Yogyakarta.18
Permasalahan yang diteliti adalah tentang:19
a. Apakah pengiklanan Notaris di kota Yogyakarta sesuai dengan
Undang - Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris?
b. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dan Dewan Kehormatan
Daerah terhadap pengiklanan diri oleh notaris di kota Yogyakarta?
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:20
a. Pasal 4 ayat (3) Kode Etik Notaris dan pasal 18 huruf d Keputusan
Menteri Kehakiman dan HAM M-01.HT.03.01 Tahun 2003 tentang
Kenotarisan melarang notaris melakukan pengiklanan diri. Unsur
larangan pengiklanan notaris berdasarkan ketentuan pasal 4 ayat (3)
18
Wella Darossi Sinulingga, 2011, Tinjauan Yuridis Pengiklanan Diri Notaris Di Kota
Yogyakarta.
19
Ibid., Hlm. 8.
20
Ibid., Hlm. 92.
11
Kode Etik Notaris dan pasal 18 huruf d keputusan Menteri Kehakiman
dan HAM Nomor M-01.HT.03.01 Tahun 2003 tentang Kenotarisan
yaitu dilakukan sendiri maupun secara bersama - sama dengan
mencantumkan nama dan jabatannya dan dengan menggunakan sarana
mediacetak dan / atau elektronik.
Papan nama dan papan penunjuk jalan bukan merupakan
pengiklanan diri melainkan merupakan kewajiban notaris dan orang
lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris berdasarkan
pasal 3 ayat (9) Kode Etik Notaris, selain diluar ketentuan tersebut
merupakan pelanggaran terhadap kewajiban notaris. Dari 63 jumlah
notaris di kota Yogyakarta terdapat 3 orang notaris di kota Yogyakarta
yang melakukan pengiklanan diri yaitu pengiklanan diri di media
cetak, pemberian konsultasi di media radio atas nama pribadi yang
merupakan kurang pemahaman notaris akan Kode Etik dan seorang
notaris membuat website notaris dalam melakukan tugasnya dan
melaksanakan jabatannya harus dengan penuh tanggung jawab dengan
menghayati keseluruhan martabat jabatannya serta mengindahkan
ketentuan Undang - Undang dan etika, oleh karena itu notaris dilarang
melakukan pengiklanan.
b. Majelis
Pengawas
Daerah
dan
Dewan
Kehormatan
Daerah
mempunyai peran sebagai ujung tombak pengawasan terhadap notaris
yang melakukan pengiklanan di kota Yogyakarta. Peran Majelis
Pengawas Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah berbeda, sehingga
tidak terjadi tumpang tindih kewenangan pengawasan terhadap
larangan pengiklanan diri Notaris di kota Yogyakarta. Majelis
Pengawas Daerah berdasarkan pasal 67 dan 68 Undang - Undang
12
Jabatan Notaris, dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
ketentuan Undang - Undang Jabatan Notaris dan unsur - unsur etika
yang terdapat di dalam Undang - Undang Jabatan Notaris khususnya
terhadap larangan pengiklanan oleh notaris. Dalam hal notaris
melakukan pelanggaran larangan pengiklanan, maka notaris tersebut
dapat diberikan sanksi berupa pembinaan, surat teguran, surat
peringatan berdasarkan pasal 18 ayat (4) Keputusan Menteri
Kehakiman dan HAM RI No. M-01.HT.03.01 Tahun 2003 tentang
Kenotarisan. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik sesuai pasal 7
Kode Etik Notaris dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Daerah pada
tingkat I. Dewan Kehormatan Daerah berdasarkan pasal 8 Kode Etik
Notaris merupakan alat perlengkapan perkumpulan, berwenang
memeriksa notaris dan menyelenggarakan sidang pemeriksaan atas
pelanggaran termasuk pengiklanan, dan jika terbukti Dewan
Kehormatan Notaris dapat memberikan sanksi berdasarkan pasal 6
Kode Etik Notaris.
Penelitian dalam penulisan tesis ini terdapat adanya perbedaan dengan
hasil penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya tersebut, yaitu
mempunyai perbedaan pada judul penelitian dari penulis adalah “Telaah
Yuridis Pembuatan Web blog (blog) Notaris di Internet Berdasarkan Pasal 4
Angka 3 Kode Etik Notaris Jo Pasal 18 Huruf d Keputusan Menteri
Kehakiman dan HAM Nomor: M-01.HT.03.01 Tahun 2003 Tentang
Kenotarisan. Penelitian yang penulis lakukan juga mempunyai perbedaan
pada obyek wilayah penelitian yaitu di Sukoharjo. Penelitian ini khusus
membahas tentang pelanggaran terhadap larangan publikasi dan promosi diri
notaris dengan menggunakan sarana media elektronik (internet) pada web
13
blog (blog) pribadi notaris, penelitiannya menekankan pada konten (isi) web
blog (blog) yang dibuat oleh notaris dan aktivitas konsultasi online dalam web
blog (blog) pribadi notaris, serta Peran Dewan Kehormatan Notaris Daerah
dalam menegakkan Kode Etik Notaris terhadap pelanggaran notaris yang
terkait dengan web blog (blog) notaris, dengan kenyataan bahwa pedoman di
dalam Undang - Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris itu sendiri
tidak mengatur secara tegas mengenai larangan publikasi dan promosi diri
oleh notaris.
Berdasarkan perbedaan judul dan obyek penelitian, penulis menjamin
keaslian hasil penelitian. Namun, jika terdapat penelitian dengan tema serupa
penulis
berharap
penelitian
ini
dapat
saling melengkapi
sehingga
memperkaya pengatahuan, khususnya mengenai Telaah Yuridis Pembuatan
web blog (blog) notaris di Internet.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya bagi hukum
kenotariatan yang menyangkut permasalahan pelanggaran Kode Etik
Notaris dan peraturan perundang – undangan jabatan notaris. Terutama
sebagai referensi yang bisa digunakan oleh mahasiswa dalam bidang
hukum kenotariatan.
2. Manfaat Praktis
14
a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pembuat kebijakan dan para
praktisi hukum tentang telaah yuridis pembuatan web blog (blog)
notaris di internet ditinjau dari Kode Etik Notaris dan peraturan
perundaang – undangan jabatan notaris.
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada notaris dalam konsep cyber
notary sebagai upaya untuk meningkatkan kinerjanya sebagai pejabat
umum.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui atau menelaah tipe web blog (blog) yang di buat oleh
notaris di internet, mengenai konten (isi) yang di muat dalam web blog
(blog) notaris dan aktivitas konsultasi online dalam web blog (blog)
tersebut.
2. Untuk mengetahui peran Dewan Kehormatan Notaris Daerah terhadap
pelanggaran notaris yang terkait dengan pembuatan web blog (blog)
notaris sehingga dapat mengetahui batasan – batasan yang dilarang dalam
Kode Etik Notaris dan peraturan perundang – undangan jabatan notaris
dengan adanya pembuatan web blog (blog) notaris.
Download