Riview Jurnal Kelompok Apel Customer Satisfaction and loyalty in a Digital Environment: an empirical Test Jean Donio, Paola Massari, dan Guiseppina Passiante RINGKASAN ◊ Membahas kaitan antara sikap loyal pelanggan (customer loyalty attitude), perilaku loyal pelanggan (customer loyalty behavior) yang diukur dengan perilaku pembelian (purchase behavior) dan profitabilitas (profitability). ◊ Tujuannya untuk mendefinisikan kerangka kerja dalam menganalisis hubungan antara sikap (attitude), perilaku (behavior) dan profitabilitas (profitability) pelanggan. Mengeksplorasi hubungan antara sikap loyal konsumen (keyakinan konsumen yang konsisten terhadap merek yang dibeli), perilaku loyal konsumen (pola pembelian di masa lampau) dan profitabilitas. Kemudian, loyalitas konsumen, penyebab dan hasilnya – dengan demikian hubungan antara kepuasan akonsumen, loyalitas konsumen dan profitabilitas- dianalisa pada level konsumen. ◊ Hasil dari penelitian ini memberikan bukti bahwa Indeks Loyalitas (Loyalty Index) dapat memberi manajer dukungan yang cukup untuk melakukan segmentasi pasar. ◊ Desain/metodologi/pendekatan: mengacu pada penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa konsumen yang loyal merupakan aset kompeteitif dari bisnis suatu organisasi. bervariasi, konsumen perbedaan level memperlihatkan loyalitas perilaku konsumen dan sikap mempengaruhi loyal yang profitabilitas perusahaan. Loyalitas konsumen, penyebabnya dan hasilnya, dan hubungan antara kepuasan konsumen, loyalitas konsumen serta profitabilitas dianalisa pada level konsumen. ◊ Temuan – hasil memperlihatkan dukungan terhadap kelima hipotesis kecuali satu , yaitu H2. ◊ Originalitas / nilai – hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa indeks loyalitas dapat memberikan dukungan yang memadai bagi para manajer untuk segmentasi pasar. Ini berarti, strategi segmen pasar yang sebenarnya, berdasarkan variabel geografi , demografi, dan atau psikografis, harus memperhitungkan pula model pengukuran loyalitas KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS ◊ Loyalitas Konsumen dipandang penting terhadap keberhasilan bisnis organisasi, karena menarik konsumen baru jauh lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada ◊ Konsumen yang loyal adalah aset kompetitif dan cara meningkatkan retensi konsumen adalah melalui hubungan kolaboratif dan terjaga antara pembeli dan penjual ◊ konsumen memberikan profitabilitas yang berbeda-beda levelnya, dan tidak semua konsumen memberikan aliran cost - revenue yang memadai ◊ Para peneliti menyarankan perusahaan aktif mengembangkan hubungan dengan konsumen yang menguntungkan dan berusaha mengakhiri hubungan dengan konsumen yang kurang menguntungkan ◊ Desain Pemasaran berupaya mensegmentasi dan/atau masa depan, dengan perbedaan profitabilitas saat ini mengidentifikasi kelompok konsumen yang menguntungkan, lalu menawarkan produk dan jasa yang dirancang khusus untuk kelompok tertentu. Dengan demikian menangkap nilai financial kelompok tersebut. ◊ Penelitian didasari oleh kerangka kerja Costabile (2001) untuk menganalisa hubungan yang ada antara perilaku membeli oleh konsumen, kepuasannya, kepercayaan dan komitmennya, serta, akhhirnya, loyalitasnya. Studi ini memperluas satu perilaku membeli mengeksplorasi menjadi hubungan yang perilaku membeli muncul anatara yang lebih loyalitas lengkap, konsumen dan dan profitabilitasnya. ◊ Dick dan Basu (1994) melihat Loyalitas Konsumen sebagai “the strength of the relationship between an individual’s relative attitude towards an entity (brand, service, store, or vendor) and repeat patronage”. [Kekuatan hubungan antara sikap relatif individu terhadap suatu entitas (merek, jasa, toko, atau vendor) dan pola yang berulang] Literatur mengidentifikasi tiga konseptualisasi loyalitas konsumen: 1. Loyalitas sebagai sikap yang kadang kala mengarah pada suatu hubungan dengan satu merek 2. Loyalitas terutama mengekspresikan perilaku yang nampak (yaitu pola pembelian di masa lalu) 3. Membeli dimoderasi oleh sikap individual KONSEP I : Loyalitas sebagai sikap yang mengarah pada suatu hubungan dengan satu merek ◊ Keyakinan positif terhadap suatu merek tertentu, yang dinyatakan secara konsisten (seberapa besar orang menyukai suatu merek, merasa berkomitmen/terlekat padanya, akan merekomendasikan kepada orang lain, dan memiliki keyakinan dan perasaan yang positif terhadapnya – relatif terhadap merek tandingannya). ◊ Komitmen untuk membeli ulang suatu produk/jasa ◊ Kekuatan sikap adalah prediktor kunci terhadap pembelian merek dan pola berlangganan ◊ Konsumen yang bersikap loyal lebih kebal terhadap informasi negatif mengenai merek ◊ Loyalitas pada merek meningkat jalur revenue dari konsumen loyal lebih prediktif dan meningkat sejalan dengan waktu ◊ Oliver (1997, p. 392) mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai: “A deeply held commitment to re-buy or re-patronize a preferred product/ service consistently in the future, thereby causing repetitive same-brand or same brand-set purchasing despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behaviour” (komitmen yang dipegang kuat untuk membeli kembali atau berlangganan suatu produk/jasa secara konsisten di masa yang akan datang, dan karenanya menyebabkan pembelian merek atau set merek yang sama berulang kali, meskipun ada pengaruh situasional dan upaya pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku berganti merek). ◊ konsumen membentuk hubungan dengan beberapa merek mereka. ◊ Fournier (1998), yang melihat loyalitas sebagai kerekanan (partnership) berbasis komitmen dan afeksi/perasaan antara konsumen dan merek. Kerekanan akan bertambah kuat ketika didukung oleh anggota keluarga atau kelompok pembeli yang lain, dan ketika konsumsi diasosiasikan dengan keanggotaan atau identitas dari suatu komunitas. ◊ Konsep I dianggap kurang aplikatif untuk memahami perilaku pembelian merek dengan resiko rendah, yang frekuentif. Atau, terhadap pembelian impulsif dan pencari variasi, daripada pengambilan keputusan yang penting dan beresiko KONSEP II : Loyalitas yang diekspresikan sebagai Perilaku Tampak ◊ Definisi loyalitas mengacu pada pola pembelian di masa lampau, dengan menjadikan motivasi dan komitmen konsumen terhadap perusahaan hanya sebagai pertimbangan kedua. ◊ Sangat sedikit konsumen yang “monogami” (100% loyal) atau “promiscuous” (sama sekali tidak loyal pada merek apapun). Kebanyakan orang adalah “poligami” (loyal pada satu portofolio merek dari sebuah kategori produk). ◊ Loyalitas adalah kecenderungan membeli suatu merek, umumnya satu dari beberapa ◊ Ehrenberg and Scriven, (1999) mendefinisikan loyalitas sebagai “an ongoing propensity to buy the brand, usually as one of several” (kecenderungan yang berlangsung terus untuk membeli satu atau beberapa merek tertentu) ◊ Pola pembelian yang teramati menggambarkan loyalitas bekerja dengan alur sebagai berikut: melalui trial-error, suatu merek yang memberikan pengalaman memuaskan dipilih. ◊ Loyalitas terhadap merek (diukur dari pembelian berulang) adalah hasil dari kepuasan yang berulang, yang akhirnya mengarah pada komitmen yang lemah. ◊ Konsumen membeli kembali merek yang sama bukan karena sikap atau komitmen mendalam, namun karena waktu akan terbuang sia-sia jika mencari alternative lain. Jika merek yang biasanya tidak tersedia, maka konsumen akan membeli merek lain yang berfungsi serupa. Ini menjadikan pembelian berulang membentuk komitmen yang lemah terhadap merek. ◊ Kritik terhadap konsep ini: pendekatan itu hanya mencatat kejadian, tidak cukup untuk memastikan adanya loyalitas yang sebenarnya KONSEP III : Pembelian dimoderasi oleh sikap Individual ◊ Pendekatan dinamika yang menghubungkan perilaku dengan sikap ◊ Memberikan indikasi berapa banyak konsumen yang rentan berubah loyalitasnya karena pengaruh lingkungan, dan seberapa lama konsumen akan tetap loyal ◊ Pendekatan perilaku semata tidak menjelaskan sebab perilaku loyal ◊ Hubungan konsumen-perusahaan adalah sebuah siklus hidup yang kontinum, dimana ada overlap antara konstruk kognitif dan perilaku. ◊ Poin penting dalam model dinamis loyalitas konsumen ini ialah kepercayaan konsumen (customer trust) dan komitmen konsumen (customer commitment) ◊ Schurr and Ozanne (1985) kepercayaan didefinisikan sebagai : “the belief that a party’s word or promise is reliable and that a party will fulfil his/her obligation in an exchange relationship” (keyakinan kata atau janji suatu pihak dapat diandalkan dan pihak tersebut akan memenuhi kewajibannya pada saat pertukaran dalam interaksi) ◊ Komitmen ditunjukkan oleh kesediaan satu pihak untuk memelihara hubungan yang sama-sama dihargai. ◊ Morgan and Hunt (1994) menyatakan bahwa hubungan yang memiliki rasa saling percaya sangat dihargai sehingga pihak-pihak (yang terlibat) bersedia dan ingin berkomitmen dalam hubungan tersebut. Dynamic Model of Customer Loyalty: KONSEP PROFITABILITAS KONSUMEN ◊ Profitabilitas konsumen dilihat pada level pelanggan ◊ Merupakan revenue yang didapat dari satu konsumen tertentu pada waktu tertentu ◊ Ada 2 bentuk: (1) catatan historis yang dianalisis serupa dengan analisis profits-loss perusahaan, hanya saja untuk konsumen itu saja. Cara penghitungan keuntungan operasional (operating profit) dari satu konsumen: margin kontribusi (gross contribution margin) yang didapat dari sales revenue dikurangi semua pengeluaran terkait produk untuk semua produk yang dijual ke satu konsumen individual, selama satu waktu tertentu. Jika data ada, dikurangi pula dengan pengeluaran sales, dan administrasi Dihitung dari “customer return on assets”, yaitu profitabilitas konsumen dibagi (contohnya) jumlah accounts receivable dan inventory. (2) output dari analisis nilai bersih saat ini (net present value analysis) yang menghasilkan “lifetime value” konsumen (dilihat dari aliran profit yang diharapkan di masa depan, biaya-biaya bersih dari transaksi konsumen, rate diskon dibandingkan dengan net present value ◊ “customer equity” adalah fungsi volume pembelian konsumen, margin per unit di setiap pembelian, biaya pengembangan dan pemeliharaab yang dapat ditelusuri untuk konsumen ini ◊ Karena setiap konsumen menghasilkan profitabilitas yang berbeda satu sama lain dan sepanjang waktu, perusahaan hendaknya mendukung secara aktif terbentuknya hubungan dengan konsumen yang menguntungkan hubungan dengan konsumen yang tidak menguntungkan dan berupaya memutus ◊ Konsep ini mengindikasikan perlunya: One-on-One Marketing / Micro Marketing / relationship marketing Penerapan system cost control dalam Marketing Penerapan IT untuk mendukung database konsumen Customers surveys yang didalamnya ada kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen ◊ Konsep ini mengasumsikan bahwa memelihara konsumen yang sudah ada lebih menguntungkan daripada menarik konsumen baru, dan kepuasan konsumen adalah penyebab penting retensi konsumen dan hubungan jangka panjang dengan konsumen. (Ada kaitan satisfaction-loyalty-profitability) HIPOTESIS Dasar penyusunan hipotesis melihat pada keterkaitan antara sikap loyalitas konsumen, perilaku membeli dan profitabilitas konsumen Behavioural dimension of customer loyalty ◊ Keterangan: profitabilitas konsumen adalah hasil kinerja dari perilaku membeli konsumen yang mempengaruhi revenue & cost. Di sini selain pembelian ulang, ada potensi cross-selling. Perilaku membeli yang berulang juga berarti terjadi beberapa kali kontak langsung dengan pemasok. Kepuasan konsumen (kondisi mental) dapat mempengaruhi profitabilitas konsumen, terkait pernyataan bahwa biaya mendapatkan pelanggan baru 10 kali lebih mahal daripada biaya memelihara pelanggan yang puas. Kepuasan dapat menjadi penyebab loyalitas konsumen. Konsumen yang punya pengalaman puas dalam membeli suatu produk akan terdorong untuk membelinya lagi Dengan berkembangkan loyalitas konsumen, profitabilitas konsumen pun bertambah, pada beberapa kasus sampai mencapai 25% atau lebih Kepercayaan dan komitmen adalah penentu dalam hubungan perusahaankonsumen. Kepercayaan juga merupakan hasil dari kepuasan konsumen dan penyebab komitmen konsumen dan loyalitas konsumen ◊ Hipotesis : H1 :(+) H2:(+) H3: (+) H4: (+) H5: (+) Customer purchase behavior berkorelasi positif dan signifikan dengan customer profitability. Customer satisfaction berkorelasi positif dan signifikan dengan customer profitability Customer Loyalty Attitude berkorelasi positif dan signifikan dengan customer profitability. Customer satisfaction berkorelasi positif dan signifikan dengan customer loyalty attitude. Customer satisfaction, trust dan commitment signifikan dan berkorelasi positip terhadap customer purchase behavior Istilah: Customer purchase behavior : perilaku membeli konsumen Customer satisfaction : kepuasan konsumen Customer Loyalty Attitude : Sikap Loyalitas Konsumen Customer purchase behavior: perilaku membeli konsumen Customer profitability : profitabilitas konsumen METODE PENELITIAN ◊ Sektor agrifood Perusahaan Italia yang menjual produk makanan melalui direct marketing (telepon, media televisi, surat katalog, internet). Barang dikirim ke rumah ◊ Skala Likert 1 – 5 : sangat tidak setuju – sangat setuju ◊ Data didapat dari sistem akuntansi perusahaan dan survey konsumen via telepon (mudah dimonitor, tingkat respon tinggi, bias kecil dari non-respon, waktu pelaksanaan singkat dan biaya relatif rendah) ◊ Kepuasan Konsumen dilihat dari rata-rata bobot dari 3 item: kepuasan global, kongruensi antara nilai yang diharapkan dan nilai yang dipersepsi, serta persepsi nilai ◊ Loyalitas konsumen adaptasi dari 9 item yang dikembangkan Morgan and Hunt (1994), Moorman et al. (1992, p. 82), Pearson (1996), Schijns and Schroder (1996), Anderson and Narus (1984, p. 66), Selnes (1993), Crosby et al. (1990), Anderson and Weitz (1989) menjadi 10 item ◊ Kepercayaan Konsumen dari satu item yang dikembangkan Hess (1995) and Moorman et al. (1992) ◊ Komitmen konsumen diukur menggunakan skala multi item yang dimodifikasi dari et al.’s (1979) Organizational Questionnaire, dan Skala brand commitment dari Beatty and Kahle’s (1988). Ditambah exclusive purchase intention, word-ofmouth, expectation of continuity, price sensitivity ◊ Data perilaku membeli diambil dari database perusahaan periode December 2002-June 2004 (ada 4,397 konsumen yang melakukan pembelian ulang minimal satu kali dalam 1 tahun) ◊ Konsistensi internal skala penilaian dipastikan menggunakan perhitungan Cronbach’s coefficient alpha dan item analysis (korelasi keseluruhan item dan antar item, Spector, 1992) ◊ Analisa SPSS untuk Factor Analysis, Cluster Analysis, ANOVA, canonical correlation analysis, multiple regression, path analysis, dan t-tests ◊ Variabel: Variables Indicator Sikap Percaya (Sikap Kepercayaan) Kesetiaan Komitmen: Kesediaan untuk berinvestasi dalam hubungan , Niat pembelian eksklusif, Sikap mulut ke mulut, Exclusive purchase intention, Niat pembelian eksklusif, Harga sensitivitas, Loyalitas persepsi Kepuasan Kepuasan Global, Kesesuaian antara nilai yang diharapkan dan dirasakan Loyalitas Penjualan nilai pembelian, N. Perintah, Frekuensi pembelian, Pelanggan Pengembalian Hutang, Interaksi, Cara pembayaran, Cara order, program Kesetiaan keanggotaan, Komposisi pembelian, Profitabilitas pelanggan ANALISIS & DISKUSI ◊ Hasil :Hipotesis diterima kecuali H2 H1 :(+) H2: …. H3: (+) H4: (+) H5: (+) ◊ Customer purchase behavior berkorelasi positif dan signifikan dengan customer profitability. Customer satisfaction berkorelasi positif namun tidak signifikan dengan customer profitability Customer Loyalty Attitude berkorelasi positif dan signifikan dengan customer profitability. Customer satisfaction berkorelasi positif dan signifikan dengan customer loyalty attitude. Customer satisfaction, trust dan commitment signifikan dan berkorelasi positip terhadap customer purchase behavior Terdapat korelasi positif yang kuat antara jumlah pesanan dan nilai pembelian dengan profitabilitas konsumen. ◊ Kepuasan pelanggan mempunyai hubungan positip dengan profitabilitas konsumen namun kurang signifikan ◊ Sikap mental terkait Loyalitas Konsumen juga berkorelasi positif dan signifikan dengan profitabilitas konsumen ◊ Ada hubungan yang positf dan kuat antara kepuasan konsumen dengan sikap loyalitas konsumen ◊ Tingkat kepuasan dan kepercayaan (trust) serta komitmen mempunyai hubungan positip dan signifikan terhadap profitabilitas konsumen Figure 3 Links between customer loyalty attitude enablers and purchase behaviour ◊ Ada hubungan pada rantai customer satisfaction-customer loyalty attitudepurchase behaviour (behavioural loyalty)-customer profitability. ◊ Loyalitas konsumen berhubungan dengan apa yang dilakukan konsumen dalam konteks membeli. Ini relevan dengan segmentasi pemasaran. Sebelumnya segmentasi belum pernah dikaitkan dengan loyalitas konsumen. Penelitian ini memberikan bukti bahwa indeks loyalitas konsumen dapat digunakan untuk segmentasi pasar. Hal ini yang dapat digunakan oleh para manager Pemasaran, karena hal ini berarti strategi segmen pasar berdasarkan variabel geografis, demografisdan/atau psychograpis perlu mempertimbangkan pula pengukuran loyalitas. ◊ Strategi membangun loyalitas konsumen dapat menghemat biaya pada beberapa area (Reichheld, 1996): 1. Mengurangi biaya pemasaran – mendapatkan konsumen baru makan biaya lebih 2. Biaya transaksi lebih rendah terkait proses pemesan 3. Mengurangi pengeluaran customer turnover (lebih sedikit konsumen yang hilang) 4. Meningkatkan keberhasilan cross-selling, mengakibatkan kontribusi konsumen yang lebih besar 5. Muncul “Getok Tular” (word of mouth) yang lebih positif 6. Mengurangi biaya kegagalan (mengurangi barang kembali, hutang, klaim dan keluhan). ◊ Pengukuran loyalitas konsumen menjadi penting. Dapat dilakukan dengan cara: Pengukuran sikap (leading indicator): komitmen konsumen (intensi untuk membeli kembali, memberikan rekomendasi, dll) Pengukuran perilaku (lagging indicator): pembelian kembali, volume atau frekuensi pembelian, pengembalian, hutang, keluhan dan interaksi, retensi dan usia konsumen ◊ Kaplan and Norton (1992) mengungkapkan bahwa leading indicator menggambarkan bagaimana sebuah hasil dicapai, dan memberikan early warning mechanism perlunya tindakan koreksi dari strategi perusahaan. Pengukuran sikap dapat digunakan untuk tujuan pengukuran hasil di masa depan, juga model untuk mengembangkan skenaria “ seandainya...” KESMPULAN ◊ Ada hubungan customer satisfaction – the customer attitudinal loyalty – the customer behavioural loyalty – the customer profitability. ◊ Mengembangkan loyalitas konsumen termasuk memperhatikan leading indicator yang berupa sikap (keinginan untuk membeli kembali, kesediaan memberi rekomendasi, dan tindakan pasar yang lain) dan lagging indicator yang berupa perilaku (pembelian kembali, volume atau frekuensi pembelian, pengembalian, hutang, komplain dan interaksi, retensi dan usia konsumen). ◊ Ada hubungan antara sikap dan perilaku. Berarti pengukuran sikap dapat digunakan untuk mengestimasi profitabilitas konsumen, yang akhirnya dapat digunakan untuk membangun strategi pemasaran, misalnya memelihara keunggulan harga dan atau menyediakan jasa tambahan untuk menambahkan nilai. ◊ Keterbatasan penelitian ini: Data dikumpulkan dari satu perusahaan dan Studi ini fokus pada satu industri, yaitu agri-food. Ada keterbatasan generalisasinya. Masih perlu penelitian lain untuk melihat keterkaitannya di industri/sektor bisnis/perusahaan yang lain. Pengaruh waktu terhadap sikap dan perilaku konsumen tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Peterson dan Wilson (1992) menjelaskan bahwa kepuasan konsumen tidak menetap sepanjang waktu. ◊ Catatan: Item untuk melihat kepuasan konsumen diadaptasi dari Pearson (1996), Oliver (1993), Holbrook (1999), Costabile (2001), Westbrook and Oliver (1991) Word-of-mouth dapat didefinisikan sebagai “oral, person-to-person communication between a receiver and a communicator” (Arndt, 1967, p. 189) –komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan melalui mulut, dari satu orang ke orang lain.