I. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Plastik merupakan istilah untuk polimer yang terdiri dari satu atau beberapa jenis monomer, sehingga masing‒masing polimer memiliki berat molekul berbeda. Beberapa sifat yang menjadi standar dalam menghasilkan produk plastik yaitu kaku, konduktivitas termal rendah, konduktivitas listrik rendah, dan ketahanan terhadap panas. Tokiwa et al. (2009) menyatakan bahwa beberapa polimer yang dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan plastik yaitu polimer akrilat, poliester, polietilena (PE), polipropilena (PP), polistirena (PS), polivinil klorida (PVC), dan polivinil tereptalat. Polimer‒polimer tersebut merupakan bahan inti dalam pembuatan plastik. Namun, sebagian besar bahan tersebut sulit didegradasi dan jika terakumulasi di lingkungan menjadi polusi yang membahayakan kehidupan di bumi. Bahan inti dalam plastik memang dapat terurai menjadi senyawa lebih sederhana, tetapi membutuhkan waktu ratusan tahun. Plastik menjadi masalah yang cukup serius dan perlu perhatian khusus. Jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 5,4 juta ton/tahun atau 14% dari keseluruhan total sampah di Indonesia. Sampah plastik yang tertimbun di wilayah daratan mencapai 26.500 ton/hari, sedangkan jumlah sampah plastik di wilayah pantai mencapai 46 ribu ton. Sampah tersebut mengapung di setiap mil persegi samudera dan kedalamannya sudah mencapai 100 m di Samudera Pasifik (Syafputri, 2014). Penelitian 6 tahun terakhir bahkan menunjukkan bahwa plastik yang mengapung di permukaan laut sudah mencapai 269.000 ton (Katsnelson, 2015). Selain menjadi penyebab polusi di wilayah daratan dan perairan seperti yang ditunjukkan pada data tersebut, plastik berpeluang menjadi penyebab polusi udara karena menghasilkan senyawa dioksin ketika dibakar. Oleh karena itu, mulai dikembangkan plastik dengan campuran bahan aditif berupa senyawa yang mudah didegradasi. Plastik biodegradable merupakan jenis plastik yang lebih mudah diuraikan dibandingkan plastik non‒biodegradable. Hal tersebut dikarenakan plastik jenis ini menggunakan bahan aditif berupa senyawa yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme menjadi senyawa lebih sederhana, sehingga secara perlahan‒lahan dapat mengurangi masalah pencemaran lingkungan. Plastik jenis ini sudah dimanfaatkan oleh sejumlah tempat perbelanjaan sebagai kantong belanja diantaranya Indomaret, Alfamart, Carrefour, Giant, Bata, dan lain sebagainya (Anonim, 2011a). Namun demikian, hal tersebut masih 1 dapat menimbulkan kemungkinan plastik biodegradable menjadi permasalahan baru di lingkungan, karena walaupun waktu degradasi yang dibutuhkan lebih singkat, namun tingkat penggunaan dalam jumlah tinggi akan menyebabkan akumulasi di lingkungan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang lebih efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah penggunaan mikroorganisme yang mampu mendegradasi senyawa maupun polimer di dalam plastik, khususnya plastik biodegradable. Pada awalnya mikroorganisme akan membantu mengubah senyawa yang terkandung dalam plastik dari senyawa kompleks menjadi sederhana, melalui proses yang dikenal dengan istilah biodegradasi. Proses tersebut dapat dilakukan oleh jamur atau bakteri melalui enzim yang dihasilkan. Beberapa peneliti menyatakan bahwa biodegradasi menjadi proses yang paling efektif untuk menguraikan plastik biodegradable sampai saat ini, terutama dengan bakteri. Hal tersebut dikarenakan plastik jenis ini dapat digunakan sebagai substrat pertumbuhan bakteri berdasarkan struktur kimia dan sifat fisik. Pertumbuhan bakteri yang relatif cepat juga diharapkan mampu membuat degradasi plastik biodegradable lebih efektif dan efisien (Ghosh et al., 2013). Sampel plastik biodegradable yang digunakan terdiri dari salah satu jenis polimer PE, yaitu High Density Polyethylene (HDPE), dengan bahan aditif berupa amilum. Pada umumnya, senyawa amilum akan diuraikan terlebih dahulu oleh mikroorganisme dalam degradasi. Hal tersebut dikarenakan senyawa amilum tergolong senyawa sederhana, sehingga dapat dengan mudah didegradasi. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi bakteri yang memiliki kemampuan mendegradasi amilum di dalam plastik biodegradable tersebut. Bakteri tersebut dikenal sebagai bakteri amilolitik. Bakteri terkait diisolasi dari tanah pada berbagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di beberapa wilayah. TPS merupakan tempat penampungan berbagai jenis sampah, sehingga dapat ditemukan bakteri pendegradasi sampah plastik biodegradable di lokasi tersebut. Kemudian isolat yang berhasil diisolasi akan diseleksi berdasarkan daya amilolitik dan kemampuan degradasinya, sehingga pada akhir penelitian akan diperoleh isolat unggul dengan kemampuan mendegradasi plastik biodegradable. Pada akhir penelitian juga dilakukan analisis terhadap sampel plastik yang sudah dan belum diberi perlakuan inokulasi bakteri, menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerusakan struktur plastik dan dapat digunakan sebagai pendukung data degradasi. 2 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. Memperoleh isolat bakteri amilolitik dari sampel tanah di sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS). 2. Memperoleh isolat bakteri amilolitik yang unggul dalam mendegradasi senyawa amilum di dalam plastik biodegradable. 3. Menganalisis terjadinya biodegradasi plastik biodegradable oleh isolat bakteri amilolitik unggul yang diperoleh, melalui analisis Scanning Electron Microscopy (SEM). 4. Mengetahui kaitan antara daya amilolitik isolat terpilih dengan degradasi polimer plastik biodegradable. 3. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memberikan informasi mengenai bakteri yang dapat mendegradasi kandungan amilum di dalam plastik biodegradable dan dalam jangka panjang dapat digunakan untuk mengurangi akumulasi sampah plastik biodegradable di lingkungan. 3