EFEK KOMBINASI EKSTRAK TERPURIFIKASI HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Miers ex Hook. f. & Thoms.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DENGAN RESISTENSI INSULIN Abstrak Kasus Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) umumnya mempunyai latar belakang resistensi insulin 1. Sambiloto dan brotowali telah terbukti memiliki aktivitas menurunkan kadar glukosa darah 2,3,5. Uji farmakologi dilakukan secara in vivo pada tikus jantan Wistar. Kadar glukosa darah tikus dianalisis dengan metode GODPAP. Penurunan kadar glukosa darah preprandial pada kontrol positif, ekstrak brotowali (ETBB), sambiloto (ETHS), dan kombinasi ekstrak (KETHSBB) masing-masing sebesar 41,04%, 65,07%, 67,09%, dan 60,74%. Sedangkan pada postprandial 24,74%, -9,79%, -15,87%, dan 6,55%. Metodologi Penelitian Ekstraksi Simplisia herba samniloto dan batang brotowali diperoleh dari B2P2TO2T, Tawangmangu. Masing-masing 1kg simplisia diekstraksi dengan 9,5L etanol 96% secara bertahap, selanjutnya purifikasi dengan heksan. Ekstrak tak larut heksan digunakan sebagai ekstrak terpurifikasi batang brotowali (ETBB). Ekstraksi simplisia herba sambiloto dilanjutkan dengan etilasetat. Ekstrak larut etilasetat digunakan sebagai ekstrak terpurifikasi herba sambiloto(ETHS). Gambar2. Mekanisme aksi metformin, ETHS, dan ETBB2,3,4,5 : inhibisi : aktivasi B A Deteksi golongan senyawa ekstrak Uji kualitatif ekstrak menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Fase diam silica gel F254, fase gerak ETHS kloroform:methanol (96:4), ETBB kloroform:methanol (9:1). Pereaksi pendeteksi Liebermann Burchard (LB), Anisaldehida-asam Sulfat (AS), dan sitroborat. Uji Farmakologi Uji in vivo dilakukan dengan tikus jantan wistar yang diberi injeksi i.p insulatard® 0,55 iu/kgBB 1xsehari selama 20 hari untuk menginduksi resistensi insulin. Ekstrak terpurifikasi herba sambiloto (ETHS) dan batang brotowali (ETBB) diberikan secara p.o 1xsehari pada hari ke-5 setelah pemejanan insulin, dosis masingmasing 279,15 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB. Kontrol positif digunakan metformin dosis 45 mg/kgBB p.o 1xsehari. Kadar glukosa darah dianalisis setiap 5 hari dengan metode GOD-PAP. Analisi Data Gambar3 Profil kadar glukosa darah tikus hari ke-5,10,15,dan 20. A. Preprandial, B. Postprandial. kontrol negatif Rata-rata Preprandial Postprandial Hasil dan Pembahasan Keterangan : Gambar1. Hasil KLT ekstrak, A. ETHS+pereaksi LB, B. ETHS+pereaksi sitroborat, C. ETBB+pereaksi AS, D. ETBB+pereaksi sitroborat Indah Solihah (12/340193/PFA/01264) ETHS ETBB KETHSBB Tabel. Penurunan kadar glukosa darah pada kontrol positif dan perlakuan ekstrak preprandial dan postprandial Uji statistik menggunakan One Way ANOVA menggunakan SPSS (for windows). Hasil uji KLT ekstrak ditampilkan pada gambar1. Pengamatan lempeng KLT ETHS dibawah lampu UV 366nm setelah di semprot dengan LB terdeteksi adanya senyawa diterpen lakton pada hRf 40. Pada lempeng KLT ETBB setelah disemprot AS terdeteksi senyawa diterpen pada hRf 80. Setelah disemprot sitroborat terlihat adanya senyawa flavon pada hRx 93 dan 83 terhadap kuersetin, masing-masing untuk ETHS dan ETBB. Kontrol positif Kontrol normal Penurunan kadar glukosa darah (%) Metformin 41,04 24,74 ETBB 65,07 -9,79* ETHS 67,09 -15,87* KETHSBB 60,74 6,55* * = Berbeda signifikan terhadap metformin Kesimpulan Kombinasi ekstrak terpurifikasi herba sambiloto dan batang brotowali memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah tikus lebih rendah dibandingkan ekstrak tunggalnya pada kondisi preprandial, namun efeknya lebih tinggi pada kondisi postprandial Referensi 1.Groop, L.C., In Endocrinology and Metabolism, Mc Graw-Hill, England. 2001: pp 607-14. 2.Noor, H., Ashcroft, S.J.J Etnopharmacol.,1998. 62(1):7-13 3.Rammohan, S., Disertasi, 2010. 7-12, 19-29, 4.Reddy, S.S., Ramatholisamma, P., Karuna, R., Saralakumari, D.,J Food and Chem Toxicology; 2009, 2224-2229. 5.Yu, BC., Chang, C.K., Su, C.F., Cheng, J.T., Naunyn-Schmiedeberg's Arch Pharmacol 2008, 377:529-540. Magister Farmasi Sains dan Teknologi, UGM