PENELITIAN KAJIAN IKONOLOGI PADA DESAIN GITAR ELEKTRIK Disusun Oleh : Nama : Ali Ramadhan PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS MERCU BUANA 2010 PENGANTAR Desain dalam kaitannya dengan suatu industri haruslah membawa perubahan yang mengarah kepada perbaikan yang menjadikan ssesuatu menjadi lebih baik. Dalam hal ini sesuatu yang dapat mengubah dunia dengan pengembangannya. Pengembangan yang ada pada saat ini dapat dikatakan suadah sangat jauh berkembang. Akan tetapi masih ada pula suatu produk industri yang memang memegang suatu kendali terhadap suatu komunitas masyarakat bahkan suatu kebudayaan. Hal ini dikarenakan akar dari suatu produk tersebut sangat susah untuk ditarik karena produk tersebut sudah sangat dinikmati oleh para penikmatnya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip industri sebagai alat penghasil perubahan. Dalam sisi positifnya adalah tidak adanya kesenjangan sosial antara yang maju dan tertinggal akan tetapi dalam sisi negatifnya dapat dilihat dari tidak adanya perkembangan yang mengarah kepada perbaikan kehidupan manusia. Fenomena gitar elektrik merupakan suatu hal yang daiangkat dari banyaknya fenomena lain yang berkaitan dengan sisi positif dan negatifnya mempertahankan suatu kebudayaan. Tangerang, Januari 2010 Penulis Pengantar Daftar Isi BAB I. PRA – IKONOGRAFI 1 A. Pendahuluan 1 B. Metode Penelitian 2 C. Pra Ikonografis 2 1 Unsur Titik 2 2 Unsur Garis 3 3 Unsur Bidang 5 4 Unsur Bentuk 6 5 Unsur Warna 7 6 Unsur Tekstur 9 7 Skala,Dimensi Dan Proporsi 10 8 Keseimbangan 12 9 Irama Dan Penekanan 13 10 Pengulangan 15 11 Harmoni / Kesatuan 16 BAB II. KAJIAN IKONOGRAFIS 18 A. Ikonografis 18 1. Dimensi Historis 18 a. Sejarah Gitar 18 b. Sejarah Gitar Akustik 21 c. Sejarah Gitar Listrik ( Elektrik ) 24 d. Masuknya Gitar Di Indonesia 27 2. Dimensi Antropologi Budaya 28 a. 28 Alat Dawai Dalam Budaya b. Penggunaan Alat Dawai di Masyarakat 29 c. Akulturasi, Adaptasi dan Estetika Musik 33 d. Ornamen dan Hiasan alat Dawai 34 3. Dimensi Spiritualitas 34 a. Tarling ( Gitar Suling ) 35 b. Qasidah 36 c. Balaziq / Gambus 36 4. Dimensi Filsafat 37 5. Dimensi Sosial 38 6. Dimensi Ekonomi Dan Psikologis 39 BAB III. KESIMPULAN Daftar Pustaka 42 BAB I PRA – IKONOGRAFI A. Pendahuluan Dalam ruang lingkup musik kebutuhan akan alat musik sendiri sudah dipastikan sangat dibutuhkan walaupun dalam bentuk yang tradisional atau modern. Terlebih jika kebutuhan alat musik tersebut sudah mencakup suatu pagelaran musik yang cukup besar ( konser ) dapat dipastikan penggunaan media listrik sebagai tenaga tambahan untuk dapat menghasilkan nada yang dihasilkan oleh musik itu sendiri. Meskipun alat musik yang digunakan masih bersifat tradisional dapat dipastikan adanya penggunaan tenaga listrik sebagai tambahan. Terlebih jika alat musik tersebut sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikan seperti gitar yang mengalami perubahan dari akustik menjadi elektrik. Perkembangan gitar tersebut tidak dapat dilepaskan ariadanya perkembangan akibat revolusi industri dan keberhasilan dari penemu gitar dalam mengembangkan gitar menjadi suatu alat musik yang mengalami perkembangan secara pesat. Yang awalnya sebagai alat musik yang tidak membutuhkan listrik untuk memainkannya sampai kepada penggunaannya yang harus menggunakan listrik untuk dapat dinikmati oleh manusia sebagai pendengar tidak hanya dapat didengar dengan cara dekat akan tetapi dapat dinikmati dalam kondisi lingkungan outdoor yang memang secara kebutuhan memang membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk menghasilkan suara. Dalam penerapannya sebuah gitar eletrik tidak dapat dilepas dari gitar akustik akan tetapi jika dilihat dari unsur – unsur pembentuk dari gitar elektrik sendiri memiliki perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan gitar akustik sendiri. Mulai dari perbedaannya yang sederhana adalah penggunaan media listrik untuk memainkannya. Selain dari perbedaan dalam memulai penggunaannya ada pula perbedaan yang yang lain. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penggunaan metode kualitatif bertujuan untuk “menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Dengan menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan banyaknya (kuantitas) data.”1 Dengan penggunaan metode tersebut. maka fenomena gitar elektrik akan dibahas secara mendalam dan akan ditekankan kepada persoalan yang terdapat dalam elemen gitar. C. Pra Ikonografis 1. Unsur Titik. Sebuah objek yang dapat disebutkan sebagai unsur titik2 adalah dikarenakan ukurannya yang kecil. Namun dapat dikatakan kecil dapat juga dimengerti jika suatu objek tersebut terlihat jauh. Akan tetapi jika 1 Sugiyono. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2004. Hal 1 2 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 94 diperbesar atau diperdekat maka objek yang menjadi unsur titik tersebut akan dapat menjadi sebuah unsur bentuk bahkan bisa juga menjadi unsur bidang. Gambar 1.1 Penerapan Unsur Titik Pada Gitar Elektrik Pada penerapannya dalam sebuah gitar penggunaan unsur titik digunakan pada pengatur suara pada gitar elektrik dan juga pengatur senar atau dawai dari gitar sendiri. Penerapan unsur titik tersebut lebih mengarah kepada fungsi sebagai pengatur dari pemakaian gitar elektrik. 2. Unsur Garis. Garis adalah perpanjangan dari titik manakala titik bergerak sedikitpun saja dan kearah manapun maka dia tidak lagi menjadi titik melainkan garis3. garis adalah suatu hasil goresan nyata dan batas limit suatu benda, ruang, rangkaian masa dan warna. Bentuk disebut garis karena pertama bujurnya sempit sekali dan kedua lintangnya sangat menonjol. Ada tiga hal yang juga harus diperhatikan pada bentuk berupa garis adalah : 3 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 96 Pertama Raut keseluruhan atau yang dimaksudkan adalah tampilan umum, yakni lurus, lengkung, bertekuk, atau tarikan tangan bebas. Kedua Tubuh karena garis mempunyai lebar, tubuhnya dibatasi oleh dua sisi, raut kedua sisi itu dan pertaliannya menentukan raut tubuh Ketiga Ujung, dapat diabaikan jika garis sangat tipis, tapi jika lebar maka raut ujungnya akan tampak jelas, mungkin persegi, bundar, runcing dan lainnya. Gambar 1.2 Penerapan Unsur Garis Pada Gitar Elektrik Pada penerapan unsur garis pada sebuah gitar elektrik dapat dilihat dari penggunaannya terhadap fret atau garis penyusun nada pada gitar dan juga jika ditambahkan dengan unsur penyempurna dari sebuah gitar maka unsur garis tersebut dapat dilihat dari adanya bentangan garis yang dihasilkan dari senar atau dawai dari sebuah gitar. Dan jika diperluas unsur garis tersebut dapat dilihat dari adanya garis pembentuk dari sebuah gitar yang menggunakan garis lengkung. Oleh karena itu penggunaan unsur garis pada gitar elektrik lebih mengarah kepada penggabungan dua unsur gari yaitu garis lurus dan lengkung sebagai pembentuk. 3. Unsur Bidang. Sebuah unsur dapat dikatakan menjadi unsur bidang 4 jika memiliki dimensi dan juga memiliki permukaan. Dengan demikian bidang dapat disebut juga dengan bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi panjang dan lebar. Jadi dapat dikatakan walaupun benda tersebut memiliki ketebalan yang sangat tipis maka dapat disebut juga dengan bidang.. Gambar 1.3 Penerapan Unsur Bidang Pada Gitar Elektrik Penerapan unsur bidang pada gitar dapat terlihat dari adanya penggunaan dua bidang sebagai pembentuk gitar elektrik. hal ini dapat menjadi acuan karena penerapan unsur bidang tersebut memiliki dua perbedaan fungsi yaitu sebagai badan gitar dan leher gitar. Yang mana badan gitar tersebut berfungsi sebagai tempat atau wadah segala macam komponen yang terkait dengan tenaga listrik yang akan digunakan. Sedangkan penggunaan bidang untuk leher gitar lebih mengarah kepada penggunaannya sebagai wadah gitaris dalam memainkan jari pada gitarnya. 4 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 117 4. Unsur Bentuk. Segala macam benda yang berada di bumi memiliki bentuk5, walaupun dalam berbagai macam ukuran. Hal ini juga berlaku terhadap sebuah karya seni atau desain bahkan terhadap benda yang tidak berdimensipun tetap memiliki bentuk akan tetapi dapat dikatakan menjadi sebuah titik. Bentuk biasanya memiliki panjang dan lebar akan tetapi dari panjang dan lebar tersebut dapat disederhanakan menjadi sebuah garis. Gambar 1.4 Unsur Bentuk Pada Gitar Elektrik Pada penerapan unsur bentuk pada gitar elektrik dapat dilihat secara keseluruhan dan terdiri dari berbagari macam bentuk. Dan jika dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari badan, leher dan kepala gitar maka disetiap bagian tersebut memiliki bentuk yang berbeda. Jika dilihat dari bentuk badan gitar maka dapat disimpulkan bahwa badan gitar tersebut terbentuk dari bentuk yang memiliki lengkungan atau dapa disebut juga dengan bentuk dinamis. Sedangkan untuk leher gitar terdiri 5 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 93 dari bentuk yang lurus atau statis. Dan untuk bagian kepala gitar terdiri dari bentuk dinamis dan statis sebagai unsur pembentuknya. 5. Unsur Warna Ketika suatu karya seni atau desain mendapatkan suatu cahaya dalam bentuk cahaya buatan atau cahaya alami maka karya tersebut akan menghasilkan warna6. Karena jika tanpa cahaya maka tidak ada pula warna. Dikarenakan warna merupakan suatu fenomena gelombang yang diterima oleh indera penglihatan. Warna dapat didefinisikan secara objektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan dan ditangkap oleh indera penglihatan. Gambar 1.5 Warna Pada Gitar Elektrik Warna dapat disebut juga merupakan hasil yang diperoleh dari pantulan cahaya terhadap suatu benda. Dan dalam penerapannya warna dapat digabungkan menjadi keatuan warnya yang lain melalui pencampuran dari dua warna atau lebih. Warna juga dapat menjadi suatu 6 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 13 hal yang memperkuat suatu persepsi manusia terhadap suatu karya seni atau desain. Dan juga dapat mempengaruhi psikologi penerimanya. Oleh karena itu warna tidak dapat dipisahkah dari penciptaan suatu karya seni atau desain. Penggunaan unsur warna pada gitar elektrik lebih mengarah kepada komposisi atau hubungan antar warna yang cenderung analogus7 karena menggunakan warna – warna yang saling bersebelahan. Akan tetapi penggunaan warna tersebut hanya terkait dengan badan gitar sendiri. Gambar 1.6 Contoh Penerapan Warna Analogus. Jika dilihat lebih jauh maka terdapat juga unsur warna yang tidak mengikuti hubungan antar warna yaitu penggunaan warna hitam pada kepala gitar dan warna cokelat pada leher gitar. 7 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 47 6. Unsur Tekstur. Dalam setiap bentuk apa saja yang berada di alam dipastikan memiliki raut atau permukaan dan juga di setiap permukaan juga memiliki nilai atau ciri khas yang disebut juga sebagai tekstur 8. Ciri khas ini dapat dinilai dari nilai raba suatu permukaan seperti kasar, halus, licin, keras atau lunak. Akan tetapi pada penggunaannya tekstur biasanya lebih menitik beratkan nilainya kepada permukaan yang memiliki sifat kasar. Padahal permukaan yang memiliki sifat haluspun dapat dikatakan memiliki tekstur. Dan dari tekstur tersebut raba dan tekstur yang bersifat semu atau visual. Gambar 1.7 Penggunaan Unsur Tekstur Pada Gitar Elektrik. Dikatakan tekstur raba dikarenakan tekstur tersebut menggunakan visual atau yang dapat terlihat juga dapat diraba menggunakan indera peraba dari manusia. Akan tetapi untuk tekstur semu atau visual adalah tekstur yang hanya dapat dilihat saja menggunakan indera penglihatan manusia dan jika di raba tekstur tersebut terasa halus. Tekstur juga dapat 8 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 137 menjadi suatu sarana ekspresi pembuatnya dalam kaitannya dengan penciptaan suatu karya seni atau desain. Pada penerapannya unsur tekstur tersebut dapat dilihat secara jelas oleh mata. Akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut yang menjelaskan sifat tekstur tersebut adalah adanya nilai raba maka dapat dikatakan tekstur yang dihasilkan adalah tekstur semu akan tetapi sebenarnya tetap memiliki tekstur kasar. Hal ini dikarenakan dalam finishing dari gitar tersebut tetap memperlihatkan adanya tekstur dari kayu yang digunakan dalam pembentuk gitar. Akan tetapi dengan adanya teknik finishing yang berbeda maka tekstur tersebut memiliki nilai raba yang halus. 7. Skala,Dimensi Dan Proporsi. Di setiap penciptaan suatu karya seni atau desain sudah dipastikan memiliki bentuk dan juga dari bentuk tersebut memiliki ukuran. Ukuran dalam hal ini bisa meliputi panjang dan lebar. Akan tetapi dapat juga ditambahkan dengan tinggi. Dan hal ini dapat ditemukan dalam penciptaan suatu karya seni tiga dimensi9 seperti gitar. Ukuran pada penciptaan karya seni atau desain ini bukan dimaksudkan kepada besaran ukuran seperti meter atau sentimeter, akan tetapi lebih menitikberatkan kepada tidak adanya kemutlakan pada suatu nilai akan tetapi menitik beratkan kepada sifat yang relatif seperti penempatan dari suatu karya seni atau desain seperti contohnya yaitu kaitannya pada penempatan suatu benda. Jika suatu benda ditempatkan di area yang luas akan menghadirkan perbedaan persepsi terhadap benda 9 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 61 tersebut jika ditempatkan dia area yang sempit. Jadi tidak ada kemutlakan pada ukuran dalam suatu penciptaan karya seni atau desain. Gambar 1.8 Skala, Dimensi Dan Proporsi Pada Gitar Elektrik Penggunaan proporsi10 atau setimbang pada penciptaan suatu karya seni atau desain lebih mengarah kepada cara memperoleh keserasian antar unsur yang digunakan pada karya seni atau desain tersebut. Dan juga proporsi digunakan untuk menghasilkan keserasian antara objek karya seni dengan lingkungan tempat karya tersebut berada. Proporsi lebih menyangkut kepada yang sifatnya ukuran yang bersifat matematis. Dan proporsi haruslah dilatih untuk menajamkan rasa kepada seniman atau desainer agar menghasilkan suatu karya yang ideal. Proporsi dapat dikaitkan dengan yang sudah ada atau yang sudah pernah terlihat. Oleh karena itu para seniman atau desainer haruslah banyak melihat agar memiliki ketajaman rasa pada penciptaan suatu karya seni. Akan tetapi ada kasus – kasus tertentu prinsip proporsi justru dihilangkan untuk menghadirkan suatu keunikan. Hal ini wajar saja tetapi dalam penerapannya karya seni atau desain yang dihasilkan haruslah memiliki keindahan. 10 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 273 Pada penerapannya dimensi gitar elektrik tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya akan tetapi jika melihat dari sisi proporsi, gitar elektrik haruslah disesuaikan dengan pemakai hal ini berlaku agar tidak menyulitkan gitaris pada saat memainkan gitar. Yang mana hal tersebut akan berpengaruh terhadap apa yang dihasilkan oleh gitaris itu sendiri. 8. Keseimbangan. Keseimbangan11 pada prinsip penciptaan suatu karya seni atau desain lebih menekankan kepada penggunaan indera penglihatan. Hal ini disebabkan agar suatu karya seni atau desain dapat enak dilihat dan juga mengarah agar karya tersebut tidak goyah bahkan sampai roboh. Gambar 1.9 Keseimbangan Pada Gitar Elektrik Penggunaan keseimbangan lebih menekankan kearah suatu keadaan ketika di semua bagian karya tidak ada yang saling membebani. Kesimbangan memiliki berbagai jenis seperti simetris, memancar, sederajat dan tersembunyi. Yang memiliki cara penerapannya yang 11 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 259 berbeda. Dan dalam penerapannya pada penciptaan karya seni atau desain maka untuk mencapai suatu keseimbangan haruslah menentukan terlebih dahulu bidang dan bentuk yang akan digunakan pada karya tersebut. Lalu digabungkanya dengan unsur – unsur penciptaan suatu karya. Akan tetapi haruslah tersusun secara rapih dan tidak mencampur adukan unsur – unsur tersebut. Pada penerapan sebuah keseimbangan yang terdapat pada gitar elektrik adalah keseimbangan asimetris dalam pembentukannya pada badan gitar. Karena jika dilihat lebih lanjut maka perbedaan yang nyata ada pada bagian fungsi dari badan gitar tersebut. Sedangkan pada leher dan kepala gitar lebih mengarah kepada keseimbangan yang simetris. Akan tetapi dalam perkembangannya adapula kepala gitar elektrik yang diproduksi memiliki keseimbangan yang bersifat asimetris yang mana tergantung kepada penempatan alat untuk menyesuaikan senar atau dawai terhadap nada yang dihasilkan. 9. Irama Dan Penekanan Dalam penerapannya irama lebih banyak menekankan kepada karya seni yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran melalui nada. Akan tetapi pada prinsipnya irama dapat juga ditangkap oleh indera penglihatan. Seperti dengan adanya irama12 pada seni tari yang dapat dijelaskan lewat gerak yang dihasilkan oleh penari. Dan jika dikaitkan dengan indera penglihatan maka dalam suatu karya seni atau desain yang berhubungan dengan suatu gambar atau imaji maka irama dapat 12 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 182 dihubungkan dengan adanya tinggi rendah suatu bentuk yang dapat menghasilkan suatu gerak semu yang dapat menghasilkan suatu persepsi manusia yang menikmatinya. Prinsip irama akan tampak lebih nyata jika sudah menghadirkan persepsi melalui daya tangkap dari indera peraba. Karena melalui indera peraba maka dapat menghasilkan nilai – nilai yang dapat mengubah pandangan manusia terhadap suatu karya seni atau desain. Hal ini memiliki kadar yang berbeda tergantung kepada dimensi dari karya seni atau desain yang dibuat. Gambar 1.10 Penekanan Bentuk Gitar Elektrik Terhadap Jenis Musik Pada penerapannya, irama dan penekanan pada gitar elektrik lebih mengarah kepada bunyi yang dihasilkan. Akan tetapi dapat juga penekanannya terhadap bentuk yang dihasilkan dari gitar elektrik. Atau dapat disebut juga dengan adanya karakter yang membentuk sebuah image dari gitar elektrik. Hal ini dikarenakan banyaknya produksi gitar elektrik tersebut sudah mengalami banyak perubahan dengan berbagai macam bentuk yang disesuaikan dengan gitaris sebagai pemakai dan juga aliran musik yang menjadi acuan dari musisi sendiri. 10. Pengulangan Pengulangan merupakan salah satu jenis irama yang mengalami kesamaan – kesamaan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus. Suatu pengulangan13 mengalami kesamaan total secara ketat dan dapat dilihat perbedaannya terhadap kedudukannya. Penerapan pengulangan pada gitar elektrik terdapat pada leher gitar yang tersusun menjadi fret yang menjadi acuan jari gitaris dalam memainkan gitar. Gambar 1.11 Pengulangan Pada Gitar Elektrik Dan juga pengulangan yang teratur juga terdapat pada penempatan fret gitar tersebut yang masing – masing memiliki jarak yang telah ditentukan. Agar tidak menyulitkan gitaris pada saat memainkan gitar elektrik tersebut. 13 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 234 11. Harmoni / Kesatuan Kesatuan14 merupakan salah satu prinsip dalam suatu peciptaan karya seni atau desain dan dapat disebut juga dengan keutuhan. Yang dalam pengartiannya suatu karya seni atau desain harus menyatu dan unsur – unsur yang sudah ada harus tersusun dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Gambar 1.12 Harmoni Dalam Gitar Elektrik Tanpa adanya kesatuan maka karya seni atau desain akan kacau sehingga tidak terlihat indah. Dan pada prinsipnya kesatuan ialah saling berhubungannya antar unsur desain yang disusun. Dapat menggunakan pengikatan - pengikatan antar unsur. Dan dalam penerapannya prinsip kesatuan dapat diartikan kepada untuk menghasilkan suatu karya seni atau desain yang indah tanpa menghilangkan salah satu unsur seni atau desain yang memang sudah saling mengikat. 14 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 233 Pada prinsipnya Harmoni15 dalam pembentuk sebuah gitar elektrik dapat dikatakan dibentuk dari dua unsur seni yang saling berkaitan yaitu unsur bentuk yang dibentuk dari seni visual dan unsur suara pada seni musik yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur tersebut tidak boleh dihilangkan dalam pengapikasiannya terhadap gitar elektrik yang disertai oleh kedua seni tersebut. 15 Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 hal 205 BAB II KAJIAN IKONOGRAFIS A. Ikonografis Dalam Penerapannya suatu karya seni atau desain haruslah memiliki maksud dan tujuan yang dapat menghasilkan sesuatu yang berkembang menjadi suatu manfaat bagi si pemakai. Dan dalam pemanfaatannya terdapat hal – hal yang dapat dikatakan terdapat makna yang tersembunyi yang ternyata terdapat pada suatu karya seni desain. Dalam penerapan kajian ikonografis terhadap suatu gitar dapat dilihat adanya makna – makna tersembunyi dari gitar sendiri. Karena dalam penerapannya gitar adalah suatu alat musik dawai dengan pengembangannya tidak hanya sebagai alat musik akan tetapi dapat dikatakan sebagai alat untuk mningkatkan harga diri seseorang. 1. Dimensi Historis a. Sejarah Gitar Dalam pembahasan dimensi historis dari sebuah gitar maka tidak akan lepas dari sejarah alat musik dalam bentuk alat musik berdawai. Hal ini dikarenakan alat musik berdawai sendiri adalah bagian utama yang terdapat pada perkembangan alat musik gitar itu sendiri. Walaupun gitar lebih terkenal sebagai alat musik selama era modern, seperti gitar-instrumen telah eksis di berbagai budaya di seluruh dunia lebih dari lima ribu tahun. Dengan sejarah yang panjang dari perkembangan alat musik berdawai sampai kepada pengenalan alat musik gitar itu sendiri . Sebagai gantinya akan dijelaskan tentang beberapa perkembangan signifikan dalam sejarah yang panjang untuk membantu menggambarkan sejarah gitar. Sejarah gitar dipercaya dimulai di wilayah Timur Dekat. Di antara puing-puing yang di temukan di Babilonia, yang paling relevan adalah gitar yang dibuat pada 1900-1800 SM. Dari masa itu, hingga tahun 1650, gitar mengalami evolusi yang begitu rumit dan beraneka ragam. Begitu banyak jenis dan masing-masing memiliki nama yang berbeda. Beberapa kalangan berpendapat lain, menganggap gitar justru berasal dari negara Spanyol karena alat musik gitar mirip sama alat musik Spanyol yang bernama Vihuela yang beredar pada awal abad ke-16. Alat baru ini (gitar) mempunyai cara pembuatan yang sama dengan alat musik ukulele. Gitar pertama kali yang dibuat sebenarnya berukuran sangat kecil dan juga hanya memiliki empat dawai, seperti ukulele. Pada masa klasik banyak terdapat publikasi yang dilakukan oleh para pembuat lagu dan juga para pemusik. Seperti Fernando Sor, Mauro Guiliani, Matteo Carcassi, Fernando Caulli, dan masih banyak para pencipta yang mengembangakan metode bermain gitar yang akhirnya menjadi permainan yang umum dan dapat diterima. Instrumen yang penting kontribusinya dalam perkembangan gitar adalah instrumen Cittern. Instrumen ini juga berbentuk menyerupai buah pir dengan bagian belakang yang rata, dengan empat atau lima pasang senar dari kawat dan dengan fretting yang permanen apakah itu diatonik seperti Appalachian Dulcimer ataupun chromatic seperti gitar modern. Tuning head sudah dipasang mirip seperti pada gitar atau mandolin. Pengaturan senar atau dawai sama dengan mandolin (in fifths) dengan fingering dan chord yang sama dan dimainkan dengan plectrum atau pick. Four Course Guitar memiliki 4 pasang senar, body berbentuk gitar dan soundboard yang rata, bridge dari lute dan bagian belakang dibuat setengah melengkung tetapi tidak terlalu membentuk bulatan. Instrumen ini berukuran seperti gitar anak-anak. Five Course Guitar muncul sekitar tahun 1490 dan mirip dengan four course guitar dengan tambahan satu pasang senar bass. Instrumen ini dinamakan juga English Guitar. Ada pula Vihuela De Mano berasal dari Spanyol dan merupakan instrumen dengan enam pasang senar. Bentuk dari gitar tersebut cukup besar seperti gitar klasik jaman sekarang dan mempunyai beberapa lubang suara di atasnya. Instrumen ini menggunakan fixed bridge dan kemungkinan merupakan nenek moyang langsung dari gitar 12 senar USA yang masuk ke Amerika Utara melalui Mexico, Texas dan Louisiana. Masih banyak jenis gitar lainnya yang terus berkembang. Gitar seperti yang kita kenal sekarang, yaitu bersenam enam, baru muncul sekitar tahun 1750. Dan selama sekitar 90 tahun berikutnya (hingga tahun 1840), gitar senar enam ini cukup pesat berkembang di Spanyol. Kata "gitar" dibawa ke dalam bahasa Inggris sebagai adaptasi dari Spanyol kata "guitarra," yang, pada gilirannya, yang berasal dari Yunani "kithara." Menilik akar kata selanjutnya kembali ke bahasa sejarah, tampaknya telah kombinasi Indo-Eropa batang "guit-," berarti musik, dan akar "-tar," berarti senar atau string. Root "ter-" sebenarnya umum untuk sejumlah bahasa, dan juga dapat ditemukan dalam kata "sitar," juga gesekan alat musik. Walaupun ejaan dan pengucapan berbeda antara bahasa, unsur-unsur tersebut tombol yang sudah ada di sebagian besar untuk kata "gitar" sepanjang sejarah. b. Sejarah Gitar Akustik. Gitar adalah suatu alat musik tradisional Spanyol sehingga dipercaya bahwa alat musik petik ini berasal dari spanyol. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa sejarah gitar dimulai jauh sebelum Masehi yaitu pada jaman Babilonia. Pada awalnya alat musik ini bentuknya kecil dan memiliki empat dawai yang masing – masing berpasangan. Selama jaman Renaissance, alat musik gitar tidak populer dan tidak diminati masyarakat. Namun setelah Alonso Mudarra mulai memperkenalkan alat musik ini melalui karya-karyanya maka dengan segera orang-orang mulai tertarik untuk mendengarkan dan memainkan gitar. Dan pada saat itu gitar mulai populer dikalangan masyarakat. Pada abad 17 atau periode Baroque, dawai (string) gitar ditambahkan menjadi lima yang masing-masing berpasangan, ini memungkinkan para pemain memainkan musik yang lebih kompleks dan luas. Pada akhir abad 17 dua perubahan penting dibuat pada alat musik ini yaitu : 1.sebelumnya tiap-tiap dawai berpasangan (ganda) maka sekarang digantikan oleh senar tunggal. 2.sebelumnya memiliki lima senar maka sekarang ditambahkan menjadi 6 senar tunggal yang dipakai hingga hari ini. Periode klasik sekitar tahun 1750-1775 banyak melahirkan komposer-komposer gitar terkenal diantaranya Fernando Sor, Mauro Giuliani, Matteo Carcassi, D. Aguado dan Fernando Carulli. Mereka menulis musik dan sering mengadakan konser-konser gitar di berbagai tempat. Gambar 2.1 Perkembangan Gitar Akustik Pada saat itu alat musik gitar sangat populer dan diminati banyak orang. Selain itu ada juga Nicolo Paganini yang selain pemain biola terkenal juga pemain gitar yang karya-karyanya masih sering didengar sampai sekarang. Pada akhir abad 19 instrumen gitar mengalami penurunan dan banyak orang tidak mengenal alat musik ini, tapi kemudian di populerkan kembali oleh Francisco Tarrega yang adalah komposer besar yang mengkhususkan dirinya kepada alat musik gitar klasik. Banyak karyakarya musiknya menjadi sangat terkenal antara lain: Recuerdos de la Alhambra, Estudio Brillante, Capricho Arabe dan masih banyak lagi. Ia juga banyak menulis dan menyusun suatu metode/sistem untuk pengajaran gitar dan metode pengajarannya ini menjadi standar pengajaran pada pelajaran gitar klasik sampai sekarang. Ia juga banyak mengajar dan tidak sedikit dari muridnya yang menjadi komposer besar seperti dirinya diantaranya adalah Miguel Liobet. Di samping komposer-komposer gitar ada juga seorang desainer gitar yang berjasa dalam perkembangan alat musik ini yaitu Luthier Antonio Torres. Ia mencoba menambah ukuran gitar dan mencoba meningkatkan bunyi gitar agar lebih keras dan selaras. Ia banyak menyempurnakan bentuk gitar, dia membuat leher gitar lebih lebar dan lebih tipis dari pada bentuk gitar sebelumnya. Ia juga membuat standar dawai gitar dengan ukuran panjang 65 cm yang sampai sekarang masih di pakai. Dari hasil eksperimennya ini maka gitar yang dibuatnya ini merupakan standar gitar modern16 yang dipakai sampai sekarang. Selain Torres, sebelumnya juga ada seorang yang bernama stradivarius yang selain terkenal membuat biola juga mahir membuat gitar. Pada tahun 1946 dawai/senar gitar yang sebelumnya terbuat dari Gut (tali yang terbuat dari usus binatang) digantikan dengan dawai yang terbuat dari nylon. Dengan memakai string nylon maka suara yang dihasilkan lebih besar dan lebih bagus. Ada ketidakpastian tentang tepat tanggal dibuat gitar. Kemungkinan adalah tanggal 1779, dan dibuat oleh superlee Vinaccia. Namun, keaslian dari enam string gitar diduga telah dibuat sebelum 1790 , karena banyak yang ditemukannya gitar yang bisa dikatakan palsu pada masanya. Awal abad kesembilan belas umumnya diterima sebagai jangka waktu perubahan gitar enam string mengenai bentuk dan dimensi. Jadi hampir dua ratus tahun, luthiers, atau pembuat gitar “n”, telah memproduksi versi modern gitar akustik. 16 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 14 c. Sejarah Gitar Listrik ( Elektrik ) Sejarah gitar listrik bermula pada tahun 1930, ketika seorang yang bernama George Beauchamp mulai mencari cara untuk menambah volume gitar. Diketahui jika suatu kawat di beri gaya medan magnet maka dapat menciptakan arus listrik. Atas dasar pemikiran ini Ia meneliti dan mengadakan suatu percobaan dengan jarum Gramopon (pada dasarnya teknologi ini bisa didapati pada motor-motor listrik, generator, jarum gramopon, radio dan mic). Ia percaya bahwa jika dawai gitar digetarkan dekat medan magnet akan bisa diubah menjadi arus-arus listrik dan kemudian dikonversi kembali menjadi gelombang suara melalui speaker. Setelah percobaan berbulan-bulan dan bekerja sama dengan Paul Barth maka terciptalah pickup pertama yang sederhana terdiri dari 6 kutub dan tiap-tiap kutub untuk masing-masing dawai. Pickup berisi kumparan yang digulung rapi. Menurut ceritanya, Ia mengambil kumparan itu dari mesin cuci dan melilitnya kembali dengan motor mesin jahit. Penemuannya ini sangat dihargai dan mendapatkan hak paten. Dengan penemuannya ini maka langkah selanjutnya Ia mencari orang yang mau bekerja sama dan membantunya dalam soal dana. Ia menghubungi Adolph Rickenbacher yaitu temannya pada saat di National String Instrument Company tempatnya bekerja. Mereka bekerja sama dan membentuk sebuah perusahaan dengan nama Instrumens Rickenbachers. Akhirnya Mereka mulai memproduksi gitar listrik pertama yang disebut “The Frying Pan” (mungkin karena badan gitarnya terbuat dari panci). Ini yang membuat perusahaan mereka tertulis dalam sejarah sebagai pabrik yang pertama membuat dan memproduksi gitar listrik. Selanjutnya seseorang yang bernama Lloyd Loar memperkenalkan gitar listrik yang modelnya berbentuk gitar Spanyol. Ia dianggap yang pertama kali membuat dan memasarkan gitar model ini. Ia telah banyak melakukan percobaan-percobaan ini mulai awal 1920 dan pada tahun 1933 mendirikan perusahaan dengan nama Vivi-Tone yang merupakan anak perusahaan dari Gibson Company. Gambar 2.2 Perkembangan Gitar Elektrik Perusahaan ini memproduksi gitar listrik dengan bentuk gitar spanyol tapi dalam satu tahun perusahaan ini tidak berhasil. Dari kegagalan ini, akhirnya mengilhami Gibson Company untuk mencoba melanjutkan menciptakan gitar listrik. Dari usaha-usaha yang dilakukan maka terciptalah gitar listrik ES-150 yang nantinya menjadi perintis gitargitar listrik selanjutnya. Sejarah gitar listrik berlanjut pada tahun 1933 pada saat Alvino Rey yang juga bekerja pada Gibson Company mengembangkan Pickup gitar listrik yang lebih baik selain kualitas suara bentuknya juga diubah. Di balik Kesuksesan ES-150 masih didapati banyak kekurangan, karena badan gitar yang berongga maka getaran dari badan gitar juga ditangkap pickup sehingga ikut terdengar pada amplifier. Selain itu sering terjadi feedback dan suara-suara yang tak diinginkan. Karena itu seorang gitaris jazz terkenal Les Paul memperkenalkan solusi baru untuk membuat badan gitar padat dan tak berongga. Pada akhirnya Ia sukses membuat gitar badan padat dan menghasilkan suara yang bagus tanpa feedback atau suara-suara yang tidak dikehendaki. Selain itu Ia menambahkan pickup pada badan gitarnya menjadi dua. Pada tahun 1946 Ia membawa gitarnya ini ke Gibson tetapi ditolak dengan alasan konsumen kurang tertarik dengan gitar badan padat. Ia merasa kecewa karena usaha yang ia rintis akhirnya gagal. Tidak lama kemudian seorang yang bernama Leo Fender percaya bahwa gitar yang dibuat oleh Les paul dengan gitar badan padatnya akan banyak diminati oleh para konsumen. Akhirnya pada tahun 1943 ia membuat gitar badan padat yang terbuat dari kayu pohon Ek dan menyewakannya kepada para musisi agar mendapat banyak dukungan. Akhirnya pada tahun 1949 Leo Fender mendapatkan kesuksesannya dengan model gitar badan padatnya dan mendapatkan penghargaan. Melihat kesuksesan Leo Fender dengan gitar badan padatnya maka Gibson Company Akhirnya kembali melihat contoh gitar Les Paul dan mendisainnya ulang. Pada tahun 1952 diputuskan untuk memproduksi gitar badan padat dan menjadi suatu standar industri. Walaupun inspirasinya datang dari Les Paul gitar Gibson yang sekarang kita kenal dinamai menurut nama perusahaannya. Pada tahun 1961 Ted McCarty memperkenalkan ES-335 suatu gitar semi-hollow yaitu gabungan antara gitar berongga dan gitar badan padat. Dengan cepat gitar ini menjadi populer digunakan para gitaris-gitaris jazz diantaranya adalah BB King dan Chuck Berry. Gibson dan Fender adalah perusahaan pembuat gitar yang telah berjasa mengembangkan instrumen ini khususnya gitar listrik dengan disain-disain yang futuristik. Keduanya sudah menjadi standar gitar bagi para musisi, seperti sekarang kita mengenal Gibson SG atau Fender Stratocaster. Setelah kedua perusahaan tersebut telah berhasil mengembangkan gitar listrik, maka mulailah banyak bermunculan perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi gitar listrik sampai sekarang. d. Masuknya Gitar di Indonesia Masuknya gitar di indonesia tidak dapat dilepaskan dari masuknya masa penjajahan di indonesia hal ini berlaku dalam hal banyaknya karya seni yang masuk ke indonesia termasuk gitar. Dibawanya gitar diawali oleh orang-orang Purtugis di sekitar abad ke-17. Pada waktu itu sejumlah tawanan asal Portugis di Malaka dimukimkan oleh Belanda di kawasan berawa-rawa di Jakarta Utara, di sebuah kampung Tugu. Agar mereka tidak bosan, mereka menghibur diri dengan bermain musik. Dan alat musik17 yang mereka gunakan saat itu adalah gitar. Dari hasil pengenalan rakyat terhadap alat musik itu, lahirlah beberapa alat musik petik yang dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu keroncong. 17 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 208 Ada 3 jenis gitar yang dimainkan para tawanan saat itu, yaitu : 1. Gitar Monica, yang terdiri dari 3 dawai 2. Gitar Rorenga, yang terdiri dari 4 dawai 3. Gitar Jitera, yang terdiri dari 5 dawai. Dua abad kemudian gitar dan keroncong menjadi populer di kalangan bangsawan dan kemudian menyebar ke pelosok tanah air. 2. Dimensi Antropologi Budaya a. Alat Dawai Dalam Budaya Pentingnya alat dawai sebagai ekspresi kebudayaan manusia dapat dilihat berdasarkan penemuan artefak-artefak. Sejarah di berbagai tempat di dunia. Pada kejayaan peradaban Mesir di zaman Mesopotamia, alat dawai seperti harpa dan lira yang sedang dimainkan ditemukan dalam bentuk pahatan lukisan kuno di dinding bebatuan. Di kebudayaan18 cina ditemukan gambar seorang dewa yang sedang memainkan alat petik lut pipa. Di kebudayaan India banyak ditemukan teks-teks sejarah kuno yang menceritakan dan menggambarkan bagaimana alat dawai digunakan sebagai sarana meditasi. Di masyarakat Jepang, alat dawai siter wagon juga yamato-goto merupakan alat musik penting yang digunakan sebagai pengiring tarian spiritual “Azuma Asobi” dalam agama Shinto. Pentingnya alat ini digambarkan pada sebuah patung kuno Haniwa yang sedang memainkan prototipe sitar wagon. Demikian pula di Eropa, harpa digambarkan dengan menonjol lewat lukisan-lukisan klasik dan tua. 18 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 210 Bagaimana pentingnya alat musik dawai. Salah satu situs sejarah yang memeperlihatkan gambaran penggunaan alat-alat dawai pada masa lampau dijumpai pada relief yang terdapat di salah satu dinding candi Borobudur di Jawa Tengah. Relief yang menggambarkan orang yang sedang memainkan lut di antara beberapa pemain alat musik lainnya. Berdasarkan sumber foto-foto sejarah19, di Kalimantan konon pernah ditemukan sejenis harpa dengan nama engkratong. Engkratong pernah digunakan oleh masyarakant Murut dan Iban . Jenis harpa hampir tidak ditemukan lagi di Nusantara. Dengan bukti dokumentasi foto yang ada setidaknya kita tahu bahwa alat dawai harpa pernah ada di Nusantara. b. Penggunaan Alat Dawai di Masyarakat Peran serta kegunaan alat musik dawai di dalam konteks kehidupan manusia memiliki fungsi yang sangat beragam, diantaranya adalah sarana dalam ritual atau peribadatan keagamaan. Sehtar dan tanbur adalah jenis alat musik dawai yang digunakan dalam komunitas ritual sufi Islam di Timur Tengah. Alat musik itu digunakan sebagai alat musik pengiring nyanyian, solo, maupun ensembel. Di Turki, tanbur biasanya juga dimainkan dalam bentuk ensembel musik sufi bersama alat lain, seperti santur (alat musik jenis siter pukul), al’ud (alat musik dawai jenis lut petik), kemanche (alat musik dawai jenis lut gesek), dan duf (gendang rangka satu sisi) atau gendang tamburin. Dalam konteks ini, musik tersebut digunakan untuk membangun rasa khusuk yang dalam 19 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 82 (dzikir) untuk mengingat kebesaran sang Pencipta. Alat petik vina di India Selatan dipakai sebagai sarana ritual meditasi lewat musik juga dilakukan dengan nyayian. Nyayian diiringi dengan alat-alat dawai seperti sarangi (jenis lut gesek), tanpura ( lut petik) dan pakhawaj ( jenis gendang dengan muka dua sisi). Di kebudayaan20 musik Nusantara, alat musik dawai dipakai sebagai sarana ritual dalam kepercayaan masyarakat tertentu. Contoh alat-alat musik dawai Nusantara yang digunakan sebagai sarana ritual kepercayaan diantaranya adalah kulacapi di masyarakat di Karo dan hasapi di masyarakat Batak Toba, Sumatera Utara. Kulcapi dimainkan dalam upacara ritual Silengguri, yakni satu bentuk upacara “penyucian” yang dilakukan seorang pemusik kulcapi terhadap alat musik yang dimainkannya. Alat musik ini dimainkan dengan iringan alat musik lain disebut dengan keteng-keteng (alat dawai jenis idiokord terbuat dari bambu). Upacara ritual Silengguri dianggap sakral oleh pemusiknya dan umumnya hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu saja. Orang-orang yang terlibat hanyalah pemusik yang menjadi pelaku ritual, para pemusik pengiring dan sebagian lainnya yang membantu mempersiapkan keperluan ritual. Hasapi merupakan jenis alat musik dawai yang dipakai dalam sarana ritual peribadatan pada masyarakat Parmalian Batak Toba. Ensembel gondang hasapi terdiri dari alat-alat musik sarana etek (sejenis klarinet berukuran kecil), garantung (sejenis gambang kayu berbilah lima), dua buah hasapi (lut petik bersenar dua) hasapi ende dan hasapi 20 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 48 doal, serta hesek (perkusi botol). Perayaan Sipaha Sada dilaksanakan di dalam rumah peribadatan Parmalian (Bale Pasogit). Namun demikian, kulcapi ataupun hasapi juga digunakan sebagai bagian dari ensembel yang dimainkan dalam konteks musik hiburan. Kulcapi Karo dan hasapi Toba dapat dimainkan solo sebagai hiburan bagi orang yang memainkannya. Ensembel musik untuk jenis musik hiburan di Batak Toba disebut dengan uning-uningan. Penggunaan alat musik dawai dalam konteks ritual keagamaan juga terdapat pada masyarakat Sunda di Jawa Barat. Tarawangsa (alat gesek) serta kecapi (alat petik) dipakai dalam upacara bubur Sura di daerah Sumedang. Upacara tersebut diadakan setiap tanggal 10 sura oleh sekelompok masyarakat sebagaian bagian dari ritual. Di dalam upacara yang umumnya berjalan selama semalam dan sehari penuh itu, dimainkan kacapi dan tarawangsa hampir tiada henti. Alat musik itu mengiringi tarian berkelompok secara bergantian. Contoh lain dari bentuk ensembel musik ritual lain di Nusantara adalah Cokek yang berasal dari Cirebon. Selain dimainkan di dalam perayaan sosial, cokek, yang terdiri dari beberapa alat dawai gesek, juga sering ditampilkan dalam upacara keagamaan masyarakat Cina di sana. Di luar konteks ritual keagamaan, alat dawai juga umum dipergunakan dalam konteks hiburan. Di berbagai kebudayaan alat dawai untuk hiburan biasanya dipakai sebagai musik instrumental, musik mengiringi nyayian, atau mengiringi tarian. Pemain kora adalah pemusik profesional yang biasanya bermain di tempat keramaian. Di Spanyol, gitar dimainkan untuk mengiringi tarian flamenco. Biasanya dilakukan di kedai-kedai minum. Di Irlandia, biola diamainkan bersama alat musik lain seperti akordeon dan gendang badhran. Di amerika serikat, ensembel yang sangat populer adalah bluegrass, bluegrass terdiri dari beberapa dawai, seperti gitar, biola, kontra bas, mandolin, dan banjo. Di India Utara, alat dawai seperti sitar, sarad dan sarangi di mainkan dalam hiburan apresiasif. Di Korea, alat dawai gesek ajaeng kadang di mainkan dalam ensembel kecil dengan iringan sebuah gendang. Beberapa pertunjukan dawai kadang menggabungkan alat musik dawai dari berbagai daerah. Contohnya pertunjukan dawai Shamisen Jepang yang ensambelnya di sertakan biola dan sela barat dengan diiringi gendang dan nyayian. Di Jawa terdapat ensambel musik keroncong. Alat utamanya adalah gitar, cuk (ukulele, mandolin, banjo), sela, kontrabas, kadang juga ditambah dengan suling. Di Betawi ada orkes Gambang kromong, yaitu ensembel yang menggunakan alat dawai gesek dengan ukuran berbeda-beda ukuran kecil disebut kang ah yan dan teh yan, sedangkan yang besar disebut sukang. Di Melayu gambus merupakan alat musik dawai untuk mengiringi tarian zapir, atau masyarakat Melayu kalimantan disebut tarian dana. Gambus umumnya dimainkan degan biola dan gendang marwas. Kadang di sertai nyayian. Kacapi di masyarakat Sunda di mainkan untuk mengiringi nyayian yang disebut tembang cianjuran yang sering ditampilkan dalam perhelatan perkawinan. Contoh alat dawai yang digunakan untuk mengiringi nyayian bercerita panjang adalah kora (Afrika), gitar blues(Amerika) dan kacapi bugis (Nusantara) Teks dalam nyanyian bercerita umumnya mengenai cerita-cerita epik, legenda, maupun dari pengalaman sosial masyarakat. Pertunjukan musik dawai di jalanan sering disebut dengan “pengamen” atau street musician. Kadang alat dawai yang digunakan seperti biola (Eropa, Amerika), gitar (Nusantara), rebab (Arab), Kora (Afrika Barat). Contoh pertunjukan musik pengamen lainnya adalah menggunakan siter kotar ( siter betot ) dan tamburin. Siter kotar umumnya terbuat dari karet ban. c. Akulturasi, Adaptasi dan Estetika Musik Proses terbentuknya sebuah budaya baru yang diakibatkan oleh pengaruh budaya itu sendiri merupakan gejala yang umum dan sering terjadi di berbagai kebudayaan masyarakat di dunia. Fenomena bercampurnya dua atau lebih budaya yang berbeda disebut degan akulturasi. Di Sumba Nusa Tenggara Barat, gitar juga dimainkan lewat cara dan ekspresi yang dipengaruhi oleh gaya permainan musik tradisi masyarakatnya. Cara memainkan gitar ada yang menggunakan teknik seperti layaknya bermain alat jungga (jenis lut tradisi di Sumba). Di Jawa Barat juga ditemukan cara bermain gitar dengan menirukan kacapi Sunda. Di Madagaskar Afrika, gitar dimainkan dengan teknik seperti yang terdapat pada alat dawai valiha. Permainan gitar pada masyarakat AfrikaAmerika, yang dikenal dengan istilah gitar blues juga memiliki gaya dan pendekatan bermain tersendiri. Demikian pula permainan gitar yang terdapat di Turki, di Spanyol, dan tempat-tempat lainnya di dunia. d. Ornamen dan Hiasan alat Dawai Ornamen ataupun hiasan tidak hanya sebagai sesuatu yang bersifat artistik, maupun kadang kala juga dapat dilihat sebagai ungkapan dari berbagai simbol budaya. Di masyarakat Batak di Sumatera Utara umum di jumpai bentuk kepala pada alat dawai jenis lut dengan di beri ornamen ukiran. Ukiran kepala pada alat musik biasanya berbentuk kepala ayam jago atau ukiran manusia yang tersusun secara bertingkat. Bentuk ukiran pada alat dawai Batak, seperti hasapi Toba, kulcapi, kora, atau hasapi papak dan simalungun. Ayam jago merupakan simbolisasi debata (dewa) dalam mitologi kepercayaan Batak. Ukiran manusia yang tersusun bertingkat juga memiliki makna di dalam kebudayaan Batak, yakni menggambarkan pentingnya memiliki dan menjaga keturunan. Di masyarakat Toraja di pulau Sulawesi, dapat menemukan bentuk ukiran pada kepala dari alat dawai petik katapi. Ukiran kepala kacapi berbentuk jalinan motif yang berlubang. Bentuk keseluruhan kecapi kelihatan seperti sebuah perahu. Di pulau Kalimantan umum ditemukan alat dawai yang diberi ukiran ornamentasi. Keseluruhan badan alat musik mulai kepala, papan jari, kontak resonator hingga bagian bawah alat musik di beri lukisan ornamen. Motif ukiran yang terdapat pada alat dawai umumnya ditemukan pada produk budaya artistik lainnya seperti pada lukisan kain tenunan. 3. Dimensi Spiritualitas Berbagai cara penerimaan atau penyesuaian dari proses akulturasi yang terjadi disebut dengan adaptasi. Permainan gitar di Nusantara memiliki keunikan cara, gaya, maupun teknik bermain tersendiri. Bentuk permainan gitar pada ensambel tarling di cirebon, pada dasarnya menirukan permainan alat musik gamelan yang ada di Cirebon. Di Jawa, misalnya, gitar dipakai dalam ensambel musik Kroncong, di permainan siteran. Pada prinsipnya permainan gitar mengisi pola melodi pokok, baik oleh sebuah nyayian tertentu ataupun musik instrumental. Gitar dalam tradisi Kroncong tidak dapat berdiri sendiri, gitar menjadi bagian dari alat musik pengiring. Dan dalam pengembangannya alat musik gitar di Indonesia sering digunakan dalam kegiatan – kegiatan keagamaan21. Hal ini dikarenakan pada kepercayaan masyarakat sebelumnya bahwa penggunaan musik dalam acara yang bersifat keagamaan lebih mengarah kepada rasa puji syukur kepada Tuhan atas limpahan kenikmatan yang di dapat. Dan beberapa contoh dari acara keagamaan yang menggunakan gitar adalah : a. Tarling ( Gitar Suling ) Klasik Tarling Klasik adalah kesenian khas daerah Cirebon yang lahir diperkirakan tahun 1934 dan hingga saat ini masih populer digemari baik oleh masyarakat regional maupun nasional. Alat musik yang digunakan sangat sederhana yaitu gitar atau guitar dan bangsing/suling miring dilengkapi oleh alat musik lainnya seperti gong kendi, kecrek sendok, gendang terbuat dari tong sabun diberi karet untuk mengiringi lagu khas Cirebonan. Dari 2 buah alat musik gitar dan suling lahirlah kesenian yang disebut “TARLING” yang merupakan akronim dari kedua kata gitar dan suling. 21 21 Syafiie,Kencana,Inu,Pengantar Filsafat,Bandung,PT. Refika Aditama,2004 hal 178 b. Qasidah Kesenian Qosidah tumbuh dan berkembang di Cirebon hampir setiap wilayah terutama di mushola atau masjid, pesantren, di lembagalembaga Islam dsb. Kesenian Qosidah bernafaskan Islam untuk mengembangkan agama Islam. Waditra yang digunakan adalah genjring berbagai ukuran, gendang, kecrek, gitar dsb. Busana yang digunakan adalah busana muslim lengkap dengan jilbabnya bagi pemain wanita dan bagi pemain pria menggunakan baju taqwa, kopiah dan sarung. c. Balaziq / Gambus Balaziq/Gambus adalah kesenian/musik religi yang menyanyikan lagu-lagu berirama padang pasir dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia, berisikan pesan-pesan moral/agama baik yang berisi tentang cita, cinta, maupun tentang kehidupan manusia. Alunan musik Gambus/Balaziq diiringi dengan instrumen, menggunakan alat musik keyboard, gitar bass, biola, dumbuk, tamtam, markis, simbal dan suling. Kesenian Gambus berasal dari timur/Bangsa Arab. Di Indonesia Gambus umumnya dikenal dengan sebutan Balaziq, sedangkan balaziq itu sendiri sebenarnya adalah nama dari sebuah group gambus yang berasal dari Jember Surabaya. Dari sekian contoh acara keagamaan yang menggunakan gitar tersebut maka dapat dikatakan bahwa penggunaan gitar sendiri sudah berkembang dari yang menggunakan gitar akustik sampai penggunaan gitar elektrik. Akan tetapi dalam penerapannya kedua jenis gitar tersebut dapat digunakan secara bersamaan. 4. Dimensi Filsafat Estetika22 disebut juga dengan filsafat keindahan23 (philosophy of beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indak atau tidak indah. Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum Dalam penerapannya sebuah gitar, sebelum digunakan oleh pemain nya, haruslah menyesuaikan dulu senar atau dawai gitarnya, perlu keahlian khusus dan rasa seni yg tepat untuk menyesuaikannya, agar bisa dihasilkan melodi atau nada yg indah. Sebagus apa pun gitar, bila senarnya tidak disesuaikan dengan baik, tak akan menghasilkan melodi yg baik pula. Pada gitar terdapat beberapa senar dawai gitar yg berbeda beda pula nadanya. Melodi yang bagus akan tercipta bila harmoni dan ritme senar senar tersebut, dimainkan dengan serasi pula. 22 Syafiie,Kencana,Inu,Pengantar Filsafat,Bandung,PT. Refika Aditama,2004 hal 37 23 Syafiie,Kencana,Inu,Pengantar Filsafat,Bandung,PT. Refika Aditama,2004 hal 41 Filosofinya, banyak aspek dalam diri kita dan hidup ini yang harus kita kelola (mainkan) agar harmonis pula hasilnya. Demikian pula, banyak faktor eksternal di luar diri kita yang harus kita atur agar bisa memberikan nilai tambah yang sinergis dan menimbulkan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia ataupun dengan alam sekitar. Dan dalam penerapannya bahwa keindahan tidak dapat dilihat dari satu sisi saja seperti halnya gitar tidak dapat dikatakan baik jika menghasilkan suara yang tidak baik walaupun dalam penerapannya bentuk gitar tersebut dapat dikatakan sangat baik akan tetapi yang diinginkan dari sebuah gitar bukanlah keindahan bentuk saja melainkan juga harus mencakup keindahan bunyi yang dihasilkan dari gitar tersebut. Agar menghasilkan suatu keindahan yang tidak hanya bisa dilihat mata akan tetapi dapat juga terdengar oleh telinga penikmatnya. 5. Dimensi Sosial Dalam penerapannya pada suatu komunitas yang bersifat sosial terkadang gitar dapat mempengaruhi suatu pandangan khususnya pandangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan pandangan seseorang terhadap suatu kounitas grup musik ( band ). Padahal dalam hal ini suatu grup musik bekerja secara berkelompok bukan secara individu. Dalam penerapannya suatu gitar dapat menjadi suatu tanda yang dapat meghadirkan suasana yang berbeda pada suatu grup musik. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran seorang pemain gitar ( gitaris ) dalam suatu grup band. Gambar 2.3 Eksistensi Seorang Gitaris Jika Dilihat lebih jauh maka pengaruh gitar terhadap pemainnya akan sangat memiliki arti karena dalam penerpannya seorang gitaris dapat dengan mudah diingat oleh masyarakat luas jika dibandingkan dengan personil dalam suatu grup band dalam artian yang menggunakan alat musik. 6. Dimensi Ekonomis Dan Psikologi Dalam bahasan dimensi ekonomis dapat dikaitkan dengan dimensi psikologis. Hal ini dikarenakan dalam penerapannya harga sebuah gitar dapat meningkatkan harga diri pemiliknya. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya perusahaan yang memproduksi gitar dengan berbagai tipe dan dengan berbagai macam harga yang ditawarkan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap harga diri si pemilik gitar sendiri. Gambar 2.4 Teori Motivasi Kebutuhan Maslow Hal ini berkaitan dengan dimensi psikologis dengan menggunakan teori “Abraham Maslow” yang membahas tentang motivasi24 manusia berdasarkan kebutuhannya. Yang mana jika dibagi menjadi 5 macam yaitu : 1. Kebutuhan fisiologis / dasar 2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram 3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi 4. Kebutuhan untuk dihargai 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri Dalam penerapannya suatu objek alat musik gitar dapat dilihat posisi pemilik gitar berada pada posisi kebutuhan untuk dicintai dan disanyangi hal ini dapat dikatakan penggunaan gitar sebagai alat seorang pria untuk merayu seorang wanita yang dipuja. Akan tetapi jira dilihat lebih lanjut maka pemilik gitar dapat juga memiliki kebutuhan untuk dihargai. Hal ini dapat dibuktikan dalam suatu grup musik. 24 http://www.bengkelmusik.com/forum/printthread.php?t=10509 Karena jika suatu grup musik tidak ada pemain gitar dapat dikatakan grup musik tersebut tidak akan bertahan lama karena akan berkurangnya penghargaan yang didapat dari masyarakat. Akan tetapi hal ini tidak berlaku dalam hal musik yang cenderung menggunakan alat musik yang bersifat teknologi yang dapat ditemukan pada tempat – tempat hiburan seperti diskotik. Dan jika sudut pandang diperluas, dalam penerapannya sebuah gitar dapat menjadi statu kebutuhan untuk aktualisasi diri. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kolektor – kolektor gitar yang memang menginginkan suatu penghargaan yang akan didapatkan dari kepemilikan suatu gitar dengan spesifikasi tertentu maka akan adanya kekuatan seseorang dalam mengaktualisasikan dirinya dalam suatu golongan masyarakat. Gambar 2.5 Aktualisasi Seorang Pemilik Gitar BAB III KESIMPULAN Dalam penerapan prinsip – prinsip desain dalam suatu gitar dapat dikatakan bahwa adanya hubungan antara prisnip desain tersebut dengan pembuatan gitar sendiri. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan prinsip desain dari yang terkecil seperti titik samapi kepada penggunaan unsur harmoni dalam proses pembentukan suatu gitar. Dalam penerapannya sebagai alat musik yang memiliki unsur keindahan maka dapat disebutkan bahwa gitar adalah sebuah karya seni yang memiliki keindahan tersendiri yang menggabungkan unsur – unsur keindahan. Dalam hal ini keindahan yang dimaksud adalah keindahan visual yang dapat dilihat serta keindahan suara yang dapat didengar. Dan keduanya dapat digabungkan menjadi suatu kenikmatan Dalam kajian suatu karya seni atau desain dalam hal ini alat musik gitar ternyata masih adanya unsur – unsur tersembunyi yang dimiliki gitar. Hal ini dapat dilihat dari penggunaannya selain sebagai alat musik sendiri. Penggunaan gitar sebagai alat musik sendiri dapat dilihat dari adanya hubungan antara pemain musik dengan alatnya. Selain itu perkembangannya terhadap industri yang ada lebih mengarah kepada adanya inovasi – inovasi yang mengarah kepada suatu ketetapan keindahan tanpa harus menghilangkan prinsip desain dan prinsip industri yang memang mengharuskan benda yang berkualitas. Dalam penerapannya gitar kepada kehidupan masyarakat, gitar dapat mudah diterima oleh masyarakat secara luas hal ini dapat dilihat keeksistensiannya pada suatu kebudayaan. Jika dilihat lebih lanjut hal ini dikarenakan fungsi awal sebuah gitar yang memang sebagai alat musik yang bersifat sebagai alat penghibur sehingga akan adanya suatu hiburan maka gitar dapat mudah diterima oleh suatu kalangan masyarakat. Dalam hal ini berkaitan pula dengan suatu pagelaran seni yang bersifat agama yang memang berhubungan dengan suatu hal yang bersifat agama dalam artian sebagai rasa puji syukur atas karunia yang telah didapat. Akan tetapi dalam pengembangannya suatu gitar dapat digunakan sebagai alat eksistensi diri untuk mengangkat derajat seseorang karena adanya unsur – unsur yang terkandung secara tersembunyi dari suatu gitar seperti peningkatan harga diri dari kepemilikan suatu brand yang memproduksi gitar. Oleh karena itu pengangkatan kajian suatu gitar tidak akan lepas dari pengkajian terhadap suatu komunitas ( masyarakat ) secara luas, hal ini dikarenakan oleh penggunaan gitar sebagai alat musik sudah memiliki tempat tersendiri bagi pemakainya. Daftar Pustaka Buku Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra, 2009 Sanyoto,Ebdi, Sadjiman,Dasar – Dasar Tata Rupa dan Desain, Yogyakarta, 2005 Sugiyono. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2004 Syafiie,Kencana,Inu, Pengantar Filsafat, Bandung,PT. Refika Aditama,2004 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 Wong, Wucius , Beberapa Asas Merancang Dwimatra, Bandung Penerbit ITB,1986 Wong, Wucius, Beberapa Asas Merancang Trimatra, Bandung, Penerbit ITB,1989. Website http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=29024 http://a2i3s-c0ol.blogspot.com/2008/09/alat-dawai-sebuah-konteksbudaya.html#ixzz18o6p1pTq http://www.cirebonkab.go.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=45&Itemid=75&limitstart=2 http://www.bengkelmusik.com/forum/printthread.php?t=10509 http://hdmessa.multiply.com/journal/item/57 http://www.gibson.com