kajian ikonologi pada desain gitar elektrik

advertisement
PENELITIAN
KAJIAN IKONOLOGI PADA DESAIN GITAR
ELEKTRIK
Disusun Oleh :
Nama
: Ali Ramadhan
PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK
FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN
DESAIN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2010
PENGANTAR
Desain dalam kaitannya dengan suatu industri haruslah membawa
perubahan yang mengarah kepada perbaikan yang menjadikan ssesuatu
menjadi lebih baik. Dalam hal ini sesuatu yang dapat mengubah dunia
dengan pengembangannya. Pengembangan yang ada pada saat ini dapat
dikatakan suadah sangat jauh berkembang. Akan tetapi masih ada pula
suatu produk industri yang memang memegang suatu kendali terhadap
suatu komunitas masyarakat bahkan suatu kebudayaan. Hal ini
dikarenakan akar dari suatu produk tersebut sangat susah untuk ditarik
karena produk tersebut sudah sangat dinikmati oleh para penikmatnya.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip industri sebagai alat
penghasil perubahan. Dalam sisi positifnya adalah tidak adanya
kesenjangan sosial antara yang maju dan tertinggal akan tetapi dalam sisi
negatifnya dapat dilihat dari tidak adanya perkembangan yang mengarah
kepada
perbaikan
kehidupan
manusia.
Fenomena
gitar
elektrik
merupakan suatu hal yang daiangkat dari banyaknya fenomena lain yang
berkaitan dengan sisi positif dan negatifnya mempertahankan suatu
kebudayaan.
Tangerang, Januari 2010
Penulis
Pengantar
Daftar Isi
BAB I. PRA – IKONOGRAFI
1
A.
Pendahuluan
1
B.
Metode Penelitian
2
C.
Pra Ikonografis
2
1 Unsur Titik
2
2 Unsur Garis
3
3 Unsur Bidang
5
4 Unsur Bentuk
6
5 Unsur Warna
7
6 Unsur Tekstur
9
7 Skala,Dimensi Dan Proporsi
10
8 Keseimbangan
12
9 Irama Dan Penekanan
13
10 Pengulangan
15
11 Harmoni / Kesatuan
16
BAB II. KAJIAN IKONOGRAFIS
18
A.
Ikonografis
18
1. Dimensi Historis
18
a.
Sejarah Gitar
18
b.
Sejarah Gitar Akustik
21
c.
Sejarah Gitar Listrik ( Elektrik )
24
d.
Masuknya Gitar Di Indonesia
27
2. Dimensi Antropologi Budaya
28
a.
28
Alat Dawai Dalam Budaya
b.
Penggunaan Alat Dawai di Masyarakat
29
c.
Akulturasi, Adaptasi dan Estetika Musik
33
d.
Ornamen dan Hiasan alat Dawai
34
3. Dimensi Spiritualitas
34
a.
Tarling ( Gitar Suling )
35
b.
Qasidah
36
c.
Balaziq / Gambus
36
4. Dimensi Filsafat
37
5. Dimensi Sosial
38
6. Dimensi Ekonomi Dan Psikologis
39
BAB III. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
42
BAB I
PRA – IKONOGRAFI
A.
Pendahuluan
Dalam ruang lingkup musik kebutuhan akan alat musik sendiri
sudah dipastikan sangat dibutuhkan walaupun dalam bentuk yang
tradisional atau modern. Terlebih jika kebutuhan alat musik tersebut
sudah mencakup suatu pagelaran musik yang cukup besar ( konser )
dapat dipastikan penggunaan media listrik sebagai tenaga tambahan
untuk dapat menghasilkan nada yang dihasilkan oleh musik itu sendiri.
Meskipun alat musik yang digunakan masih bersifat tradisional dapat
dipastikan adanya penggunaan tenaga listrik sebagai tambahan. Terlebih
jika alat musik tersebut sudah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan seperti gitar yang mengalami perubahan dari akustik menjadi
elektrik.
Perkembangan gitar tersebut tidak dapat dilepaskan ariadanya
perkembangan akibat revolusi industri dan keberhasilan dari penemu
gitar dalam mengembangkan gitar menjadi suatu alat musik yang
mengalami perkembangan secara pesat. Yang awalnya sebagai alat musik
yang tidak membutuhkan listrik untuk memainkannya sampai kepada
penggunaannya yang harus menggunakan listrik untuk dapat dinikmati
oleh manusia sebagai pendengar tidak hanya dapat didengar dengan cara
dekat akan tetapi dapat dinikmati dalam kondisi lingkungan outdoor yang
memang secara kebutuhan memang membutuhkan tenaga yang cukup
besar untuk menghasilkan suara.
Dalam penerapannya sebuah gitar eletrik tidak dapat dilepas dari
gitar akustik akan tetapi jika dilihat dari unsur – unsur pembentuk dari
gitar
elektrik
sendiri
memiliki
perbedaan
yang
signifikan
jika
dibandingkan dengan gitar akustik sendiri. Mulai dari perbedaannya
yang sederhana adalah penggunaan media listrik untuk memainkannya.
Selain dari perbedaan dalam memulai penggunaannya ada pula
perbedaan yang yang lain.
B.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penggunaan metode kualitatif bertujuan untuk “menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Dengan
menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan banyaknya
(kuantitas) data.”1
Dengan penggunaan metode tersebut. maka fenomena gitar
elektrik akan dibahas secara mendalam dan akan ditekankan kepada
persoalan yang terdapat dalam elemen gitar.
C.
Pra Ikonografis
1. Unsur Titik.
Sebuah objek yang dapat disebutkan sebagai unsur titik2 adalah
dikarenakan ukurannya yang kecil. Namun dapat dikatakan kecil dapat
juga dimengerti jika suatu objek tersebut terlihat jauh. Akan tetapi jika
1
Sugiyono. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2004. Hal 1
2
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 94
diperbesar atau diperdekat maka objek yang menjadi unsur titik tersebut
akan dapat menjadi sebuah unsur bentuk bahkan bisa juga menjadi unsur
bidang.
Gambar 1.1
Penerapan Unsur Titik Pada Gitar Elektrik
Pada penerapannya dalam sebuah gitar penggunaan unsur titik
digunakan pada pengatur suara pada gitar elektrik dan juga pengatur
senar atau dawai dari gitar sendiri. Penerapan unsur titik tersebut lebih
mengarah kepada fungsi sebagai pengatur dari pemakaian gitar elektrik.
2. Unsur Garis.
Garis adalah perpanjangan dari titik manakala titik bergerak
sedikitpun saja dan kearah manapun maka dia tidak lagi menjadi titik
melainkan garis3. garis adalah suatu hasil goresan nyata dan batas limit
suatu benda, ruang, rangkaian masa dan warna.
Bentuk disebut garis karena pertama bujurnya sempit sekali dan
kedua lintangnya sangat menonjol. Ada tiga hal yang juga harus
diperhatikan pada bentuk berupa garis adalah :
3
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 96
Pertama Raut keseluruhan atau yang dimaksudkan adalah
tampilan umum, yakni lurus, lengkung, bertekuk, atau tarikan tangan
bebas.
Kedua
Tubuh karena garis mempunyai lebar, tubuhnya dibatasi
oleh dua sisi, raut kedua sisi itu dan pertaliannya menentukan raut tubuh
Ketiga
Ujung, dapat diabaikan jika garis sangat tipis, tapi jika
lebar maka raut ujungnya akan tampak jelas, mungkin persegi, bundar,
runcing dan lainnya.
Gambar 1.2
Penerapan Unsur Garis Pada Gitar Elektrik
Pada penerapan unsur garis pada sebuah gitar elektrik dapat
dilihat dari penggunaannya terhadap fret atau garis penyusun nada pada
gitar dan juga jika ditambahkan dengan unsur penyempurna dari sebuah
gitar maka unsur garis tersebut dapat dilihat dari adanya bentangan garis
yang dihasilkan dari senar atau dawai dari sebuah gitar. Dan jika
diperluas unsur garis tersebut dapat dilihat dari adanya garis pembentuk
dari sebuah gitar yang menggunakan garis lengkung. Oleh karena itu
penggunaan unsur garis pada gitar elektrik lebih mengarah kepada
penggabungan dua unsur gari yaitu garis lurus dan lengkung sebagai
pembentuk.
3. Unsur Bidang.
Sebuah unsur dapat dikatakan menjadi unsur bidang 4 jika memiliki
dimensi dan juga memiliki permukaan. Dengan demikian bidang dapat
disebut juga dengan bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi
panjang dan lebar. Jadi dapat dikatakan walaupun benda tersebut
memiliki ketebalan yang sangat tipis maka dapat disebut juga dengan
bidang..
Gambar 1.3
Penerapan Unsur Bidang Pada Gitar Elektrik
Penerapan unsur bidang pada gitar dapat terlihat dari adanya
penggunaan dua bidang sebagai pembentuk gitar elektrik. hal ini dapat
menjadi acuan karena penerapan unsur bidang tersebut memiliki dua
perbedaan fungsi yaitu sebagai badan gitar dan leher gitar. Yang mana
badan gitar tersebut berfungsi sebagai tempat atau wadah segala macam
komponen yang terkait dengan tenaga listrik yang akan digunakan.
Sedangkan penggunaan bidang untuk leher gitar lebih mengarah kepada
penggunaannya sebagai wadah gitaris dalam memainkan jari pada
gitarnya.
4
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 117
4. Unsur Bentuk.
Segala macam benda yang berada di bumi memiliki bentuk5,
walaupun dalam berbagai macam ukuran. Hal ini juga berlaku terhadap
sebuah karya seni atau desain bahkan terhadap benda yang tidak
berdimensipun tetap memiliki bentuk akan tetapi dapat dikatakan
menjadi sebuah titik. Bentuk biasanya memiliki panjang dan lebar akan
tetapi dari panjang dan lebar tersebut dapat disederhanakan menjadi
sebuah garis.
Gambar 1.4
Unsur Bentuk Pada Gitar Elektrik
Pada penerapan unsur bentuk pada gitar elektrik dapat dilihat
secara keseluruhan dan terdiri dari berbagari macam bentuk. Dan jika
dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari badan, leher dan kepala gitar
maka disetiap bagian tersebut memiliki bentuk yang berbeda. Jika dilihat
dari bentuk badan gitar maka dapat disimpulkan bahwa badan gitar
tersebut terbentuk dari bentuk yang memiliki lengkungan atau dapa
disebut juga dengan bentuk dinamis. Sedangkan untuk leher gitar terdiri
5
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 93
dari bentuk yang lurus atau statis. Dan untuk bagian kepala gitar terdiri
dari bentuk dinamis dan statis sebagai unsur pembentuknya.
5. Unsur Warna
Ketika suatu karya seni atau desain mendapatkan suatu cahaya
dalam bentuk cahaya buatan atau cahaya alami maka karya tersebut akan
menghasilkan warna6. Karena jika tanpa cahaya maka tidak ada pula
warna. Dikarenakan warna merupakan suatu fenomena gelombang yang
diterima oleh indera penglihatan. Warna dapat didefinisikan secara
objektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan dan ditangkap oleh indera
penglihatan.
Gambar 1.5
Warna Pada Gitar Elektrik
Warna dapat disebut juga merupakan hasil yang diperoleh dari
pantulan cahaya terhadap suatu benda. Dan dalam penerapannya warna
dapat digabungkan menjadi keatuan warnya yang lain
melalui
pencampuran dari dua warna atau lebih. Warna juga dapat menjadi suatu
6
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 13
hal yang memperkuat suatu persepsi manusia terhadap suatu karya seni
atau desain. Dan juga dapat mempengaruhi psikologi penerimanya. Oleh
karena itu warna tidak dapat dipisahkah dari penciptaan suatu karya seni
atau desain.
Penggunaan unsur warna pada gitar elektrik lebih mengarah
kepada komposisi atau hubungan antar warna yang cenderung analogus7
karena menggunakan warna – warna yang saling bersebelahan. Akan
tetapi penggunaan warna tersebut hanya terkait dengan badan gitar
sendiri.
Gambar 1.6
Contoh Penerapan Warna Analogus.
Jika dilihat lebih jauh maka terdapat juga unsur warna yang tidak
mengikuti hubungan antar warna yaitu penggunaan warna hitam pada
kepala gitar dan warna cokelat pada leher gitar.
7
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 47
6. Unsur Tekstur.
Dalam setiap bentuk apa saja yang berada di alam dipastikan
memiliki raut atau permukaan dan juga di setiap permukaan juga
memiliki nilai atau ciri khas yang disebut juga sebagai tekstur 8. Ciri khas
ini dapat dinilai dari nilai raba suatu permukaan seperti kasar, halus, licin,
keras atau lunak. Akan tetapi pada penggunaannya tekstur biasanya lebih
menitik beratkan nilainya kepada permukaan yang memiliki sifat kasar.
Padahal permukaan yang memiliki sifat haluspun dapat dikatakan
memiliki tekstur. Dan dari tekstur tersebut raba dan tekstur yang bersifat
semu atau visual.
Gambar 1.7
Penggunaan Unsur Tekstur Pada Gitar Elektrik.
Dikatakan tekstur raba dikarenakan tekstur tersebut menggunakan
visual atau yang dapat terlihat juga dapat diraba menggunakan indera
peraba dari manusia. Akan tetapi untuk tekstur semu atau visual adalah
tekstur yang hanya dapat dilihat saja menggunakan indera penglihatan
manusia dan jika di raba tekstur tersebut terasa halus. Tekstur juga dapat
8
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 137
menjadi suatu sarana ekspresi pembuatnya dalam kaitannya dengan
penciptaan suatu karya seni atau desain.
Pada penerapannya unsur tekstur tersebut dapat dilihat secara jelas
oleh mata. Akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut yang menjelaskan sifat
tekstur tersebut adalah adanya nilai raba maka dapat dikatakan tekstur
yang dihasilkan adalah tekstur semu akan tetapi sebenarnya tetap
memiliki tekstur kasar. Hal ini dikarenakan dalam finishing dari gitar
tersebut tetap memperlihatkan adanya tekstur dari kayu yang digunakan
dalam pembentuk gitar. Akan tetapi dengan adanya teknik finishing yang
berbeda maka tekstur tersebut memiliki nilai raba yang halus.
7. Skala,Dimensi Dan Proporsi.
Di setiap penciptaan suatu karya seni atau desain sudah dipastikan
memiliki bentuk dan juga dari bentuk tersebut memiliki ukuran. Ukuran
dalam hal ini bisa meliputi panjang dan lebar. Akan tetapi dapat juga
ditambahkan dengan tinggi. Dan hal ini dapat ditemukan dalam
penciptaan suatu karya seni tiga dimensi9 seperti gitar.
Ukuran pada penciptaan karya seni atau desain ini bukan
dimaksudkan kepada besaran ukuran seperti meter atau sentimeter, akan
tetapi lebih menitikberatkan kepada tidak adanya kemutlakan pada suatu
nilai akan tetapi menitik beratkan kepada sifat yang relatif seperti
penempatan dari suatu karya seni atau desain seperti contohnya yaitu
kaitannya pada penempatan suatu benda. Jika suatu benda ditempatkan
di area yang luas akan menghadirkan perbedaan persepsi terhadap benda
9
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 61
tersebut jika ditempatkan dia area yang sempit. Jadi tidak ada kemutlakan
pada ukuran dalam suatu penciptaan karya seni atau desain.
Gambar 1.8
Skala, Dimensi Dan Proporsi Pada Gitar Elektrik
Penggunaan proporsi10 atau setimbang pada penciptaan suatu
karya seni atau desain lebih mengarah kepada cara memperoleh
keserasian antar unsur yang digunakan pada karya seni atau desain
tersebut. Dan juga proporsi digunakan untuk menghasilkan keserasian
antara objek karya seni dengan lingkungan tempat karya tersebut berada.
Proporsi lebih menyangkut kepada yang sifatnya ukuran yang bersifat
matematis. Dan proporsi haruslah dilatih untuk menajamkan rasa kepada
seniman atau desainer agar menghasilkan suatu karya yang ideal.
Proporsi dapat dikaitkan dengan yang sudah ada atau yang sudah pernah
terlihat. Oleh karena itu para seniman atau desainer haruslah banyak
melihat agar memiliki ketajaman rasa pada penciptaan suatu karya seni.
Akan tetapi ada kasus – kasus tertentu prinsip proporsi justru dihilangkan
untuk menghadirkan suatu keunikan. Hal ini wajar saja tetapi dalam
penerapannya karya seni atau desain yang dihasilkan haruslah memiliki
keindahan.
10
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 273
Pada penerapannya dimensi gitar elektrik tidaklah sama antara
satu dengan yang lainnya akan tetapi jika melihat dari sisi proporsi, gitar
elektrik haruslah disesuaikan dengan pemakai hal ini berlaku agar tidak
menyulitkan gitaris pada saat memainkan gitar. Yang mana hal tersebut
akan berpengaruh terhadap apa yang dihasilkan oleh gitaris itu sendiri.
8. Keseimbangan.
Keseimbangan11 pada prinsip penciptaan suatu karya seni atau
desain lebih menekankan kepada penggunaan indera penglihatan. Hal ini
disebabkan agar suatu karya seni atau desain dapat enak dilihat dan juga
mengarah agar karya tersebut tidak goyah bahkan sampai roboh.
Gambar 1.9
Keseimbangan Pada Gitar Elektrik
Penggunaan keseimbangan lebih menekankan kearah suatu
keadaan ketika di semua bagian karya tidak ada yang saling membebani.
Kesimbangan memiliki berbagai jenis seperti simetris, memancar,
sederajat dan tersembunyi. Yang memiliki cara penerapannya yang
11
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 259
berbeda. Dan dalam penerapannya pada penciptaan karya seni atau
desain maka untuk mencapai suatu keseimbangan haruslah menentukan
terlebih dahulu bidang dan bentuk yang akan digunakan pada karya
tersebut. Lalu digabungkanya dengan unsur – unsur penciptaan suatu
karya. Akan tetapi haruslah tersusun secara rapih dan tidak mencampur
adukan unsur – unsur tersebut.
Pada penerapan sebuah keseimbangan yang terdapat pada gitar
elektrik adalah keseimbangan asimetris dalam pembentukannya pada
badan gitar. Karena jika dilihat lebih lanjut maka perbedaan yang nyata
ada pada bagian fungsi dari badan gitar tersebut. Sedangkan pada leher
dan kepala gitar lebih mengarah kepada keseimbangan yang simetris.
Akan tetapi dalam perkembangannya adapula kepala gitar elektrik yang
diproduksi memiliki keseimbangan yang bersifat asimetris yang mana
tergantung kepada penempatan alat untuk menyesuaikan senar atau
dawai terhadap nada yang dihasilkan.
9. Irama Dan Penekanan
Dalam penerapannya irama lebih banyak menekankan kepada
karya seni yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran melalui nada.
Akan tetapi pada prinsipnya irama dapat juga ditangkap oleh indera
penglihatan. Seperti dengan adanya irama12 pada seni tari yang dapat
dijelaskan lewat gerak yang dihasilkan oleh penari. Dan jika dikaitkan
dengan indera penglihatan maka dalam suatu karya seni atau desain yang
berhubungan dengan suatu gambar atau imaji maka irama dapat
12
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 182
dihubungkan dengan adanya tinggi rendah suatu bentuk yang dapat
menghasilkan suatu gerak semu yang dapat menghasilkan suatu persepsi
manusia yang menikmatinya.
Prinsip irama akan tampak lebih nyata jika sudah menghadirkan
persepsi melalui daya tangkap dari indera peraba. Karena melalui indera
peraba maka dapat menghasilkan nilai – nilai yang dapat mengubah
pandangan manusia terhadap suatu karya seni atau desain. Hal ini
memiliki kadar yang berbeda tergantung kepada dimensi dari karya seni
atau desain yang dibuat.
Gambar 1.10
Penekanan Bentuk Gitar Elektrik Terhadap Jenis Musik
Pada penerapannya, irama dan penekanan pada gitar elektrik lebih
mengarah kepada bunyi yang dihasilkan. Akan tetapi dapat juga
penekanannya terhadap bentuk yang dihasilkan dari gitar elektrik. Atau
dapat disebut juga dengan adanya karakter yang membentuk sebuah
image dari gitar elektrik. Hal ini dikarenakan banyaknya produksi gitar
elektrik tersebut sudah mengalami banyak perubahan dengan berbagai
macam bentuk yang disesuaikan dengan gitaris sebagai pemakai dan juga
aliran musik yang menjadi acuan dari musisi sendiri.
10. Pengulangan
Pengulangan merupakan salah satu jenis irama yang mengalami
kesamaan – kesamaan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus.
Suatu pengulangan13 mengalami kesamaan total secara ketat dan dapat
dilihat perbedaannya terhadap kedudukannya.
Penerapan pengulangan pada gitar elektrik terdapat pada leher
gitar yang tersusun menjadi fret yang menjadi acuan jari gitaris dalam
memainkan gitar.
Gambar 1.11
Pengulangan Pada Gitar Elektrik
Dan
juga
pengulangan
yang
teratur
juga
terdapat
pada
penempatan fret gitar tersebut yang masing – masing memiliki jarak yang
telah ditentukan. Agar tidak menyulitkan gitaris pada saat memainkan
gitar elektrik tersebut.
13
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 234
11. Harmoni / Kesatuan
Kesatuan14 merupakan salah satu prinsip dalam suatu peciptaan
karya seni atau desain dan dapat disebut juga dengan keutuhan. Yang
dalam pengartiannya suatu karya seni atau desain harus menyatu dan
unsur – unsur yang sudah ada harus tersusun dan tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
Gambar 1.12
Harmoni Dalam Gitar Elektrik
Tanpa adanya kesatuan maka karya seni atau desain akan kacau
sehingga tidak terlihat indah. Dan pada prinsipnya kesatuan ialah saling
berhubungannya antar unsur desain yang disusun. Dapat menggunakan
pengikatan - pengikatan antar unsur. Dan dalam penerapannya prinsip
kesatuan dapat diartikan kepada untuk menghasilkan suatu karya seni
atau desain yang indah tanpa menghilangkan salah satu unsur seni atau
desain yang memang sudah saling mengikat.
14
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 233
Pada prinsipnya Harmoni15 dalam pembentuk sebuah gitar elektrik
dapat dikatakan dibentuk dari dua unsur seni yang saling berkaitan yaitu
unsur bentuk yang dibentuk dari seni visual dan unsur suara pada seni
musik yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur tersebut tidak boleh
dihilangkan dalam pengapikasiannya terhadap gitar elektrik yang disertai
oleh kedua seni tersebut.
15
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain Yogyakarta, Jalasutra,
2009 hal 205
BAB II
KAJIAN IKONOGRAFIS
A.
Ikonografis
Dalam Penerapannya suatu karya seni atau desain haruslah
memiliki maksud dan tujuan yang dapat menghasilkan sesuatu yang
berkembang menjadi suatu manfaat bagi si pemakai. Dan dalam
pemanfaatannya terdapat hal – hal yang dapat dikatakan terdapat makna
yang tersembunyi yang ternyata terdapat pada suatu karya seni desain.
Dalam penerapan kajian ikonografis terhadap suatu gitar dapat
dilihat adanya makna – makna tersembunyi dari gitar sendiri. Karena
dalam penerapannya gitar adalah suatu alat musik dawai dengan
pengembangannya tidak hanya sebagai alat musik akan tetapi dapat
dikatakan sebagai alat untuk mningkatkan harga diri seseorang.
1. Dimensi Historis
a.
Sejarah Gitar
Dalam pembahasan dimensi historis dari sebuah gitar maka tidak
akan lepas dari sejarah alat musik dalam bentuk alat musik berdawai. Hal
ini dikarenakan alat musik berdawai sendiri adalah bagian utama yang
terdapat pada perkembangan alat musik gitar itu sendiri.
Walaupun gitar lebih terkenal sebagai alat musik selama era
modern, seperti gitar-instrumen telah eksis di berbagai budaya di seluruh
dunia lebih dari lima ribu tahun. Dengan sejarah yang panjang dari
perkembangan alat musik berdawai sampai kepada pengenalan alat
musik gitar itu sendiri . Sebagai gantinya akan dijelaskan tentang
beberapa perkembangan signifikan dalam sejarah yang panjang untuk
membantu menggambarkan sejarah gitar.
Sejarah gitar dipercaya dimulai di wilayah Timur Dekat. Di antara
puing-puing yang di temukan di Babilonia, yang paling relevan adalah
gitar yang dibuat pada 1900-1800 SM. Dari masa itu, hingga tahun 1650,
gitar mengalami evolusi yang begitu rumit dan beraneka ragam. Begitu
banyak jenis dan masing-masing memiliki nama yang berbeda.
Beberapa kalangan berpendapat lain, menganggap gitar justru
berasal dari negara Spanyol karena alat musik gitar mirip sama alat musik
Spanyol yang bernama Vihuela yang beredar pada awal abad ke-16. Alat
baru ini (gitar) mempunyai cara pembuatan yang sama dengan alat musik
ukulele. Gitar pertama kali yang dibuat sebenarnya berukuran sangat
kecil dan juga hanya memiliki empat dawai, seperti ukulele.
Pada masa klasik banyak terdapat publikasi yang dilakukan oleh
para pembuat lagu dan juga para pemusik. Seperti Fernando Sor, Mauro
Guiliani, Matteo Carcassi, Fernando Caulli, dan masih banyak para
pencipta yang mengembangakan metode bermain gitar yang akhirnya
menjadi permainan yang umum dan dapat diterima.
Instrumen yang penting kontribusinya dalam perkembangan gitar
adalah instrumen Cittern. Instrumen ini juga berbentuk menyerupai buah
pir dengan bagian belakang yang rata, dengan empat atau lima pasang
senar dari kawat dan dengan fretting yang permanen apakah itu diatonik
seperti Appalachian Dulcimer ataupun chromatic seperti gitar modern.
Tuning head sudah dipasang mirip seperti pada gitar atau mandolin.
Pengaturan senar atau dawai sama dengan mandolin (in fifths) dengan
fingering dan chord yang sama dan dimainkan dengan plectrum atau
pick.
Four Course Guitar memiliki 4 pasang senar, body berbentuk gitar
dan soundboard yang rata, bridge dari lute dan bagian belakang dibuat
setengah melengkung tetapi tidak terlalu membentuk bulatan. Instrumen
ini berukuran seperti gitar anak-anak. Five Course Guitar muncul sekitar
tahun 1490 dan mirip dengan four course guitar dengan tambahan satu
pasang senar bass. Instrumen ini dinamakan juga English Guitar.
Ada pula Vihuela De Mano berasal dari Spanyol dan merupakan
instrumen dengan enam pasang senar. Bentuk dari gitar tersebut cukup
besar seperti gitar klasik jaman sekarang dan mempunyai beberapa
lubang suara di atasnya. Instrumen ini menggunakan fixed bridge dan
kemungkinan merupakan nenek moyang langsung dari gitar 12 senar
USA yang masuk ke Amerika Utara melalui Mexico, Texas dan Louisiana.
Masih banyak jenis gitar lainnya yang terus berkembang. Gitar
seperti yang kita kenal sekarang, yaitu bersenam enam, baru muncul
sekitar tahun 1750. Dan selama sekitar 90 tahun berikutnya (hingga tahun
1840), gitar senar enam ini cukup pesat berkembang di Spanyol.
Kata "gitar" dibawa ke dalam bahasa Inggris sebagai adaptasi dari
Spanyol kata "guitarra," yang, pada gilirannya, yang berasal dari Yunani
"kithara." Menilik akar kata selanjutnya kembali ke bahasa sejarah,
tampaknya telah kombinasi Indo-Eropa batang "guit-," berarti musik, dan
akar "-tar," berarti senar atau string. Root "ter-" sebenarnya umum untuk
sejumlah bahasa, dan juga dapat ditemukan dalam kata "sitar," juga
gesekan alat musik. Walaupun ejaan dan pengucapan berbeda antara
bahasa, unsur-unsur tersebut tombol yang sudah ada di sebagian besar
untuk kata "gitar" sepanjang sejarah.
b.
Sejarah Gitar Akustik.
Gitar adalah suatu alat musik tradisional Spanyol sehingga
dipercaya bahwa alat musik petik ini berasal dari spanyol. Tapi ada juga
yang mengatakan bahwa sejarah gitar dimulai jauh sebelum Masehi yaitu
pada jaman Babilonia. Pada awalnya alat musik ini bentuknya kecil dan
memiliki empat dawai yang masing – masing berpasangan.
Selama jaman Renaissance, alat musik gitar tidak populer dan tidak
diminati
masyarakat.
Namun
setelah
Alonso
Mudarra
mulai
memperkenalkan alat musik ini melalui karya-karyanya maka dengan
segera orang-orang mulai tertarik untuk mendengarkan dan memainkan
gitar. Dan pada saat itu gitar mulai populer dikalangan masyarakat.
Pada abad 17 atau periode Baroque, dawai (string) gitar
ditambahkan menjadi lima yang masing-masing berpasangan, ini
memungkinkan para pemain memainkan musik yang lebih kompleks dan
luas. Pada akhir abad 17 dua perubahan penting dibuat pada alat musik
ini yaitu :
1.sebelumnya tiap-tiap dawai berpasangan (ganda) maka sekarang
digantikan oleh senar tunggal.
2.sebelumnya memiliki lima senar maka sekarang ditambahkan
menjadi 6 senar tunggal yang dipakai hingga hari ini.
Periode klasik sekitar tahun 1750-1775 banyak melahirkan
komposer-komposer gitar terkenal diantaranya Fernando Sor, Mauro
Giuliani, Matteo Carcassi, D. Aguado dan Fernando Carulli. Mereka
menulis musik dan sering mengadakan konser-konser gitar di berbagai
tempat.
Gambar 2.1
Perkembangan Gitar Akustik
Pada saat itu alat musik gitar sangat populer dan diminati banyak
orang. Selain itu ada juga Nicolo Paganini yang selain pemain biola
terkenal juga pemain gitar yang karya-karyanya masih sering didengar
sampai sekarang.
Pada akhir abad 19 instrumen gitar mengalami penurunan dan
banyak orang tidak mengenal alat musik ini, tapi kemudian di populerkan
kembali oleh Francisco Tarrega yang adalah komposer besar yang
mengkhususkan dirinya kepada alat musik gitar klasik. Banyak karyakarya musiknya menjadi sangat terkenal antara lain: Recuerdos de la
Alhambra, Estudio Brillante, Capricho Arabe dan masih banyak lagi.
Ia juga banyak menulis dan menyusun suatu metode/sistem untuk
pengajaran gitar dan metode pengajarannya ini menjadi standar
pengajaran pada pelajaran gitar klasik sampai sekarang. Ia juga banyak
mengajar dan tidak sedikit dari muridnya yang menjadi komposer besar
seperti dirinya diantaranya adalah Miguel Liobet.
Di samping komposer-komposer gitar ada juga seorang desainer
gitar yang berjasa dalam perkembangan alat musik ini yaitu Luthier
Antonio Torres. Ia mencoba menambah ukuran gitar dan mencoba
meningkatkan bunyi gitar agar lebih keras dan selaras. Ia banyak
menyempurnakan bentuk gitar, dia membuat leher gitar lebih lebar dan
lebih tipis dari pada bentuk gitar sebelumnya. Ia juga membuat standar
dawai gitar dengan ukuran panjang 65 cm yang sampai sekarang masih di
pakai. Dari hasil eksperimennya ini maka gitar yang dibuatnya ini
merupakan standar gitar modern16 yang dipakai sampai sekarang. Selain
Torres, sebelumnya juga ada seorang yang bernama stradivarius yang
selain terkenal membuat biola juga mahir membuat gitar.
Pada tahun 1946 dawai/senar gitar yang sebelumnya terbuat dari
Gut (tali yang terbuat dari usus binatang) digantikan dengan dawai yang
terbuat dari nylon. Dengan memakai string nylon maka suara yang
dihasilkan lebih besar dan lebih bagus.
Ada
ketidakpastian
tentang
tepat
tanggal
dibuat
gitar.
Kemungkinan adalah tanggal 1779, dan dibuat oleh superlee Vinaccia.
Namun, keaslian dari enam string gitar diduga telah dibuat sebelum 1790 ,
karena banyak yang ditemukannya gitar yang bisa dikatakan palsu pada
masanya. Awal abad kesembilan belas umumnya diterima sebagai jangka
waktu perubahan gitar enam string mengenai bentuk dan dimensi. Jadi
hampir dua ratus tahun, luthiers, atau pembuat gitar “n”, telah
memproduksi versi modern gitar akustik.
16
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 14
c.
Sejarah Gitar Listrik ( Elektrik )
Sejarah gitar listrik bermula pada tahun 1930, ketika seorang yang
bernama George Beauchamp mulai mencari cara untuk menambah
volume gitar. Diketahui jika suatu kawat di beri gaya medan magnet
maka dapat menciptakan arus listrik. Atas dasar pemikiran ini Ia meneliti
dan mengadakan suatu percobaan dengan jarum Gramopon (pada
dasarnya teknologi ini bisa didapati pada motor-motor listrik, generator,
jarum gramopon, radio dan mic). Ia percaya bahwa jika dawai gitar
digetarkan dekat medan magnet akan bisa diubah menjadi arus-arus
listrik dan kemudian dikonversi kembali menjadi gelombang suara
melalui speaker.
Setelah percobaan berbulan-bulan dan bekerja sama dengan Paul
Barth maka terciptalah pickup pertama yang sederhana terdiri dari 6
kutub dan tiap-tiap kutub untuk masing-masing dawai. Pickup berisi
kumparan yang digulung rapi. Menurut ceritanya, Ia mengambil
kumparan itu dari mesin cuci dan melilitnya kembali dengan motor mesin
jahit. Penemuannya ini sangat dihargai dan mendapatkan hak paten.
Dengan penemuannya ini maka langkah selanjutnya Ia mencari
orang yang mau bekerja sama dan membantunya dalam soal dana. Ia
menghubungi Adolph Rickenbacher yaitu temannya pada saat di National
String Instrument Company tempatnya bekerja. Mereka bekerja sama dan
membentuk sebuah perusahaan dengan nama Instrumens Rickenbachers.
Akhirnya Mereka mulai memproduksi gitar listrik pertama yang disebut
“The Frying Pan” (mungkin karena badan gitarnya terbuat dari panci). Ini
yang membuat perusahaan mereka tertulis dalam sejarah sebagai pabrik
yang pertama membuat dan memproduksi gitar listrik.
Selanjutnya seseorang yang bernama Lloyd Loar memperkenalkan
gitar listrik yang modelnya berbentuk gitar Spanyol. Ia dianggap yang
pertama kali membuat dan memasarkan gitar model ini. Ia telah banyak
melakukan percobaan-percobaan ini mulai awal 1920 dan pada tahun
1933 mendirikan perusahaan dengan nama Vivi-Tone yang merupakan
anak perusahaan dari Gibson Company.
Gambar 2.2
Perkembangan Gitar Elektrik
Perusahaan ini memproduksi gitar listrik dengan bentuk gitar
spanyol tapi dalam satu tahun perusahaan ini tidak berhasil. Dari
kegagalan ini, akhirnya mengilhami Gibson Company untuk mencoba
melanjutkan menciptakan gitar listrik. Dari usaha-usaha yang dilakukan
maka terciptalah gitar listrik ES-150 yang nantinya menjadi perintis gitargitar listrik selanjutnya.
Sejarah gitar listrik berlanjut pada tahun 1933 pada saat Alvino Rey
yang juga bekerja pada Gibson Company mengembangkan Pickup gitar
listrik yang lebih baik selain kualitas suara bentuknya juga diubah.
Di balik Kesuksesan ES-150 masih didapati banyak kekurangan,
karena badan gitar yang berongga maka getaran dari badan gitar juga
ditangkap pickup sehingga ikut terdengar pada amplifier. Selain itu
sering terjadi feedback dan suara-suara yang tak diinginkan. Karena itu
seorang gitaris jazz terkenal Les Paul memperkenalkan solusi baru untuk
membuat badan gitar padat dan tak berongga.
Pada akhirnya Ia sukses membuat gitar badan padat dan
menghasilkan suara yang bagus tanpa feedback atau suara-suara yang
tidak dikehendaki. Selain itu Ia menambahkan pickup pada badan
gitarnya menjadi dua. Pada tahun 1946 Ia membawa gitarnya ini ke
Gibson tetapi ditolak dengan alasan konsumen kurang tertarik dengan
gitar badan padat. Ia merasa kecewa karena usaha yang ia rintis akhirnya
gagal.
Tidak lama kemudian seorang yang bernama Leo Fender percaya
bahwa gitar yang dibuat oleh Les paul dengan gitar badan padatnya akan
banyak diminati oleh para konsumen. Akhirnya pada tahun 1943 ia
membuat gitar badan padat yang terbuat dari kayu pohon Ek dan
menyewakannya kepada para musisi agar mendapat banyak dukungan.
Akhirnya pada tahun 1949 Leo Fender mendapatkan kesuksesannya
dengan model gitar badan padatnya dan mendapatkan penghargaan.
Melihat kesuksesan Leo Fender dengan gitar badan padatnya maka
Gibson Company Akhirnya kembali melihat contoh gitar Les Paul dan
mendisainnya ulang. Pada tahun 1952 diputuskan untuk memproduksi
gitar badan padat dan menjadi suatu standar industri. Walaupun
inspirasinya datang dari Les Paul gitar Gibson yang sekarang kita kenal
dinamai menurut nama perusahaannya.
Pada tahun 1961 Ted McCarty memperkenalkan ES-335 suatu gitar
semi-hollow yaitu gabungan antara gitar berongga dan gitar badan padat.
Dengan cepat gitar ini menjadi populer digunakan para gitaris-gitaris jazz
diantaranya adalah BB King dan Chuck Berry.
Gibson dan Fender adalah perusahaan pembuat gitar yang telah
berjasa mengembangkan instrumen ini khususnya gitar listrik dengan
disain-disain yang futuristik. Keduanya sudah menjadi standar gitar bagi
para musisi, seperti sekarang kita mengenal Gibson SG atau Fender
Stratocaster.
Setelah
kedua
perusahaan
tersebut
telah
berhasil
mengembangkan gitar listrik, maka mulailah banyak bermunculan
perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi gitar listrik sampai
sekarang.
d.
Masuknya Gitar di Indonesia
Masuknya gitar di indonesia tidak dapat dilepaskan dari masuknya
masa penjajahan di indonesia hal ini berlaku dalam hal banyaknya karya
seni yang masuk ke indonesia termasuk gitar. Dibawanya gitar diawali
oleh orang-orang Purtugis di sekitar abad ke-17. Pada waktu itu sejumlah
tawanan asal Portugis di Malaka dimukimkan oleh Belanda di kawasan
berawa-rawa di Jakarta Utara, di sebuah kampung Tugu. Agar mereka
tidak bosan, mereka menghibur diri dengan bermain musik. Dan alat
musik17 yang mereka gunakan saat itu adalah gitar. Dari hasil pengenalan
rakyat terhadap alat musik itu, lahirlah beberapa alat musik petik yang
dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu keroncong.
17
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 208
Ada 3 jenis gitar yang dimainkan para tawanan saat itu, yaitu :
1. Gitar Monica, yang terdiri dari 3 dawai
2. Gitar Rorenga, yang terdiri dari 4 dawai
3. Gitar Jitera, yang terdiri dari 5 dawai.
Dua abad kemudian gitar dan keroncong menjadi populer di kalangan
bangsawan dan kemudian menyebar ke pelosok tanah air.
2. Dimensi Antropologi Budaya
a.
Alat Dawai Dalam Budaya
Pentingnya alat dawai sebagai ekspresi kebudayaan manusia dapat
dilihat berdasarkan penemuan artefak-artefak. Sejarah di berbagai tempat
di dunia. Pada kejayaan peradaban Mesir di zaman Mesopotamia, alat
dawai seperti harpa dan lira yang sedang dimainkan ditemukan dalam
bentuk pahatan lukisan kuno di dinding bebatuan.
Di kebudayaan18 cina ditemukan gambar seorang dewa yang
sedang memainkan alat petik lut pipa. Di kebudayaan India banyak
ditemukan
teks-teks
sejarah
kuno
yang
menceritakan
dan
menggambarkan bagaimana alat dawai digunakan sebagai sarana
meditasi. Di masyarakat Jepang, alat dawai siter wagon juga yamato-goto
merupakan alat musik penting yang digunakan sebagai pengiring tarian
spiritual “Azuma Asobi” dalam agama Shinto. Pentingnya alat ini
digambarkan pada sebuah patung kuno Haniwa yang sedang memainkan
prototipe sitar wagon. Demikian pula di Eropa, harpa digambarkan
dengan menonjol lewat lukisan-lukisan klasik dan tua.
18
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 210
Bagaimana pentingnya alat musik dawai. Salah satu situs sejarah
yang memeperlihatkan gambaran penggunaan alat-alat dawai pada masa
lampau dijumpai pada relief yang terdapat di salah satu dinding candi
Borobudur di Jawa Tengah. Relief yang menggambarkan orang yang
sedang memainkan lut di antara beberapa pemain alat musik lainnya.
Berdasarkan sumber foto-foto sejarah19, di Kalimantan konon
pernah ditemukan sejenis harpa dengan nama engkratong. Engkratong
pernah digunakan oleh masyarakant Murut dan Iban . Jenis harpa hampir
tidak ditemukan lagi di Nusantara. Dengan bukti dokumentasi foto yang
ada setidaknya kita tahu bahwa alat dawai harpa pernah ada di
Nusantara.
b.
Penggunaan Alat Dawai di Masyarakat
Peran serta kegunaan alat musik dawai di dalam konteks
kehidupan manusia memiliki fungsi yang sangat beragam, diantaranya
adalah sarana dalam ritual atau peribadatan keagamaan. Sehtar dan
tanbur adalah jenis alat musik dawai yang digunakan dalam komunitas
ritual sufi Islam di Timur Tengah. Alat musik itu digunakan sebagai alat
musik pengiring nyanyian, solo, maupun ensembel. Di Turki, tanbur
biasanya juga dimainkan dalam bentuk ensembel musik sufi bersama alat
lain, seperti santur (alat musik jenis siter pukul), al’ud (alat musik dawai
jenis lut petik), kemanche (alat musik dawai jenis lut gesek), dan duf
(gendang rangka satu sisi) atau gendang tamburin. Dalam konteks ini,
musik tersebut digunakan untuk membangun rasa khusuk yang dalam
19
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 82
(dzikir) untuk mengingat kebesaran sang Pencipta. Alat petik vina di
India Selatan dipakai sebagai sarana ritual meditasi lewat musik juga
dilakukan dengan nyayian. Nyayian diiringi dengan alat-alat dawai
seperti sarangi (jenis lut gesek), tanpura ( lut petik) dan pakhawaj ( jenis
gendang dengan muka dua sisi).
Di kebudayaan20 musik Nusantara, alat musik dawai dipakai
sebagai sarana ritual dalam kepercayaan masyarakat tertentu. Contoh
alat-alat musik dawai Nusantara yang digunakan sebagai sarana ritual
kepercayaan diantaranya adalah kulacapi di masyarakat di Karo dan
hasapi di masyarakat Batak Toba, Sumatera Utara. Kulcapi dimainkan
dalam upacara ritual Silengguri, yakni satu bentuk upacara “penyucian”
yang dilakukan seorang pemusik kulcapi terhadap alat musik yang
dimainkannya. Alat musik ini dimainkan dengan iringan alat musik lain
disebut dengan keteng-keteng (alat dawai jenis idiokord terbuat dari
bambu). Upacara ritual Silengguri dianggap sakral oleh pemusiknya dan
umumnya hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu saja. Orang-orang
yang terlibat hanyalah pemusik yang menjadi pelaku ritual, para pemusik
pengiring dan sebagian lainnya yang membantu mempersiapkan
keperluan ritual.
Hasapi merupakan jenis alat musik dawai yang dipakai dalam
sarana ritual peribadatan pada masyarakat Parmalian Batak Toba.
Ensembel gondang hasapi terdiri dari alat-alat musik sarana etek (sejenis
klarinet berukuran kecil), garantung (sejenis gambang kayu berbilah
lima), dua buah hasapi (lut petik bersenar dua) hasapi ende dan hasapi
20
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 48
doal, serta hesek (perkusi botol). Perayaan Sipaha Sada dilaksanakan di
dalam rumah peribadatan Parmalian (Bale Pasogit). Namun demikian,
kulcapi ataupun hasapi juga digunakan sebagai bagian dari ensembel
yang dimainkan dalam konteks musik hiburan. Kulcapi Karo dan hasapi
Toba
dapat
dimainkan
solo
sebagai
hiburan
bagi
orang
yang
memainkannya. Ensembel musik untuk jenis musik hiburan di Batak Toba
disebut dengan uning-uningan.
Penggunaan alat musik dawai dalam konteks ritual keagamaan
juga terdapat pada masyarakat Sunda di Jawa Barat. Tarawangsa (alat
gesek) serta kecapi (alat petik) dipakai dalam upacara bubur Sura di
daerah Sumedang. Upacara tersebut diadakan setiap tanggal 10 sura oleh
sekelompok masyarakat sebagaian bagian dari ritual.
Di dalam upacara yang umumnya berjalan selama semalam dan
sehari penuh itu, dimainkan kacapi dan tarawangsa hampir tiada henti.
Alat musik itu mengiringi tarian berkelompok secara bergantian. Contoh
lain dari bentuk ensembel musik ritual lain di Nusantara adalah Cokek
yang berasal dari Cirebon. Selain dimainkan di dalam perayaan sosial,
cokek, yang terdiri dari beberapa alat dawai gesek, juga sering
ditampilkan dalam upacara keagamaan masyarakat Cina di sana.
Di luar konteks ritual keagamaan, alat dawai juga umum
dipergunakan dalam konteks hiburan. Di berbagai kebudayaan alat dawai
untuk hiburan biasanya dipakai sebagai musik instrumental, musik
mengiringi nyayian, atau mengiringi tarian. Pemain kora adalah pemusik
profesional yang biasanya bermain di tempat keramaian. Di Spanyol, gitar
dimainkan untuk mengiringi tarian flamenco. Biasanya dilakukan di
kedai-kedai minum. Di Irlandia, biola diamainkan bersama alat musik lain
seperti akordeon dan gendang badhran. Di amerika serikat, ensembel
yang sangat populer adalah bluegrass, bluegrass terdiri dari beberapa
dawai, seperti gitar, biola, kontra bas, mandolin, dan banjo. Di India
Utara, alat dawai seperti sitar, sarad dan sarangi di mainkan dalam
hiburan apresiasif. Di Korea, alat dawai gesek ajaeng kadang di mainkan
dalam ensembel kecil dengan iringan sebuah gendang.
Beberapa pertunjukan dawai kadang menggabungkan alat musik
dawai dari berbagai daerah. Contohnya pertunjukan dawai Shamisen
Jepang yang ensambelnya di sertakan biola dan sela barat dengan diiringi
gendang dan nyayian. Di Jawa terdapat ensambel musik keroncong. Alat
utamanya adalah gitar, cuk (ukulele, mandolin, banjo), sela, kontrabas,
kadang juga ditambah dengan suling. Di Betawi ada orkes Gambang
kromong, yaitu ensembel yang menggunakan alat dawai gesek dengan
ukuran berbeda-beda ukuran kecil disebut kang ah yan dan teh yan,
sedangkan yang besar disebut sukang. Di Melayu gambus merupakan alat
musik dawai untuk mengiringi tarian zapir, atau masyarakat Melayu
kalimantan disebut tarian dana. Gambus umumnya dimainkan degan
biola dan gendang marwas. Kadang di sertai nyayian. Kacapi di
masyarakat Sunda di mainkan untuk mengiringi nyayian yang disebut
tembang
cianjuran
yang
sering
ditampilkan
dalam
perhelatan
perkawinan. Contoh alat dawai yang digunakan untuk mengiringi
nyayian bercerita panjang adalah kora (Afrika), gitar blues(Amerika) dan
kacapi bugis (Nusantara) Teks dalam nyanyian bercerita umumnya
mengenai cerita-cerita epik, legenda, maupun dari pengalaman sosial
masyarakat.
Pertunjukan musik dawai di jalanan sering disebut dengan
“pengamen” atau street musician. Kadang alat dawai yang digunakan
seperti biola (Eropa, Amerika), gitar (Nusantara), rebab (Arab), Kora
(Afrika Barat). Contoh pertunjukan musik pengamen lainnya adalah
menggunakan siter kotar ( siter betot ) dan tamburin. Siter kotar
umumnya terbuat dari karet ban.
c.
Akulturasi, Adaptasi dan Estetika Musik
Proses terbentuknya sebuah budaya baru yang diakibatkan oleh
pengaruh budaya itu sendiri merupakan gejala yang umum dan sering
terjadi di berbagai kebudayaan masyarakat di dunia. Fenomena
bercampurnya dua atau lebih budaya yang berbeda disebut degan
akulturasi.
Di Sumba Nusa Tenggara Barat, gitar juga dimainkan lewat cara
dan ekspresi yang dipengaruhi oleh gaya permainan musik tradisi
masyarakatnya. Cara memainkan gitar ada yang menggunakan teknik
seperti layaknya bermain alat jungga (jenis lut tradisi di Sumba). Di Jawa
Barat juga ditemukan cara bermain gitar dengan menirukan kacapi Sunda.
Di Madagaskar Afrika, gitar dimainkan dengan teknik seperti yang
terdapat pada alat dawai valiha. Permainan gitar pada masyarakat AfrikaAmerika, yang dikenal dengan istilah gitar blues juga memiliki gaya dan
pendekatan bermain tersendiri. Demikian pula permainan gitar yang
terdapat di Turki, di Spanyol, dan tempat-tempat lainnya di dunia.
d.
Ornamen dan Hiasan alat Dawai
Ornamen ataupun hiasan tidak hanya sebagai sesuatu yang bersifat
artistik, maupun kadang kala juga dapat dilihat sebagai ungkapan dari
berbagai simbol budaya. Di masyarakat Batak di Sumatera Utara umum
di jumpai bentuk kepala pada alat dawai jenis lut dengan di beri ornamen
ukiran. Ukiran kepala pada alat musik biasanya berbentuk kepala ayam
jago atau ukiran manusia yang tersusun secara bertingkat. Bentuk ukiran
pada alat dawai Batak, seperti hasapi Toba, kulcapi, kora, atau hasapi
papak dan simalungun.
Ayam jago merupakan simbolisasi debata (dewa) dalam mitologi
kepercayaan Batak. Ukiran manusia yang tersusun bertingkat juga
memiliki makna di dalam kebudayaan Batak, yakni menggambarkan
pentingnya memiliki dan menjaga keturunan. Di masyarakat Toraja di
pulau Sulawesi, dapat menemukan bentuk ukiran pada kepala dari alat
dawai petik katapi. Ukiran kepala kacapi berbentuk jalinan motif yang
berlubang. Bentuk keseluruhan kecapi kelihatan seperti sebuah perahu. Di
pulau Kalimantan umum ditemukan alat dawai yang diberi ukiran
ornamentasi. Keseluruhan badan alat musik mulai kepala, papan jari,
kontak resonator hingga bagian bawah alat musik di beri lukisan
ornamen. Motif ukiran yang terdapat pada alat dawai umumnya
ditemukan pada produk budaya artistik lainnya seperti pada lukisan kain
tenunan.
3. Dimensi Spiritualitas
Berbagai cara penerimaan atau penyesuaian dari proses akulturasi
yang terjadi disebut dengan adaptasi. Permainan gitar di Nusantara
memiliki keunikan cara, gaya, maupun teknik bermain tersendiri. Bentuk
permainan gitar pada ensambel tarling di cirebon, pada dasarnya
menirukan permainan alat musik gamelan yang ada di Cirebon. Di Jawa,
misalnya, gitar dipakai dalam ensambel musik Kroncong, di permainan
siteran. Pada prinsipnya permainan gitar mengisi pola melodi pokok, baik
oleh sebuah nyayian tertentu ataupun musik instrumental. Gitar dalam
tradisi Kroncong tidak dapat berdiri sendiri, gitar menjadi bagian dari alat
musik pengiring.
Dan dalam pengembangannya alat musik gitar di Indonesia sering
digunakan dalam kegiatan – kegiatan keagamaan21. Hal ini dikarenakan
pada kepercayaan masyarakat sebelumnya bahwa penggunaan musik
dalam acara yang bersifat keagamaan lebih mengarah kepada rasa puji
syukur kepada Tuhan atas limpahan kenikmatan yang di dapat. Dan
beberapa contoh dari acara keagamaan yang menggunakan gitar adalah :
a.
Tarling ( Gitar Suling ) Klasik
Tarling Klasik adalah kesenian khas daerah Cirebon yang lahir
diperkirakan tahun 1934 dan hingga saat ini masih populer digemari baik
oleh masyarakat regional maupun nasional.
Alat musik yang digunakan sangat sederhana yaitu gitar atau
guitar dan bangsing/suling miring dilengkapi oleh alat musik lainnya
seperti gong kendi, kecrek sendok, gendang terbuat dari tong sabun diberi
karet untuk mengiringi lagu khas Cirebonan. Dari 2 buah alat musik gitar
dan suling lahirlah kesenian yang disebut “TARLING” yang merupakan
akronim dari kedua kata gitar dan suling.
21 21
Syafiie,Kencana,Inu,Pengantar Filsafat,Bandung,PT. Refika Aditama,2004 hal 178
b.
Qasidah
Kesenian Qosidah tumbuh dan berkembang di Cirebon hampir
setiap wilayah terutama di mushola atau masjid, pesantren, di lembagalembaga Islam dsb.
Kesenian Qosidah bernafaskan Islam untuk mengembangkan
agama Islam. Waditra yang digunakan adalah genjring berbagai ukuran,
gendang, kecrek, gitar dsb.
Busana yang digunakan adalah busana muslim lengkap dengan
jilbabnya bagi pemain wanita dan bagi pemain pria menggunakan baju
taqwa, kopiah dan sarung.
c.
Balaziq / Gambus
Balaziq/Gambus adalah kesenian/musik religi yang menyanyikan
lagu-lagu berirama padang pasir dengan menggunakan bahasa Arab dan
bahasa Indonesia, berisikan pesan-pesan moral/agama baik yang berisi
tentang cita, cinta, maupun tentang kehidupan manusia. Alunan musik
Gambus/Balaziq diiringi dengan instrumen, menggunakan alat musik
keyboard, gitar bass, biola, dumbuk, tamtam, markis, simbal dan suling.
Kesenian Gambus berasal dari timur/Bangsa Arab. Di Indonesia
Gambus umumnya dikenal dengan sebutan Balaziq, sedangkan balaziq
itu sendiri sebenarnya adalah nama dari sebuah group gambus yang
berasal dari Jember Surabaya.
Dari sekian contoh acara keagamaan yang menggunakan gitar
tersebut maka dapat dikatakan bahwa penggunaan gitar sendiri sudah
berkembang dari yang menggunakan gitar akustik sampai penggunaan
gitar elektrik. Akan tetapi dalam penerapannya kedua jenis gitar tersebut
dapat digunakan secara bersamaan.
4. Dimensi Filsafat
Estetika22 disebut juga dengan filsafat keindahan23 (philosophy of
beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang
artinya hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera.
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap
nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indak atau tidak indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang
muncul persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu,
keindahan yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan
keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan
kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik
terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan,
kepatutan, dan hukum
Dalam penerapannya sebuah gitar, sebelum digunakan oleh
pemain nya, haruslah menyesuaikan dulu senar atau dawai gitarnya,
perlu keahlian khusus dan rasa seni yg tepat untuk menyesuaikannya,
agar bisa dihasilkan melodi atau nada yg indah. Sebagus apa pun gitar,
bila senarnya tidak disesuaikan dengan baik, tak akan menghasilkan
melodi yg baik pula. Pada gitar terdapat beberapa senar dawai gitar yg
berbeda beda pula nadanya. Melodi yang bagus akan tercipta bila
harmoni dan ritme senar senar tersebut, dimainkan dengan serasi pula.
22
Syafiie,Kencana,Inu,Pengantar Filsafat,Bandung,PT. Refika Aditama,2004 hal 37
23
Syafiie,Kencana,Inu,Pengantar Filsafat,Bandung,PT. Refika Aditama,2004 hal 41
Filosofinya, banyak aspek dalam diri kita dan hidup ini yang harus
kita kelola (mainkan) agar harmonis pula hasilnya. Demikian pula,
banyak faktor eksternal di luar diri kita yang harus kita atur agar bisa
memberikan nilai tambah yang sinergis dan menimbulkan hubungan
yang harmonis dengan sesama manusia ataupun dengan alam sekitar.
Dan dalam penerapannya bahwa keindahan tidak dapat dilihat
dari satu sisi saja seperti halnya gitar tidak dapat dikatakan baik jika
menghasilkan suara yang tidak baik walaupun dalam penerapannya
bentuk gitar tersebut dapat dikatakan sangat baik akan tetapi yang
diinginkan dari sebuah gitar bukanlah keindahan bentuk saja melainkan
juga harus mencakup keindahan bunyi yang dihasilkan dari gitar
tersebut. Agar menghasilkan suatu keindahan yang tidak hanya bisa
dilihat mata akan tetapi dapat juga terdengar oleh telinga penikmatnya.
5. Dimensi Sosial
Dalam penerapannya pada suatu komunitas yang bersifat sosial
terkadang gitar dapat mempengaruhi suatu pandangan khususnya
pandangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan
pandangan seseorang terhadap suatu kounitas grup musik ( band ).
Padahal dalam hal ini suatu grup musik bekerja secara berkelompok
bukan secara individu.
Dalam penerapannya suatu gitar dapat menjadi suatu tanda yang
dapat meghadirkan suasana yang berbeda pada suatu grup musik. Hal ini
dapat dilihat dari kehadiran seorang pemain gitar ( gitaris ) dalam suatu
grup band.
Gambar 2.3
Eksistensi Seorang Gitaris
Jika Dilihat lebih jauh maka pengaruh gitar terhadap pemainnya
akan sangat memiliki arti karena dalam penerpannya seorang gitaris
dapat dengan mudah diingat oleh masyarakat luas jika dibandingkan
dengan personil dalam suatu grup band dalam artian yang menggunakan
alat musik.
6. Dimensi Ekonomis Dan Psikologi
Dalam bahasan dimensi ekonomis dapat dikaitkan dengan dimensi
psikologis. Hal ini dikarenakan dalam penerapannya harga sebuah gitar
dapat meningkatkan harga diri pemiliknya. Hal ini dapat dilihat dari
beragamnya perusahaan yang memproduksi gitar dengan berbagai tipe
dan dengan berbagai macam harga yang ditawarkan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap harga diri si pemilik gitar sendiri.
Gambar 2.4
Teori Motivasi Kebutuhan Maslow
Hal ini berkaitan dengan dimensi psikologis dengan menggunakan
teori “Abraham Maslow” yang membahas tentang motivasi24 manusia
berdasarkan kebutuhannya. Yang mana jika dibagi menjadi 5 macam
yaitu :
1.
Kebutuhan fisiologis / dasar
2.
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
3.
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.
Kebutuhan untuk dihargai
5.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Dalam penerapannya suatu objek alat musik gitar dapat dilihat
posisi pemilik gitar berada pada posisi kebutuhan untuk dicintai dan
disanyangi hal ini dapat dikatakan penggunaan gitar sebagai alat seorang
pria untuk merayu seorang wanita yang dipuja. Akan tetapi jira dilihat
lebih lanjut maka pemilik gitar dapat juga memiliki kebutuhan untuk
dihargai. Hal ini dapat dibuktikan dalam suatu grup musik.
24
http://www.bengkelmusik.com/forum/printthread.php?t=10509
Karena jika suatu grup musik tidak ada pemain gitar dapat
dikatakan grup musik tersebut tidak akan bertahan lama karena akan
berkurangnya penghargaan yang didapat dari masyarakat. Akan tetapi
hal ini tidak berlaku dalam hal musik yang cenderung menggunakan alat
musik yang bersifat teknologi yang dapat ditemukan pada tempat –
tempat hiburan seperti diskotik.
Dan jika sudut pandang diperluas, dalam penerapannya sebuah
gitar dapat menjadi statu kebutuhan untuk aktualisasi diri. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya kolektor – kolektor gitar yang memang
menginginkan
suatu
penghargaan
yang
akan
didapatkan
dari
kepemilikan suatu gitar dengan spesifikasi tertentu maka akan adanya
kekuatan seseorang dalam mengaktualisasikan dirinya dalam suatu
golongan masyarakat.
Gambar 2.5
Aktualisasi Seorang Pemilik Gitar
BAB III
KESIMPULAN
Dalam penerapan prinsip – prinsip desain dalam suatu gitar dapat
dikatakan bahwa adanya hubungan antara prisnip desain tersebut dengan
pembuatan gitar sendiri. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan prinsip
desain dari yang terkecil seperti titik samapi kepada penggunaan unsur
harmoni dalam proses pembentukan suatu gitar. Dalam penerapannya
sebagai alat musik yang memiliki unsur keindahan maka dapat
disebutkan bahwa gitar adalah sebuah karya seni yang memiliki
keindahan tersendiri yang menggabungkan unsur – unsur keindahan.
Dalam hal ini keindahan yang dimaksud adalah keindahan visual yang
dapat dilihat serta keindahan suara yang dapat didengar. Dan keduanya
dapat digabungkan menjadi suatu kenikmatan
Dalam kajian suatu karya seni atau desain dalam hal ini alat musik
gitar ternyata masih adanya unsur – unsur tersembunyi yang dimiliki
gitar. Hal ini dapat dilihat dari penggunaannya selain sebagai alat musik
sendiri. Penggunaan gitar sebagai alat musik sendiri dapat dilihat dari
adanya hubungan antara pemain musik dengan alatnya. Selain itu
perkembangannya terhadap industri yang ada lebih mengarah kepada
adanya inovasi – inovasi yang mengarah kepada suatu ketetapan
keindahan tanpa harus menghilangkan prinsip desain dan prinsip
industri yang memang mengharuskan benda yang berkualitas.
Dalam penerapannya gitar kepada kehidupan masyarakat, gitar
dapat mudah diterima oleh masyarakat secara luas hal ini dapat dilihat
keeksistensiannya pada suatu kebudayaan. Jika dilihat lebih lanjut hal ini
dikarenakan fungsi awal sebuah gitar yang memang sebagai alat musik
yang bersifat sebagai alat penghibur sehingga akan adanya suatu hiburan
maka gitar dapat mudah diterima oleh suatu kalangan masyarakat. Dalam
hal ini berkaitan pula dengan suatu pagelaran seni yang bersifat agama
yang memang berhubungan dengan suatu hal yang bersifat agama dalam
artian sebagai rasa puji syukur atas karunia yang telah didapat.
Akan tetapi dalam pengembangannya suatu gitar dapat digunakan
sebagai alat eksistensi diri untuk mengangkat derajat seseorang karena
adanya unsur – unsur yang terkandung secara tersembunyi dari suatu
gitar seperti peningkatan harga diri dari kepemilikan suatu brand yang
memproduksi gitar.
Oleh karena itu pengangkatan kajian suatu gitar tidak akan lepas
dari pengkajian terhadap suatu komunitas ( masyarakat ) secara luas, hal
ini dikarenakan oleh penggunaan gitar sebagai alat musik sudah memiliki
tempat tersendiri bagi pemakainya.
Daftar Pustaka
Buku
Sanyoto,Ebdi,Sadjiman, Nirmana: Dasar-dasar Seni dan Desain
Yogyakarta, Jalasutra, 2009
Sanyoto,Ebdi, Sadjiman,Dasar – Dasar Tata Rupa dan Desain,
Yogyakarta, 2005
Sugiyono. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2004
Syafiie,Kencana,Inu,
Pengantar
Filsafat,
Bandung,PT.
Refika
Aditama,2004
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005
Wong, Wucius , Beberapa Asas Merancang Dwimatra, Bandung
Penerbit ITB,1986
Wong, Wucius, Beberapa Asas Merancang Trimatra, Bandung,
Penerbit ITB,1989.
Website
http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=29024
http://a2i3s-c0ol.blogspot.com/2008/09/alat-dawai-sebuah-konteksbudaya.html#ixzz18o6p1pTq
http://www.cirebonkab.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=45&Itemid=75&limitstart=2
http://www.bengkelmusik.com/forum/printthread.php?t=10509
http://hdmessa.multiply.com/journal/item/57
http://www.gibson.com
Download