BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini diabetes mellitus

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya. Pada tahun 2003 prevalensi
diabetes di dunia diperkirakan 194 juta. Jumlah ini diperkirakan akan
mencapai 333 juta ditahun 2025 sebagai konsekuensi dan harapan hidup yang
lebih lama, gaya hidup santai dan perubahan pola makan penduduk. Keadaan
ini akan merupakan beban dan biaya yang tinggi yang dapat mengakibatkan
komplikasi yang berat, bahkan kematian (Soegondo dkk, 2011).
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif
kronis yang semakin meningkat prevalensinya di masa mendatang. Indonesia
menempati peringkat keempat negara dengan penderita diabetes mellitus
(DM) terbanyak di dunia. World Heatlh Organization (WHO) memprediksi
kenaikan jumlah pasien DM di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000
menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. Kasus Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)
sebagai kasus yang paling banyak dijumpai mempunyai latar belakang berupa
genetik, resistensi insulin, dan insufisiensi sel beta pankreas dalam
memproduksi insulin. Salah satu faktor penyebab tingginya prevalensi DMT2
adalah pola makan yang tidak sehat meliputi diet tinggi karbohidrat dan
lemak, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dengan kandungan
natrium tinggi, dan konsumsi makanan rendah serat (Budiyanto cit Tera,
2011).
Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia menempati
urutan ke 6 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbanyak
setelah India, China, Uni Soviet, Jepang dan Brazil. Tercatat pada tahun
1995 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai lima juta dengan
peningkatan sebanyak 230 ribu pasien diabetes setiap tahunnya sehingga pada
tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 17 juta orang (8,6 % dari jumlah
penduduk). Penelitian yang dilakukan International Diabetic Federation (IDF)
membuktikan sebagian besar penderita diabetes memiliki tubuh gemuk.
Menurut Soegondo mengatakan salah satu masalah kesehatan yang
berhubungan dengan diabetes tipe 2 adalah kegemukan. Diabetes tipe 2 tanpa
tergantung pada insulin dan muncul pada usia diatas 45 tahun. WHO
memastikan peningkatan penderita diabetes tipe 2 paling banyak terjadi oleh
negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagian peningkatan jumlah
penderita diabetes tipe 2 karena kurangnya pengetahuan tentang DM, usia
harapan hidup yang semakin meningkat, diet yang kurang sehat, kegemukan
serta gaya hidup modern (Rahmadiliyani dan Muhlisin, 2008).
Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, terdapat
peningkatan prevalensi dari 1,5 – 2,3 % menjadi 5,7 % pada penduduk usia
lebih dari 15 tahun, dan bahkan suatu penelitian di Manado dan Depok
mendapatkan angka prevalensi sebesar 6,1 % dan 12,8 %. Melihat pola
pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada
sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun, dan dengan asumsi
prevalensi DM sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta penyandang DM. Data
terakhir yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI 2007 menyebutkan
prevalensi DM secara nasional 5,7 % (Soegondo dkk, 2011).
Prevalensi diabetes melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2011 sebesar 0,09%, mengalami peningkatan bila dibandingkan
prevalensi tahun 2010 sebesar 0,08%. Sedangkan prevalensi kasus DM tidak
tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe 2, mengalami penurunan dari
0,70% menjadi 0,63% pada tahun 2011. (Dinkesjateng, 2011).
1.5
1
0.5
0
2008
2009
DMTTI
2010
2011
1.25
DMTI
0.16
0.62
0.7
0.63
0.19
0.08
0.09
Gambar 1. Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008–2011
Pola hidup modern dengan pola makan modern pula, yang sekarang
ini banyak dianut orang ternyata sangat berpotensi rawan diabetes. Sebab,
gaya hidup dan pola makan yang disebut modern ini jelas sangat
mengancam kualitas kesehatan, justru karena kelebihan gizinya. Kelebihan
gizi membuat orang menjadi kegemukan yang mengarah munculnya penyakit
kronis, khususnya DM. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat,
seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stres
berperan besar sebagai pemicu diabetes ( Siswono cit Darbiyono, 2011).
Kepatuhan diet pasien merupakan suatu perubahan perilaku yang
positif dan diharapkan, sehingga proses kesembuhan penyakit lebih cepat dan
terkontrol. Pengaturan diet yang seumur hidup bagi pasien DM menjadi
sesuatu yang sangat membosankan dan menjemukan, jika dalam diri pasien
tidak timbul pengertian dan kesadaran yang kuat dalam menjaga
kesehatannya. Perubahan perilaku diet bagi pasien DM yang diharapkan
adalah mau melakukan perubahan pada pola makannya dari yang tidak teratur
menjadi diet yang terencana (Darbiyono 2011).
Pada penelitian Arsana (2011) di Poli Gizi RSU Dr. Saiful Anwar
Malang terhadap pasien diabetes, 75% diantaranya tidak mengikuti diet yang
dianjurkan. Ketidakpatuhan ini selain merupakan salah satu hambatan untuk
tercapainya tujuan pengobatan, juga akan mengakibatkan pasien memerlukan
pemeriksaan atau pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap diet meliputi; faktor-faktor
yang dihubungkan dengan kepribadian klien, diantaranya: motivasi, daya
ingat, dan niatnya. Faktor eksternal meliputi: hubungan keluarga, hubungan
sosial, dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan resume hasil penelitian yang telah dilakukan di luar
negeri, Delamater AM, et al cit Bangun (2009), menyimpulkan bahwa ada
beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kepatuhan pasien DM dalam
mengikuti penatalaksanaan DM. Faktor – faktor tersebut diantaranya
demografi, psikologis, sosial. Faktor demografi meliputi suku etnis, status
ekonomi & status pendidikan, faktor psikologi mencakup cara pandang
terhadap kesehatan, tingkat stress, koping mal adaptif, faktor sosial
diantaranya adalah dukungan keluarga.
Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup diduga
telah menyebabkan peningkatan kasus – kasus penyakit tidak menular di
Indonesia, termasuk diabetes mellitus. Perilaku makan tidak sehat, konsumsi
alkohol, stress serta minimnya aktivitas fisik, merupakan faktor– faktor risiko
penyakit degeneratif disamping faktor risiko lain seperti umur, jenis kelamin,
dan keturunan (Nuryati, 2009).
Ketidakpatuhan terhadap diet diakibatkan oleh faktor stressor, yaitu
perubahan gaya hidup yang lama dengan gaya hidup yang baru dalam waktu
yang lama. Perubahan yang terjadi sesuai anjuran dokter, untuk menjaga
kadar gula darah tetap normal, salah satunya yang menjadi terpenting adalah
dengan patuh dalam mengatur pola makan (diet) (Widyastuti, 2012).
Menurut Feuer Stein et al (1998) dalam Niven (2002) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien termasuk kepatuhan dalam
melaksanakan program diet pada pasien DM yaitu pemahaman tentang
instruksi, kualitas interaksi, dukungan sosial keluarga, serta keyakinan, sikap
dan kepribadian pasien. Dari ke-4 faktor tersebut, dukungan sosial keluarga
merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
dukungan sosial keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki
kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi
kepatuhan pasien DM. Mengingat diabetes merupakan penyakit kronis yang
dapat hilang timbul atau dapat kambuh kapan saja jika pasien tidak
mengikuti program yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan (Anggina
dkk, 2010).
Banyak orang memandang diabetes hanya dari segi klinisnya saja,
sehingga perlu membantu mengenal perasaan pasien, sebagai penderita
diabetes agar dapat mengendalikan lebih baik. Segi emosional ini meliputi
sikap menyangkal obsesif, marah dan takut, akan menyebabkan kesalahan dan
kekecewaan dan merasa bahwa telah membatasi segala segi kehidupan. Segi
emosional harus dijaga karena s t r e s atau depresi dapat meningkatkan
kadar gula darah. Efek depresi dapat menyebabkan produksi efinefrin naik,
memobilisasi glukosa, asam lemak dan asam nukleat. Naiknya gula darah
disebabkan meningkatnya glikogenolisis dihati oleh peningkatan glukagon,
terhambat, pengambilan glukosa oleh otot dan berkurangnya pembentukan
insulin pankreas (Hidayati, 2009).
Selama studi pendahuluan
diperoleh data Pasien Rawat Jalan di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang
menunjukkan jumlah penderita DM meningkat tiap tahunnya. Diperoleh data
pasien yang menderita DM, pada tahun 2009 sebanyak 5682 kasus dan pada
tahun 2010 sebanyak 6850 kasus dan tahun 2011 sebanyak 6984 kasus. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kasus DM pada
tahun 2009 sampai 2010. Penyakit DM pada tahun 2009 juga menempati
urutan ke 4, tahun 2010 menempati urutan ke 8, tahun 2011 menempati urutan
ke 6 dalam urutan 20 besar penyakit pada penderita rawat jalan.
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan maka peneliti ingin
melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan diet penderita DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor – faktor apa saja
yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet
pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
b. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
diet pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
c. Untuk mengetahui hubungan stress emosional dengan kepatuhan diet
pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
d. Untuk mengetahui faktor risiko status ekonomi dengan kepatuhan diet
pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
e. Untuk mengetahui faktor risiko dukungan keluarga dengan kepatuhan
diet pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
f. Untuk mengetahui faktor risiko stress emosional dengan kepatuhan
diet pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet
penderita diabetes mellitus.
b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya, sehingga
hasilnya lebih mendalam dan lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk dijadikan sebagai salah satu bahan informasi atau acuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan diet penderita diabetes mellitus.
d. Bagi Institusi
Sebagai informasi atau kajian untuk dijadikan acuan bagi penelitian –
penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.
Download