NAMA : LUKAS WAHYU PURWOSASMITO NIM : 125100601111020 KELAS :H TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI Tugas sekuensing 1. Jelaskan pengertian DNA Sekuensing 2. Jelaskan pengertian Hibridisasi 3. Jelaskan prinsip kerja Southern Blot, Northern Blot dan Western Blot. Sebutkan persamaan dan perbedaannya Jawab : 1. DNA Sekuensing merupakan salah satu proses untuk menentukan urutan basa nukleotida pada suatu molekul DNA. Urutan tersebut juga dikenal sebagai informasi yang paling mendasar pada suatu gen atau genom karena mengandung instruksi yang dibutuhkan dalam proses pembentukan tubuh makhluk hidup. DNA Sekuensing dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau fragmen DNA lainnya dengan cara membandingkan sekuens-nya dengan sekuens DNA lain yang sudah diketahui. Teknik ini banyak digunakan pada riset dasar biologi maupun berbagai bidang terapan seperti kedokteran, bioteknologi, forensik, dan antropologi. 2. Hibridisasi merupakan suatu proses pengembangbiakkan dua jenis hewan atau tumbuhan yang berbeda varietas dan memiliki sifat-sifat unggul. Tujuan hibridisasi adalah untuk memperoleh genotipe baru yang memiliki sifat-sifat unggul secara kuantitatif dan kualitatif sama seperti induknya. Hibridasi juga bertujuan untuk memperluas keragaman genotipe dengan cara menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru. 3. A. Southern Blotting Southern Blotting merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi sekuen DNA spesifik pada suatu DNA sampel menggunakan probe atau komplementernya. Prinsip kerja dari Southern Blotting adalah melakukan transfer molekul DNA yang telah dipisahkan oleh gel elektroforesis ke dalam membran nilon. Membran nilon adalah tempat hibridisasi antara sekuen DNAspesisfik dengan Probe. Sedangkan, probe adalah DNA untai tunggal yang merupakan komplemen dari DNA target. B. Northern Blotting Northern Blotting digunakan untuk mempelajari pola ekspresi dari jenis tertentu molekul RNA sebagai perbandingan relatif antara set sampel yang berbeda dari RNA. Ini pada dasarnya adalah kombinasi dari denaturasi RNA elektroforesis gel, dan sebuah noda. Dalam proses ini RNA dipisahkan berdasarkan ukuran dan kemudian ditransfer ke membran yang kemudian diperiksa dengan pelengkap berlabel urutan kepentingan. Hasilnya dapat digambarkan melalui berbagai cara tergantung pada label yang digunakan, namun hasil yang paling dalam penyataan band yang mewakili ukuran RNA terdeteksi dalam sampel. C. Wesern Blotting Wesern Blotting adalah metode untuk mengidentifikasi antibodi spesifik pada suatu protein dengan berat molekul tertentu yang telah diseparasi. Pada awalnya berat molekul protein diseparasi atau dipisahkan dengan menggunakan SDS-PAGE elektroforesis kemudian ditransfer ke kertas nitrocellulose (NC) untuk melakukan western blot. NAMA : LUKAS WAHYU PURWOSASMITO NIM : 125100601111020 KELAS :H TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI Tugas PCR 1. Apa kepanjangan PCR, jelaskan pengertiannya 2. Apa saja macam2 PCR, apa perbedaannya 3. Jelaskan prinsip kerja real time PCR 4. Jelaskan prinsip kerja reverse transkriptase PCR 5. Jelaskan prinsip kerja ELISA Jawab : 1. PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu metode untuk amplifikasi potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan 105-106-kali lipat dari jumlah nanogram dari DNA template. Proses ini mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif. Polymerase Chain Reaction (PCR) ini dapat digunakan untuk amplifikasi urutan nukleotida, menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi, pada bidang kedokteran forensik serta melacak asal-usul sesorang dengan membandingkan “finger print”. 2. A. Real-Time PCR Real-Time PCR (Quantitative Real time Polymerase Chain Reaction atau QPCR) merupakan suatu metode analisa yang dikembangkan dari reaksi PCR. Teknik ini digunakan untuk memperbanyak sekaligus menghitung jumlah target molekul DNA hasil memperbanyak tersebut. Real time PCR memungkinkan dilalukan deteksi dan kuantifikasi sekaligus terhadap sequens spesifik dari sampel DNA yang dianalisis. B. Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Reverse Transcriptase-PCR juga sering dikenal dengan kinetic polymerase chain reaction. RT-PCR merupakan modifikasi dari PCR, dimana yang diamplifikasi berupa m-RNA. Pada metode PCR biasa sumber sampel yang digunakan adalah DNA yang diekstrak dari sel atau jaringan. Pada RT-PCR sampel yang digunakan bukan DNA melainkan RNA. C. Nested PCR Nested PCR menggunakan adalah suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua pasang primer untuk mengamplifikasi fragmen. Dengan menggunakan nested PCR, jika ada fragmen yang salah diamplifikasi maka kemungkinan bagian tersebut diamplifikasi untuk kedua kalinya oleh primer yang kedua. Dengan demikian, nested PCR adalah PCR yang sangat spesifik dalam melakukan amplifikasi. D. Multiplex PCR Multiplex PCR merupakan beberapa set primer dalam campuran PCR tunggal untuk menghasilkan amplikon dari berbagai ukuran yang spesifik untuk sekuens DNA yang berbeda. Dengan penargetan gen sekaligus, informasi tambahan dapat diperoleh dari lari-tes tunggal yang tidak akan membutuhkan beberapa kali reagen dan lebih banyak waktu untuk melakukan. temperatur Annealing untuk masing-masing set primer harus dioptimalkan untuk bekerja dengan benar dalam reaksi tunggal, dan ukuran amplikon. E. PCR-ELISA PCR-ELISA merupakan metode yang digunakan untuk menangkap asam nukleat yang meniru prinsip dari enzim linked immunosorbant yang terkait. Dimana dalam sebuah pengujian hibridisasi hasil produk dari PCR akan terdeteksi dengan metode ini. Dengan metode inilah dapat dilakukan pengukuran sequen internal pada produk PCR. Metode ini lebih dipilih karena lebih murah dibandingkan metode Real Time PCR. 3. Prinsip kerja Real-Time PCR adalah mendeteksi dan menguantifikasi reporter fluoresen. Sinyal fluoresen akan meningkat seiring dengan bertambahnya produk PCR dalam reaksi. Dengan mencatat jumlah emisi fluoresen pada setiap siklus, reaksi selama fase eksponensial dapat dipantau. Peningkatan produk PCR yang signifikan pada fase eksponensial berhubungan dengan jumlah inisiasi gen target. Makin tinggi tingkat ekspresi gen target maka deteksi emisi fluoresen makin cepat terjadi. Terdapat 2 (dua) metode kuantifikasi yang umum digunakan antara lain : Menggunakan zat pewarna fluoresensi yang akan terinterkalasi dengan DNA rantai ganda (dsDNA) misalnya SyBr Green, dan Probe (penanda) yang berasal dari hasil modifikasi DNA oligonukleotida yang akan berpendar (flourensensi) ketika terhibridisasi dengan DNA komplemen, misalnya probe FRET (Hybridisasi) dan probe TaqMan. Dalam setiap pengamatan proses PCR, sinyal fluoresensi yang dipancarkan akan meningkat secara proporsional setiap siklus PCR telah berhasil dilakukan sejalan dengan bertambahnya produk DNA (DNA hasil amplifikasi) yang dihasilkan. 4. RT PCR atau disebut juga Reverse Transcriptase PCR adalah teknik yang digunakan untuk membuat cDNA (complementary DNA) dengan RNA sebagai template-nya. Proses ini adalah kebalikan dari transkripsi DNA menjadi RNA yang umum terjadi pada makhluk hidup, sehingga dinamakan reverse transcription (transkripsi terbalik). Teknik ini merupakan proses PCR dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk membuat DNA dari template RNA. Reverse transcriptase, atau RNA-dependent- DNA polymerase, merupakan jenis enzim yang biasanya ditemukan pada retrovirus. Enzi mini mensintesis DNA beruntai tunggal. DNA yang dibuat menggunakan template RNA disebut cDNA. cDNA kemudian diteruskan menggunakan proses PCR ?normal?, di bawah kendali DNA polymerase, sehingga dapat mensintesis jutaan molekul DNA untai ganda yang mewakili urutan RNA asli. 5. Prinsip Kerja Elisa adalah Pertama antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji. Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel, bila sampel berupa antigen maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi. Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang berupa pendaran flourescense