BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan kinerja Menurut Simamora (1997: 485) tujuan kinerja adalah menyusun sasaran yang berguna tidak hanya dalam evaluasi kinerja pada akhir periode, tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. Ada tiga alasan mengapa penentuan sasaran mempengaruhi kinerja : a. Penentuan sasaran mempunyai dampak mengarahkan yaitu memfokuskan aktivitas kearah tertentu dan pada lainnya. b. Sasaran yang telah diterima maka orang cenderung mengarahkan upaya secara professional terhadap kesulitan. c. Sasaran yang sukar akan membuahkan kekuatan dibandingkan sasaran yang ringan John Bernadin (1993) mengemukakan bahwa dalam mengukur kinerja dapat dipergunakan beberapa kriteria : 1. Kualitas 9 yaitu tingkat aktifitas yang dilaksanakan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas maupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas. 2. Kualitas yaitu jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah-istilah seperti dollar, jumlah unit, jumlah siklus yang diselesaikan. 3. Ketetapan waktu Yaitu tingkat aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil (output) untuk memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 4. Efektivitas Yaitu tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntungan mengurangi kerugian dari setiap unit atau organisasi dalam penggunaan sumber daya. Dari beberapa pendapat atau pengertian kinerja yang di kemukakan diatas dapat diambil kesimpulan berbeda: 1. kinerja adalah merupakan tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sesuaikan dengan sesuai dengan misi organisasi. 2. Kinerja adalah kemampuan bekerja atau prestasi yang dicapai sesuai dengan tujuan suatu organisasi. 3. Penilaian kinerja dapat menjadi ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. 4. Hasil penelitian kinerja dapat dijadiakn masukan untuk memperbaiki dan peningkatan kinerja suatu organisasi. 5. Kinerja adalah hasil yang dicapai dan dapat dievaluasi. 1.1.2. Definisi Koperasi Kata koperasi, memang bukan asli dari khasanah bahasa Indonesia. Tetapi banyak yang berpendapat dari bahasa Inggris : co-operation, cooperative, atau bahasa latin coopere, atau dalam bahasa Belanda : cooperatie, cooperatieve, yang kurang lebih berarti “bekerja bersamasama, atau kerjasama, atau usaha bersama atau yang bersifat kerjasama”. Kata koperasi tersebut dalam bahasa Indonesia sebelum tahun 1958, dikenal dengan ejaan kooperasi (dengan dua ‘o’), tetapi selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 kata kooperasi telah diubah menjadi koperasi. Dalam pernyataan tentang jatidiri koperasi yang dikeluarkan oleh Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperatives Alliance/ICA), pada kongres ICA di Manchester, Inggris pada bulan September 1995, yang mencakup rumusan-rumusan tentang definisi koperasi sebagai “Perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis”. (Berdasarkan terjemahan yang dibuat oleh LSP2I / Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia, 2001. Hal. 9). Dari berbagai definisi yang ada mengenai koperasi, terdapat hal yang menyatukan pengertian tentang koperasi, antara lain : a. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mempunyai kebutuhan dan kepentingan ekonomi yang sama, yang ingin dipenuhi secara bersama melalui pembentukan perusahaan bersama yang dikelola dan diawasi secara demokratis; b. Koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang berkumpul tidak untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan ekonomi; c. Koperasi adalah perusahaan yang harus memberi pelayanan ekonomi kepada anggota. Sedangkan pengertian mengenai koperasi dalam uraian adalah Koperasi dimaksud dalam Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 pada bab I pasal 1 ayat 1 tentang perkoperasian, yang didefinisikan koperasi sebagai “Badan Usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan-badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”. (M. Iskandar Soesilo, 2008). Berdasarkan definisi ini, maka Koperasi Indonesia mengandung lima unsur, yaitu : 1. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi. Ini berarti bahwa koperasi bukan kumpulan modal, untuk membentuk koperasi jumlah minimal anggotanya adalah 20 orang dan anggotanya tersebut mempunyai kepentingan yang sama. 3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. 4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi. 5. Koperasi Indonesia adalah “Gerakan Koperasi” Koperasi Indonesia. 1.1.3. Penggolongan Koperasi Secara umum penggolongan koperasi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang, namun pada kenyataannya yang terjadi cukup beragam. Jenis koperasi lebih didasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi. Perkembangan koperasi mula-mula hanya terbatas pada tiga bidang usaha, yaitu Koperasi Konsumsi, Koperasi Kredit, dan Koperasi Produksi, namun lama-kelamaan bertambah luas sesuai dengan keperluan masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 15, koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang sedangkan Koperasi Sekunder merupakan koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi. Bentuk dan jenis kegiatan ekonomi ini beraneka ragam, sesuai menurut kemampuan usaha dari Koperasi itu masing-masing dan langsung berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan bersama para anggota. Jenis dan bentuk usaha sudah ditetapkan sebelumnya dalam anggaran dasar Koperasi. Jadi sebelum berusaha para anggota dan pengurus Koperasi telah sepakat kebutuhan / kepentingan apakah dari para anggota yang paling mungkin dilaksanakan melalui usaha Koperasi dengan mengingat kemampuan modal yang ada, keahlian untuk mengelola usaha, kemampuan manajemen dan kemampuan lainnya yang dapat menjamin kelangsungan usaha Koperasi. (Pandji Anoraga dan Nanik Widiyanti,2003). Secara garis besar jenis koperasi dibagi 5 golongan, yaitu : 1. Koperasi Konsumsi Sejumlah kaum buruh dan golongan berpenghasilan rendah menyatukan diri agar terjamin kebutuhan sehari-hari secara terus-menerus, mutu yang lebih baik dan dengan harga yang pantas sesuai dengan kemampuan. 2. Koperasi Produksi Sejumlah pengusaha kecil sejenis dalam lapangan produksi bersama dengan tujuan agar tiap pekerjaan memperoleh hasil yang sesuai dengan keahliannya. 3. Koperasi Kredit Berkembang setelah sejumlah produsen kecil yang terbatas kemampuan permodalannya berusaha mengatasi akan permodalan kredit melalui usaha simpan pinjam. 4. Koperasi Jasa Meningkatnya kegiatan usaha dan keanekaragaman kebutuhan menyebabkan tumbuhnya pula satu jenis koperasi yang khusus bergerak di bidang pelayanan jasa-jasa. 5. Koperasi Pemasaran Merupakan koperasi yang berusaha memasarkan hasil-hasil produksi berbagai macam kegiatan ekonomi dari para anggotanya kedalam jangkauan pasar atau daerah yang lebih jauh lagi dimana hasil produksi itu dapat dijual dengan harga yang lebih menguntungkan para anggota koperasi. 1.1.4. Definisi Koperasi Serba Usaha 1.1.4.1. Pengertian Koperasi Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa koperasi adalah : “ Badan Usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan-badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”. 1.1.4.2. Pengertian Koperasi Serba Usaha Antara lain sebagai berikut: 1. Koperasi serba usaha adalah koperasi yang melakukan lebih dari satu unit kegiatan, yaitu unit usaha simpan pinjam dan unit usaha waserda. 2. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Bab IV pasal 6 ayat 1, menyebutkan bahwa koperasi dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. 3. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Nomor 05/Kep/Menneg/ 1/2000 tanggal 14 Januari 2000, bahwa pembentukan koperasi primer dihadiri sekurang-kurangnya 20 orang. 1.1.5. Tujuan Koperasi Serba Usaha a. Tujuan Koperasi Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, pasal 3 menyatakan : Bahwa koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. b. Tujuan Koperasi Serba Usaha Dari hal – hal tersebut, maka tujuan Koperasi Serba Usaha dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur. 3. Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi. 4. Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan produktif. 5. Memenuhi kebutuhan sehari – hari dan perkantoran anggota koperasi. 1.1.6. Prinsip Koperasi Serba Usaha Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, menyatakan bahwa prinsip koperasi serba usaha sama dengan prinsip koperasi yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu sebagai berikut: 1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5) Kemandirian. 1.1.7. Aspek – Aspek Kegiatan Perusahaan 7.1 Jasa Layanan a. Simpan Pinjam Pinjaman ini diberikan dengan persyaratan dan jumlah tertentu pada pegawai Kantor Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) serta anggota KSU SAEKO Propinsi Jawa Tengah. b. Menyediakan Barang – Barang Untuk Dikreditkan dengan diberikan jangka waktu maksimal 1 tahun yang dibebani bunga sebesar 18 %. 7.2 Kegiatan Pemasaran Kegiatan pemasaran pada KSU SAEKO Provinsi Jawa Tengah dilakukan oleh unit waserda. Dalam memasarkan suatu barang dilakukan secara langsung berhadapkan dengan konsumen. Keberhasilan suatu kegiatan pemasaran KSU SAEKO Provinsi Jawa Tengah harus ditunjang beberapa faktor, terutama faktor modal dan faktor pendidikan. 7.3 Kegiatan Keuangan dan Akuntansi Kegiatan keuangan dan akuntansi yang dilakukan KSU SAEKO Provinsi Jawa Tengah meliputi: a) Mencatat jurnal yang sesuai dengan transaksi yang dilakukan baik transaksi penjualan maupun pembelian. b) Membuat laporan keuangan sebagai bahan laporan dalam RAT yang diadakan setiap setahun sekali. c) Mencari penerimaan kas atau berdasarkan faktor pembelian. d) Menangani masalah simpan pinjam anggota KSU SAEKO Provinsi Jawa Tengah. 1.2. Kinerja Koperasi Serba Usaha 1.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan KSU Menurut Peter Jennergen dalam Steers (1980 : 21) kinerja adalah tingkat menunjukkan seberapa jauh pelaksanaan tugas seberapa jauh pelaksanaan tugas seberapa jauh dapat dijalankan secara aktual dari misi organisasi. Merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku perusahaan. Kinerja koperasi serba usaha merupakan gambaran seberapa jauh hasil ekonomi yang mampu diraih koperasi serba usaha. Koperasi dikatakan berkinerja baik apabila mereka mempunyai beberapa kriteria seperti pertumbuhan, profitabilitas yang bisa dilihat dari laporan keuangan, dan yang penting koperasi harus sehat. Karena kesehatan bisa dipresentasikan dengan pertumbuhan yang baik dalam periode tertentu. (Novi Eka.R, 2005) Laba usaha tiap bulan koperasi serba usaha merupakan pendapatan koperasi simpan pinjam koperasi yang diperoleh dalam satu bulan setelah dikurangi dengan biaya-biaya dari bulan yang bersangkutan. Besar kecilnya laba usaha koperasi sangat tergantung dari aktivitas jenis usaha itu sendiri. Sumber pendapatan dapat diperoleh dari bunga, administrasi pembiayaan, administrasi tabungan dan keuntungan dari hasil usaha sektor riil yang semuanya merupakan hasil dari jasa pelayanan pada anggota maupun non anggota koperasi simpan pinjam. 1.3. Penelitian Terdahulu NAMA NO PENELITI DAN TAHUN JUDUL VARIABEL PENELITIAN PENELITIAN HASIL PENELITIAN PENELITIAN 1. AGUS DWI ANALISA PURNOMO, KINERJA 2002 Dilihat dari kinerja Koperasi Simpan Pinjam serta faktor-faktor Wigata di Kota Semarang SIMPAN PINJAM yang mempengaruhi selama periode tahun 1997 - “WIGATA” pertumbuhan kinerja 2001 mengalami peningkatan serta faktor-faktor maupun penurunan predikat dominan yang kinerja koperasi simpan mempengaruhi pinjam dan predikat tidak penurunan perubahan sehat, kurang sehat, dan kinerja sehat. Faktor-faktor yang KOPERASI DIKOTA SEMARANG PERIODE 1997 2001 mempengaruhi penurunan perubahan kinerja adalah modal sendiri, cadangan resiko, sisa hasil usaha sebelum pajak dan beban operasional. 2 NOVI EKA RATNA SARI, 2005 ANALISIS TERHADAP KINERJA Kinerja koperasi yang Hasil penelitian secara di analisis dari faktor- statistik Koperasi Simpan faktor yang Pinjam Artha Prima di mempengaruhi Ambarawa periode tahun ARTHA PRIMA kinerjanya dengan 2001-2004 menunjukkan DI AMBARAWA dibatasi bahwa tiga variable menggunakan empat independent berpengaruh variable independent sangat signifikan terhadap KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUH INYA (2001 2004) , yaitu jumlah volume kinerja koperasi tersebut, usaha, jumlah sedangkan satu variable tabunagan anggota independent (jumlah kredit dan anggota yang disalurkan) tidak pelayanan, jumlah berpengaruh signifikan anggota dan anggota terhadap kinerja koperasinya. pelayanan dan jumlah kredit yang disalurkan. 3. ARI WIBOWO, 2007 ANALISIS KESEHATAN Kinerja koperasi yang Hasil penelitian , Penelitian ini berdasarkan rasio - rasio menganalisis tentang keuangan yang dilihat dari KOPERASI pengaruh kinerja likuiditas, solvabilitas, dan SERBA USAHA koperasi dengan rentabilitas dapat analisis rasio-rasio menunjukkan KSU Kencana terhadap laporan Mulya Semarang bahwa keuangannya dapat memenuhi KINERJA KEUANGAN (KSU) KENCANA MULYA SEMARANG kewajibannya baik jangka panjang maupun pendek, tetapi dari hasil rasio likuiditas dan rentabilitas KSU ini dapat dikatakan tidak sehat namun KSU ini masih mampu menghasilkan aktiva lancar, persediaan dengan menggunakan hutang lancar dan menghasilkan laba usaha dengan menggunakan total aktiva yang tersedia di koperasi. 1.4. Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan kinerja koperasi serta penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dilakukan penelitian tentang analisis terhadap kinerja keuangan Koperasi Serba Usaha SAEKO untuk mengetahui perkembangan dan kesuksesan koperasi tersebut. Untuk dapat memperoleh gambaran tentang kinerja koperasi maka perlu di lakukan analisis terhadap laporan keuangannya, yaitu laporan neraca dan laporan PHU-nya, dalam menganalisis laporan keuangan KSU SAEKO Provinsi Jawa Tengah yang berupa rasio keuangan. Rasio yang lazim digunakan adalah : 1. Rasio Likuiditas adalah rasio antara pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima (Wasiat P.Soegeng, 1995: 131). Rasio Likuiditas yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban finansial (S.Munawir: 2002). 2. Rasio Solvabilitas adalah kemampuan suatu koperasi atau perusahaan untuk membayar kewajiban– kewajibannya baik berupa hutang jangka pendek maupun jangka panjang (Bambang Riyanto, 2001: 32). 3. Rasio Rentabilitas adalah perbandingan antara laba usaha dengan melihat sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (Bambang Riyanto: 36). Analisis Rasio adalah suatu teknik analisis yang menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau perhitungan hasil usaha maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangannya. Dengan menggunakan analisis berupa rasio keuangan terhadap laporan keuangan KSU SAEKO Provinsi Jawa Tengah diharapkan dapat lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan dari KSU SAEKO di Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam mengambil keputusan mendatang. Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan - Neraca - PHU Likuiditas Solvabilitas Kinerja keuangan koperasi KSU SAEKO Propinsi Jawa Tengah Rentabilitas