hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus

advertisement
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
DIABETES MELLITUS DENGAN GAYA HIDUP PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE II DI DESA NYATNYONO,
KECAMATAN UNGARAN BARAT,
KABUPATEN SEMARANG
Lalu Muhammad Hairi*)
Raharjo Apriatmoko, SKM., M.Kes**) Lia Novita Sari S.Kep., Ns. **)
*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa darah atau hyperglikemia. Hal ini bisa ditangani dengan
memperbaiki gaya hidup yang tidak sehat. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan
ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Gaya
hidup adalah gambaran keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkunganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dengan gaya hidup
penderita Diabetes Mellitu tipe II di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang.
Penelitian dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 53 dan
sampel 53 penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Nyatnyono Kecamata
Ungaran Barat Kabupaten Semarang, diambil dengan cara total sampling.
Alat ukur tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dan gaya hidup
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu menggunaka kuesioner. Hasil uji Chi
Square didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang diabetes mellitus dengan gaya hidup penderita Diabetes Mellitus tipe 2
pada masyarakat di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Dengan p-value = 0,010 < α (0,05).
Masyarakat bisa menggali informasi tentang Diabetes Mellitus dan merubah
gaya hidup yang tidak sehat sehingga bisa terhindar dari komplikasi Diabetes
Mellitus dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta menurunkan angka
kematian bagi penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
Kata Kunci : Pengetahuan, DM tipe 2, Gaya Hidup.
Kepustakaan : 39 (2001-2012)
diproyeksikan
PENDAHULUAN
akan
meningkat
menjadi 366 juta pada tahun 2030
Latar belakang Masalah
Diabetes melitus merupakan
(WHO, 2011).
sekelompok kelainan yang ditandai
Menurut estimasi data WHO
oleh kenaikan kadar glukosa darah
maupun IDF (International Diabetes
atau hyperglikemia (Smletzer dan
Federation), memaparkan data angka
Bare, 2002). Diabetes melitus atau
kasus
biasa disebut kencing manis dapat
berdasarkan hasil survey tahun 2008
disebabkan oleh faktor lingkungan
menempati urutan ke empat tertinggi
seperti kegemukan, makan-makanan
di dunia setelah Cina, India dan
yang berlebihan, penyakit infeksi,
Amerika, yaitu 8,4 juta jiwa dan
dan sebagainya atau disebabkan oleh
diperkirakan jumlahnya melebihi 21
faktor keturunan yang mengganggu
juta
hormon
mendatang. Dalam profil Kesehatan
insulin.
Pada
penderita
diabetes
jiwa
di
pada
tahun
Indonesia
akan sering dijumpai yang disebut
Mellitus berada pada urutan ke enam
3P, yaitu Poliuri (banyak kencing),
dari 10 penyakit utama pada pasien
polidipsi
dan
rawat jalan di rumah sakit di
polifagi (banyak makan). Diabetes
Indonesia (Departemen Kesehatan RI,
melitus
2007). Antara berbagai propinsi yang
minum),
adalah
penyakit
2005,
2025
diabetes melitus pada gejala awalnya
(banyak
tahun
Indonesia
Diabetes
hiperglikemia yang ditandai dengan
ada
ketiadaan
atau
memiliki prevalensi DM yang cukup
penurunan relative insensitivitas sel
tinggi. Berdasarkan laporan program
terhadap insulin (Corwin, 2008).
yang berasal dari rumah sakit dan
absolut
insulin
Penelitian-penelitian
epidemiologi
menunjukkan
di
Indonesia,
jawa
tengah
puskesmas di Jawa tengah tahun
bukti
2005, kasus DM secara keseluruhan
adanya peningkatan insiden DM di
sebanyak 209.319. kasus tersebut
seluruh dunia termasuk Indonesia.
dibagi dua yaitu kasus DM yang
Data WHO menyebutkan bahwa
tidak tergantung insulin sebanyak
pada tahun 2011 kemarin jumlah
182.172
penderita
DM
dunia
tergantung insulin sebanyak 26.147.
sebanyak
346
dan
Kasus tertinggi untuk DM tidak
diseluruh
juta
orang
dan
kasus
DM
yang
Kota
hormon insulin yang cukup untuk
Semarang yaitu sebesar 25.129 kasus
menetralkan gula darah. Adapun
(14,66%) dibanding dengan jumlah
faktor-faktor
keseluruhan Diabetes Mellitus di
menyebabkan diabetes melitus yaitu
Kabupaten atau kota lain di jawa
faktor
tengah. Pada tahun 2010 terjadi
(kegemukan), megkonsumsi makan
peningkatan
instan, kelainan hormon, hipertensi
tergantung
insulin
adalah
penderita
Diabetes
yang
dapat
keturunan,
Mellitus di Kabupaten Semarang
(tekanan
yaitu sebanyak 11.725 jiwa dari
Triglycerid yang tinggi, merokok,
10.796 pada tahun 2009 dan 8.107
setres, terlalu banyak mengkonsumsi
penderita pada tahun 2008 (Depkes
karbohidrat, kerusakan sel pankreas,
RI, 2010).
level kolestrol yang tinggi, kelainan
Penyakit Diabetes Melitus
secara
umum
diakibatkan
oleh
horman
darah
obesitas
(Susilo
tinggi),
dan
angka
Wulandari,
2011).
tidak
Menurut Smletzer dan Bare
terkontrol atau sebagai efek samping
(2002), tipe diabetes berdasarkan
dari pemakain obat-obat tertentu.
penyebabnya yaitu: diabetes melitus
Diabetes Melitus disebabkan oleh
tipe I tergantung insulin (insulin-
tidak cukupnya hormon insulin yang
dependent diabetes melitus (IDDM),
dihasilkan
untuk
tipe II tidak tergantung insulin (non-
menetralkan gula darah pada tubuh.
insulin-dependent diabetes melitus
Hormon
untuk
(NIDDM), diabetes melitus yang
memproses zat gula atau glukosa
berhubungan dengan keadaan atau
yang berasal dari makanan dan
sidrom
minuman
gestasional
konsumsi
makanan
yang
pankreas
insulin
yang
berguna
anda
konsumsi.
lainya,
dan
diabetes
(gestational
diabetes
Apabila pankreas sudah normal atau
melitus (GDM), diabetes melitus tipe
produksi insulin sudah cukup, maka
2 ini (adull-onset diabetes, obesity-
gula darah akan terproses dengan
related
baik,
yang
dependent diabetes melitus, NIDDM)
bersangkutan telah kerusakan kerja
merupakan tipe diabetes melitus
pankreas tidak sempurna. Akibatnya
yang terjadi bukan di sebabakan oleh
pankreas
rasio insulin, serta penekanan pada
artinya
tidak
orang
menghasilakan
diabetes,
non-insulin-
penyerapan glukosa oleh otot lurik,
diabetes melitus tipe 2, diperlukan
yang meningkatkan sekresi gula
juga usaha mengkoreksi faktor-faktor
darah oleh hati. Pada tahap awal,
risiko penyakit kardiovaskuler yang
kelainan
sering menyertai diabetes melitus
muncul
adalah
berkurangnya sensitivitas terhadap
tipe
insulin atau mengurangi produksi
dislipedemia,
glukosa dari hati. Semakin parah
Pengendalian kadar glukosa darah
penyakit,
tetap
sekresi
insulin
pun
2
seperti
hipertensi,
resistensi
manjadi
insulin.
fokus
berkurang, dan terapi dengan insulin
(Hankwins, 2007).
kadang dibutuhkan. Beberapa teori
Tingginya
jumlah
penderita
menyebutkan penyebab pasti dan
diabetes
mekanisme terjadinya resistensi ini,
disebabkan karena perubahan gaya
tetapi obesitas diperkirakan sebagai
hidup
penyebab
pengetahuan
utamanya.
Obesitas
melitus
utama
antara
masyarakat,
yang
lain
tingkat
rendah,
dan
ditemukan kira-kira 90% dari pasien
kesadaran untuk melakukan deteksi
di
dikembangkan
dini penyakit diabetes melitus yang
diagnosis dengan diabetes melitus
kurang, minimnya aktivitas fisik
tipe 2 (Susilo dan Wulandari, 2011).
pengaturan pola makan tradisional
dunia
dan
Diabetes
melitus
tipe
2
yang
mengandung
banyak
merupakan penyakit metabolik yang
karbohidrat dan serat dari sayuran ke
prevalensinya meningkat dari tahun
pola makan ke barat-baratan, dengan
ke tahun. Indonesia dengan jumlah
komposisi
penduduk yang melebihi 200 juta
banyak mengandung protein, lemak,
jiwa, sejak awal abad ini telah
gula, garam, dan sedikit mengandung
menjadi
serat (Sudoyo, 2006).
Negara
dengan
jumlah
penderita diabetes melitus nomor 4
makan
Tingkat
yang
terlalu
pengetahuan
yang
terbanyak di dunia. Diabetes melitus
rendah akan dapat mempengaruhi
tipe 2 merupakan penyakit progresif
pola makan yang salah sehingga
dengan komplikasi akut maupun
menyebabkan
kronik. Pengelolaan yang baik, angka
Diperkirakan
morbiditas
penderita diabetes melitus tipe II
diturunkan.
dan
mortalitas
Dalam
dapat
pengelolaan
mengalami
kegemukan.
sebesar
kegemukan.
80-85%
hal
ini
asupan
dengan pernyataan dr. Ida (salah satu
karbohidrat dan rendahnya asupan
dokter yang ada di Desa Nyatnyono)
serat
2012).
bahwa masyarakat sebagian besar
Kurangnya pengetahuan masyarakat
belum memahami benar tentang
tentang
penyakit diabetes melitus, selain itu
terjadi
karena
tingginya
(Nurrahmani,
diabetes
melitus,
mengakibatkan
masyarakat
sadar
penyakit
terkena
melitus
setelah
baru
diabetes
mengalami
sakit
kurangnya
penyuluhan
penyakit
diabetes
melitus
dan
pencegahanya.
Berdasarkan
parah (Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil studi pendahuluan
tentang
fenomena
di
atas maka peneliti bermaksud untuk
yang dilakukan oleh peneliti pada
mengetahui
lebih
tanggal 8 oktober 2012 di desa
hubungan
antara
Nyatnyono
Ungaran
tentang diabetes melitus dengan gaya
Semarang
hidup penderita DM tipe II di desa
Barat
Kecamatan
Kabupaten
jauh
tentang
pengetahuan
didapatkan 53 penderita diabetes
Nyatnyono
Kecamatan
mellitus dari bulan Januari sampai
Barat Kabupaten Semarang.
Ungaran
Desember 2011. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan
warga
yang menderita diabetes
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis
mellitus yang dilakukan oleh peneliti
penelitian
yang
pada 10 (5,3%) orang, didapatkan
digunakan adalah deskriptif korelasi
sebanyak 7 (3,7%) orang penderita
yakni suatu metode penelitian yang
memiliki gaya hidup yang tidak
dilakukan
sehat,
memiliki
membuat gambaran atau deskripsi
tentang
tentang suatu keadaan secara objektif
diabetes mellitus dari tanda gejala,
untuk melihat hubungan antara dua
faktor resiko, komplikasi dan diet
veriabel pada situasi atau kelompok
sehari- hari, terdiri dari 3 (1,6%)
tertentu (Notoatmodjo, 2005). Desain
orang penderita yang memiliki gaya
penelitian yang digunakan dalam
hidup yang sehat dan mereka tidak
penelitian ini adalah dengan studi
memiliki
potong
dan
pengetahuan
mereka
yang
baik
pengetahuan
tentang
diabetes mellitus. Hal ini diperkuat
study)
dengan
lintang
yang
tujuan
untuk
(cross-sectional
menekankan
waktu
pengukuran
atau
observasi
data
variabel independen dan variabel
dependen hanya sekali, yaitu pada
Desa di bawa ke kader kesehatan
yang terkait.
4. Peneliti memilih 2 orang asisten
saat pengukuran (Nursalam, 2003).
peneliti
Metode penelitian ini digunakan
penenlitian, kemudia peneliti dan
untuk mengetahui hubungan antara
asisten
tingkat pengetahuan tentang Diabetes
persepsi,
Mellitus
hidup
kesepakantan kemudian peneliti
penderita Diabetes Mellitus tipe II Di
dan asisten peneliti berangkat ke
Desa Nyatnyono Kec. Ungaran Barat
tempat penelitian.
dengan
gaya
membantu
peneliti
5. Peneliti
Kabupaten Semarang.
untuk
menyatukan
setelah
dan
mendapat
asisten
peneliti
Metode pengumpulan data
mewawancarai masing- masing
Peneliti mengumpulkan data melalui
responden dan kuesioner di isi
tahapan sebagi berikut:
oleh peneliti ataupun asisten.
1. Peneliti meminta surat ijin studi
pendahuluan
dari
kampus
6. Setelah
peneliti
peneliti
selesi
atau
asisten
mewawancarai
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
responden,
untuk melakukan penelitian di
mengecek kembali kelengkapan
Desa Nyatnyono Kec. Ungaran
jawaban kuesioner.
7. Peneliti
Barat Kab. Semarang.
2. Setelah mendapatkan surat ijin
dari STIKES Ngudi
Ungaran,
kemudian
peneliti
Waluyo
kemudian
peneliti
kemudian
mengumpulkan kuesioner untuk
diolah kedalam komputer melalui
progran SPSS.
meminta surat ijin ke kantor
KESBANGPOL serta membawa
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil
proposal penelitian.
3. Setelah
surat
peneliti
ijin
mendapatkan
dari
kantor
penelitian yang telah dilaksanakan di
Desa
Nyatnyono
Kecamatan
selanjutnya
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
surat ijin penelitian ditembuskan
yang dilakukan pada bualan februari
ke
2013 pada
penderita Diabetes
Mellitus
2.
KESBANGPOL
kantor
Desa
Nyatnyono.
Kemudian surata dari kantor
tipe
Berdasark
an
penelitian yang dilakukan tentang
pendidikan, pekerjaan dan umur,
Hubungan
antara
sedangkan
pengetahuan
tentang
tingkat
faktor
eksternalnya
Diabetes
yaitu meliputi lingkungan dan
hidup
sosial budaya. Sebagian besar
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
masyarakat yang memiliki tingkat
diperoleh hasil sebagai berikut:
pengetahuan
A. Tingkat Pengetahuan Tentang
Mellitus yang sedang di Desa
Mellitus
dengan
gaya
tentang
Diabetes
Nyatnyono Kecamatan Ungaran
Diabetes Mellitus
Berdasarkan
hasil
Barat Kabupaten Semarang adalah
penelitian yang telah dilakukan
masyarakat
terhadap 53 responden didapatkan
pendidikan SMA sejumlah 29
sebagian
tingkat
orang 54,7% dari 53 responden,
pengetahuan masyarakat tentang
karena pada umumnya semakin
Diabetes
tinggi
besar
Mellitus
di
Desa
yang
tingkat
memiliki
pendidikan
Nyatnyono Kecamatan Ungaran
seseorang maka semakian tinggi
Barat Kabupaten Semarang dalam
pula tingkat pengetahuannya dan
kategori sedang, yaitu sejumlah
pekerjaan wiraswasta sejumlah 26
23
53
orang 59,1% dari 53 responden,
responden, dibandingkan dengan
sedangkan yang bekerja sebagai
responden dengan pengetahuan
IRT
baik sejumlah 19 orang (35,8%)
dari 53 responden dan dan yang
dari 53 responden dan responden
bekerja sebagai buruh sejumlah 4
dengan
pengetahuan
orang 7,5% dari 53 responden,
sejumlah
11
orang
(43,4%)
orang
dari
kurang
dari
53
sehingga mereka hanya fokus
untuk bekerja, sehingga tidak
responden (20,8%).
Berdasarkan
sejumlah 19 orang 35,8%
hasil
cukup
waktu
observasi peneliti tentang tingkat
informasi
pengetahuan masyarakat tentang
Mellitus.
Diabetes Mellitus disebabkan oleh
untuk
tentang
Adapun
sumber
mencari
Diabetes
belajar
2 faktor yang saling berhubungan
untuk meningkatkan pengetahuan
yaitu faktor internal dan eksternal.
antara lain: Sumber pertama yaitu
Faktor internal yang meliputi
kepercayaan berdasarkan tradisi,
adat dan agama warisan nenek
pengalaman batin yang bersifat
moyang.
Sumber ini berupa
langsung. Artinya, tanpa melalui
norma – norma dan kaidah –
sentuhan indera maupun olahan
kaidah baku yang berlaku didalam
akal pikiran (Suhartono, 2008).
kehidupan sehari – hari.
Pengetahuan merupakan hasil dari
harus
diikuti
dengan
Jadi
tanpa
tahu
dan
ini
keraguan , dengan percaya secara
seseorang
bulat
penginderaan
dan
pengetahuan
yang
terjadi
setelah
melakukan
terhadap
suatu
otoritas
obyek
tertentu.
kesaksian orang lain, juga masih
terjadi
melalui
diwarnai
manusia, yakni indra penglihatan,
berdasarkan
pada
oleh
kepercayaan.
Penginderaan
panca
Indera
kebenaran
pendengaran, penciuman, rasa dan
pengetahuannya dapat dipercayai
raba. Sebagian besar pengetahuan
adalah orang tua, guru, ulama,
manusia diperoleh melalui mata
orang
dan telinga (Notoatmodjo, 2002).
Pihak- pihak
yang
yang
dituakan
sebagainya.
dan
Kesaksian
pengetahuannya itu merupakan
hasil pemikiran dan pengalaman
yang telah teruji kebenarannya.
B. Gaya Hidup Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II
Hasil
penelitian
pengetahuan
berdasarkan gaya hidup penderita
alat
vital
diabetes mellitus menunjukkan
penyelengaraan kebutuhan hidup
bahwa dari 53 penderita DM tipe
sehari – hari.
2 di Desa Nyatnyono Kecamatan
Bagi
indriawi
manusia,
adalah
Dengan mata,
telinga, hidung, lidah dan kulit
Ungaran
Barat
,orang bisa menyaksikan secara
Semarang,
penderita
langsung dan bisa pula melakukan
mellitus
kegiata
pikiran
hidup tidak sehat sebanyak 15
memiliki sifat lebih rohani, yang
orang dari 53 responden (28,3%),
mampu menembus batas – batas
Sedangkan
fisi sampai pada hal – hal yang
mellitus dengan gaya hidup sehat
bersifat metafisis. Gerak hati yang
sebanyak
paling dalam.
responden (71,7%). Gaya hidup
hidup.
Akal
Pengetahuan dari
Kabupaten
diabetes
yang memiliki gaya
penderita
38
orang
diabetes
dari
53
modern yang serba santai, serba
diabetes melitus. Tidur cukup,
instan, dan serba canggih banyak
sangatlah baik bagi kesehatan,
pakar
sebaliknya
melihat
westrenisasi
urbanisasi,
atau
bahkan
kurang
meningkatkan
tidur
kadar
akan
glukosa
cocacolanization sebagai akibat
darah dan mendorong orang untuk
timbulnya diabetes. Semua serba
makan
otomatis,
makanan
makin
karbohidrat tinggi. Olahraga juga
beragam,
semakin
banyak
dapat mengurangi stres dan tentu
berkolesterol
saja dapat membantu mengurangi
tinggi, manis serta mengandung
konsumsi obat DM. Melakukan
lemak. Dengan gaya hidup seperti
pemeriksaan gula darah secara
itu menyebabkan seorang yang
berkala sangatlah penting dan
tidak memiliki riwayat Diabetes
dapat menghindarkan anda dari
Melitus dalam keluarganya dapat
penyakit
menderita Diabetes Melitus II
Berhenti dari kebiasaan merokok,
(Guztaviani, 2006).
berhenti
makanan
yang
Mengatur
asupan
makanan
diabetes
dengan
melitus.
merokok
menurunkan
risiko
dapat
terjadinya
karbohidrat, karbohidrat adalah
DM, jadi lakukan dengan perlahan
sumber penting bagi energi tubuh,
untuk berhenti merokok. Orang
baik
kacang-
dengan DM yang merokok, tiga
kacangan, dan buah-buahan. Yang
kali lebih cepat meninggal karena
harus diperhatikan adalah pola
penyakit
makan
memreka yang tidak merokok.
dari
biji-bijian,
yang
pengaturan
benar
jumlah
dengan
karbohidrat
jantung
Mengkonsumsi
daripada
makanan
gizi
setiap kali makan. Mengontrol
sehat dan seimbang, faktor nutrisi
berat
Menjaga
merupakan faktor yang penting
badan
dalam timbulnya DM tipe 2. Gaya
sangatlah penting. Menurunkan
hidup kebarat-baratan dan hidup
berat badan dengan perlahan dan
santai serta panjangnya angka
mulai dari yang terkecil, sekitar 4-
harapan hidup merupakan faktor
6
dapat
yang
komplikasi
DM.
badan,
keseimbangan
kg
berat
setiap
mengurangi
bulan,
risiko
meningkatkan
prevalensi
Dari uraian tentang hasil
kerusakan
sistem
syaraf
penelitian yang dilakukan oleh
(Badawai, 2009). Gaya hidup dan
peneliti, banyak diantara penderita
makan
Diabetes Mellitus yang masih
berakibat
menjalani gaya hidup tidak sehat.
merupakan faktor pemicu utama
Gaya hidup pada saat sekarang ini
Diabetes
merupakan
(Buraczynska et.al., 2007).
penting
salah
yang
kesehatan,
satu
faktor
atau
pun
berlebih
timbulnya
Mellitus
kebiasaan
yang
obesitas
tipe
Berbagai
mempengaruhi
penyakit
yang
II
macam
yang
tidak
sesuai
masalah masalah kesehatan lainya
dengan prinsip dan pola hidup
dapat di timbulkan oleh gaya
sehat telah menimbulkan jenis
hidup yang tidak sehat, hal ini
penyakit baru yang tidak ada
bisa
sebelumnya,
terjadi
hanya
karena
atau
jumlahnya
tidak
meningkat dibandingkan dengan
teratur. Ada beberapa hal yang
sebelumnya. Cara pandang yang
sering
salah
kebiasaan
hidup
yang
dilewatkan
dalam
melahirkan
berbagai
menjalani hidup, sehingga akibat
berbagai kebiasaan yang salah,
buruk dari kebiasaan ini akan
yang berakhir menjadi sebuah
datang
kesehatan
musibah (Susilo & wulandari,
kita, seperti melewatkan sarapan,
2011). Pola hidup penderita DM
kurang mengkonsumsi buah dan
yang baik seperti pola makan,
sayur, kurang minum air putih,
mengonsumsi makanan gizi sehat
kurang
dan seimbang, mangatur asupan
mengganggu
gerak
dan
olahraga.
Berdasarkan pendapat Guztaviani
karbohidara
(2006) Selain itu ada faktor
makanan
keturunan, stres dan faktor usia
menghindari
serta banyak menonton TV dan
makana siap saji dan mengandung
kurang aktivitas atau tidak pernah
kolestrol
berolahraga.
kebiasaan sehari- hari seperti,
Bahaya
Diabetes
dalam
yang
setiap
dimakan,
mengonsumsi
tinggi
dan
pola
dapat
Berolahraga secara teratur, olah
menyebabkan komplikasi seperti
fisik sangat baik untuk kesehatan
stroke, jantung, gagal ginjal dan
dan
Mellitus
yang
kronis
memperlancar
peredaran
darah dalam tubuh. Olahraga tidak
Faktor
eksternal
harus yang berat, yang penting
diantaranya adalah :
Kelompok
rutin
refrensi
dan
terus-menerus.
memberikan
pengaruh
Mengontrol berat badan secara
langsung atau
teratur dapat mengurangi risiko
terhadap
komplikasi diabetes melitus.
seseorang. Keluarga memegang
Menurut
Nugraheni
tidak
langsung
dan
perilaku
sikap
peranan
terbesar
dan
terlama
yang
dalam pembentukan sikap dan
mempengaruhi gaya hidup ada 2,
perilaku individu. Kelas sosial
yaitu faktor yang berasal dari
adalah sebuah kelompok yang
dalam diri individu (internal) dan
relatif homogen dan bertahan
faktor yang berasal dari luar
lama dalam sebuah masyarakat,
(eksternal).
yang
(2003),
faktor
Faktor
Internal
tersusun
dalam
sebuah
diantaranya adalah: Sikap, sikap
urutan jenjang dan para anggota
berarti suatu keadaan jiwa dan
dalam setiap jenjang itu memiliki
keadaan pikir yang dipersiapkan
nilai, minat, dan tingkah laku
untuk
yang sama. Kebudayaan yang
memberikan
terhadap
suatu
tanggapan
objek
yang
meliputi
pengetahuan,
diorganisasi melalui pengalaman
kepercayaan,
dan
hukum,
mempengaruhi
langsung
secara
pada
perilaku.
kesenian,
adat
moral,
istiadat,
kebiasaan-kebiasaan
Pengalaman dapat mempengaruhi
diperoleh
individu
pengamatan sosial dalam tingkah
anggota masyarakat.
dan
yang
sebagai
Jika dilihat dari faktor
laku, pengalaman dapat diperoleh
dari semua tindakannya dimasa
eksternal
lalu dan dapat dipelajari, melalui
gaya
belajar
dapat
Diabetes Mellitus yang ada di
pengalaman.
Desa Nyatnyono Kec. Ungaran
orang
akan
memperoleh
yang
hidup
mempengaruhi
para
Kepribadian dan cara berperilaku
Barat
yang
kebanyakan dari penderita yang
menentukan
perbedaan
perilaku dari setiap individu.
Kabupaten
penderita
Semarang,
tinggal di daerah pedesaan yang
rata-
rata
mereka
memiliki
pekerjaan
sebagai
ibu
rumah
lebih
banyak
terjadi
pada
PT,
penderita DM tipe 2 dengan
sehingga dari segi gaya hidupnya,
pengetahuan baik sejumlah 18
mereka sangat terpengaruh oleh
orang (94,7%) dari 38 responden,
lingkungan sekitar mereka seperti
sedangkan gaya hidup tidak sehat
kelompok dan lingkungan sosial.
penderita DM tipe 2 dengan
Untuk masalah makan, biasanya
pengetahuan sedang sejumlah 8
mereka
terlalu
orang (65,2%) dari 15 responden
mempersoalkan apa yang mereka
ataupun penderita DM tipe 2
makan,
pengetahuan kurang dengan gaya
tangga
dan
bekerja
di
tidak
seperti
mengonsumsi
makanan instan, tidak mengatur
hidup tidak sehat
asupan
orang (45,5%) dari 15 responden.
karbohidrat
dan
tidak
Pada
mengonsumsi makanan seha gizi
sejumlah 6
penelitian
ini
untuk
digunakan analisis bivariat untuk
masalah perilaku seperti merokok,
mengetahui Hubungan Tingkat
jarang berolahraga, stres, tidak
Pengetahuan
tidur yang cukup, tidak mementau
Mellitus
kadar
Penderita Diabetes Mellitus di
seimbang,
gula
sedangkan
darah
dan
tidak
Desa
mengontrol berat badan.
C. Hubungan
Tingkat
Tentang
dengan
Diabetes
Gaya
Nyatnyono
Hidup
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten
Semarang.
Untuk
mengetahui
Pengetahuan Tentang Diabetes
hubungan ini digunakan uji chi
Mellitus dengan Gaya Hidup
square,
Pendrita Dibetes Mellitus di
sebesar 9,179 dengan p-value
Desa
Kecamatan
sebesar 0,010. p-value =0,010 < α
Kabupaten
(0,05), maka Ho ditolak, dan
Nyatnyono
Ungaran
Barat
didapatkan
nilai
dapat disimpulkan bawha ada
Semarang.
Berdasarkan
dan
hasil
hubungan yang signifikan antara
penelitian yang dilakukan oleh
tingkat
peneliti didapatkan hasil bahwa
diabetes melitus dengan gaya
penderita Diabetes Mellitus tipe 2
hidup penderita diabetes mellitus
yang memiliki gaya hidup sehat
tipe 2 pada masyarakat di Desa
pengetahuan
tentang
Nyatnyono Kecamatan Ungaran
menitikberatkan
Kabupaten Semarang.
faktor
Dari uraian tersebut bisa
yang
upaya
pada
faktor-
memepengaruhi
pencegahan
komplikasi
disimpukan bawah semakin tinggi
DM, sedangkan penelitian yang
tingkat
seseorang
peniliti lakukan menitikberatkan
maka semakin tinggi pula tingkat
pada gaya hidup penderita DM
pengetahuannya dan semakin baik
tipe
pula gaya hidup yang mereka
Kecamatan Ungaran Kabupaten
jalani. Pengetahuan merupakan
Semarang.
pendidikan
orang
penginderaan
melakukan
manusia,
yakni
di
Desa
Nyatnyono
Hubungan antara tingkat
hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah
2
pengetahuan
Mellitus
tentang
dengan
Diabetes
gaya
hidup
indera penglihatan, pendengaran,
penderita Diabetes Mellitus tipe 2
penciuman,
pada
rasa
Sebagian
dan
besar
raba.
pengetahuan
masyarakata
Nyatnyono.
di
Desa
Responden
yang
manusia diperoleh melalui mata
memiliki pengetahuan sedang dan
dan
Pengetahuan
memiliki gaya hidup yang sehat
mengenai penyakit DM sangatlah
sejumlah 15 orang 65,2% dari 38
diperlukan agar tercipta suatu
responden
kesadaran
masyarakat
bahwa semakin tinggi tingkat
melakukan
deteksi
telinga.
untuk
dini
DM
pengetahuan
dan
membuktikan
seseorang
(Notoatmojo. 2003). Penelitian ini
semakin
diperkuat
beberapa
informasi, misalnya hal-hal yang
berpendapat
menunjang kesehatan sehingga
berkesimpulan
dapat menunjang kualitas hidup
pada
tingkat
sehingga mereka memiliki gaya
tentang
DM,
hidup yang sehat. Penderita DM
sedangkan pada penelitian ini
tipe 2 yang memiliki Pengetahuan
menitikberatkan pada gaya hidup
kurang dengan gaya hidup sehat
penderita
pada
sejumlah 5 orang 45,5% dari 38
penelitian yang dilakukan oleh
responden, ini bisa saja terjadi
Putri (2011) berkesimpulan bahwa
karena sebagian masyarakat yang
peneliti
Ariani
dengan
lainnya
(2001)
menitikberatkan
pengetahuan
DM
tipe
2,
mudah
maka
menerima
mau mencari informasi tentang
dan
bagaimana gaya hidup yang sehat
pengetahuan kurang sejumlah 11
dalam
orang (20,8) dari 53 responden.
kehidupan
sehari-hari,
responden
dengan
sehingga mereka memiliki gaya
2. Distribusi frekuensi Gaya Hidup
hidup yang sehat. Penderita DM
Pada Pnederita Dibetes Mellitus
tipe 2 yang memiliki pengetahuan
Tipe 2
sedang dengan gaya hidup tidak
Kecamatan Ungaran Kabupaten
sehat sejumlah 8 orang 34,8% dari
Semarang sebagian besar dalam
15 responden, walaupun mereka
kategori sehat sejumlah 38 orang
memiliki
(71,7%)
pengaetahuan
yang
di
Desa
dari
53
Nyatnyono
responden
cukup tentang gaya hidup yang
sedangkan yang kategori tidak
sehat, tetapi mereka enggan untuk
sehat sejumlah 15 orang (28,3%)
mempraktekkannya
dalam
dari 53 responden.
kehidupan
sehari-hari
seperti
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan
sarapan
pagi,
tentang Diabtes Mellitus dengan
mengonsumsi makanan sehat dan
Gaya Hidup Penderita Diabetes
gizi seimbang dan mengontrol
Mellitus 2 di Desa Nyatnyono
berat badan.
Kecamatan Ungaran Kabupaten
berolahraga,
Semarang, didapatkan nilai Chi
Square sebesar 9,179 dengan p-
KESIMPULAN
frekuensi
Tingkat
value 0,010. Oleh karena p-value
tentang
Diabetes
= 0,010 < α (0,05), maka Ho
Mellitus pada Penderita Dibetes
ditolak, dan disimpulkan bahwa
Mellitus
ada hubungan yang signifikan
1. Distribusi
Pengetahuan
Tipe
2
di
Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran
antara
Barat Kabupaten Semarang lebih
tentang diabetes mellitus dengan
banyak dalam kategori sedang
gaya hidup penderita diabetes
yaitu sejumlah 23 orang (43,3%)
mellitus tipe II pada masyarakat
dari
di Desa Nyatnyono Kecamatan
53
dengan
orang
dibandingkan
responden
dengan
pengetahuan baik sejumlah 19
orang (35,8) dari 53 responden
tingkat
Ungaran
Semarang.
Barat
pengetahuan
Kabupaten
SARAN
kelemahan dalam penelitian ini
1. Bagi Institusi pendidikan
serta mempertimbangkan faktor
pendidikan
lain yang dapat mempengaruhi
diharapkan untuk dapat berfungsi
gaya hidup pada penderita DM
sebagai refrensi untuk bahan ajar
tipe 2.
Bagi
institusi
dalam keperawatan komunitas.
2. Masyarakat
Masyarakat bisa menggali dan
mencari informasi tentang DM
dan bisa merubah gaya hidup
yang tidak sehat sehingga bisa
mengurangi
resiko
terjadinya
komplikasi DM.
3. Bagi
Tenaga
Keperawatan
Komunitas
Peneliti
menyarankan
tenaga
kesehatan atau kader kesehatan
dapat
memantau
gaya
hidup
penderita DM trutama diet bagi
penderita DM tipe 2 dan bisa
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
dan
menurunkan
angka kematian bagi penderita
DM.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam
penelitian
selanjutnya
yang dilakukan oleh peneliti lain
diharapkan untuk mengeksplor
lebih dalam tentang
factor-
faktor lain yang mempengaruhi
gaya hidup. Selain itu perlu
mempertimbangkan kelemahan-
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J. M. F. (2011). Klasifikasi
Dan
Criteria
Diagnosis
Diabetes Mellitus Yang Baru,
cermin dunia kedokteran, Juli
2012,
from
http://www.kompas.com/kese
hatan/news/.htm.
Alimul,
A.
(2003).
Riset
keperawatan
&
teknik
penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
Arikunto, S. (2006).
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek , Rineka Cipta,Edisi
Revisi VI , Jakarta.
Ariani,
pasien
Y. (2001). Pengetahuan
diabetes melitus dengan
kadar gula darah pada
dm tipe 2: Fakultas
Keperawatan
Universitas
Sumatera Utara
Asdie, HAH. (2006). Hubungan
LDL Dengan Hipertesi pada
Diabetes Mellitus
Tipe 2 Dalam The International
Journal of Internal Medicine,
Palembang.
Badawi. (2009). Melawan Dan
Mencegah Diabetes. Araskah.
Jogjakarta.
Brotoharsojo et. al. (2005). Psikologi
Ekonomi
&
Konsumen.
Fakultas
Psikologi
Universitas Indonesia.
Buraczynska M, Gaszczyk I. B,
Borowicz E, Ksiazek A.
TGF- β1 and TSC-22
Gene
Polymorphisms
and
Susceptibility
to
Microvascular Complications
in Type 2 Diabetes Nephron
Physiol 2007;106:p69–p75.
Corwin, Elizabet J.(2008). Alih
bahasa Pendit Brahm. U.
Buku saku patofisiologi.
Jakarta: EGC,.
Depkes RI. (2010). Rencana kerja
menengah
nasional
penanganan Diabetes
Mellitus tahun 2010-2011. Jakarta:
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI. (2007).
Profil Kesehatan Indonesia
2005.
Gustaviani R. (2006). Diagnosis dan
Klasifikasi Diabetes Melitus.
Dalam : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI Jakarta:18571859.
Hawkins,
Mothersbaugh,
Best.
(2007). Consumer Behavior :
Building
Marketing
Strategy, McGraw-Hill, New
York.
Kotler, Philip. (2002). Manajemen
Pemasaran
2,
Edisi
Milenium,
Penerbit
Prenhallindo, Jakarta.
Mowen
.(2002).
Perilaku
Konsumen,Penerbit
Erlangga,Yakarta,
Notoatmodjo.
2012.
Promosi
Kesehatan
Dan
Prilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo.( 2010). Metodologi
penelitian
kesehatan
.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo. S. (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
Pudiastuti, Ratna D. (2011). Penyakit
Pemicu Stroke. yogyakarta:
Nuha medika.
Notoatmodjo. (2005). Metodelogi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Purti, D. M. (2011). faktor-faktor
yang berhubungan dengan
upaya
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
pencegahan komplikasi DM oleh
pasien DM di poliklinik
khusus penyakit dalam rsup
dr m.djamil padang: program
studi
ilmu
keperawatan
Fakultas
kedokteran
Universitas andalas 2011
Notoatmodjo S. (2002). Prosedur
Penelitian Kesehatan,(edisi
revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni,P.N.A. (2003). Perbedaan
Kecenderungan gaya Hidup
Hedonis Pada
Remaja Ditinjau dari Lokasi Tempat
Tinggal. Diakses tanggal 29
Oktober
2010
dari
http://www.masbow.com
Nurrahmani. (2012). Stop Diabetes
Mellitus. Yogyakarta : familia
Nursalam. (2003). Konsep &
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
:Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta.
Salemba Medika.
Riyadi,
S. (2011). Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta :
Pustaka pelajar
Perkeni.
(2006).
Konsesus
Pengelolaan
Diabetes
Millitus Tipe 2 Di Indonesia
2002. PB PERKENI.
Pinzon
R. (2009). Melanjutkan
Hidup Pasca Stroke. Jumat,
20 Oktober.
Available
at:
http://artikelindonesia.com/m
elanjutkan-hidup-pascastroke
.html
(Diposkan
tanggal 18 desember 2009)
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi
IV, Pusat
Penerbitan
Departemen
Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2003). Cetakan Kelima,
Statistik Untuk Penelitian,
Bandung :
Alfabeta
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare,
Brenda G. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8,
Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Agung Waluy. (dkk), EGC,
Jakarta.
Suratno, B., & Rismiati, C. (2001).
Pemasaran Barang dan Jasa.
Yogyakarta
:Kanisius.
Suhartono. (2008). Analisis Data
Statistik
dengan
R,
Laboratorium
Statistik
Komputasi, Jurusan Statistika
FMIPA ITS, Surabaya.
Susilo, Y., Wulandari, A. (2011).
Diet Sehat Untuk Penderita
Diabetes
Melitus.
Yogyakarta:
ANDI
Yogyakarta.
Suwanvijit, W. & Promsa, S. (2009).
The
Insight
Study
of
Consumer
Life-stylesand
Purchasing Behaviors in
Songkla Province, Thailand.
International
Journal
of
Marketing Studies, Vol. 1,
No. 2, 66-73.
Soegondo S. (2005). Diagnosis dan
Kalsifikasi Diabetes Mellitus
Terkini. Dalam
Soegondo
S
dkk
(eds),
Penatalaksanaan
Diabetes
Mellitus Terpadu. Penerbit
FKUI. Jakarta.
Wawan, A dan Dewi, M. (2011).
Teori
dan
Pengukuran
Pengetahuan , Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta
Nuha Medika.
:
Wijoyo. (2012). Menyembuhkan
Diabetes Mellitus Dengan
Herbal. Jakarta :
Pustaka Argo
WHO. (2011). Penanganan Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit Kecil
Negara
Berkembang, EGC, Jakarta
Download